Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan
negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Penerapan kedokteran klinis saat ini adalah untuk mengobati penyakit saja.
Infeksi bakteri dilawan dengan antibiotik, infeksi virus dengan antivirus dan
infeksi parasit dengan antiparasit terbatas obat-obatan yang tersedia. Sistem
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, depresi disebabkan oleh stres emosional
diobati dengan antidepresan atau obat penenang. Kekebalan depresi disebabkan
oleh kekurangan gizi jarang diobati sama sekali, bahkan jika diakui, dan kemudian
oleh saran untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi
yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri
dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada
keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut
termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem
komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif
baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas vertebrata seperti
manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang
berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon
imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui
patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis
dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan
dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari
vaksinasi.
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam
laktat melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi
air mata, air liur, urin, asam lambung serta lisosom dalam air mata
4. Imunitas spesifik , yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara
umum pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa,
jamur dan beberapa bakteri intraselular fakultatif terutama membutuhkan
imunitas yang diperani oleh sel yang dinamakan imunitas selular,
sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin membutuhkan imunitas yang
diperani oleh antibodi yang dinamakan imunitas humoral. Secara
keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik (nonspesifik)
bertanggung jawab bersama dalam pengontrolan terjadinya penyakit
infeksi.
Invasi Patogen
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di dalam
sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai jaringan. Berbagai jenis
bakteri yang termasuk golongan bakteri ekstraseluler telah disebutkan pada bab
sebelumnya. Bakteri ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit.
Pada keadaan tertentu bakteri ekstraseluler tidak dapat dihancurkan oleh sel fagosit
karena adanya sintesis kapsul antifagosit, yaitu kapsul luar (outer capsule) yang
mengakibatkan adesi yang tidak baik antara sel fagosit dengan bakteri, seperti pada
infeksi bakteri berkapsul Streptococcus pneumoniae atau Haemophylus
influenzae. Selain itu, kapsul tersebut melindungi molekul karbohidrat pada
permukaan bakteri yang seharusnya dapat dikenali oleh reseptor fagosit. Dengan
adanya kapsul ini, akses fagosit dan deposisi C3b pada dinding sel bakteri dapat
dihambat. Beberapa organisme lain mengeluarkan eksotoksin yang meracuni
leukosit. Strategi lainnya adalah dengan pengikatan bakteri ke permukaan sel non
fagosit sehingga memperoleh perlindungan dari fungsi fagosit .
Sel normal dalam tubuh mempunyai protein regulator yang melindungi dari
kerusakan oleh komplemen, seperti CR1, MCP dan DAF, yang menyebabkan
pemecahan C3 konvertase. Beberapa bakteri tidak mempunyai regulator tersebut,
sehingga akan mengaktifkan jalur alternatif komplemen melalui stabilisasi C3b3b
konvertase pada permukaan sel bakteri. Dengan adanya kapsul bakteri akan
menyebabkan aktivasi dan stabilisasi komplemen yang buruk.
Netralisasi toksi n
Opsonisasi
Sel PMN merupakan fagosit yang predominan dalam sirkulasi dan selalu tiba
di lokasi infeksi lebih cepat dari sel lain, karena sel PMN tertarik oleh sinyal
kemotaktik yang dikeluarkan oleh bakteri, sel PMN lain, komplemen atau
makrofag lain, yang lebih dahulu tiba di tempat infeksi. Sel PMN sangat peka
terhadap semua faktor kemotaktik.
Sel PMN yang telah mengalami kemotaktik selanjutnya akan melakukan adesi
pada dinding sel bakteri, endotel maupun jaringan yang terinfeksi. Kemampuan
adesi PMN pada permukaan sel bakteri akan bertambah kuat karena sinyal yang
terbentuk pada proses adesi ini akan merangsang ekspresi Fc dan komplemen pada
permukaan sel. Sel PMN juga akan melakukan proses diapedesis agar dapat
menjangkau bakteri yang telah menginfeksi.
Mekanisme pemusnahan bakteri oleh enzim ini dapat melalui proses oksidasi
maupun nonoksidasi, tergantung pada jenis bakteri dan status metabolik pada saat
itu. Oksidasi dapat berlangsung dengan atau tanpa mieloperoksidase. Proses
oksidasi dengan mieloperoksidase terjadi melalui ikatan H2O2 dengan Fe yang
terdapat pada mieloperoksidase. Proses ini menghasilkan komplek enzim-subtrat
dengan daya oksidasi tinggi dan sangat toksik terhadap bakteri, yaitu asam
hipoklorat (HOCl).
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler fakultatif dan
obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intraseluler obligat
adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel hospes.
Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau oleh antibodi dalam
sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun terhadap bakteri intraseluler juga
berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler. Beberapa jenis bakteri seperti
basil tuberkel dan leprosi, dan organisme Listeria dan Brucella menghindari
perlawanan sistem imun dengan cara hidup intraseluler dalam makrofag, biasanya
fagosit mononuklear, karena sel tersebut mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh.
Masuknya bakteri dimulai dengan ambilan fagosit setelah bakteri mengalami
opsonisasi. Namun setelah di dalam makrofag, bakteri tersebut melakukan
perubahan mekanisme pertahanan.
Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus.
Saat sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu
mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh
penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai
lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat
dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut "oportunistik". Kata "infeksi
oportunistik" sering kali disingkat menjadi "IO".
E. Dasar IO
Anda dapat terinfeksi IO, dan "dites positif" untuk IO tersebut, walaupun anda
tidak mengalami penyakit tersebut. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV
akan menerima hasil tes positif untuk sitomegalia (Cytomegalovirus atau CMV).
Tetapi penyakit CMV itu sendiri jarang dapat berkembang kecuali bila jumlah
CD4 turun di bawah 50, yang menandakan kerusakan parah terhadap sistem
kekebalan.
Untuk menentukan apakah anda terinfeksi IO, darah anda dapat dites
untuk antigen (potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk
antibodi (protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen).
Bila antigen ditemukan artinya anda terinfeksi. Ditemukan antibodi berarti anda
pernah terpajan
infeksi. Anda mungkin pernah menerima imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi
tersebut, atau sistem kekebalan anda mungkin telah "memberantas" infeksi dari
tubuh, atau anda mungkin terinfeksi. Jika anda terinfeksi kuman yang
menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 anda cukup rendah sehingga
memungkinkan IO berkembang, dokter anda akan mencari tanda penyakit aktif.
Tanda ini tergantung pada jenis IO.
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengalami IO jika sistem kekebalannya
rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker dapat menekan
sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat
mengalami IO. HIV memperlemah sistem kekebalan, sehingga IO dapat
berkembang. Jika anda terinfeksi HIV dan mengalami IO, anda mungkin AIDS. Di
Indonesia, Departemen Kesehatan bertanggung jawab untuk memutuskan siapa
yang AIDS. Depkes mengembangkan pedoman untuk menentukan IO yang apa
mendefinisikan AIDS. Jika anda HIV, dan mengalami satu atau lebih IO "resmi"
ini, maka anda AIDS.
1) Kandidiasis (Thrush)
Bila infeksi menyebar lebih dalam pada tenggorokan, penyakit yang timbul
disebut esofagitis. Gejalanya adalah gumpalan putih kecil seperti busa, atau
bintik merah. Penyakit ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan, sulit
menelan, mual, dan hilang nafsu makan. Kandidiasis berbeda dengan sariawan,
walaupun orang awan sering menyebutnya sebagai sariawan. Kandidiasis pada
vagina disebut vaginitis. Penyakit ini sangat umum ditemukan. Gejala vaginitis
termasuk gatal, rasa bakar dan keluarnya cairan kental putih.
20 | I L M U D A S A R K E P E R A W A T A N I I
menjadi resistan terhadap obat lebih rendah.
21 | I L M U D A S A R K E P E R A W A T A N I I
Obat-obatan yang dipakai untuk memerangi kandida adalah obat antijamur.
Hampir semua namanya diakhiri dengan '-azol'.
· olesan
·Minum teh Pau d'Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.
·Mengkonsumsi bawang putih mentah atau suplemen bawang putih.
Bawang putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan antibakteri.
Namun bawang putih dapat mengganggu obat protease inhibitor.
· Kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) yang dilarutkan
dengan air.
Tanda dan gejalah MAC : Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi,
panas dingin, diare, kehilangan berat badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia
(kurang sel darah merah). Jika MAC menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi darah, hepatitis, pneumonia, dan masalah berat lain. Gejala
seperti ini juga merupakan gejala banyak infeksi oportunistik lain. Jadi,
dokter kemungkinan akan memeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari
bakteri MAC. Contoh cairan tersebut dites untuk mengetahui bakteri apa yang
tumbuh
padanya. Proses ini, yang disebut pembiakan, perlu beberapa minggu. Bahkan jika
anda terinfeksi MAC, sulit menemukan bakteri MAC. Jika jumlah CD4 anda di
bawah 50, dokter mungkin mengobati anda seolah-olah anda MAC, walaupun
tidak ada diagnosis yang tepat. Ini karena infeksi MAC sangat umum terjadi tetapi
sulit didiagnosis.
Sistim kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP
menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistim kekebalan
yang lemah. Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan
bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200
mempunyai risiko paling tinggi mengalami penyakit PCP. Orang dengan jumlah
CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga berisiko. Sebagian
besar orang yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah, kehilangan
berat
badan, dan kemungkinan akan kembali mengalami penyakit PCP lagi.
Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa dahak.
Siapa pun dengan gejala ini sebaiknya segera periksa ke dokter. Namun, semua
Odha dengan jumlah CD4 di bawah 300 sebaiknya membahas pencegahan PCP
dengan dokter, sebelum mengalami gejala apapun.
Sayang, PCP masih umum pada orang yang terlambat mencari pengobatan
atau belum mengetahui dirinya terinfeksi. Sebenarnya, 30-40 persen Odha akan
mengembangkan PCP bila mereka menunggu sampai jumlah CD4-nya kurang
lebih 50.
Obat yang dipakai untuk mengobati PCP mencakup kotrimoksazol, dapson,
pentamidin, dan atovakuon.
· Kotrimoksazol (TMP/SMX) adalah obat anti-PCP yang paling
efektif. Ini adalah kombinasi dua antibiotik: trimetoprim (TMP) dan
sulfametoksazol (SMX).
·Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP ringan atau
sedang yang tidak dapat memakai kotrimoksazol atau
pentamidin.
Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini juga
murah, dan dipakai dalam bentuk pil, tidak lebih dari satu pil sehari. Namun,
bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir separo orang
yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-kadang
demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai gejala alergi
hilang, lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak muncul lagi. Reaksi
alergi yang berat dapat diatasi dengan cara desensitisasi. Pasien mulai dengan dosis
obat yang sangat rendah dan kemudian meningkatkan dosisnya hingga dosis penuh
dapat ditahan. Mengurangi dosis dari satu pil sehari menjadi tiga pil seminggu
mengurangi masalah alergi kotrimoksazol, dan tampak sama
berhasilnya. Karena masalah alergi yang disebabkan oleh kotrimoksazol serupa
dengan efek samping dari beberapa obat antiretroviral, sebaiknya penggunaan
kotrimoksazol dimulai seminggu atau lebih sebelum mulai ART. Dengan cara ini,
bila alergi muncul, penyebabnya dapat lebih mudah diketahui.
5) Toksoplasmosis
Tes antibodi tokso menunjukkan apakah anda terinfeksi tokso. Hasil positif
bukan berarti anda menderita penyakit ensefalitis tokso. Namun, hasil tes negatif
berarti anda tidak terinfeksi tokso. Pengamatan otak (brain scan) dengan
computerized tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI scan)
juga dipakai untuk mendiagnosis tokso. CT scan untuk tokso dapat mirip dengan
pengamatan untuk infeksi oportunistik yang lain. MRI scan lebih peka dan
mempermudah diagnosis tokso.
Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap tokso. Lebih dari 80 persen orang
menunjukkan perbaikan dalam 2-3 minggu. Tokso biasanya kambuh setelah
peristiwa pertama. Orang yang pulih dari tokso seharusnya terus memakai obat
antitokso dengan dosis pemeliharaan yang lebih rendah. Jelas orang yang
mengalami tokso sebaiknya mulai terapi antiretroviral (ART) secepatnya, dan bila
CD4 naik di atas 200 lebih dari enam minggu, terapi tokso sudah diselesaikan dan
bila tidak ada gejala tokso lagi, terapi pemeliharaan tokso dapat dihentikan.
6) Tuberkulosis (TB)
Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri TB dalam paru. Ada dua jenis TB aktif. TB primer baru terjadi setelah anda
terinfeksi TB untuk pertama kali. Keaktifan kembali TB terjadi pada orang yang
sebelumnya terinfeksi TB. Jika sistem kekebalan tubuhnya melemah, TB dapat
lolos dari tuberkel dan mengakibatkan penyakit aktif. Kebanyakan kasus TB pada
orang dengan HIV diakibatkan keaktifan kembali infeksi TB sebelumnya.
TB aktif dapat menyebabkan gejala berikut: batuk lebih dari tiga minggu;
hilang berat badan; kelelahan terus menerus; keringat basah kuyup pada malam hari;
dan demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang
disebabkan PCP, tetapi TB dapat terjadi pada jumlah CD4 yang tinggi. TB
ditularkan melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif batuk atau bersin. Anda
dapat mengembangkan TB secara mudah jika anda pada tahap infeksi HIV lanjut.
Anda dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.
TB dan HIV: pasangan yang buruk . Banyak jenis virus dan bakteri hidup
di tubuh anda. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan kuman ini
agar mereka tidak menyebabkan penyakit. Jika HIV melemahkan sistem
kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi oportunistik (IO). Angka TB
pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang yang
tidak terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV. TB dapat
merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, dan memperburuk infeksi
HIV. Karena itu, penting bagi orang dengan HIV untuk mencegah dan mengobati
TB.
Bagaimana cara mendiagnosis TB??? Ada tes kulit yang sederhana untuk TB.
Sebuah protein yang ditemukan pada bakteri TB disuntik pada kulit lengan.
Jika kulit anda bereaksi dengan bengkak, itu berarti anda kemungkinan terinfeksi
bakteri TB.
Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan anda, anda
mungkin tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit, walaupun anda terinfeksi TB.
Kondisi ini disebut 'anergi'. Oleh karena masalah ini, dan karena kebanyakan orang
di Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi tes kulit sekarang jarang dipakai di sini. Jika
anda anergi, pembiakan bakteri dari dahak (lihat alinea berikut) adalah cara
terbaik untuk diagnosis TB aktif.
ARV dapat meningkatkan kadar obat TB ini pada tingkat yang mengakibatkan
efek samping yang berat. Rifampisin tidak boleh dipakai jika anda memakai
protease inhibitor (PI). Rifabutin dapat dipakai dalam beberapa kasus, tetapi
mungkin dosisnya harus diubah. Ada pedoman khusus untuk dokter jika anda
memakai obat untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Juga, jika jumlah CD4
anda di bawah 100, anda sebaiknya memakai rifabutin sedikitnya tiga kali
seminggu. Ini mengurangi risiko TB-nya menjadi resistan terhadap rifabutin.
Untuk alasan ini, TB biasanya disembuhkan sebelum ART dimulai. Namun
mungkin ini mustahil bila jumlah CD4 sangat rendah.
Pencegahan IO
Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin anda
telah membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi risiko infeksi
baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang
diketahui yang menyebabkan IO. Meskipun anda terinfeksi beberapa IO, anda
dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif.
Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO adalah
untuk memakai ART. Lihat lembaran informasi masing-masing IO untuk informasi
lebih lanjut tentang menghindari infeksi atau mencegah pengembangan penyakit
aktif.
Pengobatan IO
Efek sinergis terapi oportunistik dan ARV , oleh beberapa ahli telah
dibuktikan efektifitasnya. Kovack, pada 1997, misalnya, telah menunjukan,
terjadinya penurunan insiden infeksi oportunistik sebesar 55 persen pada populasi
Odha yang menerima ARV. Sementara Astro, peneliti lain, pada 2003 melakukan
penelitian untuk menilai efektivitas ARV terhadap perbaikan kualitas hidup
penderita AIDS. Hasilnya, disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan kualitas
hidup Odha perlu segera dilakukan penanggulangan infeksi oportunistik yang
dilanjutkan dengan ARV. "Keberhasilan ini dikaitkan dengan peningkatan
imunitas tubuh.Tapi, ARV sendiri tidak memberikan efek perlindungan yang
sama
bagi setiap komplikasi oportunistik, oleh karenanya perlu upaya lain dengan
penggunaan profilaksis, serta pendekatan diagnostik dan terapetik yang lebih
baik," tegas Herdiman.