Anda di halaman 1dari 47

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak
bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau tidak dapat disembuhkan secara medis
(stadium akhir).Tujuan perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan mempersiapkan diri
menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas penyakit
yang diderita, baik secara fisik (nyeri, mual, muntah) maupun psikis yang berbasis
spiritual.
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi.( Stuart& Sundeen, 2009) Penyakit pada stadium
lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat
paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup.(Heelya, 2009).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan
proses kematian.Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada
tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus memahami apa yang
dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan
dan bantuan bagipasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel
sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk
silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan
yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
1
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahu apa itu perawatan palliative
2. Untuk mengethaui apa itu ca cervik
3. Untuk mengetahui apa itu kehilangan dan berduka
4. Untuk mengetahui keadaan psikologis pasien dengan penyakit terminal Ca cervic
stadium 4

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ca. Cervics

Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel
sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk
silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan
yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
B. Penyebab
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini
terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat
coitus usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya
(HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus :
pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang
mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES
(Diethyistribestrol) pada uterus, pemakaian kontrasepsi, sering melahirkan, genetik dan
kelompok sosial ekonomi rendah.

Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya
timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe,
hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.

3
Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine
dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea,
muntah, demam, dan anemia.

C. Tahap klinis dan stadium


Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit,
membantu prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan
metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan
oleh International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976.
pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks,
dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
- Karsinoma pre invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
- Karsinoma invasive
1. Stadium 0 terjadi pertumbuhan kanker ( karsinoma jaringan epitel leher
rahim
2. Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks ( leher rahim )
I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).secara mikroskopis
kanker telah menginvasi jaringan ( terjadi penetrasi ). Ukuran invasi sel
kanker kedalaman ≤ 5, sedangkan lebarnya ≤ 7 mm
1b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks,
terjadi lesi yang ukurannya lebih besar dari lesi yang terjadi pada stadiun 1a
1b 1ukuran tumor ≤ 4cm
1b2 ukuran tumor ≥ 4
3. Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks ( leher rahim ), tetapi
tidak mencapai dinding panggul ( pelvis) : Karsinoma menyerang vagina tapi
belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah
II. a. Para metrium masih bebas, belum ada parameter yang jelas
II. b. Para metrium sudah terkena, belum ada parameter yang jelas.

4
4. Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul ( pelvis ) pada
pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina
( vagina bagian bawah ), dengan komplikasi hidronefrosis dan ginjal tidak
berfungsi.
III. a. Belum mencapai dinding panggul ( pelvis ), tapi menyerang 1/3 vagina
bagian bawah
III. b. Sudah mencapai dinding panggul ( pelvis ) dan atau ada hidronefrosis
atau kegagalan fungsi ginjal dan atau keduanya.

5. Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic


atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum).
IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya atau yang berdekatan.
IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.

D. Penatalaksanaan
Terapi untuk kanker leher rahim berbeda setiap stadium kankernya. Pada stasium awal
dapat dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang menegandung sel kanker. Pada
stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan raadioterapi , kemoterapi, maupun
kemoradioterapi, jenis terapi ini dapat dipengaruhi pada sel normal.
Jika perubahan awal sel leher rahim telah diketahui, pengobatan yang umum diberikan
adalah dengan
1. pemanasan , diathermy atau dengan sinar laser
2. cone biopsy , yaitu dengan mengambil sedikit dari sel – sel leher Rahim,
termasuk selyang mengalami perubahan, pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim
telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan , beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah :
1. Operasi , yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya
uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
5
E. Perawatan Palliatif
1. Pengertian Perawatan Paliatif
Ungkapan “ palliative “ berasal dari bahasa latin yaitu “ pallium” yang artinya adalah
menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memeberikan kenyamanan ketika
tujuan penata laksanaan tidak mungkin disembuhkan ( Mucaden,2011).
Pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Secara umum terapi paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi antara dokter,
dokter spesialis,perawat,terapis,dan petugas social medis.

2. Prinsisp dasar perawatan paliatif


Dalam memberikan perawatan paliatif sangat penting memperhatikan prinsip – prinsip nya.
Commiee on bioethics and committee on hospital care ( 2000 ) mengembangkan untuk
pengamanan praktik dan standar minimum dalam meningkatkan kesejahteraan pasien
dengan kondidi hidup yang terbatas dan keluarganya, dengan tujuan memberikan
dukungan yang efektif selama pengobatan, dan memperpanjang kehidupan. Prinsip
dasarnya terintegritas pada model perawatan paliatif yang meliputi : menghormati serta
menghargai pasien dan keluarganya, kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan
perawatan paliatif yang pantas, mendukung pemberian perawatan ( care giver),
pengembangan profesi dan dukungan social untuk perawatan paliatif pada penderita ca
cervic,

3. Jenis-jenis Kegiatan Perawatan Paliatif


a. Penatalaksanaan nyeri,
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain,
c. Asuhan keperawatan,
d. Dukungan psikologis, social, kultural dan spiritual,
e. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
6
F. Peran perawat di perawatan paliatif
Fungsi pearwat bervariasi tergantung pada area kerjanya, pendidikan serta tujuan
karirnya. Menurut matzo dan sherman ( 2006) peran åerawat paliatif meliputi :
Praktik di klinik, pendidikan (educator), peneliti ( research ), bekerjasama
( collaborator), penasihat ( consultan),

G. Kehilangan dan Berduka


1. Kematian
Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga fase:
a.Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut jantung teratur
b. Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih mungkinnya
dilakukan penyelamatan
c.Kematian (mortality), atau kematian permanen

Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui sebagai penentu kematian, tapi
tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan pengobatan harus dihentikan untuk pasien
tidak terobati yang tetap dalam keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative state).Mati
otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di mana seseorang dikatakan mati otak
ketika semua aktivitas elektris otak telah berhenti selama beberapa waktu tertentu.
Berikut adalah keputusan mengenai hidup, mati dan perawatan kesehatan
a. Advance directives prosedur yang dapat mempertahankan hidup boleh
dilepas apabila kematian akan terjadi tidak lama lagi (imminent)
b. Euthanasia (“kematian yang mudah” atau “membunuh karena kasih”)
tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seseorang penderita penyakit yang
tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah.
c.Euthanasia pasif menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya diberikan
d. Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan sengaja, seperti
menginjeksi obat dengan dosis mematikan
e.Meninggal dengan indah kenyamanan fisik, dukungan dari orang dicintai,
perawatan kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak
menjadi beban bagi orang lain.
f. Hospice program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup
tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yang menekankan pada perawatan untuk
meredakan (palliative care) bukan untuk memperpanjang hidup.
g. Palliative care usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, serta
membantu individu meninggal secara bermartabat

7
 Model Dwi-proses dalam mengatasi kehilangan
Model dwi-proses merupakan model usaha coping masalah kematian yang terdiri dari
dua dimensi utama, yaitu:
a. Stresor yang berorientasi pada kehilangan berfokus pada individu yang
telah meninggal dan mencakup mengenang kembali secara positif atau negative
b. Stresor yang berorientasi pada pemulihan stresor tingkat dua yang
rimbul sebagai hasil tidak langsung dari berkabung, mencakup perubahan
identitas dan menguasai keterampilan-keterampilan
2. Pengertian Kehilangan dan Berduka
a. Pengertian Kehilangan
Menurut Lambert, 1985 Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah
dengan suatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan.
Menurut Lyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan (Loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sabagian
atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupannya. Setiap individu akan bereaksi terhadap
kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon
individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry, 1997)
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan
atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di
temui,diraba,didengan,diketahui,atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi
tingkat distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress
yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian
setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang
anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan
8
kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri kematian
hewan peliharaan menyebabkan distres emosional yang lebih besar dibanding dengan
sodaranya yang sudah tidak pernah ketemu selama bertahun-tahun
b. Berduka
Berduka (Grieving) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian.Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu
melewati reaksi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur dall.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Dukacita
adalah proses kompleks yang normal meliputi respond an perilaku emosional,
fisik,spiritual,social
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan.Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

3. Jenis-jenis Kehilangan dan Berduka


a. Actual Loos
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contohnya mobil yang hilang, dll
b. Perceived Loss
1) Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba
atau dinyatakan secara jelas.
2) Kehilangan yang abstrak. Atau kehilangan yang tidak dapat dikenal orang
lain hanya diri kita yang mengetahui. Contohnya harga diri, dl
c. Phychical Loss
9
Kehilangan fisik. Contohnya kecelakaan kaki di amputasi, dll
d. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
Tipe dari kehilangan dipengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan benda
mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang yang
dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap individunberespon terhadap kehilangan
secara berbeda.kematian seorang anggota keluargamungkin menyebabkan distress
lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi orang yang hidup
sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan disters emosional yang lebih
besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak pernah bertemu selama bertahun-
tahun. Kehilangan dapat bersifat aktual atau dirasakan.Kehilangan yang bersifat
actual dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang anak yang teman
bermainya pindah rumah. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat di
salahartikan ,seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise.
e. Psychologis loss
Kehilangan kejiwaan. Contohnya Putus cinta, dll

4. Lima Kategori Kehilangan dan Berduka


a. Kehilangan Objek Eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
using, berpindah tempat, di curi,atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak
benda tersebut mungkin berupa boneka atau selimut, begi seorang dewasa mungkin
berupa perhiasan atau aksesori pakaian.Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut
terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.

b. Kehilangan Lingkungan Yang Telah Dikenal


Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mancakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya termasuk ke kota baru, atau perawatan di
rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat
terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah keruang

10
perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam
atau mengalami cedera atau penyakit.

c. Kehilangan Orang Terdekat


Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung
guru,pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja,. Artis atau atlet yang terkenal
mungkin menjadi orang terdekat bagi orang muda.Riset telah menunjukan bahwa
banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan
dapat terjadi akibat perpisahan , pindah, melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan
kematian.

d. Kehilangan Aspek Diri


Kehilangan aspek diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologi, atau
psikologis.Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut,
gigi, payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control kandung
kemih atau usus, mobilitas, kekuatan , atau fungsi sensoris. Kehilangan Fungsi
psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri,
kekuatan, respek, atau cinta.perkembangan, atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat
menurunkuan kesejahteraan individu,. Orang tersebut tidak hanya mengalami
kedukaan,akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam
citra tubuh dan konsep diri.

e. Kehilangan Hidup
Doka ( 1993 ) menggambarkan respons terhadap penyakit yang mengancam
hidupke dalam 4 fase. Fase prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada gejala klien
atau factor resiko penyakit.Fase akut berpusat pada krisisdiagnosis. Klien dihadapkan
pada serangkaian keputusan, termasuk medis interpersonal, psikologis seperti halnya
cara menghadapi awal krisis penyakit. Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit dan pengobatannya, yang sering melibatkan serangkaian krisis yang di
akibatkannnya.Akhirnya terjadi pemulihan atau fase terminal.Kadang dalam fase akut
atau kronis seseorang dapat mengalami pemulihan. Klien yang mengalami fase
terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan,tetapi itu sudah pasti

11
terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga dihadapkan dengan
kehilangan yang beragam dan terus berubah.

5. Tahap-Tahap Kehilangan dan Berduka


Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
Danial => Anger => Bargaining => Depression => Acceptance
a. Penyangkalan (Denial)
Menyangkal adalah respons segera terhadap kehilangan baru atau kehilangan
yang mengancam.Respon fisiologis dapat mencakup kelemahan muscular, tremor,
menghela napas, ruam kulit, atau dingin dan pucat, berkeringat banyak, anoreksia,
dan ketidaknyamananIndividu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
Implikasi Bidan: Dukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan.
Tawarkan diri untuk tetap bersama klien, tanpa mendiskusikan alas an perilaku atau
kebutuhan untuk mengatasi, kecuali klien mengawalinya. Tawarkan klien perawatan
dasar seperti makanan, minuman, oksigensi, kenyamanan, dan keamanan.

b. Kemarahan (Anger)
Individu mengekspresikan marah dan di tunjukan kepada keluarga.Individu
mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih
sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
Implikasi Bidan: Berikan pedoman antisipasi tentang perasaan dan intensitasnya
yang mereka alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan terutama poada
kemarahan,Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Penuhi

12
kebutuhan yang menyebabkan respons marah. Berikan dorongan kepada klien dan
keluarganya untuk mengekspresikan perasaan mereka

c. Penawaran (Bargaining)
Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan
atau mengubah prognosis atau nasib.Individu membuat penawaran dengan yang maha
kuasa. Individu menerima bentuk terapi baru.
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang
lain.
Implikasi Bidan: Beriakan informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan.

d. Depresi (Depression)
Realitas dan sifat katetapan dari kehilangan telah dikenali.Kebingungan, kurang
motivasi, tidak menunjukan minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah
umum.Menarik diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi.Individu dapat menjadi
pendiam dan tidak komunikatif.Timbul perasaan kesepian, Mulai mengenang tentang
masa lalu dan benda yang hilang. Individu kehilangan minat dalam pena,pilan.
Individu melakukan bunuh diri,atau berperilaku tidak sehat seperti penggunaan obat
secar berlebihan.Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Implikasi Bidan: Berikan dukungan dan empati. Dukung menangis dengan
memberikan sentuhan yang mengomunikasikan kepedulian.Mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengkaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tetangga
professional kesehatan mental jika di perlukan.

e. Penerimaan (Acceptance)
Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan hal
tersebut.Individu dapat berbagi perasaan tentang kehilangan.Mengenang kejadian

13
masa lalu, Terjadi periode depresi, waktu yang baik untuk mulai membandingkan
dengan waktu buruk.Hidup mulai menjadi stabil.
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan
dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
Implikasi Keperawatan: Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara
verbal, dalam bentuk tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan dan dorong
pengungkapan sesering yang klien ingin lakukan, tunjukan penerimaan kelabilan
perasaan klien, bantu dalam mendiskusikan rencana masa mendatang

Sehingga, teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat pada pasien dengan penyakit
terminal menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
1. Denial
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Listening
1) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata
dan observasi komunikasi non verbal.
2) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan
ciptakan suasana tenang.
b. Silent
1) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat
pada pasien secara non verbal.
2) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
c. Broad opening
1) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
2) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien
dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2. Anger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi : listening
Perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan, seperti :
a. Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan
apa yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
b. Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
14
c. Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan
hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.

3. Bargaining
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Focusing
1) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
2) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
b. Sharing perception
1) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
2) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.

4. Depresi
Pada tahap ini kita dapat :
a. Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
b. Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian
harusnya diklarifikasi.
c. Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

5. Acceptance
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Informing
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
b. Broad opening
Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
c. Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga
agar tujuan komunikasi tercapai.Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang
15
dan damai.Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa
pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam
program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kehilangan dan Berduka


a. Perkembangan
1) Anak- anak.
a) Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
b) Belum menghambat perkembangan.
c) Bisa mengalami regresi
2) Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan
hidup, menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
3) Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan.Anak terbesar
biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
Kebutuhan keluarga yang kehilangan membutuhkan hal-hal sebagai berikut:
b. Harapan
Perawatan yang terbaik sudah diberikan.Keyakinan bahwa mati adalah akhir
penderitaan dan kesakitan.
c. Partisipasi
Memberi perawatan.Sharing dengan staf perawatan.

d. Dukungan
Dengan dukungan seseorang bisa melewati kemarahan, kesedihan, dan
penyangkalan.Dukungan bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
e. Kebutuhan Spiritual
Berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianut.Mendapatkan kekuatan dari
Tuhan.
f. Sosial Ekonomi

16
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
g. Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
h. Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan
akan kematian.
i. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa
kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.

7. Tipe-Tipe Kehilangan dan Berduka


Kehilangan dan berduka dibagi menjadi dua yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh oaring lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti atau di cintai

b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya seseorang
yang berhenti bekerja/ PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.

8. Dampak Kehilangan dan Berduka


Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seseorang seperti berikut ini.
a. Pada masa anak-anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul
regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
b. Pada masa remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga atau suatu kehancuran
keharmonisan keluarga.
c. Pada masa dewasa tua
17
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

9. Tanda-tanda dan Gejala kehilangan dan Berduka


a. Bagi pasien itu sendiri
1) Ungkapan Kehilangan dan Berduka
2) Menangis
3) Gangguan Tidur
4) Kehilangan nafsu makan
5) Sulit berkonsentrasi
6) Ketidak berdayaan
7) Keputusasaan
8) Depresi
9) Ansitetas
10) Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
a) Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama
b) Sedih berkepanjangan
c) Adanya gejala fisik yang berat
d) Keinginan untuk bunuh diri
b. Bagi keluarga pasien
1) Ungkapan kehlangan dan berduka
2) Menangis
3) Deprivasi tidur
4) Stress pelaku rawat.

H. Pengkajian Psikologi
1. Perawat menggali makna kehilangan pada pasien dan keluarga dengan cara,
sebagai berikut :
a. Menggunakan komunikasi terbuka
b. Menekankan keterampilan mendengar
c. Mengamati respon dan perilaku
2. Perawat mengkaji bagaimana pasien bereaksi atau melakukan sesuatu hal.
3. Perawat harus memahami fase-fase berduka atau menjelang ajal yang dialami
pasien.

18
4. Perawat harus mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi cara individu
merespon terhadap kehilangan.

 Beberapa reaksi pasien terhadap penyakit terminal, antara lain:


1. Mereka mungkin akan menyerah pada keadaan.
2. Beberapa orang mencari cara untuk mengurangi nyeri dan gangguan.
3. Emosional dari penyakit yang lama serta menunggu kematian dengan tenang.
4. Sebagian lagi menjadi takut atau marah dan menujukkan suasana hati yang bergeser
dari menolak sampai depresi.
5. Sebagian yang lain mencoba mencapainya, mencoba mengungkapkan perasaannya dan
pikirannya tentang masa depan yang tidak pasti.
6. Yang lain putus asa dan cemas atau periode menacari, pertanyaan masih kabur.

 Faktor yang mempengaruhi cara individu merespon kehilangan, antara lain :


1. Karakteristik personal (usia dan tingkat pendidikan)
2. Sifat hubungan dengan objek yang hilang dan melihat karakteristik hubungan dan
reaksi kehilangan terhadap orang yang ditinggalkan.
3. Sistem pendukung sosial seperti dukungan sosial dari teman, keluarga,
masyarakat, dan sebagainya.
4. Kemampuan untuk menyelesaikan dan menerima duka
5. Keyakinan spiritual

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. JP
DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

A. KASUS Ny. JP
Ny . JP 45 tahun seorang publik figur didiagnosa Ca – Cervic stadium lanjut dan
selama 6 minggu , dia menjalani kemoterapi dimana efek samping nya rambut
rontok, mual, muntah, dan berat badan turun drastis. Dia sangat sedih tidak bisa
menerima keadaan dan mengurung diri, apa lagi didiagnosa dokter penyakit ya
sudah metastase membuta kondisi semakin menurun dan di rawat di rumah sakit .
Saat ini merasakan sakit daerah pelvis , kaki bengkak , sama sekali makanan
tidak bisa melalui oral. Kesdarannya menurun dan kadang – kadang tidak
mengenal keluarga lagi , teman yang menjenguknya di RS . Selama perawatan di
RS Ny. JP dirawat oleh adik dan keponakannya , karena pasien seorang janda
yang tidak punya anak . Melihat kondisinya semaki menurun wajah Ny. JP yang
pucat , kaki yang bengkak, peralatan medis terpasang disetiap organ tubuhnya,
dan membantu hampir semua fungsi tubuhnya. Tentunya bukan hal yang
diharapkan, untuk dilihat dari seorang Jp yang beberapa bulan masih kelihatan
cantik , bersih dan selalau menyayangi adik dan keponakannya, maklum dia
sebagai tulang punggung keluarga . Harapan keluarga dalam merawat pasien
diakhiri hayat menjelang kematian pasien terbebas dari nyeri dan dengan penuh
martabat dan kenyamanan yang terpelihara
B. Tugas
1. sebagai seorang perawat bagaimana pengkajian terhadap respon
kehilangan Ny. JP beserta keluarganya

20
2. jelaskan pengkajain keluarga dalam asuhan keperawatan Ny. JP.
Meliputi kehadiran individu lain yang peduli. Akan menimbulkan
banyaknya persepsi , menghargai keragaman dari tiap orang dalam konteks
keluarga( dukungan keluarga)
3. sebutkan kemungkinan diagnosa yang bisa muncul dengan patflow
dari diagnosa tersebut
4. bagaimana pemecahan masalah bersama keluarga dengan
mempertimbangkan makna kejadian , krisi yang dapat diatasi, perilaku
koping, sistem pendukung dan issu diakhir hayat.

1. Identitas Pasien
Nama :Ny. JP
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Sadeng pasar Rt 05/04. Jakarta
Status pernikahan : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : artis ( enterpreuner )
No. Register : 065669
Diagnosa medis : Ca Cervic Stadium Lanjut
Tanggal masuk : 1 Mei 2019
Tanggal pengkajian : 1 Mei 2019

2. Anamnesis
a. Pengkajian terhadap respon kehilangan Ny,JP beserta keluarganya
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien apa yang
dipikirkan , yang dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Percakapan
yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan
rasakan adalah:
1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2. Dukungan yang adekuat akibat berduka dan kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses dan kehilangan

b. Mekanisme koping yang sering dipakai individu


Denial
Anger
Bargaining
Depresi
Aceptence

21
Keluarga Ny Jp sudah berada di tahap aceptence, keluarga berharap pengobatan yang
terbaik untuk Ny.Jp, keluarga berharap pasien diakhir hayatnya menjelang kematian
pasien terbebas dari nyeri dan dengan penuh martabat dan kenyamanan yang
terpelihara..

c. Keluhan utama :
Nyeri di daerah pelvik, kaki bengkak, tidak dapat makan secara oral.

d. Riwayat kesehatan sekarang :


Pasien berada di RS setlah 6 minggu dia menjalani kemoterapi dengan efek samping ,
rambut rontok, mual,muntah dan berat badan menurun drastis.Dokter mengatakan
kanker yang di derita sudah metastate, membuat kondisi klien semakin menurun dan
di rawat di RS

e. Riwayat kesehatan terdahulu :


Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan seperti ini nyeri saat menstruasi dan
berhubungan seksual, pendarahn tidak normal.

f. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak
ada anggota keluarga yang menderita penyakit kanker servik , kista , mium atau
pendarahan yang tidak normal.

Genogram

DM

Keterangan :
Laki-laki

Perempuan

Meninggal dunia

Tinggal serumah

Menikah
22
Klien

g. Rentang respon kehilangan :


Adik dan keponakan Ny.JP berharap pasien diakhir hayatnya menjelang kematian
pasien terbebas dari nyeri dan dengan penuh martabat dan kenyamanan yang
terpelihara.

h. Riwayat Sosial dan Personal


Sehari-hari pasien berprofesi sebagai public pigur ( artis ) . Pasien mengaku jarang
meluangkan waktu secara khusus untuk berolahraga. Pasien mengatakan aktivitas
fisik selama sakit semakin berkurang. Pasien mengakui memiliki kebiasaan makan –
makan yang tidak sehat dan jarang minum air putih.

i. Riwayat Psikososial dan Spiritual


 Adakah orang terdekat dengan pasien : Ada, adik dan keponaknnya
 Interaksi dalam keluarga :
Pola komunikasi : Pasien berkomunikasi baik dengan anggota keluarganya
Pembuat keputusan: Pasien
Kegiatan kemayarakatan : Ada sebagai Enterpreneur
 Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : pasien merupakan tulang punggung
keluarga
 Masalah yang mempengaruhi pasien : ada
 Mekanisme koping terhadap stress :
( √ ) Pemecahan masalah ( o ) Minum obat
( o ) Makan ( o ) Cari pertolongan
( o ) Tidur ( o ) Lain-lain (Misal : marah, diam)
 Persepsi pasien terhadap penyakitnya
 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : pasien mengatakan tidak bisa
menerima kondisinya dan mengurung diri.
 Harapan setelah menjalani perawatan : Ada harapan sembuh.
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : pasien mengatakan aktifitas
fisik selama sakit berkurang, sedih dan tidak bisa berinteraksi dengan keluarga
 Sistem nilai kepercayaan :
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada
 Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan : beribadah dan berdoa

Pola Kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
Pola Nutrisi

23
 Frekuensi makan : ……….. x / 2x sehari 3x sehari
hari tidak baik
 Nafsu makan : baik/tidak
mual ada mual muntah
Alasan : …………………
(Mual, muntah, sariawan) 1 porsi

 Porsi makanan yang dihabiskan

 Makanan yang tidak disukai


1/4 porsi tidak ada
 Makanan yang membuat alergi
 Makanan Pantangan tidak ada
tidak ada makanan kolesterol
tidak ada
 Makanan Diet makanan diet Kolesterol
koleseterol 1400 kalori
 Penggunaan obat-obatan
sebelum makan tidak ada ada
 Penggunaan alat bantu (NGT,
dll)

ada ada penggunaan


Pola Eliminasi NGT
1) BAK : ada penggunaan
 Frekuensi : …………. x / hari
NGT
 Warna : ………………………
 Keluhan : ……………………
 Penggunaan alat bantu (kateter,
dll)

4-6 x/hari, 4-5x/hari


2) BAB :
terkadang terasa kuning jernih
 Frekuensi : …………… x / hari
 Waktu : ……………………… nyeri saat tidak ada
(pagi/siang/malam/tidak tentu
berkemih
 Warna : ………………………
 Konsistensi : ………………… Tidak memakai memakai kateter
 Keluhan : ……………………
memakai kateter
 Penggunaan Laxatif : …………

Pola Personal Hygiene


24
1) Mandi
 Frekuensi : …………… x / hari 1x sehari 1x sehari
 Waktu : pagi/sore/malam
pagi hari pagi hari
2) Oral Hygiene
 Frekuensi : …………… x / hari
 Waktu : pagi/sore/malam
kuning kecoklatan kuning kecoklatan
3) Cuci rambut
padat, lunak padat, lunak
 Frekuensi : …………… x / hari
tidak ada tidak ada
tidak ada tidak ada
Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur siang : …… jam / hari
 Lama tidur malam : …… jam / hari
 Kebiasaan sebelum tidur : ………
1x/hari 1x/hari
pagi pagi

2x/hari 2x/hari
Pola Aktivitas dan Latihan
pagi, sore pagi, sore
 Waktu bekerja : Pagi/siang/malam
 Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak
2x/minggu 2x/minggu
 Jenis olah raga : …………………..
 Frekuensi olahraga : …… x/minggu
 Keluhan dalam beraktivitas
(Pergerakan tubuh / mandi /
± 1 – 2 jam tidak tidur siang
mengenakan pakaian / sesak setelah
± 5-7 jam ± 6-7 jam
beraktivitas dll)
menonton TV Ngobrol dengan
Kebiasaan yang mempengaruhi
keluarga
kesehatan
1) Merokok : Ya/Tidak
 Frekuensi : …………………….

pagi hari tidak


 Jumlah : ……………………….
tidak tidak
 Lama pemakaian : …………….
25
tidak pernah tidak pernah
2) Minuman keras/NAPZA : tidak pernah tidak pernah
Ya/Tidak tidak ada keluhan tidak ada keluhan
 Frekuensi : ……………………. dalam beraktivitas dalam beraktivitas
 Jumlah : ……………………….
 Lama pemakaian : ……………

tidak merokok dan tidak merokok dan


konsumsi alkohol konsumsi alkohol

Pemeriksaan Fisik
a. Berat badan : 47 Kg (Sebelum Sakit 52 Kg)
b. Tinggi badan : 155 Cm IMT : 19,58kg/m2
c. Tekanan darah : 120/60 mmHg LILA : 24 cm
d. Nadi : 90 x / menit BBI : 49,5 – 60,5 kg
e. Frekuensi Nafas : 22 x / menit TSF : 12 mm

26
f. Suhu tubuh : 36,35°C
g. Keadaan umum : ( o ) Ringan ( √ ) Sedang ( o ) Berat
h. Pembesaran kelenjar getah bening : ( √ ) Tidak ( o ) Ya, Lokasi –

Sistem Penglihatan :
 Posisi mata : ( √ ) Simetris ( o ) Asimetris
 Kelopak mata : ( √ ) Normal ( o ) Ptosis
 Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( o ) Abnormal
 Konjungtiva : ( √ ) Merah Muda ( o ) Anemis (o) Sangat merah
 Kornea : ( √ ) Normal (o) Keruh/berkabut
 Sklera : ( o ) Ikterik ( √ ) Anikterik
 Pupil : ( √ ) Isokor ( o ) Anisokor
 Otot-otot mata : ( √ ) Tidak ada kelainan ( o ) Juling keluar
( o ) Juling ke dalam ( o ) Berada diatas
 Fungsi penglihatan : ( √ ) Baik ( o ) Kabur
( o ) Dua bentuk / diplopia
 Tanda-tanda radang : tidak ada tanda-tanda radang
 Pemakaian kaca mata : ( o ) Tidak ( √ ) Ya, Jenis kacamata baca
 Pemakaian lensa kontak : tidak
 Reaksi terhadap cahaya: pupil mengecil saat diberi rangsangan cahaya

Sistem Pendengaran :
 Daun telinga : ( √ ) Normal ( o ) Tidak, kanan/kiri tidak ada
 Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) : warna kuning, konsistensi cair, bau
normal
 Kondisi telinga tengah : (√ ) Normal ( o ) Kemerahan
( o ) Bengkak ( o )Terdapat lesi
 Cairan dari telinga : ( √ ) Tidak ( o ) Ada, - (Darah, nanah, dll)
 Perasaan penuh di telinga : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Tinitus : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Fungsi pendengaran : ( √ ) Normal (o) Kurang (o)Tuli, kanan/kiri –
27
 Gangguan keseimbangan : ( √ ) Tidak ( o ) Ya, -
 Pemakaian alat bantu : ( o ) Ya ( √ ) Tidak

Sistem Wicara : ( o ) Normal (√ ) Tidak


( o ) Aphasia ( o ) Dysphasia
(√ ) Anarthia ( o ) Dysartria
( o ) Aphonia

Sistem Pernafasan :
 Jalan nafas : ( √ ) Bersih ( o ) Ada sumbatan : tidak ada
 Pernafasan : ( √ ) Tidak sesak ( o ) Sesak
 Menggunakan otot bantu pernafasan : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Frekuensi : 22 x / menit
 Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
 Jenis pernafasan : spontan
 Kedalamam : ( o ) Dalam ( o ) Dangkal
 Batuk : (√ ) Tidak (o) Ya
 Sputum : ( √ ) Tidak ( o ) Ya : - (putih, kuning, hijau)
 Konsistensi : ( o ) Kental ( o ) Encer
 Terdapat darah: ( o ) Ya (o ) Tidak
 Palpasi dada : pengembangan dada diseluruh lapang paru sama, simetris
 Perkusi dada : resonan pada lapang paru, tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi dada : BJ I-II regular, suara napas vesikuler
 Suara nafas : ( √ ) Vesikuler ( o ) Ronkhi
( o ) Wheezing ( o ) Rales
 Nyeri saat bernafas : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Penggunaan alat bantu nafas : ( √ ) Tidak ( o ) Ya

Sistem Kardiovaskuler :
28
Sirkulasi perifer
 Nadi 90 x / menit Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
Denyut : ( o ) Lemah ( √ ) Kuat
 Tekanan darah : 120/90 mmHg
 Distensi vena jugularis : Kanan : (o) Ya ( √ ) Tidak
Kiri : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Temperatur kulit : ( √ ) Hangat ( o ) Dingin
 Warna kulit : ( o ) Pucat ( o ) cyanosis ( o ) kemerahan
 Pengisian kapilar : < 3 Detik
 Edema : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
( o ) Tungkai atas ( o ) Periorbital
( o ) Skrotalis
( o ) Tungkai bawah ( o ) Muka ( o ) Anasarka
Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical : 90 x / menit
 Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
 Kelainan bunyi jantung : ( o ) Murmur ( o ) Gallop
 Sakit dada : ( o ) Ya (√ ) Tidak
 Timbulnya : ( o ) Saat beraktivitas ( o ) Tanpa aktivitas
( o ) Seperti ditusuk-tusuk ( o ) Seperti terbakar
( o ) Seperti tertimpa benda berat
 Skala nyeri : tidak ada

Sistem Hematologi :
Gangguan Hematologi
 Pucat : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
 Perdarahan : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
( o ) Ptechie ( o ) Purpura ( o ) Mimisan
( o ) Perdarahan gusi ( o ) Echimosis

Sistem Saraf Pusat :


29
 Keluhan sakit kepala : pusing (vertigo, migrain, dll)
 Tingkat kesadaran : ( √ )Compos Mentis ( o ) Apatis
( o )Somnolent ( o ) Soporokoma
 Glasgow Coma Scale (GCS) E : 2 M:3 V:3
 Tanda-tanda peningkatan TIK : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
( o ) Muntah proyektil (o) Nyeri kepala hebat ( o ) Papil Edema
 Gangguan sistem persarafan: ( o ) Kejang ( o ) Pelo ( o ) Mulut mencong
( o ) Disorientasi ( o ) Kesemutan
( o ) Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
Pemeriksaan Refleks :
 Refleks Fisiologis : ( √ ) Normal ( o ) Tidak
 Refleks Patologis : ( √ ) Tidak ( o ) Ya

Sistem Pencernaan :
 Keadaan mulut
 Gigi : ( o ) Caries ( √ ) Tidak
 Penggunaan gigi palsu : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Stomatitis : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Lidah kotor : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Saliva : ( √ ) Normal ( o ) Abnormal
 Muntah : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
 Isi : ( o ) Makanan ( o ) Cairan ( o ) Hitam
 Warna : ( o ) Sesuai Warna Makanan ( o ) Kehijauan
( o ) Coklat ( o ) Kuning ( o ) Hitam
 Frekuensi : - x / hari
 Jumlah : - ml
 Nyeri daerah perut : ( √ ) Ya ( o ) Tidak
 Skala Nyeri :-
 Lokasi & karakter nyeri :
(√ ) Seperti Ditusuk-Tusuk (√ ) Melilit ( o ) Cramp
( o ) Panas/Seperti Terbakar ( o ) Setempat (o) Menyebar

30
( √o) Berpindah-Pindah ( o ) Kanan Atas ( o ) Kanan Bawah ( o ) Kiri Atas
( o ) Kiri Bawah
 Bising usus : 6 x / menit
 Diare : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
 Lamanya : tidak ada Frekuensi : - x / hari
 Warna Feces : ( √ ) Kuning ( o ) Putih seperti air cucian beras
( √ ) Coklat ( o ) Hitam ( o ) Dempul
 Konsistensi feces : ( √ ) Setengah padat ( o ) Cair ( o ) Berdarah
( o ) Terdapat lender ( √ ) Tidak ada kelainan
 Konstipasi : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Lamanya : - hari
 Hepar : ( o ) Teraba ( √ ) Tak teraba
 Abdomen : ( o ) Kembung ( o ) Ascites ( o ) Distensi

Sistem Endokrin :
 Pembesaran kelenjar tiroid : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
(o) Exoptalmus (o) Tremor (o) Diaporesis
 Nafas berbau keton : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
( √ ) Poliuri ( o ) Polidipsi ( o ) Poliphagi
 Luka Ganggren : ( √ ) Tidak (o)

Sistem Urogenital :
 Perubahan pola kemih : (o ) poliuri ( o ) Urgency ( √ ) Disuria
( o ) Tidak lampias ( √ ) Nokturia ( o ) Inkontinensia
( o ) Anuria ( o ) Frekuensi
 BAK : Warna : (o) Kuning jernih (√ ) Kuning kental/coklat
( o ) Merah ( o ) Putih
 Distensi/ketegangan kandung kemih : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Keluhan sakit pinggang : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Skala nyeri : 5-7

31
Sistem Integumen :
 Turgor kulit : ( √ ) Baik ( o ) Buruk (o) Menurun
 Temperatur kulit : hangat
 Warna kulit : ( √ ) Pucat ( o ) Sianosis ( o ) Kemerahan
 Keadaan kulit : ( √ ) Baik ( o ) Lesi (o ) Ulkus
( o ) Luka, Lokasi .....
 Kelainan kulit ( √ ) Tidak ( o ) Ya
( o ) Gatal-gatal ( o ) Memar/lebam
( o ) Kelainan pigmen
( o ) Luka bakar, Grade - Persentase -
( o ) Dekubitus, Lokasi –
 Keadaan rambut : - Tekstur : ( √ ) Baik ( o ) Tidak (o) Alopesia
- Kebersihan : (√ ) Ya ( o ) Tidak

Sistem Muskuloskeletal :
 Kesulitan dalam pergerakan : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
 Fraktur : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Lokasi tidak ada
Kondisi tidak ada
 Kelainan bentuk tulang/sendi : ( o ) Kontraktur ( o ) Bengkak
( o ) Lain-lain, Sebutkan : tidak ada
 Kelainan struktur tulang belakang : ( o ) Skoliosis ( o ) Lordosis (o ) Kifosis
 Keadaan tonus otot : ( √ ) Baik ( o ) Hipotoni
( o ) Hipertoni ( o ) Atoni
 Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555

Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
32
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 10,2 g/dL 11-14.5
Lekosit 10,900 /mm3 4.000-10.000
Trombosit 503,000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 28,9 % 40-49

KIMIA KLINIK
Ureum H 65 Mg/dL 10-50
Creatinin H 2.5 Mg/dL < 1.20
Asam urat 6.8 Mg/dL 3,4 – 7,0
URINE
Analisa Urine
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan
gelap muda/gelap/merah
Kimia urine
Keruh Jernih / Keruh
PH/Reaksi
Berat jenis
7.0 4,5 – 8,5
Protein Mg/dL
1.010 1.003 – 1.030
Reduksi Mg/dL
Positif Negatif
Lekosit esterase /ul
Positif Negatif
Bilirubin Mg/dL
Negatif Negatif
Urobilinogen Mg/dL
Positif Negatif
Nitrit Mg/dL
Negatif Normal
Keton Mg/dL
Negatif Negatif
Blood ( Hb/Eri ) /ul
Positif Negatif
Positif Negatif

3. Penatalaksanaan Medis
a Cairan :
RL/ 12 jam
b Diet :
Diet Kolesterol 1400 kalori/hari
c Obat :
Parenteral :
Ceftriaxone 1 x 2 gram IV bolus
Tramal 3 x 100 gram IV bolus (k/p)
Oral :

33
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Batugin 1x10 mg

Pathoflow

Virus HPV Factor – factor resiko

34
Penekan sel Ca pada saraf

CA SERVIKS
Nyeri

Psikologis pendarahan Bau busuk Pengobatan

Hipovolemik Gg. Citra Eksternal radiasi


Kurang pengetahuan
anemia

Cemas / Takut Kulit Depresi Mulut


merah sumsum kering
Intoleransi kering tulang stomatitis
aktifitas
Hb
Kerusakan
integritas
kulit
Anemia

Sel – sel kurang O2


Resiko infeksi

Gastrointestinin kurang MOF


Daya tahan tubuh berkurang
Mual – muntah

Kelemahan / kelelahan Ketidak seimbangan nutrisi

Analisa data
Data Kemungkinan penyebab Diagnosa keperawatan
Data subjektif : proses perkembangan Nyeri kronis
Pasien mengeluh nyeri bagian penyakit
pelvik
35
Data objektif:
 TD: 120/60 mmHg
 Nadi : 90 x / menit
 Frekuensi Nafas : 22
x / menit
 Suhu tubuh :
36,35°C

Data subjektif : Obat kemoterapi Nutrisi kurang dari kebutuhan


Pasien mual, muntah tubuh
Data objektif:
Penurunan berat badan
 BB : 47 Kg
(Sebelum Sakit 52 Kg)
 TB :155 Cm
 Tidak bisa makan melalui
oral
 TD: 120/60 mmHg
 Nadi : 90 x / menit
 Frekuensi Nafas : 22
x / menit
 Suhu tubuh :
36,35°C

Data subjektif Pengobatan kemoterapi Inteloransi aktifitas


(-)
Data objektif
 Mengalami Penurunan
kesadaran
 Kaki Ny. JP bengkak
 Peralatan medis terpasang
di seluruh anggota tubuhnya
Data subjektif: Gangguan citra tubuh
proses penyakit
Ny. Jp merasa sedih terhadap

36
kondisi nya saat ini
Data objektif
 Ny.Jp mendapatkan
kemoterapi selama 6 minggu
 Rambut rontok
 Mual, muntah, BB turun
drastis
 Peralatan medis terpasang
di seluruh anggota tubuhnya
 Kaki Ny. JP bengkak
 Wajah pucat

Data subjektif: Menjelang ajal Distress spiritual


 Keluarga mengatakan
ingin bertemu pemuka agama
 Pasien/keluarga mengeluh
menderita dan tidak berdaya
Data objektif :
Keluarga nampak sedih dengan
kondisi ny. JP

Data subjektif Berduka dan kehilangan


antisipasi kematian
Keluarga mengatakan takut
keluarga atau orang yang
kehilangan Ny.Jp
berarti
Keluarga mengatakan merasa
sedih melihat kondisi Ny.Jp
Data objektif
Pasien/keluarga tampak
perubahan aktivitas
Pasien/keluarga tampak putus asa

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses perkembangan penyakit.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, mual dan muntah.

37
3. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit
5. Distress spiritual berhubungan dengan menjelang ajal
6. Berduka dan kehilangan berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang
yang berarti

38
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagosa Tujuan Rencana tindakan


1 Nyeri kronis berkurang Mandiri
Nyeri kronis
sampai dengan hilang  Kaji ulang nyeri sesuai kategori: onset, provocating/palliating, quality,
berhubungan dengan
Kriteria hasil region, skala, treatment
proses  Observasi lokasi nyeri, intensitas nyeri (skala1-10), lamanya kualitas,
 Nyeri berkurang
perkembangan (taja,/tumpul), dan radiasi, respon verbal dan non verbal.
atau hilang
 Kaji riwayat nyeri sebelumnya sesuai penyebabnya agen pencedera:
penyakit.  Pasien tenang
kimiawi, fisiologis atau fisik
dan dapat istirahat
 Beritahu pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
 Ekspresi wajah
 Pertahankan lingkungan yang tenang dan suasana yang nyaman
tenang  Bantu/ajarkan teknik relaksasi, seperti: nafas dalam, perilaku distraksi,
 TTV dalam
visualisasi, bimbingan imajinasi
batas normal  Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik
atau obat narkotik
 Observasi nyeri pasien setelah 30 menit pemberian obat nyeri (pain killer)
 Libatkan support keluarga dalam manajemen nyeri
Kolaborasi
 Beri o2 sesua indikasi
 Hubungan pain managemen bila skor >3 (nyeri sedang)
 Pemberian terapi analgetik sesuai indikasi: analgetik, narkotika
2 Nutrisi terpenuhi
Nutrisi kurang dari Mandiri
Kriteria hasil
kebutuhan tubuh
 Tidak terjadi
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
berhubungan dengan
penurunan berat
39
badan
anoreksia, mual dan  Makanan habis  Fasilitasi menentukan pedoman diet (piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
muntah. sesuai porsi sesuan
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
yang disediakan  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi

Aktifitas kolaboratif

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis pereda nyeri,


antiemetic) jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
 Kolaborasi Pemberian cairan parenteral nutrisi sesuai indikasi

3  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


1. Inteloransi  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah selimut (cahaya, suara,
kunjungan )
aktifitas
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
berhubungan  Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
dengan berjalan
 Anjurkan tirah baring
keletihan
 Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
sekunder akibat  Anjurkan menghubingi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
anemia dan berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
pemberian
kemoterapi.
40
Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

4 Pasien mampu Mandiri


Gangguan citra
menunjukkan  Kaji status emosional pasien
tubuh berhubungan  Lakukan pendekatan dan jalin hubungan saling percaya pasien dan
kemampuan
dengan proses keluarga
peningkatan citra tubuh
 Bantu pasien / keluarga untuk mengenali perasaannya seperti cemas,
penyakit
selama perawatan
marah atau sedih
Kriteria hasil:  Dengarkan/dorong ekspresi keyakinan dan perasaan
 Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan
 Pasien
 Dorong suami atau keluarga untuk mendampingi klien cara yang tepat
menerima proses  Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan dengan kepercayaan
penyakitnya Edukasi
 Pasien tidak
Kondisi tubuh setelah tindakan
Nampak gelisah atau
Bedah plastic
tegang
Kosmetik/protesa
 Demonstrasikan teknik relaksasi dan atau distraksi bila perlu
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengambil keputusan
 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
5 Pasien/keluarga mampu Mandiri
Distress spiritual
menerima makna  Gunakan komunikasi therapetik dalam membangun hubungan saling
berhubungan dengan
keluarga dan tujuan percaya dan caring
menjelang ajal  Pertimbangkan metode yang biasa digunakan pasien dalam pemecahan
hidup
masalah
Kriteria hasil:
41
 Pasien/keluarga  Bantu pasien untuk memutuskan bagaimana masalah dipecahkan
 Bantu pasien mengeksplorasi perasaan kemarahan, kepahitan dendam,
mampu
atau…
mengungkapkan
 Tunjukan perhatian melalui aktivitas untuk menghadirkan diri dengan
perasaan
meluangkan waktu bersama pasien, dan orang yang penting baginya
mendapatkan  Beri perawatan kondisi akhir kehidupan yang bermanfaat
dukungan yang baik Kolaborasi
 Pasien/keluarga
 Beri therapy
menjelaskan makna  Rehab medic
 Rujuk konseling sesuai kebutuhan: psikolog, psikiater
kehilangan
 Pasien/keluarga
dapat menerima
kehilangan
6 Pasien/keluarga Mandiri
Berduka dan
berperan aktif melalui  Beri waktu untuk mendengar keluahan pasien atau keluarga
kehilangan  Dengarkan perasaan pasien dan keluarga
proses berduka
 Tunjukkan empati terhadap ekspresi perasaan pasien
berhubungan dengan
Kriteria hasil  Bantu pasien untuk mengekspresikan dan menyalurkan perasaan marah
antisipasi kematian
 Pasien/keluarga dengan cara yang baik dan pantas
keluarga atau orang  Libatkan orang penting bagi pasien/keluarga untuk mendiskusikan dan
mampu
yang berarti membuat keputusan dengan tepat
mengungkap
 Beri perawatan kondisi akhir kehidupan
perasaan berduka  Dorong mendengarkan sumber-sumber spiritual jika diinginkan
Pasien/keluarga
menjelaskan makna
kehilangan
 Dapat menerima
42
kehilangan

Daftar Pustaka

Anonim, 2003, Bahaya Kanker Rahim Bagi Wanita, http://situs.kesrepro.info/aging /mar/2003/ag03.htm, diakses 2006.

Anonim, 2003b, Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0203/22/hikmah/indeks/html, diakses 25


Juli 2008.

Anonim, 2003c, it develops, http://www.cancerbacup.org.uk/Cancertype/Cervix/General/How, diakses 2006.

Anonim, 2005, Kesehatan Wanita /Definisi, http://www.medicastore.com/cybermed/Masalah, diakses 2006.

Anonim, 2006, Human Papillomavirus, www.answers.com/topic/human papillomavirus. diakses 2006.

43
Anonim, 2007, Kanker : Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis, http://www.nano.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1187593839, diakses 25
Juli 2008.

Anonim, 2008b, What Are The Risk Factor for Cervical Cancer, http://www.cancer.org, diakses November 2008.

Canavan, T. P. dan Doshi, N. R., 2000, Cervical Cancer, http://www.aafp.org, diakses 2008.

Carpenito, L.J. (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Dalimartha, S., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, Cetakan II, 11, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

DeFilippis, R.A., Goodwin, E.C., Lingling Wu, dan DiMaio, D., 2003, Endogenous Human Papillomavirus E6 and E7 Proteins
Differentially Regulate Proliferation, Senescence, and Apoptosis in HeLa Cervical Carcinoma Cells, J Virol., 77 (2): 1551-1563.

Desaintes, C., Goyat, S., Garbay, S., Yaniv, M., dan Thierney, F., 1999, Papillomavirus E2 Induces p53-Independent Apoptosis in
HeLa Cells, Oncogene, 18 : 4583-4545.

Dolinsky, C., 2002, Breast Cancer : The Basic, Abramson Cancer Center of The University of Pensylvania, http://www.oncolink.org,
diakses 25 Juli 2008.

Fehrman, F., dan Laimins, L.A., 2003, Human Papillomaviruses: Tergeting Differentiating Ephitelial Cells For Malignant
Transformation, Oncogen, 22, 5201-5207.

Gewin, L., Hadley, M., Kiyono, T., dan Galloway, D.A., 2004, Identification of A Novel Telomerase Repressor that Interacts with The
Human Papillomavirus Type-16 E6/E6-AP Complex, Gene and Development, 18: 2269-2282.

44
Goodwin, E.C., DiMaio, D., 2000, Repression of human papillomavirus oncogenes in Hela cervical carcinoma cells causes the orderly
reactivation of dormant tumor suppressor pathways, Biochemistry, 97, no.23.

Horner, S.M., DeFilippis, R.A., Manuelidis, L., dan DiMaio, D., 2004, Repression of the Human Papillomavirus E6 Gene Initiates
p53-Dependent, Telomerase-Independent Senescence and Apoptosis in HeLa Cervical Carcinoma Cells, J. Virology, 78 (8): 4063-
4073.

Hwang, E.S., Riese, D.J., Settleman, J., Nilson, L.A., Honig, J., Fyynn, S., dan DiMaio, D., 1993, Inhibition of Cervical Carcinoma
Cell Line Proliferation by the Introduction of a Bovine Papillomavirus Regulatory Gene, J. Virology, 67 (7): 3720-3729.

La Russo, L., 2004, Cervical Cancer (Cancer of The Cervix), http://healthlibrary.epnet.com/print.aspx?token=050d319a-eac2-4088-


bf68-b43b73e8cab0&chunkiid=11969, diakses 2006.

Kinghorn, S & Richard G. (2001).Palliative Nursing: Bringing Comfort And Hope. Bailliere Tindall: Royal College of Nursing

KONTRIBUTOR

Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values.

Matsukura, T., Koi, S., dan Sugase, M., 1989, Both Episomal and Integrated Forms of Human Papillomavirus Type 16 are Involved in
Invasive Cervical Cancers, Virology, 172 (1): 63-72.

May 15 at 9:59 AMhttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281893-T%20Ningning%20Sri%20Ningsih.pdf Shared via the Google app

45
May 16 at 5:45 PMhttp://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=893 Shared via the Google app cancer chemoprevension research center.
UGM Farmasi.

Nair, P., Jayaprakash, P.G., Nair, K.M., and Pillai, M.R., 2000, Telomerase, p53 and Human Papillomavirus Infection in the Uterine
CervVIII, Acta Oncologica, 39 (1): 65 – 70.

Potter & Perry. (2009). Fundamental keperawatan (7th ed).Jakarta : EGC.

Purwanto.(2011). Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Sendy Junedi, Rosana Anna Ashari, Fany Muthia C, Titi Ratna Wijayanti, Esti widayanti, Nur Latifah Sri Wijayanti, Andrrea Thea
Rhosita dan Agus Setiawan.

Sjamsuddin, S., 2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 133: 8-13.

Sofyan, R., 2002, Terapi Kanker pada Tingkat Molekuler, Cermin Dunia Kedokteran, 127:5-10.

Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Tyagi, A. K., Agarwal C., Chan D. C. F., dan Agarwal R., 2004, Synergistic Anti Cancer Effects of Silibinin with Conventional
Cytotoxic Agents Doxorubicin, Cisplatin and Carboplatin against Human Breast Carcinoma MCF-7 and MDA-MB468 Cells,
Oncology Reports, 11:493-499.

Yamato, K., Fen, J., Kobuchi, H., Nasu, Y., Yamada,T., Nishihara, T., Ikeda, Y., Kizaki, M., and Yoshinouchi M., 2006, Induction of
Cell Death in Human Papillomavirus 18-Positive Cervical Cancer Cells by E6 siRNA, Cancer Gene Therapy, 13: 234-241.

46
Yohanes, R., 2000, The Evaluation of Breast Cancer. New South Wales: Australia ltd.co.al.

Zhao, L., Wientjes, M. G., dan Au J.L-S., 2004, Evaluation of Combination Chemotherapy: Integration of Nonlinear Regression,
Curve Shift, Isobologram, and Combination Index Analyses, Clin. Canc. Res., 10:7994-8004.

47

Anda mungkin juga menyukai