Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung


mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit
infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh
karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga
berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun
mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri
khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik
tertentu pula.

            Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan
lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun,
dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.

            Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan
yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab
demam dan flu,dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan
pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja
sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.

B. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH


1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk
ke dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

C.  PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit


2) Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
a) Tidak selektif
b)  Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
c) Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
d) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam
tubuh

Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :


1. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit
dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya
patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel
yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar
kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada
saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi
menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

b. Pertahanan Mekanis

Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada
trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari
berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi
menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.

c.   Pertahanan Kimiawi

Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh


kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret
tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan
suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi
mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh
bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah
sehingga bakteri mati.

d.  Pertahanan Biologis

Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak


berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen
dalam memperoleh nutrisi.

2. Respons Peradangan (Inflamasi)

Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya


akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan
dari empat gejala sekaligus,
yakni dolor (nyeri) , rubor (kemerahan) , calor(panas),
dan tumor  (bengkak). Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai
sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan
monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,sehingga


mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan
menginfeksi sel-sel tubuh.
b. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk
mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
c. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran
darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
d.  Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju
jaringan yang terinfeksi.
e.  Sel-sel fagosit memakan patogen.
3. Fagositosis

Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel


fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari
dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh
fagosit mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke
jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear
adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast(mastosit).
Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari
jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :

a. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-


sel fagosit.
b. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang
telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan
oleh patogen.
c. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran
sel fagosit.
d. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh
permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom.
e. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung
dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh
permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan
mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya nanah.
f. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.

4. Protein Antimikrobia

Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah
protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen
dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri
tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan
garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan
hancurnya sel bakteri tersebut.

Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan saat
virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon
akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini
kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga
serangan virus dapat dicegah.

3) Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap


patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen
telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

a) Bersifat selektif
b) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
c) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
d) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
e) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

a) Limfosit
1. Limfosit B (Sel B)

Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B


berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk
antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :

 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.


 Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke
dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi
infeksi kedua.
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b)  Limfosit T (Sel T)

Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses


pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.

Sel T dapat dibedakan menjadi :

 Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
 Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel
T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
  Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun
dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T
pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

4) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)

Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker.
Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena
berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi
merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara
mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag.
Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis
antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi
yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai
ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain
oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari
molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja
antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :

1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan


atau opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)

Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya :

No. Tipe Antibodi Karakteristik

Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat


1. IgM terjadi infeksi yang pertama kali (respons
kekebalan primer)

Paling banyak terdapat dalam darah dan


diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons
2. IgG kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta
dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada
janin.

Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat,

IgA dan membran mukosa. Berfungsi mencegah


3. infeksi pada permukaan epitelium. Terdapat
dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah
kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan

4. IgD Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai


reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan
antibodi oleh sel B plasma.

Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi


darah dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan
5. IgE yang berfungsi memengaruhi sel untuk
melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi
alergi.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan


tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas
beberapa lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit :

Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik

Pertahanan Pertama Pertahanan Kedua Pertahanan Ketiga

1. Kulit 1. Inflamasi 1. Limfosit


2. Membran mukosa 2. Sel-sel fagosit
3. Rambut hidung dan 3. Proteinantimikrobi 2.  Antibodi
silia pada trakea a
4. Cairan sekresi dari kulit
danmembran mukosa

Berdasarkan Mekanisme Kerja:

1. Kekebalan Humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar


dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk
pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B
plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen
sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen.
Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama.
Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.

Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan
mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel  Bplasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan
sekunder.

Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang
dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan
adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali
antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.

2. Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau


jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena
antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila
infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons
kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi
produksi antibodi.

  Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu


sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

a) Kekebalan Aktif Alami


Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat
infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan
menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah
sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.

b) Kekebalan Aktif Buatan

Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi.


Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin
merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau
melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh
terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang
telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau
ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang
dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi
untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit
yang menyerangnya.

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu,


sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal
ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang
sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri,
hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning.
Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar
sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu

1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak.


Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin
(racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan
konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif


diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun
buatan.

a) Kekebalan Pasif Alami

Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi
dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan.
Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang mengandung banyak antibodi

b) Kekebalan Pasif Buatan

Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang


diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat.
Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk
ular berbisa.

D. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap


senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen.
Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan
jenis makanan tertentu, misalnya udang.

Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang
kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen
yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun
IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen
masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang
telah berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang
berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan
timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung
berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan
pemberian antihistamin.

2. Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi


yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan
oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas
menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :

a. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di


pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan
tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

b. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik


sehingga otot lurik mengalami kerusakan.

c. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal.
Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun,
mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.

d. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada


penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

 Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi


yang menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
 Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang
antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan
dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel
fagosit justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang
menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai
gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh
akan terganggu.

3. Radang sendi (artritis reumatoid)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan


dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi otot,
serta penipisan tulang.

4. AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai


penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan
tubuh dalam melawan berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul
glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan
sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara
endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar
dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dantampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV
positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan
seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu
antara 5-10 tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak
menjadi penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh
membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan
menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala
AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua
tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :

a. Gangguan pada sistem saraf


b. Penurunan libido
c. Sakit kepala
d. Demam
e. Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
f. Diare
g. Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
h. Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
i.Terjadi penurunan berat badan secara drastis

Cara penularan virus HIV/AIDS :

a. Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS


b. Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
c. Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
d. Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu
penderita HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

a. Menghindari hubungan seks di luar nikah


b. Memakai jarum suntik yang steril
c.  Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
d. Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS

E.  CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh
kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi
kita untuk memakan makanan yang mengandung :

a. Protein

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi.


Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

b. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.
c. Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu


meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan
theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri
dan virus.

d. Aloevera

Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang
terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan


ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat
meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem
imun dalam tubuh.

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem


imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan
hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem
kekebalan tubuh kita
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM IMUN

A. PENGKAJIAN ANAMNESIS
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan saat ini ( berbagai kejadian yang menunjukan status
sistem imun serta faktor dan kejadian yang mempengaruhi simtem imun )
2. Faktor – faktor dan kejadian yang mempengaruhi sistem imun
a. Inpeksi
b. kelainan alergi
c. kelainan autonium
d. penyakit neoplasma
e. keadaan sakit kronis
f. imunisasi
g. penggunaan obat – obatan
h. transfusi darah dan faktor lain yang mempengaruhi fungsi hasil
pemeriksaan lab dan diagnostik lainnya.
3. Faktor faktor lain riwayat kebiasaan merokok minum minuman keras
- asupan diet
- tingkat stres
- pemajanan dirumah atau ditempat kerja
4. Riwayat kesejatan infeksi dan status imunisasi
Riwayat kontak dengan penyakit menular. apakah ada tindak lanjut
yang sudah dilakukan? kontak dengan infeksi apa? tanggal dan tipe terapi
yang di dapatkan.

5. Pemeriksaan fisik palpasi, nodul limfatikus, pemeriksaan kulit.


Membran mukosa dan sistem respiratorik, gastrointestinal, urogenital,
kardiovaskuler, neurosensorik.

6. Alergi
Riwayat alergi dan bagaimana reaksi alergi, bagaimana tindakan yang biasa
diberikan saat terjadi reaksi alergi?
7. Kelainan autoimun
Banyak kelainan autoimun seperti: seperti lupus, eritrematosis, artritis
reumatoid, psoriasis. Tanyakan keparahan, remisi, eksaserbasi, ketrbatasan
fungsional, tanya therapi yang pernah dan sedang dijalani serta efektivitasnya
8. Penyakit neoplasma
Riwayat kanker dalam keluarga (tipe, awitan, usia, hubungan pasien
dengan anggota keluarga tersebut) riwayat kangker pada pasien (tipe dan
tanggal penegakakan diagnosa, tanggal pemeriksaan skrining dan hasilnya,
juga terapi yang pernah dialami bentuk terapi radiasi, kemothrepi supresi
fungsi imun.
9. Sakit kronik dan pembedahan
Riwayat penyakit : diabetes militus, penyrenal, riwayat awitan, beratnya
sakit, therapi yang sedang dijalani, riwayat operasi, pengangkatan limpah,
nodul limpakus, kelenjar timus, riwayat transplantasi organ.
10. Obat-obatan dan transfusi dara
a. Riwayat penggunaan obat masa lalu
b. Riwayat pengobatan saat ini (anti biotik, kortikosteroid, obat-obat
anastesi, supresi imun)
c. Riwayat tranfusi darah satu kali atau lebih penyebab reaksi.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan kulit

Periksa kondisi kulit,apakah memberan mukosa ada lesi, dermatitis,


urtikaria, inflamasi dan pengeluaran sceret. Perhatikan tanda- tanda infeksi
calor, dolor, turbor, tumor, functiolaisa, (perubahan fungsi)palpasi kelenjar,
limpe serfikal anterior ,aksilaris ,inguinalis, pembesaran, catat lokasi, ukuran,
kosistensi dan keluhan nyeri tekan.

2. Pemeriksaan persendian
Periksa sendi apakah ada nyeri tekan, pembengkakan, dan keterbatasan gerak
3. Pemeriksaan status respiratorik
Observasi frekuensi napas, batuk, sura paru, (respiratori, rettraksi dinding
dada dan lain –lain).
4. Status kardiovaskuler
Evaluasi adanya hipotensi, takikardi, aritmia, vaskulitis, dan anemia.
5. Status gastrointestinal
Cekhepatosplenomegali, politus, vomitus, dan diare.
6. Status urogenital
Amati tanda-tanda infeksi(frekuensi, disuria, hematuri, sckeret dari uretra).
7. Status neorosensorik
Gangguan fungsi koknitif, pendengaran, perubahan pisual, sakit kepala,
migren, dan lain- lain.
8. Status nutrisi
Obesitas atau malnutris, kaji pemenuhan nutrisi
9. kaji tingkat stres dan kemampuan atasi tingkat masalah

C. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostil untuk system imun :


1.Pemeriksaan darah rutin, feses, urin,serta kimia darah
2. Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap hiva (dengan
KOH 10%) dan trikomonas (NaCl 0,9%)
3. Pemeriksaan secret/bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan khusus
4. Pemeriksaan serologic untuk sifilis, frambusia
5. Pemeriksaan dengan sinar wood terhadap infeksi jamur kulit
6. Pemeriksaan terhadap alergi : uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik
7. Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan imunologi adalah : widal, ASTO
(Antistreptolisin O), Rheumatoid, C-reactive protein, Seramoeba, V.D.R.L,
T.P.H.A, R.P.R, Anti HIV, HBsAG, ANTI HBc total, dan IgM Anti-HAV

8. USG, Rontgen.

D. Gangguan atau penyakit imonologi


1. Imuno defisiensi(respon imun berkurang)contoh: HIV
2. Hipertensintivitas (respon imun berlebihan) contoh: alergi, asma, reaksi
transfusi
3. Penyakit autoimuncontoh : Lupus, HIV/AIDS, Myasthenia gravisdll

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN


1. Nyeri akut
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko tinggi terhadap infeksi
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
5. Intoleransi aktivitas
6. Kerusakan integritas kulit

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC
- pain level Pain management
- pain control - lakukan pengkajian nyeri secara
- comfort level komperehensife termasuk lokasi,
kreteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- mampu mengontrol dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab - opservasi reaksi nonverbal dari kretidak
nyeri, dan mampu nyamanan
menggunakan tehnik - gunakan tehnik terapeotik untuk
nonfarmakologi mengetahui pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi - kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mencari pasien
bantuan) - evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- melaporkan bahwa - bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri berkurang mencari dan menemukan dukungan
dengan menggunakan - kontol lingkungan yang dapat
manajemen nyeri. mempengaruhi nyeri seperti suhu
- mampu mengenali ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
nyeri (skala, - kaji tipe dan sumber nyeri untuk
intensitas, frekuensi, menentukan enterpensi
dan tanda nyeri) - tingkatkan istirahat
- menyatakan rasa - kolaborassi dengan dokter jika ada
nyaman setelah nyeri keluhan dan tindakan nyeri tidak
berkurang. berhasil

2. Gangguan NOC NIC


pemenuhan - Nutritional status : Nutritian Management
nutrisi kurang Nutritional status : - Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan food and fluid - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh - Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Nutritional status : di butuhkan pasien
nutrient intake - Anjurka pasien untuk meningkatkan intake
- Weight control Fe
Kriteria Hasil : - Anjurkan klien untuk meningkatkan protein
- Adanya peningkatan dan vitamin C
berar badan sesuai - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
dengan tujuan kalori
- Berat badan ideal - Berikan informasi tentang kebutuhan
sesuai dengan tinggi nutrisi
badan - Kaji kemampuan pasien untuk
- Mampu mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda –
tanda malnutrisi
- Menunjukan
pengkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
- Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
3. Resiko tinggi NOC NIC
terhadap infeksi Infection Control (Kontrol infeksi)
- Immune Status - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
- Knowledge : pasien lain
Infection control - Pertahankan teknik isolasi
- Risk control - Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk
Kriteria Hasil: mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Klien bebas dari - Gunakan sabun antimikrobia untuk
tanda dan gejala cuci tangan
infeksi - Cuci tangan setiap sebelum dan
- Mendeskripsika sesudah tindakan keperawatan
n proses penularan - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
penyakit, ntibi yang alat pelindung
mempengaruhi - Pertahankan lingkungan ntibio
penularan serta selama pemasangan alat
penatalaksanaannya - Ganti letak IV perifer dan line central
- Menunjukkan dan dressing sesuai dengan petunjuk
kemampuan untuk umum
mencegah timbulnya - Gunakan kateter intermiten untuk
infeksi menurunkan infeksi kandung kencing
- Jumlah leukosit - Tingktkan intake nutrisi
dalam batas normal - Berikan terapi ntibiotic bila perlu
- Menunjukkan - Infection Protection (proteksi
perilaku hidup sehat terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentangan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik ntibio pada
pasien yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan ntibiot mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
ntibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

4. Ketidakefektifan NOC NIC


bersihan jalan - Respiratory status: Airway suction :
nafas Ventilation - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
- Respiratory status : suctioning.
Airway patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil sesudah suctioning
- Mendemonstrasikan - Minta klien nafas dalam sebelum
batuk efektif dan suara suctioning dilakukan
nafas yang bersih, - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
tidak ada sianosis dan untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
dyspneu (mampu - Gunakan alat yang steril setiap melakukan
mengeluarkan sputum, tindakan
mampu bernafas - Anjurkan pasien untuk dan nafas dalam
dengan muda, tidak setelah kateter dikeluarkan dari
ada pursed lips) nasotrakeal
- Menunjukan jalan - Monitor status oksigen pasien
nafas yang paten - Hentikan suksion dan berikan oksigen
( klien tidak merasa apabila pasien menunjukan bradikardi,
tercekik, irama nafas, peningkatan saturasi O2
frekuensi nafas dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal) Airway Management
- Mampu -Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin lift
mengidentifikasi dan tau jaw thrust bila perlu
memcegah faktor -Posisikan pasien untuk memaksimalkan
yang dapat ventilasi
menghambat jalan -Identivikasi pasien perlunya pemasangan
nafas alat jalan nafas buatan
-Pasang mayo bila perlu
-Lakukan fisioterapi dada bila perlu
-Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
tambahan
-Lakukan suction pada mayo
-Berikan bronkodilator bila perlu
-Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbngan
-monitor respirasi dan status O2.
5. Intoleransi NOC NIC
aktivitas - Joint Movement : Exercise therafi : ambulation
Active - Monitoring vital sign sebelum / sesudah
- Mobility Level latihan dan liat respons pasien saat latihan
- Self Care : ADLs - konsultasikan dengan terapi fisik tentang
- Transfer performance rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Kriteria Hasil : - Bantu klien untuk menggunakan tongkat
- Klien meningkat saaat berjalan dan mencegah terhadap
dalam aktivitas fisik cidera
- Mengerti tujuan dari - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
peningkatan mobilitas - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
- Memverbalisasi ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
prasaan dalam - Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
meningkatkan dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
kekuatan dan - Berikan alat bantu jika klien memerlukan
kemampuan berpindah - Ajarkan pasien bagaimnana merubah
- Memperagakan posisi dan berikan bantuan jika di perlukan
penggunaan alat
- Bantu untuk
mobilisasi ( walker )

6. Kerusakan NOC NIC


integritas kulit - Tissue integrity: skin Pressure management
and mucous - anjurankan pasien untuk mengguanakan
- membranes pakaian yang longgar
- hemodyalis akses - hindari kerutan pada tempat tidur
kriteria hasil: - jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
- integritas kulit yang kering
baik bisa - mobolisasi pasien (ubah posisi passien)
dipertahankan setiap dua ja sekali
(sensasi, elastisitas, - monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur, hidrasi, - oleskan lation atau minyak/baby oil pada
pigmentasi) tidak ada daerah yang tertekan
luka atau lesi pada - ]monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
kulit - monitor status nutrisi pasien
- perkusi jaringan baik - memandikan pasien dengan sabun dan air
- menunjukan hangat
pemahaman dalam
proses perbaiakan
kulit dan mmencegah
terjadinya cidera
berulang
- mampu melindungi
kulit dan
mepertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem
mekanismepadaorganismeyang melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuhpatogen. Sistem imun terbagi dua
berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikanindividu kebal.
terhadap suatu penyakit.Imunisasi terbagi 2,yaitu:
a. Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuatantibody
sendiri.
b. Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody darisuatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor
Keturunan, Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan
Penyalahgunaan Antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NANDA NIC – NOC. edisi revisi jilit 2.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Anda mungkin juga menyukai