Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada

Gangguan Sistem Imun dan Hematologi

DI SUSUN OLEH :

Dedi

Kurnia hariani

Endo

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MATARAM PROGRAM B
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya
makalah tentang asuhan keperawatan gangguan hubungan sosial ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Harapan kami atas selesainya makalah ini adalah agar masyarakat
mendapat pengetahuan baru dan informasi yang lebih luas khususnya tentang asuhan
keperawatan gangguan hubungan sosial.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha semampu kami dalam menyusun makalah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan mamupun dalam
penyusunan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

            Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon
imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk
proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau
bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.

            Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain
untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system
pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.

            Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini
adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
2. Apa sajakah fungi imun dan hematologi ?
3.  Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia?
5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
manusia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun dan hematologi
2. Mengetahui fungsi sistem imun dan hematologi tubuh manusia.
3. Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
4. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh manusia.
5. Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. SISTEM IMUN

A. PENGERTIAN

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH


1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

C.  PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit


2) Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang
tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
a) Tidak selektif
b)  Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
c) Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
d) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
1. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit
dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen
ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun
rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh.

b. Pertahanan Mekanis

Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia


pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari
berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu
partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh.

c.   Pertahanan Kimiawi

Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh


kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah
minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-
5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit.
Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus)
mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara
menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.

d.  Pertahanan Biologis

Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak


berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
memperoleh nutrisi.

2. Respons Peradangan (Inflamasi)

Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan,


misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan
kumpulan dari empat gejala sekaligus,
yakni dolor (nyeri) , rubor (kemerahan) , calor(panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat
penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan
sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan
fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi
dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,sehingga mengakibatkan


patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
b. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan
histamin dan prostaglandin.
c. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah
sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
d.  Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan
yang terinfeksi.
e.  Sel-sel fagosit memakan patogen.

3. Fagositosis

Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel


fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua
jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit
mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan
akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah
granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast(mastosit). Sel-sel
fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :

a. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel


fagosit.
b. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah
terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
c. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel
fagosit.
d. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan
patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
e. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan
fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen
hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel
tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
f. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
4. Protein Antimikrobia

Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah
protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan
cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.
Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam
dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.

Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan


saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon
akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus
dapat dicegah.

3) Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap


patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

a) Bersifat selektif
b) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
c) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
d) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
e) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

a) Limfosit
1. Limfosit B (Sel B)

Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel


B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi.
Sel B dapat dibedakan menjadi :

 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.


 Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b)  Limfosit T (Sel T)

Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses


pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.

Sel T dapat dibedakan menjadi :

 Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
 Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T
lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
  Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan
cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh.
Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
4) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat
spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari
berbagai kuman penyakit.

Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai
ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh
ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul
tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam
menginaktivasi antigen yaitu :

1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau


opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)

Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya :

No
Tipe Antibodi Karakteristik
.

Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat


1. IgM terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan
primer)

Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat


terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder).
2. IgG
Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif
dari ibu kepada janin.

Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan


membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada
3. IgA permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan

4. IgD Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor


dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh
sel B plasma.

No
Tipe Antibodi Karakteristik
.

Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah


dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang
5. IgE
berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin
dan terlibat dalam reaksi alergi.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan


tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa
lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit :

Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik

Pertahanan Pertama Pertahanan Kedua Pertahanan Ketiga

1. Kulit 1. Inflamasi 1. Limfosit


2. Membran mukosa 2. Sel-sel fagosit
3. Rambut hidung dan silia 3. Proteinantimikrobia 2.  Antibodi
pada trakea
4. Cairan sekresi dari kulit dan
membran mukosa

Berdasarkan Mekanisme Kerja:

1. Kekebalan Humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar


dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama
kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B
plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag
akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel
B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut
respons kekebalan primer.

Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel  Bplasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi
yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan
adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen
yang pernah masuk ke dalam tubuh.

2. Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau


jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena
antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila
infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan
dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.

  Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan ‘Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

a) Kekebalan Aktif Alami

Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat


infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi
kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak
tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.

b) Kekebalan Aktif Buatan

Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi.


Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan
siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan
untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin
dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi
pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal
terhadap penyakit yang menyerangnya.

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu,


sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini
dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga
imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis,
tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit
tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu

1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak.


Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme
yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif


diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun
buatan.

a) Kekebalan Pasif Alami

Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi
dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan
ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi.

b) Kekebalan Pasif Buatan

Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi


yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya
adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

D. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap


senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen
dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan
tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh
yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen
yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE
yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam
proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

2. Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi


yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan
beberapa kelainan, yaitu :

a. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di


pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

b. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik


sehingga otot lurik mengalami kerusakan.

c. Addison’s disease

Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar


adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun,
mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.

d. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada


penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

 Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang


menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
 Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi
dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.

3. Radang sendi (artritis reumatoid)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan


peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak
sendi dan ditandai dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi
otot, serta penipisan tulang.

4. AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan


berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma
dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh
dalam melawan berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein
pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm 3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm 3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dantampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif
yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS
umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :

a. Gangguan pada sistem saraf


b. Penurunan libido
c. Sakit kepala
d. Demam
e. Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
f.Diare
g. Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
h. Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
i.Terjadi penurunan berat badan secara drastis

Cara penularan virus HIV/AIDS :

a. Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS


b. Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
c. Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
d. Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu
penderita HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

a. Menghindari hubungan seks di luar nikah


b. Memakai jarum suntik yang steril
c.  Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
d. Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS

E.  CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita
karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memakan makanan yang mengandung :

a. Protein

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai


antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

b. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.

c. Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu


meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine
pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.

d. Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat


meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan
yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan
sistem imun dalam tubuh.

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme


sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan
hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan
tubuh kita.
II. SISTEM HEMATOLOGI

A. PENGERTIAN
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah.
Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah
yang dipelajari.

1. Sel darah merah


a. anemia
b. hemoglobinopati
c. bank darah (sel darah merah dan plasma)
2. Sel darah putih
a. leukemia
b. neutropenia
c. kelainan mieloproliferatif
d. sindrom mielodisplasia
e. limfoma dan penyakit limfoproliferatif
f. multimieloma
3. Plasma darah dan pembekuan darah
a. pendarahan dan kelainan pembekuan darah
b. trombosis
c. trombositopenia dan trombositosis

Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 – 8 % dari berat badan
total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan
bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan
berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh kita. 
B. Fungsi darah
1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit, antibodi
dan substansi protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik.
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh.

C. Komponen darah

1. Bagian korpuskuli (elemen seluler)

a. ErItrosit (sel darah merah)


Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah lima
juta/μl darah sedangkan pada wanita empat juta/μl darah. Berbentuk bikonkaf, warna
merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum
tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di
hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi primernya
adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-
paru. Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan Pembesaran objektif 100 kali

b. Lekosit (sel darah putih)


Jumlah sel pada orang dewasa 6000 – 9000 sel/μl darah. Diproduksi di sum-
sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.Terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1). Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki granula. Terdiri dari :
a). Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi
(terutama infeksi cacing)
b)   Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada reaksi alergi
c)    Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan
berfungsi sebagai fagosit

2). Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Terdiri dari:
a)  Limfosit Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu
Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler
Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral
b)   Monosit yaitu Lekosit dengan ukuran paling besar. Fungsi lekosit ada dua,
yaitu:
1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-
benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi.
2.  Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya
kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah.
c)  Trombosit (keping darah / sel darah pembeku)
Jumlah pada orang dewasa 200.000 – 500.000 sel/μl darah. Bentuknya
tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan
berperan dalam proses pembekuan darah.

c. Bagian cair (plasma / serum)


1) Plasma adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar
sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan antikoagulan.
2) Serum adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar
sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa penambahan antikoagulan. Serum
komposisinya hampir sama dengan plasma. Perbedaannya adalah pada serum :

a) Tidak mengandung fibrinogen


b) Tidak mengandung faktor pembekuan (faktor II, V dan VIII)
c) Mengandung serotonin tinggi karena adanya perusakan pada platelet
d)  Bagian cairan ini terdiri atas 91 % air dan 9 % bahan padat (organik dan
anorganik) dan didalamnya mengandung berbagai macam zat, yaitu :
(1) Golongan karbohidrat contohnya glukosa
(2) Golongan protein contohnya albumin, globulin, fibrinogen
(3) Golongan lemak contohnya kolesterol
(4) Golongan enzim contohnya amilase, transaminase
(5) Golongan hormon contohnya insulin, glukagon
(6) Golongan mineral contohnya zat besi (Fe), kalium (K)
(7) Golongan vitamin contohnya vitamin A, vitamin K
(8) Golongan sisa metabolisme contohnya urea, asam urat, kreatinin.
(9) Golongan zat warna contohnya bilirubin
III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

A. PENGKAJIAN :
  Burner dan Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8 . EGC
Jakarta. 1996
2. Hardjono, H. dkk. 2003, Interpensi Hasil Test Laboratorium Diagnostik. Penerbit
Unhas (Lephas) Anggota IKAPI. Makassar
3. Price, Sylvia A & Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: EGC
4. http://heldaupik.blogspot.co.id/2013/11/askep-sistem-hematologi.html
5. http://wijayanti200495.blogspot.co.id/2016/10/makalah-gangguan-sistem-hematologi.html
6. http://ibnunajib6969.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-content/uploads/sites/438/2016/05/makalah-
hematologi..pdf

Anda mungkin juga menyukai