Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak
bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau tidak dapat disembuhkan secara medis
(stadium akhir).Tujuan perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan mempersiapkan diri
menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas penyakit
yang diderita, baik secara fisik (nyeri, mual, muntah) maupun psikis yang berbasis
spiritual.
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi.( Stuart& Sundeen, 2009) Penyakit pada stadium
lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat
paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup.(Heelya, 2009).
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan
proses kematian.Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada
tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.Perawat harus memahami apa yang
dialami pasien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan
dan bantuan bagipasien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel
sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk
silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan
yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
1
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahu apa itu perawatan palliative
2. Untuk mengethaui apa itu ca cervik
3. Untuk mengetahui apa itu kehilangan dan berduka
4. Untuk mengetahui keadaan psikologis pasien dengan penyakit terminal Ca cervic
stadium 4
BAB II
2
TINJAUAN TEORITIS
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel
sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk
silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan
yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat
melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
B. Penyebab
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini
terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat
coitus usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya
(HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus :
pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang
mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES
(Diethyistribestrol) pada uterus, pemakaian kontrasepsi, sering melahirkan, genetik dan
kelompok sosial ekonomi rendah.
Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya
timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe,
hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.
3
Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine
dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea,
muntah, demam, dan anemia.
4
4. Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul ( pelvis ) pada
pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina
( vagina bagian bawah ), dengan komplikasi hidronefrosis dan ginjal tidak
berfungsi.
III. a. Belum mencapai dinding panggul ( pelvis ), tapi menyerang 1/3 vagina
bagian bawah
III. b. Sudah mencapai dinding panggul ( pelvis ) dan atau ada hidronefrosis
atau kegagalan fungsi ginjal dan atau keduanya.
D. Penatalaksanaan
Terapi untuk kanker leher rahim berbeda setiap stadium kankernya. Pada stasium awal
dapat dilakukan pembedahan terhadap jaringan yang menegandung sel kanker. Pada
stadium selanjutnya, terapi dilakukan dengan raadioterapi , kemoterapi, maupun
kemoradioterapi, jenis terapi ini dapat dipengaruhi pada sel normal.
Jika perubahan awal sel leher rahim telah diketahui, pengobatan yang umum diberikan
adalah dengan
1. pemanasan , diathermy atau dengan sinar laser
2. cone biopsy , yaitu dengan mengambil sedikit dari sel – sel leher Rahim,
termasuk selyang mengalami perubahan, pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh
ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim
telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan , beberapa hal yang dapat
dilakukan adalah :
1. Operasi , yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya
uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang
dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
5
E. Perawatan Palliatif
1. Pengertian Perawatan Paliatif
Ungkapan “ palliative “ berasal dari bahasa latin yaitu “ pallium” yang artinya adalah
menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memeberikan kenyamanan ketika
tujuan penata laksanaan tidak mungkin disembuhkan ( Mucaden,2011).
Pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Secara umum terapi paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi antara dokter,
dokter spesialis,perawat,terapis,dan petugas social medis.
Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui sebagai penentu kematian, tapi
tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan pengobatan harus dihentikan untuk pasien
tidak terobati yang tetap dalam keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative state).Mati
otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di mana seseorang dikatakan mati otak
ketika semua aktivitas elektris otak telah berhenti selama beberapa waktu tertentu.
Berikut adalah keputusan mengenai hidup, mati dan perawatan kesehatan
a. Advance directives prosedur yang dapat mempertahankan hidup boleh
dilepas apabila kematian akan terjadi tidak lama lagi (imminent)
b. Euthanasia (“kematian yang mudah” atau “membunuh karena kasih”)
tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seseorang penderita penyakit yang
tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah.
c.Euthanasia pasif menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya diberikan
d. Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan sengaja, seperti
menginjeksi obat dengan dosis mematikan
e.Meninggal dengan indah kenyamanan fisik, dukungan dari orang dicintai,
perawatan kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak
menjadi beban bagi orang lain.
f. Hospice program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup
tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yang menekankan pada perawatan untuk
meredakan (palliative care) bukan untuk memperpanjang hidup.
g. Palliative care usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, serta
membantu individu meninggal secara bermartabat
7
Model Dwi-proses dalam mengatasi kehilangan
Model dwi-proses merupakan model usaha coping masalah kematian yang terdiri dari
dua dimensi utama, yaitu:
a. Stresor yang berorientasi pada kehilangan berfokus pada individu yang
telah meninggal dan mencakup mengenang kembali secara positif atau negative
b. Stresor yang berorientasi pada pemulihan stresor tingkat dua yang
rimbul sebagai hasil tidak langsung dari berkabung, mencakup perubahan
identitas dan menguasai keterampilan-keterampilan
2. Pengertian Kehilangan dan Berduka
a. Pengertian Kehilangan
Menurut Lambert, 1985 Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah
dengan suatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan.
Menurut Lyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan (Loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sabagian
atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan.Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupannya. Setiap individu akan bereaksi terhadap
kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon
individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter dan Perry, 1997)
Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan
atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di
temui,diraba,didengan,diketahui,atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi
tingkat distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress
yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian
setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang
anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan
8
kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri kematian
hewan peliharaan menyebabkan distres emosional yang lebih besar dibanding dengan
sodaranya yang sudah tidak pernah ketemu selama bertahun-tahun
b. Berduka
Berduka (Grieving) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian.Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu
melewati reaksi. Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur dall.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Dukacita
adalah proses kompleks yang normal meliputi respond an perilaku emosional,
fisik,spiritual,social
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan.Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
10
perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam
atau mengalami cedera atau penyakit.
e. Kehilangan Hidup
Doka ( 1993 ) menggambarkan respons terhadap penyakit yang mengancam
hidupke dalam 4 fase. Fase prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada gejala klien
atau factor resiko penyakit.Fase akut berpusat pada krisisdiagnosis. Klien dihadapkan
pada serangkaian keputusan, termasuk medis interpersonal, psikologis seperti halnya
cara menghadapi awal krisis penyakit. Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit dan pengobatannya, yang sering melibatkan serangkaian krisis yang di
akibatkannnya.Akhirnya terjadi pemulihan atau fase terminal.Kadang dalam fase akut
atau kronis seseorang dapat mengalami pemulihan. Klien yang mengalami fase
terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan,tetapi itu sudah pasti
11
terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga dihadapkan dengan
kehilangan yang beragam dan terus berubah.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mengekspresikan marah dan di tunjukan kepada keluarga.Individu
mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih
sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
Implikasi Bidan: Berikan pedoman antisipasi tentang perasaan dan intensitasnya
yang mereka alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan terutama poada
kemarahan,Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Penuhi
12
kebutuhan yang menyebabkan respons marah. Berikan dorongan kepada klien dan
keluarganya untuk mengekspresikan perasaan mereka
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan
atau mengubah prognosis atau nasib.Individu membuat penawaran dengan yang maha
kuasa. Individu menerima bentuk terapi baru.
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang
lain.
Implikasi Bidan: Beriakan informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan.
d. Depresi (Depression)
Realitas dan sifat katetapan dari kehilangan telah dikenali.Kebingungan, kurang
motivasi, tidak menunjukan minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah
umum.Menarik diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi.Individu dapat menjadi
pendiam dan tidak komunikatif.Timbul perasaan kesepian, Mulai mengenang tentang
masa lalu dan benda yang hilang. Individu kehilangan minat dalam pena,pilan.
Individu melakukan bunuh diri,atau berperilaku tidak sehat seperti penggunaan obat
secar berlebihan.Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Implikasi Bidan: Berikan dukungan dan empati. Dukung menangis dengan
memberikan sentuhan yang mengomunikasikan kepedulian.Mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengkaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tetangga
professional kesehatan mental jika di perlukan.
e. Penerimaan (Acceptance)
Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan hal
tersebut.Individu dapat berbagi perasaan tentang kehilangan.Mengenang kejadian
13
masa lalu, Terjadi periode depresi, waktu yang baik untuk mulai membandingkan
dengan waktu buruk.Hidup mulai menjadi stabil.
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut.Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan
dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
Implikasi Keperawatan: Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara
verbal, dalam bentuk tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan dan dorong
pengungkapan sesering yang klien ingin lakukan, tunjukan penerimaan kelabilan
perasaan klien, bantu dalam mendiskusikan rencana masa mendatang
Sehingga, teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat pada pasien dengan penyakit
terminal menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai berikut :
1. Denial
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Listening
1) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata
dan observasi komunikasi non verbal.
2) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan
ciptakan suasana tenang.
b. Silent
1) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat
pada pasien secara non verbal.
2) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
c. Broad opening
1) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
2) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien
dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
2. Anger
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi : listening
Perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu
diklarifikasikan, seperti :
a. Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan
apa yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
b. Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
14
c. Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan
hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3. Bargaining
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Focusing
1) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
2) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang
bermakna.
b. Sharing perception
1) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan.
2) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
4. Depresi
Pada tahap ini kita dapat :
a. Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
b. Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian
harusnya diklarifikasi.
c. Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5. Acceptance
Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi :
a. Informing
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
b. Broad opening
Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
c. Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga
agar tujuan komunikasi tercapai.Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang
15
dan damai.Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa
pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam
program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
d. Dukungan
Dengan dukungan seseorang bisa melewati kemarahan, kesedihan, dan
penyangkalan.Dukungan bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
e. Kebutuhan Spiritual
Berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianut.Mendapatkan kekuatan dari
Tuhan.
f. Sosial Ekonomi
16
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
g. Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
h. Agama.
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan
akan kematian.
i. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa
kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya seseorang
yang berhenti bekerja/ PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
H. Pengkajian Psikologi
1. Perawat menggali makna kehilangan pada pasien dan keluarga dengan cara,
sebagai berikut :
a. Menggunakan komunikasi terbuka
b. Menekankan keterampilan mendengar
c. Mengamati respon dan perilaku
2. Perawat mengkaji bagaimana pasien bereaksi atau melakukan sesuatu hal.
3. Perawat harus memahami fase-fase berduka atau menjelang ajal yang dialami
pasien.
18
4. Perawat harus mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi cara individu
merespon terhadap kehilangan.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. JP
DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
A. KASUS Ny. JP
Ny . JP 45 tahun seorang publik figur didiagnosa Ca – Cervic stadium lanjut dan
selama 6 minggu , dia menjalani kemoterapi dimana efek samping nya rambut
rontok, mual, muntah, dan berat badan turun drastis. Dia sangat sedih tidak bisa
menerima keadaan dan mengurung diri, apa lagi didiagnosa dokter penyakit ya
sudah metastase membuta kondisi semakin menurun dan di rawat di rumah sakit .
Saat ini merasakan sakit daerah pelvis , kaki bengkak , sama sekali makanan
tidak bisa melalui oral. Kesdarannya menurun dan kadang – kadang tidak
mengenal keluarga lagi , teman yang menjenguknya di RS . Selama perawatan di
RS Ny. JP dirawat oleh adik dan keponakannya , karena pasien seorang janda
yang tidak punya anak . Melihat kondisinya semaki menurun wajah Ny. JP yang
pucat , kaki yang bengkak, peralatan medis terpasang disetiap organ tubuhnya,
dan membantu hampir semua fungsi tubuhnya. Tentunya bukan hal yang
diharapkan, untuk dilihat dari seorang Jp yang beberapa bulan masih kelihatan
cantik , bersih dan selalau menyayangi adik dan keponakannya, maklum dia
sebagai tulang punggung keluarga . Harapan keluarga dalam merawat pasien
diakhiri hayat menjelang kematian pasien terbebas dari nyeri dan dengan penuh
martabat dan kenyamanan yang terpelihara
B. Tugas
1. sebagai seorang perawat bagaimana pengkajian terhadap respon
kehilangan Ny. JP beserta keluarganya
20
2. jelaskan pengkajain keluarga dalam asuhan keperawatan Ny. JP.
Meliputi kehadiran individu lain yang peduli. Akan menimbulkan
banyaknya persepsi , menghargai keragaman dari tiap orang dalam konteks
keluarga( dukungan keluarga)
3. sebutkan kemungkinan diagnosa yang bisa muncul dengan patflow
dari diagnosa tersebut
4. bagaimana pemecahan masalah bersama keluarga dengan
mempertimbangkan makna kejadian , krisi yang dapat diatasi, perilaku
koping, sistem pendukung dan issu diakhir hayat.
1. Identitas Pasien
Nama :Ny. JP
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Sadeng pasar Rt 05/04. Jakarta
Status pernikahan : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : artis ( enterpreuner )
No. Register : 065669
Diagnosa medis : Ca Cervic Stadium Lanjut
Tanggal masuk : 1 Mei 2019
Tanggal pengkajian : 1 Mei 2019
2. Anamnesis
a. Pengkajian terhadap respon kehilangan Ny,JP beserta keluarganya
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien apa yang
dipikirkan , yang dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Percakapan
yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan
rasakan adalah:
1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2. Dukungan yang adekuat akibat berduka dan kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses dan kehilangan
21
Keluarga Ny Jp sudah berada di tahap aceptence, keluarga berharap pengobatan yang
terbaik untuk Ny.Jp, keluarga berharap pasien diakhir hayatnya menjelang kematian
pasien terbebas dari nyeri dan dengan penuh martabat dan kenyamanan yang
terpelihara..
c. Keluhan utama :
Nyeri di daerah pelvik, kaki bengkak, tidak dapat makan secara oral.
Genogram
DM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal dunia
Tinggal serumah
Menikah
22
Klien
Pola Kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI
Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
Pola Nutrisi
23
Frekuensi makan : ……….. x / 2x sehari 3x sehari
hari tidak baik
Nafsu makan : baik/tidak
mual ada mual muntah
Alasan : …………………
(Mual, muntah, sariawan) 1 porsi
2x/hari 2x/hari
Pola Aktivitas dan Latihan
pagi, sore pagi, sore
Waktu bekerja : Pagi/siang/malam
Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak
2x/minggu 2x/minggu
Jenis olah raga : …………………..
Frekuensi olahraga : …… x/minggu
Keluhan dalam beraktivitas
(Pergerakan tubuh / mandi /
± 1 – 2 jam tidak tidur siang
mengenakan pakaian / sesak setelah
± 5-7 jam ± 6-7 jam
beraktivitas dll)
menonton TV Ngobrol dengan
Kebiasaan yang mempengaruhi
keluarga
kesehatan
1) Merokok : Ya/Tidak
Frekuensi : …………………….
Pemeriksaan Fisik
a. Berat badan : 47 Kg (Sebelum Sakit 52 Kg)
b. Tinggi badan : 155 Cm IMT : 19,58kg/m2
c. Tekanan darah : 120/60 mmHg LILA : 24 cm
d. Nadi : 90 x / menit BBI : 49,5 – 60,5 kg
e. Frekuensi Nafas : 22 x / menit TSF : 12 mm
26
f. Suhu tubuh : 36,35°C
g. Keadaan umum : ( o ) Ringan ( √ ) Sedang ( o ) Berat
h. Pembesaran kelenjar getah bening : ( √ ) Tidak ( o ) Ya, Lokasi –
Sistem Penglihatan :
Posisi mata : ( √ ) Simetris ( o ) Asimetris
Kelopak mata : ( √ ) Normal ( o ) Ptosis
Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( o ) Abnormal
Konjungtiva : ( √ ) Merah Muda ( o ) Anemis (o) Sangat merah
Kornea : ( √ ) Normal (o) Keruh/berkabut
Sklera : ( o ) Ikterik ( √ ) Anikterik
Pupil : ( √ ) Isokor ( o ) Anisokor
Otot-otot mata : ( √ ) Tidak ada kelainan ( o ) Juling keluar
( o ) Juling ke dalam ( o ) Berada diatas
Fungsi penglihatan : ( √ ) Baik ( o ) Kabur
( o ) Dua bentuk / diplopia
Tanda-tanda radang : tidak ada tanda-tanda radang
Pemakaian kaca mata : ( o ) Tidak ( √ ) Ya, Jenis kacamata baca
Pemakaian lensa kontak : tidak
Reaksi terhadap cahaya: pupil mengecil saat diberi rangsangan cahaya
Sistem Pendengaran :
Daun telinga : ( √ ) Normal ( o ) Tidak, kanan/kiri tidak ada
Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) : warna kuning, konsistensi cair, bau
normal
Kondisi telinga tengah : (√ ) Normal ( o ) Kemerahan
( o ) Bengkak ( o )Terdapat lesi
Cairan dari telinga : ( √ ) Tidak ( o ) Ada, - (Darah, nanah, dll)
Perasaan penuh di telinga : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Tinitus : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Fungsi pendengaran : ( √ ) Normal (o) Kurang (o)Tuli, kanan/kiri –
27
Gangguan keseimbangan : ( √ ) Tidak ( o ) Ya, -
Pemakaian alat bantu : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Sistem Pernafasan :
Jalan nafas : ( √ ) Bersih ( o ) Ada sumbatan : tidak ada
Pernafasan : ( √ ) Tidak sesak ( o ) Sesak
Menggunakan otot bantu pernafasan : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Frekuensi : 22 x / menit
Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
Jenis pernafasan : spontan
Kedalamam : ( o ) Dalam ( o ) Dangkal
Batuk : (√ ) Tidak (o) Ya
Sputum : ( √ ) Tidak ( o ) Ya : - (putih, kuning, hijau)
Konsistensi : ( o ) Kental ( o ) Encer
Terdapat darah: ( o ) Ya (o ) Tidak
Palpasi dada : pengembangan dada diseluruh lapang paru sama, simetris
Perkusi dada : resonan pada lapang paru, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi dada : BJ I-II regular, suara napas vesikuler
Suara nafas : ( √ ) Vesikuler ( o ) Ronkhi
( o ) Wheezing ( o ) Rales
Nyeri saat bernafas : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Penggunaan alat bantu nafas : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Sistem Kardiovaskuler :
28
Sirkulasi perifer
Nadi 90 x / menit Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
Denyut : ( o ) Lemah ( √ ) Kuat
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Distensi vena jugularis : Kanan : (o) Ya ( √ ) Tidak
Kiri : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Temperatur kulit : ( √ ) Hangat ( o ) Dingin
Warna kulit : ( o ) Pucat ( o ) cyanosis ( o ) kemerahan
Pengisian kapilar : < 3 Detik
Edema : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
( o ) Tungkai atas ( o ) Periorbital
( o ) Skrotalis
( o ) Tungkai bawah ( o ) Muka ( o ) Anasarka
Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : 90 x / menit
Irama : ( √ ) Teratur ( o ) Tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : ( o ) Murmur ( o ) Gallop
Sakit dada : ( o ) Ya (√ ) Tidak
Timbulnya : ( o ) Saat beraktivitas ( o ) Tanpa aktivitas
( o ) Seperti ditusuk-tusuk ( o ) Seperti terbakar
( o ) Seperti tertimpa benda berat
Skala nyeri : tidak ada
Sistem Hematologi :
Gangguan Hematologi
Pucat : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Perdarahan : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
( o ) Ptechie ( o ) Purpura ( o ) Mimisan
( o ) Perdarahan gusi ( o ) Echimosis
Sistem Pencernaan :
Keadaan mulut
Gigi : ( o ) Caries ( √ ) Tidak
Penggunaan gigi palsu : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Stomatitis : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Lidah kotor : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Saliva : ( √ ) Normal ( o ) Abnormal
Muntah : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Isi : ( o ) Makanan ( o ) Cairan ( o ) Hitam
Warna : ( o ) Sesuai Warna Makanan ( o ) Kehijauan
( o ) Coklat ( o ) Kuning ( o ) Hitam
Frekuensi : - x / hari
Jumlah : - ml
Nyeri daerah perut : ( √ ) Ya ( o ) Tidak
Skala Nyeri :-
Lokasi & karakter nyeri :
(√ ) Seperti Ditusuk-Tusuk (√ ) Melilit ( o ) Cramp
( o ) Panas/Seperti Terbakar ( o ) Setempat (o) Menyebar
30
( √o) Berpindah-Pindah ( o ) Kanan Atas ( o ) Kanan Bawah ( o ) Kiri Atas
( o ) Kiri Bawah
Bising usus : 6 x / menit
Diare : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Lamanya : tidak ada Frekuensi : - x / hari
Warna Feces : ( √ ) Kuning ( o ) Putih seperti air cucian beras
( √ ) Coklat ( o ) Hitam ( o ) Dempul
Konsistensi feces : ( √ ) Setengah padat ( o ) Cair ( o ) Berdarah
( o ) Terdapat lender ( √ ) Tidak ada kelainan
Konstipasi : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
Lamanya : - hari
Hepar : ( o ) Teraba ( √ ) Tak teraba
Abdomen : ( o ) Kembung ( o ) Ascites ( o ) Distensi
Sistem Endokrin :
Pembesaran kelenjar tiroid : ( √ ) Tidak ( o ) Ya
(o) Exoptalmus (o) Tremor (o) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
( √ ) Poliuri ( o ) Polidipsi ( o ) Poliphagi
Luka Ganggren : ( √ ) Tidak (o)
Sistem Urogenital :
Perubahan pola kemih : (o ) poliuri ( o ) Urgency ( √ ) Disuria
( o ) Tidak lampias ( √ ) Nokturia ( o ) Inkontinensia
( o ) Anuria ( o ) Frekuensi
BAK : Warna : (o) Kuning jernih (√ ) Kuning kental/coklat
( o ) Merah ( o ) Putih
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Skala nyeri : 5-7
31
Sistem Integumen :
Turgor kulit : ( √ ) Baik ( o ) Buruk (o) Menurun
Temperatur kulit : hangat
Warna kulit : ( √ ) Pucat ( o ) Sianosis ( o ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( √ ) Baik ( o ) Lesi (o ) Ulkus
( o ) Luka, Lokasi .....
Kelainan kulit ( √ ) Tidak ( o ) Ya
( o ) Gatal-gatal ( o ) Memar/lebam
( o ) Kelainan pigmen
( o ) Luka bakar, Grade - Persentase -
( o ) Dekubitus, Lokasi –
Keadaan rambut : - Tekstur : ( √ ) Baik ( o ) Tidak (o) Alopesia
- Kebersihan : (√ ) Ya ( o ) Tidak
Sistem Muskuloskeletal :
Kesulitan dalam pergerakan : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Fraktur : ( o ) Ya ( √ ) Tidak
Lokasi tidak ada
Kondisi tidak ada
Kelainan bentuk tulang/sendi : ( o ) Kontraktur ( o ) Bengkak
( o ) Lain-lain, Sebutkan : tidak ada
Kelainan struktur tulang belakang : ( o ) Skoliosis ( o ) Lordosis (o ) Kifosis
Keadaan tonus otot : ( √ ) Baik ( o ) Hipotoni
( o ) Hipertoni ( o ) Atoni
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
32
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 10,2 g/dL 11-14.5
Lekosit 10,900 /mm3 4.000-10.000
Trombosit 503,000 /mm3 150.000-400.000
Hematokrit 28,9 % 40-49
KIMIA KLINIK
Ureum H 65 Mg/dL 10-50
Creatinin H 2.5 Mg/dL < 1.20
Asam urat 6.8 Mg/dL 3,4 – 7,0
URINE
Analisa Urine
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan
gelap muda/gelap/merah
Kimia urine
Keruh Jernih / Keruh
PH/Reaksi
Berat jenis
7.0 4,5 – 8,5
Protein Mg/dL
1.010 1.003 – 1.030
Reduksi Mg/dL
Positif Negatif
Lekosit esterase /ul
Positif Negatif
Bilirubin Mg/dL
Negatif Negatif
Urobilinogen Mg/dL
Positif Negatif
Nitrit Mg/dL
Negatif Normal
Keton Mg/dL
Negatif Negatif
Blood ( Hb/Eri ) /ul
Positif Negatif
Positif Negatif
3. Penatalaksanaan Medis
a Cairan :
RL/ 12 jam
b Diet :
Diet Kolesterol 1400 kalori/hari
c Obat :
Parenteral :
Ceftriaxone 1 x 2 gram IV bolus
Tramal 3 x 100 gram IV bolus (k/p)
Oral :
33
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Batugin 1x10 mg
Pathoflow
34
Penekan sel Ca pada saraf
CA SERVIKS
Nyeri
Analisa data
Data Kemungkinan penyebab Diagnosa keperawatan
Data subjektif : proses perkembangan Nyeri kronis
Pasien mengeluh nyeri bagian penyakit
pelvik
35
Data objektif:
TD: 120/60 mmHg
Nadi : 90 x / menit
Frekuensi Nafas : 22
x / menit
Suhu tubuh :
36,35°C
36
kondisi nya saat ini
Data objektif
Ny.Jp mendapatkan
kemoterapi selama 6 minggu
Rambut rontok
Mual, muntah, BB turun
drastis
Peralatan medis terpasang
di seluruh anggota tubuhnya
Kaki Ny. JP bengkak
Wajah pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses perkembangan penyakit.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, mual dan muntah.
37
3. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit
5. Distress spiritual berhubungan dengan menjelang ajal
6. Berduka dan kehilangan berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang
yang berarti
38
INTERVENSI KEPERAWATAN
Aktifitas kolaboratif
Daftar Pustaka
Anonim, 2003, Bahaya Kanker Rahim Bagi Wanita, http://situs.kesrepro.info/aging /mar/2003/ag03.htm, diakses 2006.
43
Anonim, 2007, Kanker : Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis, http://www.nano.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1187593839, diakses 25
Juli 2008.
Anonim, 2008b, What Are The Risk Factor for Cervical Cancer, http://www.cancer.org, diakses November 2008.
Canavan, T. P. dan Doshi, N. R., 2000, Cervical Cancer, http://www.aafp.org, diakses 2008.
Dalimartha, S., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, Cetakan II, 11, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
DeFilippis, R.A., Goodwin, E.C., Lingling Wu, dan DiMaio, D., 2003, Endogenous Human Papillomavirus E6 and E7 Proteins
Differentially Regulate Proliferation, Senescence, and Apoptosis in HeLa Cervical Carcinoma Cells, J Virol., 77 (2): 1551-1563.
Desaintes, C., Goyat, S., Garbay, S., Yaniv, M., dan Thierney, F., 1999, Papillomavirus E2 Induces p53-Independent Apoptosis in
HeLa Cells, Oncogene, 18 : 4583-4545.
Dolinsky, C., 2002, Breast Cancer : The Basic, Abramson Cancer Center of The University of Pensylvania, http://www.oncolink.org,
diakses 25 Juli 2008.
Fehrman, F., dan Laimins, L.A., 2003, Human Papillomaviruses: Tergeting Differentiating Ephitelial Cells For Malignant
Transformation, Oncogen, 22, 5201-5207.
Gewin, L., Hadley, M., Kiyono, T., dan Galloway, D.A., 2004, Identification of A Novel Telomerase Repressor that Interacts with The
Human Papillomavirus Type-16 E6/E6-AP Complex, Gene and Development, 18: 2269-2282.
44
Goodwin, E.C., DiMaio, D., 2000, Repression of human papillomavirus oncogenes in Hela cervical carcinoma cells causes the orderly
reactivation of dormant tumor suppressor pathways, Biochemistry, 97, no.23.
Horner, S.M., DeFilippis, R.A., Manuelidis, L., dan DiMaio, D., 2004, Repression of the Human Papillomavirus E6 Gene Initiates
p53-Dependent, Telomerase-Independent Senescence and Apoptosis in HeLa Cervical Carcinoma Cells, J. Virology, 78 (8): 4063-
4073.
Hwang, E.S., Riese, D.J., Settleman, J., Nilson, L.A., Honig, J., Fyynn, S., dan DiMaio, D., 1993, Inhibition of Cervical Carcinoma
Cell Line Proliferation by the Introduction of a Bovine Papillomavirus Regulatory Gene, J. Virology, 67 (7): 3720-3729.
Kinghorn, S & Richard G. (2001).Palliative Nursing: Bringing Comfort And Hope. Bailliere Tindall: Royal College of Nursing
KONTRIBUTOR
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values.
Matsukura, T., Koi, S., dan Sugase, M., 1989, Both Episomal and Integrated Forms of Human Papillomavirus Type 16 are Involved in
Invasive Cervical Cancers, Virology, 172 (1): 63-72.
45
May 16 at 5:45 PMhttp://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=893 Shared via the Google app cancer chemoprevension research center.
UGM Farmasi.
Nair, P., Jayaprakash, P.G., Nair, K.M., and Pillai, M.R., 2000, Telomerase, p53 and Human Papillomavirus Infection in the Uterine
CervVIII, Acta Oncologica, 39 (1): 65 – 70.
Sendy Junedi, Rosana Anna Ashari, Fany Muthia C, Titi Ratna Wijayanti, Esti widayanti, Nur Latifah Sri Wijayanti, Andrrea Thea
Rhosita dan Agus Setiawan.
Sjamsuddin, S., 2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 133: 8-13.
Sofyan, R., 2002, Terapi Kanker pada Tingkat Molekuler, Cermin Dunia Kedokteran, 127:5-10.
Tyagi, A. K., Agarwal C., Chan D. C. F., dan Agarwal R., 2004, Synergistic Anti Cancer Effects of Silibinin with Conventional
Cytotoxic Agents Doxorubicin, Cisplatin and Carboplatin against Human Breast Carcinoma MCF-7 and MDA-MB468 Cells,
Oncology Reports, 11:493-499.
Yamato, K., Fen, J., Kobuchi, H., Nasu, Y., Yamada,T., Nishihara, T., Ikeda, Y., Kizaki, M., and Yoshinouchi M., 2006, Induction of
Cell Death in Human Papillomavirus 18-Positive Cervical Cancer Cells by E6 siRNA, Cancer Gene Therapy, 13: 234-241.
46
Yohanes, R., 2000, The Evaluation of Breast Cancer. New South Wales: Australia ltd.co.al.
Zhao, L., Wientjes, M. G., dan Au J.L-S., 2004, Evaluation of Combination Chemotherapy: Integration of Nonlinear Regression,
Curve Shift, Isobologram, and Combination Index Analyses, Clin. Canc. Res., 10:7994-8004.
47