Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PENDAHULUAN

Masalah Psikososial Pada Klien Post Partum


Dengan Gangguan Citra Tubuh

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners


Keperawatan Jiwa Psikososial

OLEH
NAMA : Mega Indriyani Putri
NIM : 2019.04.042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Masalah Psikososial Pada Klien Post Partum


Dengan Gangguan Citra Tubuh

STASE JIWA

BANYUWANGI

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Ns. Badrul Munif, S.Kep,M.Kep) (Mega Indriyani Putri )


LEMBAR KONSULTASI

N TANGGAL KETERANGAN PARAF/TTD


O
BAB 1
KONSEP POST PARTUM

I.1  Definisi Post Partum

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2016).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Prawirohardjo, 2016).
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
melalui jalan lahir.
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 – 8 minggu.(Rustam Mochtar,2015).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat
– alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.( Barbara F. weller 2015 )
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2016)
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2016).
1.2 Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2015)

a) Teori penurunan hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.

b) Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c) Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d) Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.

e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
1.3 Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang
ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
1.5 Tanda dan Gejela
1.   Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke – 2-
3 hari.
2.   Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
3.  After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri .
4.   Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium
tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi
endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
5.  Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan
sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6.   Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
a.  Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b.   Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c.   Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
d.  Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
7.  Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-
3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
8.  Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
9.  Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer.
Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
11. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
12. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis
dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi.
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
16. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
17. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi
II.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Post Partum

A.  Pengkajian Fokus Keperawatan


a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f)  Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira
3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-
kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua
sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada
posisi (misal : rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal :
menyusui). Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada
suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimulai.

B.  Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
3. Gangguan eliminasi urine b.d efek tindakan medis dan diagnostik
4. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal
5. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
6. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai asi
7. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
8. Risiko proses pengasuh tidak efektif b.d kurangnya terpapar informasi tentang
proses persalinan/pengasuh
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri a. Untuk


tindakan keperawatan (I.08238) mengetahui
agen respon
selama 1x30 menit
pasien
pencedera fisik harapannya pasien Tindakan observasi :
b. Untuk
merasakan penurunan mengurangi
a) Identifikasi
terhadap nyeri hingga respon non rasa nyeri
menghilang. verbal c. Untuk
Tindakan terapeutik : membantu
Dengan kriteria hasil: b) Berikan teknik pasien
non- dalam
Kontrol nyeri (L.08063) farmakologi mengelola
c) Kontrol rasa nyeri
a) Melaporkan lingkungan d. Untuk
nyeri terkontrol yang mengurangi
meningkat (5) memperberat rasa nyeri
b) Kemampuan rasa nyeri pada
mengendalikan Tindakan edukasi : pasien.
onset nyeri d) Anjurkan
meningkat(5) memonitor
c) Kemampuan nyeri secara
mengenali mandiri
penyebab nyeri e) Anjurkan
meningkat teknik non
(5) farmakologis
d) Kemampuan
menggunakan
teknik non-
farmakologi
meningkat (5)
e) Dukungan orang
terdekat
meningkat (5)
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen cairan a. Untuk
tindakan kperawatan (L.03098) mengetahui
b.d kehilangan perkemban
selama 1x15 menit
cairan aktif Tindakan observasi : gan pasien
harapannya kurangnya
a) Monitor status b. Untuk
cairan pada pasien dapat hidrasi memantau
teratasi. b) Monitor hasil hasil hb
pemeriksaan pada pasien
Dengan kriteria hasil : lab c. Untuk
Tingkat perdarahan memnuhi
(L.02017) keb cairan
Tindakan terapeutik : pasien
a) Kognitif c) Catat intake – d. Untuk
meningkat (5) output dan menambah
b) Perdarahan hilang balans cairan pada
vagina menurun cairan 24 jam pasien’
(5) d) Berikan asupan e. Untuk
c) Hb meningkat cairan menambah
(5) e) Berikan cairan cairan
d) Tekanan darah intravena melalui
meningkat (5) infus
Tindakan kolaborasi : f. Untuk
f) Kolaborasi mencegah
pemberian terjadinya
diuretik perdarahan

3. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan perawatan a. Untuk


tindakan keperawatan bab/bak (I.11349) mengetahui
eliminasi urine frekuensi
selama 1x24 jam
bak pada
b.d efek harapannya pasien Tindakan observasi :
pasien
tindakan medis dapan bak dengan a) Identifikasi b. Untuk
normal kebiasaan mengetahui
dan diagnostik bak/bab sesuai hambatan
Dengan kriteria hasil : usia pasien tidak
b) Monitor normal
Elimunasi urine integritas kulit untuk
(L.04034) bak/bab
Tindakan terapeutik : c. Untuk
a) Sensasi c) Buka pakaian membantu
berkemik yang memudahka
meningkat (5) diperlukan n pasien
b) Desakan untuk dalam
berkemih memudahkan bak/bab
meningkat (5) eliminasi d. Untuk
c) Distensi d) Latih bak/bab mengembal
kandung kemih sesuai jadwal ikan otot-
menurun (5) otot
d) Frekuensi bak Tindakan edukasi : perkemihan
meningkat (5) e) Anjurkan
bak/bab secara
rutin
4. Konstipasi b.d Setelah dilakukan Latihan eliminasi fekal a. Untuk
tindakan keperawatan (I.04150) mengetahui
penurunan berapa kali
selama 1x24 jam
motilitas Tindakan observasi : peristaltic
diharapkan pasien tidak
a) Monitor usu pada
gastrointestinal mengalami konstipasi peristaltic usus apsien
secara teratur b. Untuk
Dengan kriteria hasil : merutinkan
Tindakan terapeutik : bab pada
Tingkat nyeri (L.08066) b) Anjurkan pasien
waktu yang c. Untuk
a) Kemampuan konsisten membantu
menuntaskan untuk bab meningkatk
aktivitas an serat
meningkat (5) Tindakan edukasi : supaya
b) Keluhan nyeri c) Anjurkan dalam bab
menutun (5) mengkonsumsi tidak terjadi
c) Perasaan takut makanan konstipasi
mengalami tertentu d. Untuk
cedera berulang d) Anjurkan membantu
menurun (5) asupan cairan memperlan
yang adekuat car bab
sesuai keb e. Untuk
memberika
Tindakan kolaborasi : n sensasi
lunak
e) Kolaborasi terhadap
penggunaan feses pasien
supositoria jika yang
perlu menggunak
an obat
kimia
melalui
dubur.
BAB II
KONSEP PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM

2.1 Definisi Psikososial


1. Definisi psikososial
Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan
mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek
psikologis dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki
seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang
lain di lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi
dengan cara yang positif dalam banyak situasi. 
2. Kebutuhan Psikososial:
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik, terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal positif .
3.  Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan
akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa
aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan
interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan,
seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang saling
tumpang tindih dan berkesinambungan.
Kebutuhan akan inklusi :
Merupakan kebutu han untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Dalam lingkungan perawatan kesehatan,
kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasi dan menjawab
semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalam memberi
perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
Kebutuhan akan kontrol :
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan
kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.
Contoh: Saat orang melepaskan tanggung jawab pribadinya dan menjadi
pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk
dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan
kurang percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi keperawatan
yang membantu pasien menerima tanggung jawab untum membuat keputusan
mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan control.
Kebutuhan Afeksi :
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling
menerima  berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-
kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.

 
RENTANG RESPONS EMOSIONAL
Respons Adaptif                                                                               Respons
Maladaptif
 
Kepekaan Reaksi berduka Penundaan reaksi
emosional takterkomplikasi Supresi emosi berduka Depresi/mani
 
Pengertian:
a.  Kepekaan emosional
Respons emosional dipengaruhi oleh dunia internal dan eksternal dan
berperan aktif dalam dunia seseorang. Orang tersebut terbuka dan sadar
akan perasaannya sendiri. 
b. Reaksi berduka tak terkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang
sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta larut dalam proses
berdukanya.
c. Supresi emosi
Tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri
d. Penundaan reaksi berkabung
respons emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal proses
berkabung dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi
beratahap atau sekaligus. Penundaan dan penolakan proses berduka
kadang terjadi bertahun-tahun.
e. Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Digunakan untuk
menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan
emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f. Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan dan mudah
tersinggung.
 
3. Konsep Diri
KD adalah Semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Berkembang secara bertahap,  saat bayi mulai mengenal dan membedakan
diri dengan orang lain. Pembentukan KD dipengaruhi asuhan orang tua dan
lingkungan.
 
Komponen KD :
1. Body Image ( Citra tubuh)
a) Sikap terhadap tubuh secara sadar dan tidak sadar
b) Mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh dulu dan sekarang
2.  Ideal diri
a) Persepsi individu → bagaimana harus berprilaku sesuai standar
prilaku.
b) Akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3.    Harga diri (HD)
a) Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana
prilaku memenuhi ideal diri.
b) Sukses → HD tinggi, gagal → HD rendah
c) HD diperolah dari diri sendiri dan orang lain.

4.     Peran diri (PD).


a) Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
5.    Identitas Diri
b) Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek dari KD sebagai
suatu kesatuan yang utuh.

Faktor yang mempengaruhi KD :


1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
2.   Budaya
Usia anak → nilai diadopsi dari orang tua.
3.   Sumber eksternal dan internal
Eksternal → Dukungan masyarakat, ekonomi yang bagus.
Internal → humoris, agamis, berpendidikan
4.    Pengalaman sukses dan gagal → meningkatkan/menurunkan KD.
5.    Stresor
Stresor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika
koping tidak efektif → depresi, menarik diri dan kecemasan.
6.   Usia, keadaan sakit dan trauma → mempengaruhi persepsi diri
Kriteria Kepribadian sehat :
1.      Citra tubuh yang positif dan kuat
2.      ideal dan realitas
3.      Konsep diri yang positif
4.      Harga diri yang tinggi
5.      Kepuasan penampilan peran
6.      Identitas jelas.
Ciri konsep diri rendah (carpenito, 1995)
1.    Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
2.    Tidak mau berkaca
3.    Menghindari diskusi tentan topic dirinya.
4.    Menolak usaha rehabilitasi.
5.    Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6.    Menginglari perubahan pada dirinya.
7.    Peningkatan ketergantungan pada orang lain.
8.    Adanya tanda keresahan seperti marah, putus asa, menangis.
9.    Menolak berpartisipasi dalam perawatan diri.
10.   Tingkah laku merusak, seperti penggunaan narkoba.
11.   Menghindari kontak social.
12.   Kurang percaya diri.

2.2 Masalah Psikososial Pada Klien Dengan Post Partum


Menurut PPNI (2018) masalah dalam psikososial pada klien dengan post
partum antara lain :

a) Ansietas : merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu


terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1) Merasa bingung 1) Tampak gelisah
2) Merasa khawatir dengan 2) Tampak tegang
akibat dari kondisi yang
dihadapi
3) Sulit berkonentrasi 3) Sulit tidur
b) Gangguan citra tubuh : merupakan perubahan presepsi tentang
penampilan, struktur dan fungsi fisik individu
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1) Mengungkapkan 1) Kehilangan bagian
kecacatan/kehilangan tubuh
bagian tubuh
2) Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang

c) Gangguan identitas diri : merupakan Tidak mampu memprtahankan


keutuhan presepsi terhadap identitas diri.

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1) Persepsi terhadap diri 1) Perilaku tidak


berubah konsisten

2) Bingung dengan nilai- 2) Hubungan yang tidak


nilai budaya, tujuan efektif
hidup, jenis kelamin,
dan /nilai-nilai ideal

3) Perasaan yang fluktuatif 3) Strategi koping tidak


terhadap diri efektif

4) Penampilan peran
tidak efektif

d) Harga diri rendah situasional : merupakan evaluasi atau perasaan


negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon
terhadap situasi saat ini.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1) Menilai diri negative 1) Berbicara pelan dan
(mis. Tidak lirih
berguna,tidak tertolong)
2) Merasa malu/bersalah 2) Menolak berinteraksi
dengan orang lain
3) Melebih-lebihkan 3) Berjalan menunduk
penilaian negative
tentang diri sendiri
4) Menolak penilaian 4) Postur tubuh
positif tentanf diri menunduk
sendiri

e) Kesiapan peningkatan konsep diri : merupakan pola presepsi diri yang


cukup untuk merasa sejahtera dan dapat ditingkatkan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep
diri
2) Mengekspresikan kepuasan dengan diri, harga diri,
penampilan peran, citra tubuh dan identitas pribadi.

f) Penampilan peran tidak efektif : merupakan pola perilaku yang berubah


atau tidak sesuai dengan harapan, norma dan lingkungan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1) Merasa bingung 1) Konflik peran
menjalankan peran
2) Merasa harapan tidak 2) Adaptasi tidak
terpenuhi adekuat
3) Merasa tidak puas 3) Strategi koping tidak
dalam menjalankan efektif
peran

2.3 Gangguan citra tubuh


A. Definisi
Gangguan citra tubuh adalah perunahan presepsi tentang penampilan,
struktur dan fungsi individu (SDKI, 2016)
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan pandangan
orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. (Perry &
Potter, 2015)
Citra tubuh adalah integrasi persepsi, pikiran dan perasaan individu
tentang bentuk, ukuran, berat tubuh dan fungsi tubuh serta bagian-bagiannya
yang digambarkan dalam bentuk penampilan fisik (Fontaine, 2013).
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan
ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan
penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas bagaimana ‘kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.
(Melliana, 2013)
B. Etiologi
a.Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif
dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan
identitas, dan deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan
peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi
peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit

c. Penyebab Gangguan citra tubuh menurut SDKI (2016) :

1) perubahan struktur/ bentuk tubuh (misalnya. Amputasi, trauma, luka


bakar, obesitas, jerawat)
2) perubahan fungsi tubuh (misalnya proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3) perubahan fungsi kognitif
4) ketidak sesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5) transisi perkembangan
6) gangguan psikososial
7) efek tindakan/pengobatan (misalnya pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi)
C. Rentang Respon

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
D. Manifestasi klinis
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda
dan gejala, seperti:
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu
banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan
mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi
untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan
gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala menurut SDKI (2016) :

1. Tanda dan gejala mayor


a. Subjektif
Mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
b. Objektif
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Fungsi/ struktur tubuh berubah/ hilang
2. Tanda dan gejala minor
a. Subjektif
1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan tubuh
2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3) Mengungkapkan kekawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b. Objektif
1) Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan
2) Menghindari melihat dan/menyentuh bagian tubuh
3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4) Respon non verbal pada perubahan dan presepsi tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masalalu
6) Hubungan sosial berubah

2.4 Konsep Askep Untuk Masalah Keperawatan Gangguan citra tubuh


1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:

a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status


perkawinan, agama, alamat, pekerjaan, tanggal pengkajian ,
pendidikan terakhir.
b. Kelompok Risiko
Dalahm hal ini termasuk dalam kelompok resiko kehilangan anggota
tubuh, atau mengarah ke body image dimana seseorang belum dapat
menerima kondisi tubuhnya yang sekarang misal seperti penampilan
hingga merubah fungsi tubuh itu sendiri.
c. Riwayat Trauma Yang Menyertai
1) Aniaya Fisik
2) Aniaya Seksual
3) Penolakan
4) Kekerasan dalam keluarga
5) Tindakan Kriminal
Dalam hal ini yang perlu di kaji adalah kapan pasien mengalami
trauma ini, apakah pasien sebagai pelaku, korban, atau bahkan
menjadi saksi, hal ini dapat menjadi sebagai sumber stressor tambahan
apabila hal ini sering di alami oleh pasien
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan ,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
e. Pengkajian Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit
, proses menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.

3) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti/terdekat
Hal yang perlu di kaji bagaimana pasien memiliki orang
terdekat untuk berkeluh kesah dan mencari solusi di setiap
masalah yang ada, dan membantu untuk memecahkan masalah
yang di alami oleh si pasien
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Dalam hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien aktif dalam
kegiatan kelompok maupun masyarakat sebagai bentuk
bersosialisasi
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hal ini yang perlu di kaji bagaimana pasien mampu
berkomunikasi dengan orang lain, apakah pasien cenderung
menutup diri dan tidak terbuka terhadap orang lain
4) Masalah Psikososial pada lingkungan
Dalam hal ini beroientasi pada lingkungan seperti adanya masalah
dengan dukungan kelompok, dengan lingkungan, dengan
pendidikan, dengan pekerjaan, dengan perumahan atau keluarga,
dengan ekonimi, dan dengan pelayanan kesehatan.
5) Spiritual
a) Keyakinan
Keyakinan dalam hal ini dimaksud bagaimana pasien
memandang suatu penyakit tersebut apakah pandanganya
sebagai malapetaka, kutukan atau bahkan hukuman dari tuhan
b) Nilai
Nilai – nilai yang di pahami oleh pasien mengenai keyakinan
nya dalam hal ini bagaimana pasien memandang kejadian yang
di alaminya
c) Kegiatan ibadah
Dalam hal ini bagaimana pasien melakukan ibadah sesuai
dengan agamanya.

f. Pohon Masalah
Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan hingga menjadi
suatu pohon masalah meliputi :
Penyebab (Causa)
Masalah utama (Core Problem)
Akibat (Effect)
g. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra tubuh Berhububungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh di buktikan dengan mengungkapkan kecacatan,
fungsi/struktur tubuh berubah
2. Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang di kerjakan


oleh perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu,
keluarga, dan komunitas. Beberapa diantaranya di uraikan dalam pasal 30 UU
No.38 Th. 2014 tentang keperawatan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang merencanakan dan
melaksanakan tindakan keperawatan. Melakukan rujukan, memberikan
tindakan gawat darurat, memberikan konsultasi, berkolaborasi,melakukan
penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai resep dokter atau obat bebas
terbatas, pengelola kasus dan melakukan penatalaksanaan intervensi
komplementer dan alternatif (SIKI, 2016)
TGL/ DIAGNOSA KEP. INTERVENSI (SIKI) KRITERIA HASIL
JAM
Gangguan citra Promosi Citra Tubuh (I.09305) Setelah diberikan askep selama ... menit
tubuh (D.0083) Observasi dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap TUK dapat tercapai dengan kriteria hasil :
perkembangan 1. Menyembunyikan bagian tubuh
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur berlebihan menurun
terkait citra tubuh 2. Menunjukan bagian tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan berlebihan menurun
isolasi sosial 3. Fokus pada bagian tubuh menurun
4. Monitor frekwensi pernyataan kritik terhadap diri 4. Fokus pada penampilan masalalu
sendiri menurun
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang 5. Fokus pada kekuatan masalalu
berubah menurun
Terapiutik 6. Respon non verbal pada perubahan
6. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya tubuh membaik
7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga 7. Hubungan sosial membaik
diri
8. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra
tubuh (misalnya luka, penyakit, pembedahan ).
9. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis
10. Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
11. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan
citra tubuh
12. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra
tubuh
13. Anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya pakaian,
wig, kosmetik)
14. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (misalnya,
kelompok sebaya)
15. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
16. Latih peningkatan penampilan diri ( misalnya
berdandan)
17. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan
kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan
rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa
adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat jika
berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai
kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan
semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2006,).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
BAB 3
PATOFISIOLOGI POST PARTUM DENGAN
MASALAH PSIKOSOSIL GANGGUAN CITRA TUBUH
3.1 Pohon Masalah

POST PARTUM NORMAL

Luka Episiotomi Perubahan Fisilogi Perubahan Psikologi

Proses Involusi Vagina dan Perineum Taking In Taking Hold Latting Go

Peningkatan kadar ocytosin, Ruptur jaringan (ketergantungan) (ketergantungan kemandirian) (kemandirian)

Peningkatan kontraksi uterus Personal hygiene

Butuh perlindungan

Nyeri akut
perut terasa mulas kurang baik dan pelayanan Belajar mengenai Kondisi tubuh

perawatan diri&bayi mengalami perubahan


menahan BAB Genetalia kotor Perdarahan Berfokus pd diri Kurang pengetahuan

sendiri dan lemas

Konstipasi Risiko infeksi Hipovolemia


Risiko proses Perubahan
menjadi
pengasuh tidak orang tua
efektif
Ggn.
takut akan lepas jahitan tertahannya urine
Pola
Kantong urine penuh tidur Menyusui tidak
efektif
Ggn. Eliminasi Urine

Adanya perubahan terhadap


bentuk tubuh
kurangnya pengetahuan tentang
perubahan bentuk tubuh
koping tidak efektif
merasa tidak percaya diri
khawatir adanya penolakan
dengan orang sekitar
GANGGUAN CITRA TUBUH
1.2 Penjelasan
Periode pasca post partum adalah dimana periode setelah kelahiran bayi dimana sang
ibu menyesuaikan diri baik fisik maupun psikis. Selama periode itu, sebagian besar
wanita memandang bentuk tubuh dan ukuran tubunya sebagai perubahan yang negatif.
Hal ini mempengaruhi bagaimana para ibu post partum mempersepsikan bentuk dan
ukuran tubuhnya atau yang biasa disebut sebagai body image. Mereka akan merasa tidak
percaya diri dengan perubahan yang dimiliki, timbulah rasa khawatir adanya penolakan
dengan orang sekitar.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
PSIKOSOSIAL PADA PASIEN POST PARTUM
DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny F Tanggal Pengkajian : 23-08-2020
Umur : 19thn
Alamat : jln. Krajan RT RW 02 04 Panji, Situbondo
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Status : kawin
Pekerjaan : IRT
Jenis Kel. : Perempuan

II. KATEGORI KELOMPOK RI SIKO


Kehilangan anggota keluarga, atau orng yang dicintai > 3 bulan
Kehilangan pekerjaan
Kehilangan harta benda
Kehilangan anggota tubuh
Penyakit fisik kronis: Hipertensi, TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik, Kangker, dll
✓ Hamil dan postpartum

Jelaskan : ny f merupakan ibu post partum yang masih dalam masa nifas , ny f baru melahirkan anak
pertamanya yang masih berusia 25hari, dan pasien merasa tidak percaya diri karena
adanya perubahan anggota tubuh.
III. RIWAYAT TRAUMA YANG MENYERTAI
No Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1 Aniaya fisik 18tahun Suami Ny f Orangtua
(2019) suami
2 Aniaya seksual ….. ….. ….. …..
3 Penolakan 18 tahun Bibi Ny f Suami
(2019) suami
4 Kekerasan dalam keluarga 16 tahun Kakak Ny f Orangtua
(2017) laki-laki
5 Tindakan kriminal ….. ….. ….. …..

Jelaskan : ny f pada tahun 2019 sempat mengalami aniaya fisik (ditampar) dengan suaminya Lantara
ada kesalah pahaman dalam berumah tangga

Ny f pada tahun 2019 sempat mengalami penolakan oleh bibi dari suami lantaran baru menikah tidak
setuju apabila ny f langsung memiliki momongan karena adik dari suami masih SD takut menambah
beban orangtua dari suami.
Ny f pada tahun 2017 sempat mengalami kekerasan dalam keluarga dipukul menggunakan sabuk
oleh kakak laki-laki lantaran keluyuran hingga larut malam.

Masalah/ DiagnosaKeperawatan : risiko tinggi kekerasan


 Koping individu tidak efektif  Risiko tinggi kekerasan
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan  Lain-lain, jelaskan ..................
 Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Sindrom pasca trauma
 Sindroma trauma perkosaan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal : 23-08-2020

1. Keadaan umum : k/u baik, kesadaran composmentis, gcs: 4,5,6.


2. Tanda vital:
TD: 120/80 mm/Hg

N: 82x/mnt

S: 36,7 C°

RR:22 x/mnt

3. Ukur: BB: 69kg TB: 160cm


 Turun
 Naik

4. Keluhan fisik:
Tidak
Ya,
Jelaskan:

Ny f mengatakan setelah melahirkan dan menyusui ada perubahan terhadap anggota tubuh.

Ny f mengatakan setiap setelah mandi wajah pasien terasa muncul bintik-bintik kecil, pasien
beranggapan mungkin tidak cocok dengan sabun muka.

5. Pemeriksaan Penunjang/Data Penunjang


Hasil USG : HPHT : 31-10-2019
HPL : 7-08-2020
Masalah / Diagnosa Keperawatan : gangguan citra tubuh

 Resiko tinggi perubahan suhu tubuh  Perubahan Nutrisi: Lebih dari


 Defisit Volume Cairan kebutuhan tubuh
 Kelebihan Volume Cairan  Kerusakan menelan
 Resiko Tinggi terhdap Infeksi  Perubahan Eliminasi faeses
 Risiko Tinggi terhadapTransmisi Infeksi  Perubahan Eliminasi urine
 Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan  Kerusakan integritaskulit
Tubuh  Lain-lain,(gangguan citra tubuh)

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

19
thn

Keterangan Gambar :

: laki-laki : petunjuk kepada pasien

: perempuan : pasien
19
thn

: sangat dekat

: tinggal satu rumah

Jelaskan: ny f merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, pasien sangat dekat dengan
orangtuanya, suami, kakak laki-laki, kakak perempuan, adik perempuan. Dan pasien
mengatakan biasanya ketika ada permasalah pasien sering bercerita kepada suami dan
orangtuanya, dukungan yang di dapat oleh pasien dari seluruh anggota keluarga sangatlah
mendukung dan tidak adanya masalah dalam kelurga.

Masalah / Diagnosa keperawatan :


 Ketidak mampuan koping keluarga  Lain-lain, jelaskan...........
 Penurunan koping keluarga
 Kesiapan peningkatan koping keluarga

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Sebelum : Ny f mengatakan sebelum hamil dan melahirkan pasien sangat suka dengan
bentuk tubuhnya yang terlihat ideal sesuai dengan keinginannya.

Sesudah : Ny f mengatakan setelah melahirkan dan menyusui ada perubahan terhadap


anggota tubuh, dampaknya pasien kurang percaya diri terhadap tubuhnya
khawatir ada penolakan oleh suaminya.

b. Identitas :
Sebelum : Ny f mengatakan sebelum melahirkan status pasien menjadi seorang istri

Sesudah : Ny f mengatakan semenjak sudah melahirkan pasien menjadi ibu dan merasakan
ada permasalah dengan pola tidurnya yang sering begadang, menyusui setiap saat
bayinya bangun malam.

c. Peran :
Sebelum : Ny f mengatakan sebelum melahirkan berperan menjadi seorang istri yang patuh
terhadap perannya menjadi ibu rumah tangga.

Sesudah : Ny f mengatakan setelah melahirkan pasien berperan menjadi seorang istri


sekaligus ibu yang patuh terhadap perannya menjadi ibu rumah tangga dan
mengurus anaknya.
d. Ideal diri :
Sebelum : Ny f mengatakan sebelum melahirkan dapat melakukan tugas rumah dan
mengurus suami dengan baik.

Sesudah : Ny f mengatakan sesudah melahirkan sementara tidak semua pekerjaan rumah


dapat pasien lakukan, pasien merasa membebani ibunya dan adik perempuannya
namun pasien memiliki rasa semangat untuk fokus mengurus suami dan
anaknya.

e. Harga diri:
Sebelum : Ny f Mengatakan sebelum melahirkan hubungan/interaksi dirinya dengan orang
lain sangatlah baik-baik saja.

Sesudah : Ny f mengatakan merasa kurang percaya diri dengan perubahan bentuk tubuhnya
meskipun suami menerima apa adanya dan keluarga, pasien masih merasa malu bila
berkumpul dengan orang sekitar rumah.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : gangguan citra tubuh
 Asietas  Keputusasaan
 Gangguan citra tubuh  Harga diri rendah situasional
 Gangguan identitas pribadi  Berduka
 Ketidakberdayaan  Lain-lain jelaskan

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Sebelum : Ny f mengatakan orang terdekat ataupun yang berarti dalam hidupnya adalah
orangtua, suami, pasien sering mengadu, berbicara meminta bantuan kepada
orangtuanya.

Sesudah : Ny f mengatakan orang terdekat ataupun yang berarti dalam hidupnya adalah
orangtua, suami, saudara,saudarinya untuk bercerita keluh kesahnya dalam
menjali peran barunya menjadi ibu.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:


Sebelum : Ny f mengatakan pasien tidak terlibat dalam kegiatan kelompok ataupun
masyarakat.

Sesudah : Ny f mengatakan pasien tidak terlibat dalam kegiatan kelompok ataupun


masyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan sanak
family ataupun orang sekitar.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan sanak


family ataupun orang sekitar.

Masalah / Diagnosa Keperawatan :


 Kerusakan komunikasi verbal  Lain-lain, jelaskan..........
 Kerusakan interaksi sosial
 Gangguan penyesuaian

4. Masalah psikososial pada lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan kelompok.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan kelompok.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah berhubungan dengan lingkungan

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah berhubungan dengan lingkungan

c. Masalah dengan pendidikan


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikan.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikan.

d. Masalah dengan pekerjaan


Sebelum : Ny f mengatakan sebelum pasien melahirkan, suami masih bekerja sebagai buruh
mebel.
Sesudah : Ny f mengatakan setelah melahirkan, suami ada masalah dengan pekerjaan yakni
sementara tidak bekerja karena menemani pasien yang baru saja melahirkan.

e. Masalah dengan perumahan/keluarga


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan/ keluarga.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan/ keluarga.

f. Masalah dengan ekonomi


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan perekonomian karena tiap hari suami
bekerja sebagai buruh mebel dan mendapat pemasukan gaji tiap perminggunya.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak adanya pemasukan dari suami tiap minggunya, namun
masih ada uang di buku tabungan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan


Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan karena
memiliki jaminan kesehatan (KIS).

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan karena memiliki
jaminan kesehatan (KIS).

h. Masalah lainnya
Sebelum : Ny f mengatakan tidak ada masalah lainnya.

Sesudah : Ny f mengatakan tidak ada masalah lainnya

Masalah /Diagnosa keperawatan: penampilan peran tidak efektif


 Gangguan citra tubuh  Ketidakberdayaan
 Gangguan identitas pribadi  Keputusasaan
 Gangguan harga diri rendah situasional  Lain-lain,(penampilan
 Perilaku mencari bantuan kesehatan peran tidak efektif)

5. Spiritual
a. Keyakinan
Ny f mengatakan pasien dan keluarga meyakini bahwa apapun yang terjadi pada manusia
yang berupa penyakit atau lainnya itu semata-mata datangngnya dari Allah. Apalagi dengan
adanya bentuk tubuh seorang ibu yang berubah ketika setelah melahirkan pastinya Allah
membalas pahala untuk seorang ibu yang penting ikhlas.

b. Nilai
Ny f mengatakan nilai moral kepada manusia seharusnya berbuat kebaikan, dan jangan
berbuat buruk sebab bila melakukan kebaikan serta ikhlas inshaAllah dengan Allah diganti
dengan sebuah pahala, begitu pun sebaliknya bila melakukan keburukan kepada manusia
Allah akan menggantinya dengan dosa.

c. Kegiatan ibadah
Sebelum : Ny f mengatakan pasien sebelum melahirkan menunaikan ibadah sholat 5 waktu
dan mengaji dirumah.

Sesudah : Ny f mengatakan pasien masih dalam masa nifas dan tidak diperbolehkan untuk
melakukan ibadah sholat 5 waktu dan mengaji.

Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Distress spiritual
 Lain-lain, jelaskan..........

VI. POHON MASALAH

Post partum

Adanya perubahan terhadap


bentuk tubuh

kurangnya pengetahuan tentang


perubahan bentuk tubuh

koping tidak efektif

merasa tidak percaya diri

khawatir adanya penolakan


dengan orang sekitar

GANGGUAN CITRA TUBUH


VII. DAFTAR MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi kekerasan
2. Sindroma trauma perkosaan
3. Harga diri rendah situasional
4. Gangguan citra tubuh
5. Penampilan peran tidak efektif

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan Citra Tubuh
IX. ANALISA DATA

MASALAH / ETIOLOGI
N
DATA DIAGNOSA
O
KEPERAWATAN

1. DS: Ny f mengatakan setelah Gangguan Citra Tubuh Post partum


melahirkan dan menyusui ada
perubahan terhadap anggota
tubuh dibagian perut. Adanya
Ny f mengatakan setiap setelah perubahan
mandi wajah pasien terasa
muncul bintik-bintik kecil, pasien Terhadap
beranggapan mungkin tidak
bentuk tubuh
cocok dengan sabun muka.

Ny f mengatakan khawatir
adanya penolakan dari orang lain Kurangnya
(suami)
pengetahuan
NY f mengatakan masih tentang
merasamalu berkumpul dengan
orang sekitar. Perubahan
bentuk tubuh

DO: k/u baik, kesadaran Koping tidak


composmentis, gcs: 4,5,6 efektif
TD: 120/80 mm/Hg

N: 82x/mnt Merasa tidak


S: 36,7 C° percaya diri

RR:22 x/mnt
Khawatir
adanya
- menyembunyikan anggota
tubuh bagian perut. penolakan

- Adanya perubahan anggota Dengan orang


tubuh bagian perut. sekitar

Gangguan
citra tubuh
X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/ Tgl/ DIAGNOSA KEPERAWATAN Intervensi Kriteria Hasil


No.
Jam (SDKI + No Kode) (SIKI + No Kode ) (SLKI + No Kode)
Selasa,25/ Gangguan Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh (I.09305) Setelah diberikan asuahan
1 08/2020 Observasi keperawatan selama ±3 jam

Pukul
18. Identifikasi harapan citra tubuh dalam 2x pertemuan selama 2

13.00 berdasarkan tahap perkembangan hari diharapkan TU dan TUK


19. Identifikasi budaya, agama, jenis dapat tercapai dengan kriteria
kelamin, dan umur terkait citra tubuh hasil :
20. Monitor apakah pasien bisa melihat Citra tubuh (L.09067)
bagian tubuh yang berubah 8. Melihat bagian tubuh
Terapiutik membaik (5)
21. Diskusikan perubahan tubuh dan 9. Menyembunyikan bagian
fungsinya tubuh berlebihan menurun
22. Diskusikan perbedaan penampilan fisik (5)
terhadap harga diri 10. Verbalisasi perasaan
23. Diskusikan kondisi stres yang negatif tentang perubahan
mempengaruhi citra tubuh (misalnya tubuh menurun (5)
luka, penyakit, pembedahan ). 11. Verbalisasi perubahan gaya
24. Diskusikan presepsi pasien dan keluarga hidup menurun (5)
tentang perubahan citra tubuh 12. Fokus pada bagian tubuh
menurun (5)
Edukasi 13. Fokus pada penampilan
25. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri masalalu menurun (5)
terhadap citra tubuh 7. hubungan sosial membaik (5)
26. Anjurkan menggunakan alat bantu
(misalnya pakaian, wig, kosmetik)
27. Latih peningkatan penampilan diri
( misalnya berdandan)
X. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Tgl/
Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Shift

Jum’at Gangguan 13.00 1. Mengidentifikasi harapan citra tubuh pada 15.30 S : pasien mengatakan mulai ada rasa percaya diri

28/08/20 citra tubuh pasien lagi meskipun masih ada perubahan bentuk
R/ Pasien merasa angota tubuhnya anggota tubuh bagian perutnya.
bagian perut masih bisa untuk kembali
O : k/u baik, kesadaran composmentis, gcs: 4,5,6
semula.
TD: 120/80 mm/Hg
13.25 2. Mengidentifikasi Budaya , agama, jenis N: 80x/mnt
kelamin, dan usia terkait citra tubuh
S: 36,7 C°
R/ Pasien suku madura, agama islam,
RR:20 x/mnt
perempuan, berusia 19 Th
3. Memonitor pasien dapatkan melihat
13.30 - Ny f tampak mulai percaya diri
bagian tubuh yang berubah
R/ pasien dapat melihat bagian tubuhnya
- Ny f kooperatif saat dilakukan implementasi

yang berubah di bagian perutnya. - Ny f tidak menyembunyikan bagian anggota

4. Mendiskusikan dengan pasien terkait tubuh bagian perutnya.

14.00 kondisi fisik dan fungsinya - Ny f tampak tenang

R/ pasien mengatakan adanya perubahan


anggota tubuh bagian perut, namun tidak A : masalah teratasi sebagian
ada masalah dalam fungsinya.
P : lanjut intervensi 6,7,8,9,10

5. Mendiskusikan dengan pasien mengenai


perubahan fisiknya dengan harga dirinya
R/ pasien merasa baik – baik saja hanya
14.25 merasa kurang percaya diri takut ada
penolakan dari suami dan ketika
berkumpul dengan orang sekitar.

Sabtu, 13.00 6. Mendiskusikan apakah adanya kejadian 15.00 S : pasien mengatakan semakin percaya diri lagi
29/08/20 stres terhadap konsidinya yang meskipun masih ada perubahan bentuk anggota
mempengaruhi citra tubuh tubuh bagian perutnya dan mulai berkumpul-
R/ pasien tidak merasa adanya tanda- kumpul dengan orang sekitar.
tanda bahwa pasien stres terhadap
O : k/u baik, kesadaran composmentis, gcs: 4,5,6
kondisinya.
13.25 7. Mendiskusikan presepsi pasien TD: 110/80 mm/Hg
mengenai perubahan fisik yang di alami.
R/ pasien merasa semua ibu yang baru N: 80x/mnt
melahirkan pasti memiliki perubahan S: 36,6 C°
yang sama dengan dirinya
RR:24 x/mnt
8. Menganjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
13.40 - Ny f tampak percaya diri
R/ pasien menjelaskan bahwa dirinya
- Ny f kooperatif saat dilakukan implementasi
berguna namun hanya saja merasa
- Ny f tidak menyembunyikan bagian anggota
kurang percaya diri dalam penampilan
tubuh bagian perutnya.
9. Menganjurkan menggunakan alat bantu
- Ny f tampak tenang
14.00 (misalnya pakaian, wig, kosmetik)
A : masalah teratasi
R/ pasien mengerti biasanya
menggunakan pakaian yang panjang di P : hentikan intervensi
bawah pinggang dan tidak ketat supaya
perutnya tidak terlalu terlihat besar.

10. Melatih peningkatan penampilan diri


R/ pasien mengerti biasanya setelah
14.30
mandi berpakaian rapi dan langsung
bersolek supaya tetap terlihat cantik
didepan suami.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1) TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah Psikososial Pada Klien Post Partum
Dengan Gangguan Citra Tubuh

A.Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
S : klien mengatakan tidak percaya diri terhadap adanya perubahan anggota
bentu tubuh bagian perutnya.
O : klien tampak menyembunyikan anggota tubuh bagian perut, Adanya
perubahan anggota tubuh bagian perut.

2. Diagnosa keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan
Melaksanakan SP 1 yaitu : Mengidentifikasi identitas klien, harapan citra
tubuh pada klien, monitor perubahan tubuh klien, diskusi dengan klien terkait
kondisi fisik, diskusi mengenai perubahan fisik dengan harga diri klien.

4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik.
2) Identifikasi harapan citra tubuh pada pasien
3) Identifikasi Budaya , agama, jenis kelamin, dan usia terkait citra tubuh
4) Monitor pasien dapatkan melihat bagian tubuh yang berubah
5) Diskusikan dengan pasien terkait kondisi fisik dan fungsinya
6) Buat dan masukkan pada jadwal harian pasien
7) Kontrak untuk pertemuan berikutnya
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat siang Mbak, kenalkan Saya Mega indriyani


putri” , mbak bisa memanggil saya mega. Saya mahasiswa keperawatan
dari STIKES Banyuwangi yang sedang menempuh profesi Ners, untuk
sekarang saya sedang melaksanakan tugas untuk merawat mbak sampai
2hr kedepan. mbak senangnya dipanggil siapa? supaya kita bisa semakin
dekat”R/: saya suka dipanggil mbak F”.

“ Dari tadi saya lihat mbak f memerhatikan anggota bentuk tubuh


bagian perut ada apa mbak”?apakah ada masalah dibagian perut
mbak”?R/: iya mbak, biasa habis melahirkan”

“ Bagaimana kalau kita memulai diskusi tentang perubahan bentuk tubuh


setelah melahirkan”? R/: iya mbak.

“ Berapa lama kita berbicara? ± 15 menit ya ? mau dimana? Disini saja


ya. R/: iya mbak.disini saja”.

2) Evaluasi :

“Baiklah mbak, bagaimana keadaan perasaan mbak F hari ini”? R/:


sedikit merasa insecure sama badan.

3) Validasi : “ Apa yang mbak lakukan dengan perasaan yang dirasakan saat
ini “?R/: biasanya pakai korset siapa tahu bisa berubah .

4) Kontrak : “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang


sebentar tentang keadaan Mbak? Supaya perasaan mbak lebih tenang”.
R/:iya mbak”.
Topik : “baiklah mbak, saya akan bertanya-tanya menjelaskan tentang
Identifikasi harapan citra tubuh, identifikasi budaya , agama, jenis
kelamin, dan usia terkait citra tubuh, monitor melihat bagian tubuh yang
berubah, diskusikan terkait kondisi fisik dan fungsinya “.

Tempat : “mbak mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?


Baiklah”.R/: baiklah lah

Waktu : “ mbak maunya berapa lama kita berbincang-bincang?


Bagaimana jika ± 15 menit”?R/: iya mbak”.

2. Fase Kerja
a) Mengidentifikasi harapan citra tubuh pada pasien
“ mbak saya ingin mengerti harapan citra tubuh yang bagaimana menurut
mbak dengan kondisi yang saat ini terjadi”? R/: ya seperti sediakala
sebelum melahirkan bentuk badan yang ideal,kadang pasa suami juga
merasa kurang percaya diri.
b) Mengidentifikasi Budaya , agama, jenis kelamin, dan usia terkait citra
tubuh
“ mbak boleh saya bertanya soal identitas mbak meliputi budaya, agama,
dan usia”? R/: Madura disini, 20 tahun jalan”.
c) Memonitor pasien dapatkan melihat bagian tubuh yang berubah
“ mbak anggota tubuh bagian mana yang menurut mbak untuk saat ini
mengalami perubahan setelah melahirkan “? R/: seperti yang saya tadi
cerita dibagian perut, ingin berubah seperti sebelum melahirkan”.
d) Mendiskusikan dengan pasien terkait kondisi fisik dan fungsinya
“ mbak mari kita saling sharing bertukar cerita terkait perubahan fisik
maupun fungsinya terlebih dulu saya juga pernah mengalami hal yang
sama seperti mbak”.R/: iya mbak”.
e) Mendiskusikan dengan pasien mengenai perubahan fisiknya dengan harga
dirinya
“ begini mbak, saat saya belum mengetahui jikalau mengalami
perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan adalah hal yang lumrah
mbak dan dapat diatasi dengan menjaga pola makan, istirahat,
beraktivitas dan berolahraga dengan teratur saya dapat merubah kondisi
tubuh menjadi sediakala mbak dulu saat hamil BB saya naik hingga
tembus 70kg dan Alhamdulillah mbak dengan usaha bisa kembali seperti
sebelum hamil, begitupun mbak tidak perlu merasa tidak percaya diri
lagi ya mbak…”.R/: iya mbak”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah kita
berbincang-bincang dan saling bertukar cerita”? R/: ya alhamdulilah saya
mulai ada rasa percaya diri lagi setelah mbak berbincang-bincang
meskipun masih ada perubahan bentuk anggota tubuh bagian perutnya.
b. Evaluasi Objektif :
- Klien tampak mulai percaya diri
- Klien kooperatif saat dilakukan implementasi
- Klien tidak menyembunyikan bagian anggota tubuh bagian perutnya.
- Klien tampak tenang
c) Validasi :
“ bagaimana mbak sudah bisa menyimpulkan perbincangan hari
ini?”coba di ulangi bagaimana cara supaya perubahan bentuk tubuh
dapat kembali sediakala dan siapa saja yang dapat memiliki perubahan
yang sama seperti mbak “?.R/: seperti berolahraga, pakai korset tidak
serat,rutin minum air”.ya pada umumnya setiap seorang melahirkan pasti
mengalami perubahan”.

d) Rencana Tindak Lanjut

“ mbak, kita tadi sudah berbincang-bincang dan berdiskusi tentang


perubahan bentuk tubuh cara memulihkan kembali kan mbak sudah
paham tentang hal itu, mbak bisa lakukan olahraga ringan setelah selesai
masa nifas ya namun tidak boleh beraktifitas yang berat-berat paling
tidak melakukan jalan ditempat ± 10 menit dalam sehari”.R/: iya mbak
masih”.
1) Kontrak : “ karena waktu kita sudah habis untuk pertemuan kali ini,
bagaimana kalau kita lanjutkan besok siang”.R/: iya mbak”.
2) Topik : “ besok saya akan menjelaskan dan bertanya-tanya diskusi
apakah adanya kejadian stres terhadap konsidinya yang mempengaruhi
citra tubuh, presepsi pasien mengenai perubahan fisik yang di alami,
anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh, anjurkan
menggunakan alat bantu (misalnya pakaian, wig, kosmetik), dan latihan
peningkatan penampilan diri”.
3) Tempat : “ mau dimana kita diskusi ? apa disini saja mbak ?R/: iya
mbak”.
4) Waktu : “Besok siang jam 13.00 ya mbak, kalau begitu saya pamit dulu”.
Wassalamu’alaikum mbak, selamat siang”. R/: waalaikumsalam”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2) TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Psikososial Pada Klien Post Partum


Dengan Gangguan Citra Tubuh

A.Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
S: klien mengatakan semakin percaya diri meskipun terhadap adanya
perubahan anggota bentu tubuh bagian perutnya.
O: klien tampak percaya diri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan Keperawatan :
Melaksanakan SP 2 yaitu menjelaskan dan bertanya-tanya diskusi apakah
adanya kejadian stres terhadap konsidinya yang mempengaruhi citra tubuh,
presepsi pasien mengenai perubahan fisik yang di alami, anjurkan
mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh, anjurkan menggunakan
alat bantu (misalnya pakaian, wig, kosmetik), dan latihan peningkatan
penampilan diri.
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik.
2) Evaluasi dan validasi pertemuan 1
3) Diskusikan apakah adanya kejadian stres terhadap konsidinya yang
mempengaruhi citra tubuh
4) Diskusikan presepsi pasien mengenai perubahan fisik yang di alami.
5) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
6) Anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya pakaian, wig, kosmetik)
7) Latih peningkatan penampilan diri
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
4. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat siang mbak, kita bertemu lagi hari ini ya


mbak”.

“ masih ingat dengan saya mbak,”?R/: iya masih ingat mbak mega kan
ya?”.

“ siang ini mbak masih terlihat segar”R/:”Alhamdulillah udah merasa


semakin percaya diri“ .

2) Evaluasi :

“Bagaimana keadaan perasaan mbak hari ini? R:/ Alhamdulillah


merasa seperti biasa, rasa percaya diri semakin bertambah”.

3) Validasi :
“ apa yang mbak lakukan dengan perasaan yang dirasakan hari ini”? R/
saya mencoba berkumpul-kumpul kembali bersosialisasi dengan orang
sekitar”.

“ coba mbak sebutkan apa saja yang kemarin kita perbincangkan”? R/:
iya mbak, kita kemarin berdiskusi tentang sharing perubahan bentuk tubuh
setelah melahirkan, cara mengatasi seperti berolahraga ringan teratur
tiap hari ± 15 menit”.

“ iya mbak betul sekali, wah daya ingat mbak tajam sekali ya”. R/ iya mb

4) Kontrak : baik mbak, boleh kita lanjutkan berbincang-bincang hari ini,


supaya lebih tambah merasa percaya diri lagi”. R/: iya mbak
Topik : “Baiklah, sesuai dengan janji kita yang kemarin, kita akan
berdiskusi apakah adanya kejadian stres terhadap konsidinya yang
mempengaruhi citra tubuh, diskusikan presepsi pasien mengenai
perubahan fisik yang di alami, anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh, anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya
pakaian, wig, kosmetik), latih peningkatan penampilan diri”.
Tempat : “ bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu ini
saja.” R/: iya mbak”.

Waktu : “ mbak maunya berapa lama kita berbincang-bincang?” ± 20


menit”? R/: iya mbak”.

5. Fase Kerja
a. Mendiskusikan apakah adanya kejadian stres terhadap konsidinya yang
mempengaruhi citra tubuh
“ apa yang mbak rasakan pada saat mengalami perubahan bentuk
anggota tubuh bagian perut, merasa stress kah sampai-sampai muncullah
perasaan adanya gangguan citra tubuh”?R/: tidak si biasa saja tidak
sampek stress hanya merasa malu dan kurang percaya diri”.
b. Mendiskusikan presepsi pasien mengenai perubahan fisik yang di alami.
“ apa menurut pandangan mbak mengenai perubahan fisik yang saat ini
sedang di alami”? apa mbak merasa tidak bisa mengalami perubahan
kembali seperti kesediakala dan apa mbak beranggapan hanya mbak saja
yang mengalami perubahan bentuk tubuh “?adanya ketidakgunaan mbak
untuk orang sekitar mbak”?.R/:ya biasalah namanya juga orang baru
melahirkan kayak gitu sudah biasa,bisa asalkan ada usaha dan olahraga
pasti bisa,tidaklah pasti semua orang yang melahirkan pasti
merasakan,tidak begitu tidak berguna biasa aja”.
c. Menganjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
“ coba mbak ungkapkan dengan keadaan mb yang saat ini terjadi, apakah
mbak merasa terasingkan oleh orang sekitar”? atau merasa adanya
ketidakgunaan mbak berapa di antara anggota keluarga atau orang
sekitar “? R/: tidak sih bukan merasa terasingkan apalagi sudah menjadi
seorang ibu pasti saya dibutuhkan anak saya,tidaklah pasti ada gunanya
“.
d. Menganjurkan menggunakan alat bantu (misalnya pakaian, wig, kosmetik)
“ saya ingin tahu apa solusi mbak terhadap kondisi mbak saat ini,
dapatkah mbak meminimalisir keadaan untuk sementara ini “?R/:ya
seperti menjaga penampilan bersolet,menjaga penampilan,bersolek
setelah mandi ya seperti itu”.
e. Melatih peningkatan penampilan diri
“ apa yang biasanya mbak lakukan untuk menambah keelokan penampilan
sehingga mbak juga merasa bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan
meski memiliki perubahan terhadap anggota tubuh bagian perut”? R/:ya
seperti memakai sabuk korset,terus memakai pakaian yang pas ke badan
supaya tidak terlalu ketat untuk mempercaya diri”.
6. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif :
“Apa Ibu sudah mengerti mengenai hasil diskusi tadi?” R/: saya semakin
percaya diri lagi meskipun masih ada perubahan bentuk anggota tubuh
bagian perutnya .

b. Evaluasi objektif :
- Klien tampak percaya diri
- Klien kooperatif saat dilakukan implementasi
- Klien tidak menyembunyikan bagian anggota tubuh bagian perutnya.
- Klien tampak tenang

c. Validasi :
“Bagaimana mbak sudah merasa lega dan mengerti?” coba di ulangi
seperti apa cara meningkatakn penampilan supaya terlihat menarik”?
R/:seperti bersolek,berpenampilan menarik”.

d. Rencana Tindak Lanjut


“Baik mbak kedepanya lebih baik tetep intensifkan berkumpul dengan
sanak family, ataupun orang sekitar , sehingga mbak semakin meningkat
rasa percaya diri dan menghilangkan rasa malu, seperti itu ya mbak “R/:
iya mbak

e. Kontrak yang akan datang


Topik : “Baik mbak kedepanya lagi kalau ada senggang waktu, kita
bertemu lagi dan berbincang kembali mungkin masalah pengalaman mbak
kedepan ini”terimakasih banyak selama 2 hari sudah berkenan menjadi
pasien saya ya mbak, bila ada salah maaf sebesar-besarnya semoag kita
selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. Saya permisi undur diri
wassalamualaikum…R/:waalaikumsalam.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-post-
partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada
tanggal 23 agustus 2020

http://dwitasari37.blogspot.com/2013/09/post-partum.html diakses pada tanggal 23


agustus 2020

http://serangkai-bacaan.blogspot.co.id/2014/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses pada tanggal 23 agustus 2020

Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta

DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI

Ircham Machfoedz, 2013. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di


Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.

Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and intervention,


Sudbury, Jones and Bartlett Publishers.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

PPNI 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Diagnosa


Keperawatan. Edisi I. Cetakan II Jakarta : DPP PPNI
PPNI 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta
: EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir Yani S.Hamid,
Edisi 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai