LANDASAN TEORI
Low Back Pain atau LBP merupakan nyeri pada punggung bagian bawah, bukan
merupakan penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan nyeri yang
dirasakan di area yang terkena bervariasi lama terjadinya nyeri (WHO,2013). Low Back
Pain merupakan nyeri di sekitar lumbosakral dan sakroiliakal yang disertai penjalaran ke
tungkai sampai kaki. Mobilitas punggung bawah yang sangat tinggi, berfungsi sebagai
menyangga beban tubuh dan sekaligus berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus
digestivus dan traktus urinarius yang bila mengalami perubahan patologik tertentu dapat
punggung adalah nyeri yang berkaitan dengan bagaimana tulang, ligamen dan otot
punggung bekerja, hal ini biasanya terjadi sebagai akibat gerakan mengangkat,
membungkuk, atau mengejan, dan dapat hilang timbul (Bull & Archard, 2007). Dapat
disimpulkan bahwa Low Back Pain merupakan perasaan nyeri pada area pinggang bawah
yang dapat menjalar sampai ke tungkai atau kaki yang dapat dialami oleh setiap orang,
10
11
Tulang punggung adalah tulang yang tersusun tidak beraturan serta membentuk punggung
yang saling berhubungan dengan kokoh satu sama lainnya. Akan tetapi dapat membentuk
sebuah gerakan seperti membungkuk,dll. Tulang punggung merupakan penyangga utama bagi
kepala dan bagian tubuh dimana dapat melindungi saraf tulang belakang atau medulla spinalis
dan membuat posisi tubuh dapat tegak saat duduk dan berdiri (Imelda,2015). Tulang belakang
terdiri dari sejumlah vertebra yang dihubungkan oleh diskus intervertebralis dan beberapa
ligamentum. Tulang columna vertebralis terdiri dari tujuh vertebra servikalis, dua belas
vertebra torakalis, lima vertebra lumbalis, sakrum dan vertebra coccygeae (Gibson,2015)
(Gibson,2015)
pulposus (zat semi cair yang mengandung sedikit serat dan tertutup di
2.1.2.2 Ligamentum
Struktur umum tulang cervical memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina
atau tonjolan tulang yang memanjang dan procesus spinosus (bagian seperti
sayap pada belakangnya) yang pendek, terdiri dari 7 tulang cervikal yang
yang tipis dan memiliki processus transversus, dibedakan dengan adanya foramen
(yang dilalui oleh arteri vertebralis) dan juga dua tuberkel (Gibson,2015). Semua
Vertebra serviks pertama (atlas) dan vertebra serviks kedua (aksis) untuk
Vertebra ini menjadi lebih besar dari atas ke arah bawah karena harus menopang
berat badan yang semakin besar. Vertebra ke dua belas merupakan vertebra masif
mengarah ke bawah dan memiliki faset artikular pada prosesus transversus yang
Tulang pinggang atau lumbal merupakan tulang yang yang paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban paling berat daripada yang lainnya. Lumbal
Vertebra lumbalis merupakan tulang yang masif dengan processus lateralis dan
pembuluh darah dan meningen. Sakrum dibentuk oleh lima vertebra yang berfusi
terkuat. Prosesus spinosanya pendek dan tebal serta menonjol hamper searah garis
horizontal (Sloane,2003).
2.1.2.6 Os Sacral
Tulang sacral adalah tulang belakang yang tehubung langsung dengan tulang
2.1.2.7 Os Coccygeus
coccygeus yang bergabung menjadi satu. Tulang ini berartikulasi dengan sakrum
Koksiks atau tulang ekor menyatu dan berartikulasi dengan ujung sakrum, yang
Columna vertebralis dapat melakukan fleksi, ekstensi, rotasi dan gerakan lateral.
vertebra yang berdekatan dan perubahan pada diskus intervertebralis yang dapat
lumbalis, pasien mengalami nyeri punggung bawah (lumbago) atau nyeri menjalar
Pada kasus LPB mekanik, aktivasi nosireseptor disebabkan oleh rangsang mekanik, yaitu
penggunaan otot yang berlebihan (overuse). Pengunaan otot yang berlebihan dapat terjadi
pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur yang salah dalam jangka
waktu yang cukup lama di mana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas yang menimbulkan
beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah, misalnya mengangkat
beban-beban yang berat dengan posisi yang salah (tubuh membungkuk dengan lutut lurus
dan jarak beban ke tubuh cukup jauh). Penggunaan otot yang berlebihan menyebabkan
iskemia dan inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan
menambah spasme otot. Karena terdapat spasme otot, sehingga lingkup gerak punggung
bawah menjadi sedikit dan terbatas. Mobilitas lumbal menjadi terbatas, terutama untuk
Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot
perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan
pada aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas,masalah
struktur, peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini menyebabkan nyeri punggung.
Perubahan degenerasi diskus intervetebra akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat
dan tidak teratur merupakan penyebab nyeri punggung biasa, L4-L5 dan L5-S1 mengalami
16
stress mekanis dan menekan sepanjang radiks saraf tersebut. Keluhan nyeri punggung
bawah dan keterbatasan aktivitas menimbulkan keluhan dan masalah pada klien yang
Low Back Pain dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor berdasarkan kelainannya
atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi Low Back
Adams & Victor menggolongkan sifat nyeri ke dalam lima golongan, yaitu : nyeri lokal,
nyeri acuan atau reffered pain, nyeri radikuler, nyeri spasme otot, dan nyeri yang tidak
Mahar Mardjono menggolongkan Low Back Pain sebagai berikut: LBP mekanik yang
dibagi menjadi akut dan kronik, LBP organik yang dibedakan atas osteogenik, diskogenik,
Selain klasifikasi tersebut, terdapat klasifikasi patologi yang klasik yaitu trauma, infeksi,
Tabel 2.1
Karakteristik Low Back Pain Berdasarkan Sumber Nyeri Menurut Wiarto (2017)
Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari Low Back Pain menurut
a. Nyeri punggung akut atau kronis (berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa perbaikan) dan
keletihan.
d. Spasme otot paravertebal (peningkatan drastis tonus otot postural punggung) terjadi
disertai dengan hilangnya lengkung normal lumbal dan kemungkinan deformitas tulang
belakang.
18
1. Faktor individu
a. Usia
Low Back Pain erat kaitannya dengan usia. Biasanya keluhan ini dirasakan
ketika umur 35-65 tahun. Keluhan pertama dimulai pada usia 35 tahun dan
akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan
umur dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung pada pengemudi
terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan
2009 adalah : masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa
remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa
awal (26-35 tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55
tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), masa manula (lebih dari 65 tahun).
stabilitas tulang dan otot berkurang. Seiring dengan bertambahnya usia maka
19
elastisitas tulang belakang semakin menurun dan memicu timbulnya Low Back
Pain (Hoy,2010). Di Amerika Serikat sekitar 80% orang pada usia 18-55 tahun
usia dengan resiko terjadinya LBP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fathoni (2009) mengenai Hubungan Sikap dan Posisi Kerja dengan LBP Pada
yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018, mengenai Faktor-faktor
Jakarta mengatakan bahwa rata-rata usia perawat cathlab adalah 29,92 tahun
b. Jenis Kelamin
Kekuatan fisik tubuh wanita 2/3 dari pria. Walaupun terdapat perbedaan
pendapat dari beberapa ahli mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap keluhan
kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dari pria
dibanding pria, karena secara fisiologis kekuatan otot dan tulang pada wanita
kelamin, laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap Low
keluhan ini sering terjadi ketika siklus menstruasi selain itu menopause juga
(Nusdwiruningtyas,2007).
Hubungan Sikap dan Posisi Kerja Dengan LBP Pada Perawat RSUD
(43,75%) dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani
c. Tingkat Pendidikan
tahun 2019 adalah 60% vokasi, 30% ners dan 10% ners spesialis serta di
Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D sampai tahun 2019 adalah 70% vokasi, 25%
ners dan 5% ners spesialis. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Shieh, et al (2016) yang berjudul “Increased Low Back Pain Risk in Nurses
orang (51,3%) dan DIII sebanyak 271 orang (48,4%) serta pascasarjana
d. Kebiasaan Merokok
Meningkatnya keluhan otot erat kaitannya dengan lama dan tingkat kebiasaan
merokok. Resiko meningkat 20% untuk setiap 10 batang rokok perhari. Pada
tugas yang membutuhkan pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena
peningkatan bahaya terjadinya LBP dan hernia diskus. Perokok lebih beresiko
22
terkena LBP dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan hal ini
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), masa kerja adalah jangka
waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor, badan dan sebagainya. Masa
dalam Pratiwi 2009, seseorang dengan masa kerja dengan sikap duduk lebih
dari 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi terkena Low Back Pain
dibandingkan dengan yang masa kerjanya kurang dari 5 tahun, hal ini
sebagai berikut :
23
kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I selama 2-4 tahun. Dan
menjalani masa klinis level II selama 6-9 tahun sedangkan Ners dengan
4-7 tahun. Dan untuk menjadi Perawat Klinis II (PK II) seorang
klinis level III selama 9-12 tahun sedangkan Ners dengan pengalaman
kerja ≥ 7 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 6-9 tahun
menjalani masa klinis level III selama 2-4 tahun. untuk mencapai
Perawat Klinis III, dengan lulusan DIII Keperawatan dan Ners harus
selama 6-9 tahun. untuk mencapai Perawat Klinis IV, perawat harus
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018,
adalah 4,00 tahun dengan lama kerja paling sedikit 1 tahun dan terlama 14 tahun.
berjudul “Increased Low Back Pain Risk in Nurses With High Workload For
bekerja sebagai perawat adalah 2-5 tahun sebanyak 185 orang (35,2%).
f. Ergonomi
ilmu lain yang saling mendukung, seperti ilmu anatomi, ilmu faal, ilmu
Tujuan dari ergonomi itu sendiri adalah bagaimana mengatur kerja agar
efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa “nyaman” serta terhindar
kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa
- Faktor manusia
Faktor dari dalam yang berasal dari dalam diri manusia yaitu : umur,
Faktor dari luar yang mempengaruhi atau berasal dari luar manusia
yaitu : penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat istiadat, dll.
26
- Antropometri
manusia seperti volume, titik berat, dan masa dari bagian-bagian tubuh.
Jika alat-alat kerja tidak sesuai dengan ukuran tubuh tenaga kerja, maka
Sikap tubuh dalam bekerja yang tidak tepat tanpa disadari akan
atau ukuran beban. Nyeri pinggang dapat terjadi sebagai sikap paksa
kerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2017) yang berjudul Keluhan
Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selasih Pangkalan Kerinci menyebutkan
bahwa terdapat 12 orang (40%) yang memiliki sikap kerja beresiko dan 18 orang (60%)
yang memiliki sikap kerja yang tidak beresiko. Dan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Fathoni (2009) mengenai Hubungan Sikap dan Posisi Kerja Dengan LBP
Pada Perawat RSUD Purbalingga menyebutkan bahwa terdapat 10 orang (31,25%) yang
memiliki sikap dan posisi kerja beresiko dan 22 orang (68,75%) yang memiliki sikap dan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018, mengenai Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Perawat yang Bekerja
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian nyeri punggung
bawah pada perawat yang bekerja di ruang kateterisasi jantung RSUPN DR Cipto
Mangunkusumo Jakarta dengan nilai P value 0,36. Dan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ningsih (2017) yang berjudul Keluhan Low Back Pain Pada Perawat
Rawat Inap RSUD Selasih Pangkalan Kerinci menyebutkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap kerja dengan keluhan Low Back Pain dengan nilai P value 0,001.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2012) yang berjudul Hubungan Sikap
dan Posisi Kerja dengan Low Back Pain pada Perawat RSUD Purbalingga menyebutkan
28
bahwa pada 77 perawat dengan tes laseque, 14 orang atau sekitar 18,75% mengalami
Untuk pekerjaan angkat dan angkut,beban maksimum yang diperkenankan, agar tidak
Tabel 2.2
Sekali-sekali 40 Kg 15 Kg 15 Kg 10-12 Kg
Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang paling alamiah
untuk bekerja dengan usaha otot dan tekanan pada sendi, tendon, dan ligamen yang
paling minimum. Namun sayangnya banyak pekerjaan yang memaksa pekerjanya untuk
posisi bungkuk, jongkok atau , sikap kerja dengan pergelangan tangan menekuk,leher
mendongak dan lain-lain. Sikap-sikap kerja yang melelahkan inilah yang sering menjadi
keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat beresiko berdampak
pada gangguan sistem otot rangka. Nyeri punggung atau cedera punggung merupakan
bentuk Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang paling banyak ditemui akibat kegiatan
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja pada aspek duduk yang memerlukan waktu lama
dapat menimbulkan otot perut semakin elastis, tulang belakang melengkung, otot bagian
mata terkonsentrasi sehingga cepat merasa lelah. Kejadian tersebut jika tidak diimbangi
dengan rancangan tempat duduk yang tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan
punggung belakang, ginjal, dan mata. Alas duduk saja tidak cukup untuk menjaga
keseimbangan. Secara teoritis telapak kaki dan punggung harus dapat bersentuhan
dengan permukaan lain selain alas duduk agar dapat memperoleh keseimbangan.
(Kuswana,2014).
Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika
melakukan sesuatu pekerjaan. Pada saat seseorang berdiri tegak, sebuah garis vertikal
akan berada lurus melalui pusat berat gravitasi tubuh. Beban tubuh manusia akan
ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban
berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya
gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh kedua kaki. Kaki
yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul akan mencegah tubuh dari
tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota
bagian bawah dan agar keseimbangan dapat tetap terjaga maka diperlukan kerja sejumlah
otot serta telapak kaki untuk menahan (Astuti,2007). Akibat lama berdiri menyebabkan
nyeri punggung bawah yang dapat mengganggu aktivitas serta dapat meningkatkan biaya
pengobatan.
30
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah
membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja akan
mengalami keluhan Low Back Pain bila sikap kerja membungkuk dilakukan secara
berulang dan periode yang cukup lama. Pada saat membungkuk tulang punggung
bergerak ke sisi depan tubuh, otot bagian perut dan sisi depan diskus vertebra pada
bagian lumbal mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari diskus
menyebabkan rasa nyeri pada punggung bawah. Bila sikap kerja ini dilakukan dengan
pengangkatan beban yang berat dapat menimbulkan slipped disk, yaitu rusaknya bagian
IMT merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
seseorang adalah melalui penentuan IMT (Asmadi,2008). IMT juga dipakai sebagai
standar klinis dalam menilai kelebihan bobot badan dan obesitas seseorang
(Howard,2006). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-
Membawa berat badan yang berlebih dapat meningkatkan stress pada punggung
karena fungsi punggung untuk menopang tubuh (Mayo clinic, 2017). Hubungan
antara obesitas dan gangguan fungsional tulang belakang dengan kelemahan dan
kekakuan otot lumbal, yang dapat menyebabkan LBP. Seseorang dengan berat badan
berlebih maka lemak akan disalurkan dan menumpuk di abdomen, sehingga terjadilah
penimbunan lemak yang berarti kerja lumbal semakin berat untuk menopang tubuh.
2010).
Batas ambang IMT untuk Indonesia menurut Depkes (2011) adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.3
Batas Ambang IMT Untuk Indonesia (Depkes,2011)
Sikap dan Posisi Kerja Dengan LBP Pada Perawat RSUD Purbalingga
IMT 23,00 – 24,99 dan 15 responden (46,88%) memiiki IMT 18,50 – 22,99.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2017) yang berjudul
Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selasih Pangkalan
beresiko dan 19 responden (63,3%) yang memiliki IMT tidak beresiko. Namun
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018,
Menurut Gasibat et al, (2017) menyatakan adanya hubungan positif ringan antara
berat badan dan nyeri punggung bawah yang berulang atau kronis; meskipun
terjadinya nyeri punggung bawah. Selain itu, menurut Shiri et al 2010, hubungan
33
antara obesitas dan nyeri punggung bawah bisa dua arah yaitu obesitas bisa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2017) yang berjudul
Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selasih Pangkalan
Kerinci menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT
terhadap keluhan Low Back Pain dengan hasil P value 0,132. Dan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018, mengenai
antara IMT dan kejadian nyeri punggung bawah pada perawat cathlab dengan
2. Faktor Lingkungan
a. Tekanan
Terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, seperti ketika tangan
harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima
tekanan langsung dari pegangan alat, apabila sering terjadi dapat menyebabkan
b. Getaran
34
penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka
dkk,2004).
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum,
1. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang
terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor
penyebab LBP, maka anamnesis terhadap setiap keluhan Low Back Pain akan merupakan
sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya.
Tabel 2.4
Daftar periksa (Check-list) untuk LBP (Harsono,2015)
35
Anamnesis Low Back Pain menurut Harsono, 2015 mempunyai kerangka acuan tertentu,
a. Letak atau lokasi nyeri : penderita diminta untuk menunjukkan nyeri dengan setepat-
tepatnya, atau penderita memberi keterangan yang terinci sehingga letak nyeri dapat
b. Penyebaran nyeri : dalam hal ini perlu sekali dibedakan apakah nyeri tadi bersifat
c. Sifat nyeri : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti
kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus menerus dan sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri : aktivitas tertentu dapat menimbulkan rasa nyeri
yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan rasa
nyeri yang hebat tadi. Banyak hal yang dapat ditanyakan kepada penderita perihal
36
pengaruh aktivitas terhadap rasa nyeri tadi. Berjalan, naik turun tangga, menyapu,
naik sepeda, mencuci pakaian atau kendaraan, menimba air, kegiatan memasak,
gerakan yang mendadak dan sebagainya, perlu ditanyakan pada anamnesis. Kadang-
kadang penderita secara spontan menceritakan kesulitannya paa saat mengenakan dan
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh : Posisi yang bagaimana dapat meredakan
rasa nyeri, dan posisi yang bagaimana pula dapat memperberat rasa nyeri.
f. Trauma : seringkali penderita tidak menyadari bahwa LBP merupakan akibat dari
suatu trauma. Perlu dijelaskan perihal trauma tidak langsung misalnya mendorong
mobil yang mogok, lemari yang cukup berat, mencabut singkong dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya : dalam hal ini perlu ditanyakan
tentang sifat akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, atau justru menyelinap
sehingga penderita tidak tahu secara pasti kapan rasa tidak enak sampai rasa nyeri
tadi mulai timbul. Juga perlu ditanyakan apakah nyeri tadi bersifat menetap atau
analgetika apa saja yang pernah diminum, berapa lama telah minum obat tadi, dan
apakah sekiranya tertolong dengan obat tadi. Dalam hubungan ini ada kaitan arti
i. Kemungkinan ada proses keganasan : Riwayat operasi tumor atau masih adanya
tumor di bagian lain, riwayat terapi radiasi, penurunan berat badan secara drastis,
j. Riwayat menstruasi : Pada wanita tertentu yang setiap kali mengalami menstruasi
maka dia juga sekaligus mengalami LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari-
hari
k. Kondisi mental atau emosional : adalah tidak cukup apabila melakukan pemeriksaan
tanpa memperlihatkan faktor mental atau emosional. Pada umumnya penderita akan
menolak bila kita langsung menanyakan “banyak pikiran” dan sebagainya. Lebih
tadi secara tidak langsung. Dengan cara demikian ini, penderita secara tidak sadar
Oleh karena penyebab Low Back Pain sangat beraneka ragam maka tatalaksananya juga
bervariasi. Namun demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi Low Back Pain :
konservatif dan operatif. Kedua tahapan terapi tersebut mempunyai kesamaan tujuan yaitu
rehabilitasi.(Harsono,2015).
Cara konservatif ini meliputi rehat baring atau bed rest, medikamentosa, dan fisioterapi.
a. Rehat baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per; dengan demikian tempat
tidur harus dari papan yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar busa yang tipis.
38
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung bawah, fraktur dan Hernia
Nukleus Pulposus. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan latihan
tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah untuk
b. Medikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang bersifat simtomatik dan
yang bersifat kausal. Obat-obat simtomatik antara lain analgetika (salisilat, paracetamol,
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) misalnya pada Hernia Nukleus Pulposus, trauma mekanik akut, serta traksi
Terapi operatif dilakukan jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata,
atau terhadap kasus fraktur yang menyebabkan defisit neurologic. Pada kondisi ini
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi pelaksanaannya.
Namun demikian tujuannya hanya satu ialah mengupayakan agar penderita dapat
segera bekerja seperti semula dan tidak timbul LBP lagi di kemudian hari.
Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi tadi teoritis tidak akan tercapai, maka tujuannya
diturunkan satu tingkat, ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain
dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily living), misalnya makan,
Apabila tujuan rehabilitasi kelas dua ini teoritis juga tidak akan tercapai, maka tujuan
herabilitasi perlu diturunkan lagi ialah agar penderita tidak mengalami komplikasi yang
dengan kata lain rehabilitasi bersifat multidisipliner dan dipengaruhi oleh berbagai
Sistem kerja yang tidak ergonomi dalam suatu institusi seringkali kurang mendapatkan
perhatian atau dianggap sepele oleh para pihak manajemen atau pengelola sumber daya
manusia di institusi tersebut. Sebagai contoh antara lain adalah pada cara, sikap dan posisi
kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang
kurang mendukung. Hal ini secara sadar ataupun tidakakan berpengaruh terhadap
(Budiono,2005).
40
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit pelayanan rumah sakit yang
memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan
kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien
membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan
lebih lanjut (DepKes RI, 2009). Perawat dalam tugasnya memberikan layanan pada pasien
dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Hal ini dikarenakan perawat memiliki tanggung
jawab yang besar sehingga menuntut mereka bekerja lebih maksimal. Banyak jenis pekerjaan
yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti aktivitas fisik dengan posisi kerja
mengangkat pasien atau memindahkan beban, mendorong tempat tidur pasien, memasang
laken pada tempat tidur pasien, memasang infus, dll. Aktivitas tersebut jika dilakukan dengan
posisi yang salah atau tidak ergonomis dapat menimbulkan LBP.Oleh karena itu, perawat di
IGD harus memberikan pelayanan gawat darurat yang cepat, tepat, cermat dan terjangkau
sesuai kebutuhan masyarakat dengan sumber daya manusia yang terampil dan bermutu dalam
melakukan pelayanan gawat darurat. Jika perawat dalam melakukan tindakan maupun
pelayanan dalam sikap kerja yang kurang tepat, lalu dilakukan terus menerus akan
Ruang Operasi merupakan suatu unit khusus di sebuah rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi yang steril dan kondisi khusus lainnya (Kemenkes,2012). Pada
ruangan ini terdapat dua tim yaitu tim yang bekerja di area steril yang terdiri dari dokter
bedah, asistennya dan scrub nurse. Sedangkan tim yang bekerja di luar area steril yaitu
circulating nurse, dokter anastesi dll. Association of Operating Room Nurses (AORN)
menyebutkan peran seorang resgistered nurse (RN) bisa dijadikan asisten pertama dokter
41
bedah. Organisasi ini menentukan luasnya praktik seorang RN baik sebagai asisten,
kualifikasi, pendidikan, maupun wewenang klinisnya. Peran seorang scrub nurse dapat
dilakukan oleh RN atau OR scrub technologist. Seorang scrub nurse harus memiliki
kemampuan prosedur bedah, anatomi dan fisiologi yang terkait prosedur pembedahan dan
juga memiliki tanggung jawab seperti menyiapkan alat steril yang diperlukan selama
pembedahan, mempertahankan keamanan dan sterilitas area steril, memastikan anggota tim
steril mempertahankan teknik steril, memberi instrumen yang diperlukan selama pembedahan
dan menaati prosedur yang telah ditentukan mengenai instrumen pembedahan. Agar peran
tersebut dapat efektif, seorang scrub nurse harus memiliki kemampuan,keterampilan, cekatan
dan mengikuti prinsip tenkik aseptik yang ketat serta harus menjalankan tugasnya secara
konsisten dan akurat agar keamanan pasien terjamin selama proses pembedahan
(Baradero,2005). Perawat yang berada dalam ruang operasi yaitu perawat instrument,
perawat asisten, perawat sirkuler bedah, dan perawat anastesi,dll masing masing memiliki
peran dan tanggung jawab, serta memiliki keahlian khusus. Perawat instrument dan perawat
sirkuler bedah memiliki tugas pokok seperti memenuhi kebutuan alat-alat kesehatan dan
kebutuhan instrument tambahan selama operasi berlangsung serta menjaga kesterilan alat-
alat saat operasi berlangsung. Sedangkan perawat asisten memiliki tanggung jawab memberi
posisi pada pasien di meja operasi, memasang pegangan lampu steril dan membantu
pelaksanaan pembiusan di ruang operasi baik sebelum tindakan pembedahan sampai setelah
pembedahan.
Tim pembedahan kamar operasi terdiri dari ahli bedah, asisten ahli bedah, perawat instrumen
atau scrub nurse, perawat sirkuler dan ahli anastesi. Setiap anggota tim mempunyai tanggung
42
jawab atau tugas masing-masing dalam setiap operasi. Untuk perawat instrumen atau scrub
nurse mempunyai uraian tugas atau tanggung jawab sebelum pembedahan, selama
menejemen sirkulasi dan suplai alat-alat instrumen, mengatur alat-alat yang akan dan telah
berbagai tanggung jawab lainnya dalam sebuah tindakan operasi (Muttaqin dan Sari, 2009).
Perawat ruang IGD dan ruang operasi dalam menjalankan tugas sesuai kompetensinya harus
senantiasa memperhatikan sikap kerja yang ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah
bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa
aman, selamat, efisien, efektif dan produktif, disamping juga rasa “nyaman” serta terhindar
Namun dengan karakteristik pasien di IGD dan ruang operasi menuntut perawat bekerja
dengan cepat dan tepat sehingga perawat harus memperhatikan sikap kerja yang ergonomi.
Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang paling alamiah
untuk bekerja dengan usaha otot dan tekanan pada sendi, tendon, dan ligamen yang paling
minimum. Perawat sering bekerja dengan tuntutan posisi bungkuk, jongkok atau sikap kerja
dengan pergelangan tangan menekuk,leher mendongak dan lain-lain. Sikap-sikap kerja yang
melelahkan inilah yang sering menjadi keluhan pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja
tersebut sangat beresiko berdampak pada gangguan sistem otot rangka. Nyeri punggung atau
cedera punggung merupakan bentuk Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang paling banyak
ditemui akibat kegiatan angkat-angkut yang terus menerus (Iridiastadi & Yassierli,2014)
43
Berdasarkan usia perawat di Ruang IGD dan Ruang Operasi mayoritas adalah Perawat yang
sudah berpengalaman dan memliki kompetensi khusus sehingga relatif usianya lebih tua.
LBP adalah keluhan yang kaitannya erat dengan usia. Pada umumnya keluhan ini mulai
dirasakan pada usia 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dimulai pada usia 35 tahun dan
tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini karena umur
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga resiko terjadi keluhan
Perawat di ruang IGD dan ruang operasi juga harus menjaga status gizi dan kesesuaian berat
badan yang ideal untuk dapat bekerja dengan aman. Seseorang dengan berat badan berlebih
maka lemak akan disalurkan dan menumpuk di abdomen, sehingga terjadilah penimbunan
lemak yang berarti kerja lumbal semakin berat untuk menopang tubuh. Lalu tulang belakang
semakin tertekan untuk menerima beban memudahkan terjadinya kerusakan dan bahaya pada
Alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai disability pada nyeri punggung bawah antara
lain :
memulai ketidakmampuan diri akibat nyeri punggung bawah. Terdiri dari 24 poin
disabilitas dan sensitif terhadap perubahan dari waktu ke waktu pada pasien dengan
nyeri punggung bawah. RMQ tidak menyediakan deskripsi tentang variasi derajat
LBP yang harus diberi tanda ceklis disebelahnya jika responden merasakan keluhan
tersebut seperti, saya berada dirumah lebih lama karena nyeri punggung saya, saya
hanya berdiri dalam waktu yang sebentar karena nyeri punggung, saya berjalan lebih
pelan karena nyeri punggung saya, karena nyeri punggung,saya harus berpegangan
sesuatu untuk bangun dari kursi, dan lain-lain. (Stratford PW et al, The Roland-Morris
The Oswetry Disability Index (ODI) merupakan suatu instrumen yang digunakan
untuk menghitung disabilitas fungsional permanen pada pasien yang mengalami nyeri
punggung bawah. Terdiri dari 10 sesi, masing-masing dengan 5 pilihan jawaban. Pada
nyeri. Pada sesi ini dimulai dari tidak merasakan nyeri sampai merasakan nyeri berat.
Sesi kedua mengenai perawatan pribadi seperti berpakaian. Pada sesi ini dimulai dari
tidak merasakan sakit saat berpakaian sampai tidak bisa berpakaian dan tetap di tempat
tidur. Sesi ketiga mengenai kegiatan mengangkat atau mengangkut. Pada sesi ini
dimulai dari mampu mengangkat beban berat tanpa merasakan sakit sampai tidak
mampu mengangkat atau membawa apapun. Sesi keempat adalah berjalan. Pada sesi
ini dimulai dari rasa nyeri tidak menghalangi ketika ingin berjalan jauh sampai berada
45
di tempat tidur dan tidak mampu berjalan. Sesi kelima adalah duduk. Pada sesi ini
dinilai dari mampu duduk di kursi mana saja sampai tidak mampu duduk sama sekali
karena nyeri.
Sesi ke enam adalah berdiri.Pada sesi ini dinilai dari mampu berdiri tanpa rasa sakit
sampai tidak mampu berdiri karena rasa nyeri. Sesi ketujuh mengenai tidur. Pada sesi
ini dinilai dari nyeri tidak mengganggu siklus tidur sampai tidak bisa tidur karena rasa
nyeri, Sesi kedelapan adalah aktivitas seksual. Pada sesi ini dinilai dari aktivitas
seksual yang normal dan tidak memperburuk rasa nyeri sampai rasa nyeri mencegah
aktivitas seksual. Sesi kesembilan adalah kehidupan sosial.Pada Sesi ini dinilai dari
kehidupan social yang normal dan tidak memperburuk rasa nyeri sampai tidak mampu
melakukan aktivitas sosial karena rasa nyeri. Sesi terakhir mengenai perjalanan. Pada
sesi ini dinilai dari mampu mengikuti perjalanan kemanapun tanpa rasa nyeri sampai
rasa nyeri mencegah saya untuk berpergian kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
Nilai terendah pada setiap sesi adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 5. Untuk skoring,
yaitu dihitung presentase dari total skor. Dan dapat di interpretasikan sebagai berkut :
The Quebec Back Pain Disability Scale (QBPDS) merupakan kuisioner yang
berisi tentang pertanyaan untuk menilai nyeri punggung bawah yang terdiri dari
mengendarai mobil, berdiri dalam waktu 20-30 menit, duduk di kursi dalam
waktu beberapa jam, memindahkan kursi, mendorong atau menarik pintu yang
berat, dan lain lain. Pada instrumen ini dinilai menggunakan Likert scale dengan
rentang nilai dari 0 sampai dengan 5, dimana 0 = “tidak ada kesulitan sama
“sangat kesulitan”, 5 = “tidak mampu melakukan. Hasil total yang akan diperoleh
dimana semakin tinggi nilainya, berarti semakin rendah kemampuannya dan dapat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekowati dan Sofiani tahun 2018,
perawat cathlab adalah 5,00 yang berarti mengalami Low Back Pain dengan
Skema 2.1.
Hubungan Faktor Resiko Terhadap Keluhan Low Back Pain
Usia
Keluhan ini dirasakan ketika umur 25-65 tahun
Keluhan pertama dimulai pada usia 35 tahun dan
akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.
Keluhan
Sikap Kerja Low
Ergonomi Sikap tubuh dalam bekerja Back
Tujuan ergonomi Sikap kerja duduk Pain
Sikap kerja berdiri (LBP)
Ergonomi pada Sikap kerja membungkuk
aktivitas perawat Kegiatan angkat, angkut dan
mendorong
Sikap kerja perawat