Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUNOLOGI”

Oleh

Nama : Debie Latupeirissa

NPM : 12114201180104

Kelas : B

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Penulisan makalah “Anatomi dan Fisiologi sistem
imunologi” ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi
untuk masa mendatang.

Ambon, 8 Februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Imunologi……………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imonologi adalah resistensi terhadap penyakit terutama peny akitinfeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadapi n f e k s i d i s e b u t s i s t e m i m u n . R e a k s i y a n g d i k o o r d i n a s i s e l - s e l ,
m o l e k u l - m o l e k u l terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun.
Sistem imun diperlukantubuh untuk mempe rtahankan keutuhannya terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanany a n g
banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi
s e l  pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi
sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek
lain,menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya
bahkan berguna untuk pejamu. pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah
ataunonspesifik (nature innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan terkait Anatomi fisiologi sistem imunologi?
C. Tujuan Masalah
Mahasiswa mengetahui penjelasan terkait Anatomi fisiologi sistem imunologi.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian sistem imun


        Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein
tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor. (Drs, H. Syaifuddin)
 Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.( Drs, H. Syaifuddin)
II. Fungsi dari Sistem Imun
1. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum
tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag) dan
platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
2. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam
sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal
sebagai toleransi diri.
3. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah.
Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
4. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan
limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan
saluran urogenital.
II. MEKANISME PERTAHANAN TUBUH

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen misalnya


bakteri, virus, fungi, protozoa, dan parasite yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang dapat terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang, meninggalkan
kerusakan permanen. Hal ini disebabkan karena tubuh manusia memiliki suatu sistem yang
disebut sistem imun, yang berfungsi melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen. Sistem ini
sangat bergantung pada kemampuannya untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen
yang terdapat pada permukaan unsur pathogen dan memiliki kemampuan untuk melakukan
reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-
komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya terbesar di
seluruh tubuh misalnya dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran napas,
sistem saluran cerna dan organ lain.( Drs, H. Syaifuddin)

Rangsangan terhadap sel terjadi apabila di dalam tubuh masuk suatu zat yang lain oleh
sel atau jaringan dianggap asing dari zat yang berasal daritubuh sendiri. Pada beberapa keadaan
patogenik, sistem imun ini tidak dapat membedakan zat asing dari tubuh sendiri sehingga sel-sel
dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut auto
antibody.( Drs, H. Syaifuddin)

III. IMUNITAS

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua organisme atau toksin
yang masuk ke jaringan atau organ. Kemampuan ini dinamakan imunitas( kekebalan ). Sistem
imunitas khususnya membentuk antibody serta limfosit untuk menyerang dan menghancurkan
mikroorganisme spesifik atau toksin.( Drs, H. Syaifuddin)

Ketika benda asing masuk ke dalam tubuh, sistem imun segera menghasilkan zat yang akan
bereaksi dan membuat substansi tersebut tidak berbahaya. Protein asing disebut antigen atau
substansi yang dihasilkan untuk berproses terhadap antigen disebut antibody. Bila sistem imun
terpapar pada zat yang dianggap asing maka adda dua jenis respons imun yang mungkin terjadi

1. Respons imun non spesifik


Merupakan imunitas bawaan yaitu respons terhadap zat asing yang dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Respons ini
diturunkan secara alami dan tidak selektif dalam menahan setiap benda asing atau sel
abnormal pada pertama kali terpapar. Selain itu respons ini mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, iritasi, bahan kimia, serta luka jaringan karena trauma mekanik atau
terbakar.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen
misalnya antigen bakteri yaitu dengan menghancurkan bakteri yang bersangkutan secra
non-spesifik dengan proses fagositosis.
Untuk mencapai hal ini, maka fagosit harus bergerak menuju sasaran yang
memungkinkan dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik
atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrophil atau
makrofag yang sebelumnya telah barada di lokasi bakteri.
Reaksi inflamasi. Sel imun tersebar diseluruh tubuh, tetapi bila terjadi infeksi di
satu tempat maka perlu memusatkan sel-sel sistem imun. Produk yang dihasilkan sel-sel
tersebut akan masuk ke lokasi infeksi.
Membnetuk lini pertahanan pertama terhadap se lasing, cedera, atau peradangan.
Kerusakn jaringan sebagian besar diperantai oleh fagosit yang berubah menjadi
makrofag, seksresinya menghancurkan se lasing dan sel yang rusak melalui proses
fagositosis dan pengeluaran zat kimia.
Pertahanan non-spesifik beraksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah
atau belum pernah dijumpai misalnya:
a. Peradangan : suatu respons non-spesifik terhadap cedera jaringan. Pada
keadaan ini spesialis fagosit neutrophil dan makrofag akan memberikan
bantuan dari sel-sel imun jenis lainnya.
b. Interferon : sekelompok protein yang secara non-spesifik mempertahankan
tubuh terhadap infeksi virus
c. Sel natural killer: sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan
relative non-spesifik yang menyebabkan rupture dan menghancurkan sel
pejamu yang terinfeksi virus dan sel kanker.
d. Sistem komplemen : sekelompok protein inaktif yang apabila diaktifkan
secara sekuensial akan menghancurkan sela sing dengan menyerang
membrane plasma. Secara non-spesifik diaktifkan oleh adanya benda
asing juga antibody yang dihasilkan sebagai respons imun spesifik
terhadap mikroorganisme tertentu.

Sistem komplemen terlibat dalam mekanisme pertahanan non-spesifik untuk


memberikan suatu hal yang penting. Berbagai komponen dalam sistem imun melakukan
interaksi yang erat dan saling bergntung satu sama lain sehingga sistem ini sangat efektif.

Peradangan mengacau pada serangkaian proses non-spesifik yang saling


berhubungan dan diaktifkan sebagai respons terhadap invasi benda asing dan kerusakan
jaringan. Tujuan akhir dari peradangan adalah menarik protein plasma dan fagosit
ketempat yang cedera agar keduanya dapat mengisolasi, menghancurkan agen yang
masuk, membersihkan, mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan.

Pertahanan oleh makrofag: ketika bakteri masuk kedalam tubuh melalui


kerusakan kulit, makrofag sudah berada didaerah tersebut untuk segera memfagosit
mikroba asing yang masuk. Makrofag menahan infeksi selama periode satu jam pertama
sebelum mekanisme lain dapat dilakukan.

Vasolidatasi local: segera setelah invasu ikroba, arteriol di daerah tersebut


berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera. Vasodilatasi local
disebabkan oleh histemin yang dikeluarkan ke jaringan yang rusak oleh sel mast yaitu
sejenis sel yang terikat ke jaringan.

Peningkatan pemeabilitas kapiler. Histamine yang dikeluarkan bertujuan


meningkatkan permebilitas kapiler. Melalui pembesaran pori-pori kapiler, protein plasma
dalam keadaan normal tidak dapat dikeluarkan oleh pembuluh darah tetapi dapat lolos ke
jaringan yang meradang.
Edema local: protein plasma yang bocor tertimbun di cairan interstisial dan
menimbulkan tekanan osmotic koloid. Tekanan osmotic local ini disertai peningkatan
tekanan darah kapiler sehingga meningkatkan filtrasi dan menurunkan reabsorpsi cairan
menebus kapiler yang bersangkutan. Keadaan ini menimbulkan udema local. Timbulnya
rasa nyeri disebabkan distensi local dalm jaringan yang membengkak sehingga ujung-
ujung reseptor neuron aferen yang bersarafan daerah tersebut tertekan.

2. Respons imun spesifik


Merupakan respons yang didapat aquiret ( diluar organisme ), terdapat antigen tertentu
diamana tubuh pernah terpapar sebelumnya. Sel-sel leukosit memengang peran penting
dalam respons imun terutama limfosit yang merupakan inti dalam proses imun spesifik
karena sel ini dapat mengenal setiap jenis antigen baik intreseluler maupun ekstraseluler
misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Respons ini bersifat selektif yang
ditujukan pada materi asing tertentu dan tubuh pernah terpapar sebelumnya, respons imun
ini dilakukan melalui limfosit.

Mekanisme imun non-spesifik Mekanisme imun spesifik


Peradangan
1. Pengambilan bakteri invasit 1. Pengolahan dan penyajian bakteri oleh
oleh makrofag jaringan. makrofag ke sel B spesifik untuk
antigen tersebut
2. Respons vascular yang 2. proliferasi dan diferensiasi kion sel B
diindukasikan oleh histamine menjadi sel plasma dan sel pengikat.
untuk meningkatkan aliran Sekresi antibody oleh sel plasma yang
darah ke tempat peradangan mengikat bakteri secara spesifik
sehingga lebih banyak sel
efektor imun dan protein
plasma yang datang.
3. pengepungan tempat 3. penguatan oleh interkulin yang
peradangan oleh bekuan fibrin dikeluarkan oleh makrofag
4. emigrasi neutrophil dan 4. Penguatan oleh sel T penolong yang
monosit/makrofag ke tempat telah diolah oleh antigen bakteri yang
peradangan untuk mengambil sama yang telah diolah dan disajikan
dan menghancurkan benda oleh makrofag
asing dan untuk membersihkan
debris sel.
5. Sekresi zat perantara kimiawi 5. Pengikat antibody dengan bakteri dan
oleh sel fagositik yang penguatan mekanisme non spesifik
meningkatkan respon imun non yang menyebabkan destruksi bakteri
spesifik dan spesifik serta yang bersangkutan
mencetuskan gejala local dan a. Bakteri sebagai opsonin untuk
sistemik yang terkait dengan mengikatkan aktivitas fagosit
infeksi. b. Pengaktifan sistem komplemen
c. Stimulasi sel pembunuh, yang
secara langsung melisiskan
bakteri
Pengaktifan non-spesifik sistem 6. Persistensi sel pengikat yang mampu
komplemen berespons secara lebih cepat dan kuat
6. Pembentukan lubang tonjolan jika bakteri yang sama kembali masuk
membrane attack complex yang
menimbulkan lubang di dinding
bakteri yang mengalami lisis,
pengikat berbagai tahanan
peradangan

Respons imun spesifik dimulai dengan aktifitas makrofag yang memproses


antigen sedemikian rupa sehingga dapat meningbulkan interaksi dengan sel-sel sistem
imun spesifik. Dengan rangsangan antigen yang telah diproses sel-sel sistes imun
spesifik. Dengan rangsangan antigen yang telah diproses sel-sel sistem imun neproliferasi
( beradaptasi dengan ginjal ) dan benliferensasi ( membedakan ) sehingga menjadi sel
yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen. Respons
imun spesifik mencangkup imunitas yang diperantari olh sel yang dilaksanakan oleh
limfosit T.
Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditunjukan untuk membatasi
atau menetralisir serangan tertentu yang oleh tubuh telah disiapkan untuk dihadapi karena
tubuh sebelumnya sudah pernah terpajan ke sasaran tersebut.

Terdapat dua kelas resoons imun spesifik yaitu :

a. Imunitas yang diperantarai oleh antibody atau imunitas humoral yang


melibatkan pembentukan antibody oleh turunan limfosit B yang diartikan
sebagai sel plasma.
b. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler, melibatkan
pembentukan limfosit T aktif yang secara langsung menyerang sel-sel
yang tidak diinginkan.

Komponen spesifik dari sistem imun spesifik melakukan persiapan secara selektif
meyerang bahan asing. Sistem ini tidak saja mampu mengenali molekul asing sebagai
sesuatu yang berbeda, tetapi juga mampu membedakan jutaan molekul asing yang
berbeda-beda.

Yang termasuk imun spesifik adalah lmfosit yang dilengkapi dengan molekul
asing spesifik yang dikenal sebagai antigen. Selama perkembangan, limfosit secara tidak
sengaja dibentuk untuk menyerang sel tubuh sendiri sehingga tidak dapat berfungsi.

Perbedaan utama diantara kedua jenis respons imun ini adalah dalam hal
sensivitas dan oembentukan memori terhadap antigen tertentu. Beberapa hal pada respons
imun spesifik tidak terdapat pada imun non-spesifik, namun kedua jenis respons ini
saling meningkatkan efektivitas dan respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan
interaksi antara satu komponen lain yang terdapat dalam sistem imun. Interaksi ini
berlangsung bersama-sama sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologic yang seirama
dan serasi serta merupakan mekanisme yang terjadi tidak bisa dipisahkan satu dari yang
lain. Dengan masuknya kinin, histamine, serta zat lain, neutrophil yang monosit dapat
masuk menagkap, dan memfagosit kerusakan serta kematian bakteri dan sel dari area
luka. Apabila proses ini berjalan dengan baik luka akan sembuh.
Dua kelompok besar imun : imunitas yang disertai oleh antibody dan imunitas
yang diperantarai oleh sel imunitas seluler, hasil akhir keduannya akan meningkatkan
limfosit ke antigen yang bertanggung jawab untuk imunitas humoral.

IV. SISTEM IMUN

Semua mekanisme yang digunakan badan untuk empertahankan keutuhan tubuh sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Imunitas mengacu kepada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel
abnormal yang potensial berbahaya. Aktivitas yang berkaitan dengan sistem pertahanan imun
yang berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan benda-benda di dalam tubuh yang
dianggap asing oleh tubuh normal.

1. Pertahanan terhadap pathogen atau mikroorganisme penyebab penyakit misalnya virus


dan bakteri
2. Pengeluaran sel yang rusak misalnya sel darah merah yang sudah tua, jaringan yang
sudah rusak oleh trauma penyakit, penyembuhan luka, serta perbaikan jaringan.
3. Idnetifikasi dan destruksi sel abnormal atau muatan yang berasal dari tubuh sndiri. Fungsi
ini diberi nama survenes Imunne, misalnya mekanisme pertahanan internak terhadap
kanker
4. Respons imun yang tidak sesuai dapat menimbulkan alergi yaitu tubuh bereaksi terhadap
zat kimia dari lingkungan yang tidak berbahaya. Penyakit autonium yang saat sistem
pertahanan secara salah menghasilkan antibody terhadap tubuh sendiri sehingga terjadi
kerusakan sel-sel Jenis tertentu di dalam tubuh.

SASARAN UTAMA SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Musuh asing yang utama dilawan oleh sistem imun adalah bakteri dan virus .

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, tidak berinti, dan diperlengkapi oleh
semua perangkat esensial bagi kelangsungan hidup dan produksinya. Bakteri pathogen yang
menginvasi tubuh menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan penyakit dengan
mengeluarkan enzim atau toksin. Secara fisik mencederai/menggangu fungsi sel dan organ yang
terkena. Daya pathogen untuk menimbulkan penyakit dikenal sebagai virulensi.
Virus terdiri dari asam nukleat ( DNA& RNA ) yang terbungkus di dalam selubug
protein, tidak memiliki perangkat untuk menghasilkan alergi dan membentuk protein. Virus tidak
mampu menjalankan metabolisme atau reproduksi , kecuali jika mereka menginvasi sel penjamu
( sel individu yang terinfeksi ) dan mengambil alih fasilitas biokimia sel tersebut untuk
kepentingan mereka sendiri. Virus tidak saja melemahkan sumber energy sel penjamu untuk
menyintesis protein-protein yang diperlukan oleh replikasi ( pengembalian ) virus pada sel
penjamu berbeda sesuai dengan jenis virus, tetapi virus juga dapat menimbulkan kerusakan atau
kematian sel melalui 4 ara :

1. Deplasi komponen-komponen sel yang esensial oleh virus


2. Pembentukan zat toksik bagi sel penjamu dibawah perintah virus
3. Transformasi sel-sel penjamu norml menjadi sel kanker
4. Penyatuan virus ke dalam sel sehingga mekanis pertahanan tubuh akan menghancurkan
sel karena sel tersebut tidak lagi dianggap sebagai sel normal ( dianggap asing )

SEL LEUKOSIT SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN

Sel leukosit bertanggung jawab atas berbagai strategi pertahanan imun yang terdiri atas
bagian-bagian berikut :

1. Neutrofil : spesifik fagosit yang sangat mudah bergerak dan memakan serta
mengahncurkan bahan-bahan yang tidak diperlukan
2. Eosinofil : mengeluarkan zat-zat kimia yang menghancurkan cacing, parasite, dan
berperan dalam manifestasi alergi.
3. Basofil : mengeluarkan histamine dan heparin dan juga terlibat dalam manifestasi reaksi
alergi
4. Limfosit :
a. Limfosit B, berubah menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibody yang secara
tidak langsung menyebabkan dekstruksi ( penghancuran ) benda asing
b. Limfosit T, berperan dalam imunitas yang dioerantai oleh sel imunitas seluler
dengan melibatkan destruksi langsung sel-sel yang terinvasi virus dan sel-sel
muatan melalui cara nonfagosit.
5. Monosit : berubah menjadi makrofag , yaitu spesialis fagositik yang berukuran besar dan
terikat ke jaringan
SISTEM IMUN SPESIFIK

1. Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya
2. Benda asing yang pertama timbul dalam bahan segera disensitisasi sel-sel sistem imun
dan akan dikenal lebih cepat kemudian dihancurkan
3. Dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh,
tetapi pada umumnya bekerja sama antara antibody, komplemen, fagosit, dan antara sel T
makrofag.

PERTAHANAN TUBUH

1. Kekebalan aktif alami : diperoleh ketika sakit, dimana antibody tetap di dalam darah
untuk mencegah serangan penyakit yang sama. Tipe imun ini juga dihasilkan oleh apa
yang disebut infeksi non klinis, dimana tubuh terpapar pada sejumlah kecil
mikroorganisme dalam jumlah yang tidak cukup untuk memunculkan suatu gejala definiti
( gejala pasti ) tetapi cukup untuk menstimulasi produk antibody.
2. Kekebalan aktif buatan : diberikan kepada anak-anak dan orang yang berpergian untuk
mencegah terkena penyakit yang serius atau fatal. Suntukan mikroorganisme yang sudah
mati atau hidup diberikan dan tubuh berespons dengan menghasilkan antibody. Dengan
cara inilah imun aktif dibuat. Toksin yang tidak berbahaya juga digunakan untuk
memberikan imun tipe ini. Toksin adlah racun kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, jiak diberikan dalam kondisi tidak berbahaya roksin juga dapat bekerja
sebagai antigen.
3. Kekebalan pasif alami: diperoleh bayi sebelum lahir sebagai antibody uang diturunkan
ibu kepada janin
4. Kekebalan pasif buatan : bermanfaat untuk mencegah penyakit dan untuk pengobatan.
Antobodi dihasilkan orang lain lalu disuntikan kedalam tubuh seseorang yang beresiko.
Kekebalan pasif selalu hidup dalam jangka waktu singkat sebagai antibody yang
dihancurkan selalu waktu yang singkat.
Reaksi antigen-antibodi secara normal terjadi di dalam aliran darah dan dibawa oleh
sistem makrofag monosit. Ketika reaksi imun terjadi di jaringan, sel-sel didalamnya rusak
atau hancur akibat efek samping reaksi tersebut, hal ini dikenal sebagai alergi. Reaksi
alergi sering disebabkan oleh substansi seperti protein yang disebut allergen. Reaksi
alergi pada jaringan membuat lepasnya histamine yang menyebabkan kemerahan dan
pembengkakan pada kulit seperti pada uritkaria dan menghasilkan cairan hangat. Selain
itu juga dapat menyebabkan konstriksi otot polos pada saluran pernapasan sehingga
menimbulkan asma.
5. Autoimun : suatu keadaan dimana tubuh membuat antibody melewati selnya sendiri.
Banyak oenyakit yang berasal dari autoimun diantaranya ramatoid atritis dan demam
ramatik.

V. MEKANISME PERADANGAN

Ketika salah satu bagian dari tubuh terluka seperti telapak kaki, maka kuman penyakit
akan masuk ke dalam telapak kaki yang terluka, kemudian kuman penyakit akan mengeluarkan
klinin, histamine, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak. Hal ini menyebabkan
pembuluh darah bereduksi masuk ke dalam jari tangan yang terluka. Luka tersebut akan merah,
panas, sakit, bengkak sehingga fungsi kaki akan terganggu. Pembuluh darah membawa lebih
banyak nutrisi serta O2 ke daerah yang luka karena metabolisme bertambah dan suu sel menjadi
lebih panas. Jika proses ini berjalan dengan baik, maka luka akan cepat sembuh.

Masuknya klinin , histamine dan zat lain pembuluh kapiler bocor menyebabkan
terjadinya edema dan protein menguapi di daerah luka. Hal ini menimbulkan nyeri serta bengkak
yang berlangsung sementara kemudian terjadi batasan untuk bergerak sebelum luka sembuh.
Saat protein menggumpal didaerah luka , protein akan bertukar dengan fibrin sehingga luka kan
sembuh.

VI. BEDA IMUNITAS SELULER DAN IMUNITAS HUMORAL

Respons imunitas seluler

Kekebalan terjadi karena adanya linfosit ( sel limfosit ) yang akan dibuat oleh sel limfosit
T. mikroorganisme yang hidup dan berkembangbiak secra intraseluler salah satunya makrofag,
sulit dijangkau oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme intreseluler diperlukan respons
imun seluler yang merupakan fungsi limfosit T. sinyal ini menginduksi limfosit untuk
memperoduksi berbagai jenis limfokin yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan
mikroorganisme.
Pertahanan seluler dalam sistem imun non-spesifik

1. Fagosit sel utama yang berperan ada pertahanan non-spesifik adalah sel
monocular ( monosit dan makrofag ) serta sel polimorf nuclear seperti netrofil.
Kedua golongan tersebut berasal dari sel hemopoetik.
2. Fogosit dini yang efektif pada invasi kuman dapat mencegah timbulnya penyakit
3. Kerja fagosit terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut: kematoksis,
menangkap, membunuh dan mencerna.

Natural killer cel ( sel NK )

1. Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri sel limfoid sistem imun spesifik yang
sering ditemukan dalam sirkulasi
2. Disebut juga sebagai non B – non T atau sel populasi ketiga
3. Dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma
4. Interferon ( interaksi dalam sel ) yang mempunyai pengaruh dalam mempercepat
pematangan dan meninggalkan sitolitik sel NK.

Respon imun humoral

Kekebalan terjadi karena adanya pembentukan antobodi sel plasma derivate limfosit B.
setiap sel B mempunyai reseptor pada permukaannya yang berkaitan dengan antigen tertentu.
Bila sel B terpapar oleh antigen , sel B akan terangsang untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma,
kemuadian sel plasma akan membuat antibody yang akan disekresi ke sirkulasi darah, antibody
tersebut adalah gamma globulin.

Diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi ( klon ) sel plasma yang memproduksi dan
melepaskan antibody spesifik kedalam darah. Pada respons humoral berlaku respons primer yang
membentuk klon sel B memori.

Setiap klon limfosit diprogramkan untuk memproduksi satu jenis antibody spesifik
terhadap antigen tertentu Hasil seleksi populasi .antibody ini berikatan dengan antigen
membentuk kompleks antigen antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen sehingga
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi ( berproses ) dan
membentuk antibody diperlukan bantuan limfosit T penolong atau sinyal tertentu.

Proses respons imun humoral

Respon berbentuk antibody pada pemaparan antigen pertama kali berjalan lambat dan
membutuhkan beberapa hari. Pada infeksi berikutnya, jumlah antibody akan meningkat tajam.
Hal ini terjadi karena telah terdapat memori yang disimoan untuk meningkatkan pembentukan
antibody.

Limfosit sel T dan perannya terhadap respons imun

Limfosit sel T merupakan limfosit yang terdapat dalam sirkulasi pada awal
perkembangan dalam kontek timus. Sel T disebut juga pro T. dalam proses maturasi selanjutnya
berlangsung dalam medulla, sebagian antigen menghilang, sebagian menetap, dan muncul
antigen lain.

Sel tidak mengeluarkan antibody, tetapi hanya berkontak langsung dengan sasaran.
Proses ini dikenal dengan imunitas yang diperantarai oleh sel T. setiap sel T memiiki protein-
protein reseptor diaktifkan oleh atigen asing. Apabila antigen tersebut berada di permukaan,
maka sel dapat mengikat sel asing.

Terdapat 3 subpopulasi sel T yang memiliki peran setelah diaktifkan.

1. Sel T sitoksik : mengahancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing


misalnya, sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan
2. Sel T penolong : yang meningkatkan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat
aktifitas sel T toksik dan sel T penekan yang sesuai dan mengaktifkan makrofag.
3. Sel T penekan : yang menekan produksi antibody sel B dan aktivitas sel T
sitotoksik dan penolong.

Sebagian besar sel T tergolong populasi penolong ataupun penekan yang tidak secara
langsung ikut serta dalam destruksi pathogen imunologik ( terkait dengan imun ). Sel ini
secara kolektif memodulasi aktivitas sel B dan sel T sitotoksik dan aktivitas makrofag.

Sel T memiliki unsur panjang karena harus secara terus menerus menghasilkan
antibody setelah diubah menjadi sel plasma akibat stimulasi antigen. Dengan demikian
imunisasi pada respons seluler serupa dengan respons humoral, tetapi berlangsug lama.
Sel T secara simultan dapat menekan atau mempermudah sekresi antibody sel B, selain
itu juga dpaat meningkatkan atau mengahmbat kemampuan sel-sel T sitotoksik dalam
mengahncurkan sel korban.

Sel T penolong meningkatkan banyak aspek respons imun, terutama melalui sekresi
limfokin ( imunitas perantara sel ) yaitu sebagian dari zat-zat perantara kimiawi ynag
dihasilkan oleh sel T.

1. Mengeluarkan factor pertumbuhan sel B untuk meningkatkan kemampuan sel


aktif dalam menghasilkan antibody.
2. Mengeluarkan factor pertumbuhan , meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik
( rangsangan spesifik ) terhadap antigen yang masuk
3. Sebagian zat kimia yang dihasilkan oleh sel T berfungsi menarik lebih banyak
neutrophil dan calon makrofag ke tempat invasi
4. Meningkatkan daya fagosit makrofag dalam mempertahankan tubuh dari
bakteri tuberculosis yang biasa dilakukan oleh makrofag yang non-aktif.

Limfosit B imunitas yang diperantarai antibody

Setiap sel B memiliki reseptor dipermukaanya untuk mengikat salah satu jenis antigen.
Peningkatan dengan antigen akan menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mengahasilkan antibody yang mampu berkaitan dengan jenis antigen yang merangsang
pembentukan antibody tersebut. Selama berdifernsiasi menjadi sel plasma, limfosit B
membengkak karena reticulum endoplasma sangat berkembang.

Antibody dikeluarkan ke dalam darah atau limfe bergantung pada lokasi sel plasma yang
aktif, tetapi semua antibody pada akhirnya memperoleh akses ke darah. Setiap antigen
merangsang memiliki limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibody.

Limfosit B berespons hanya terdapat satu dari jutaan jenis antigen yang lain. Antigen lain
tidak dapat berikatan dengan sel B yang sama dan menginduksinya untuk menghasilkan antibody
yang berbeda. Limfosit B tertentu membentuk satu keluarga yang terdiri atas sel identic yang
memiliki komitmen untuk menghasilkan antibody spesifik yang sama. Sel-sel B tetap dominan
untuk tidak mengeluarkan produk antibody khusus mereka, kecuali apabila mereka berkontrak
dengan antigen yang sesuai.

Antibody pertama yang dihasilkan oleh sel B yang baru terbentuk adalah
immunoglobulin ( Ig) M berfungsi sebagai reseptor untuk mengikat antigen spesifik. Pegikatan
antigen yang sesuai ke sel B menghasilkan seksresi antinode dalam jumlah besar. Sebagian kecil
limfosit B berubah menjadi sel pengikat yang tidak ikut serta dalam respons imun yang sedang
berlangsung.

Respons Imun Primer Dan Sekunder Akibat Terpapar Antigen

1. Respons imun primer


Pertemuan awal antara antigen dan antibody disebut reaksi primer, tidak
memberikan efek yang dapat dilihat dengan cra biasa. Dalam kondisi yang tepat, reaksi
primer sering diteruskan dengan manifestasi ( perwujudan ) yang dapat dilihat.
Interaksi antara antigen dan antibody yang termasuk reaksi primer merupakan
tahap pertama dalam rangkaian proses biokimia yang dapat atau tidak dapat melanjutkan
dalam reaksi sekunder atau tertier. Reaksi primer selain tidak dapat terlihat, juga
berlangsung hanya sekejap bahkan dapat berlangsung pada suhu rendah.
Pada pemberian antigen pertama, sel imunokompeten akan mengadakan
diferensiasi menjadi sel yang sensitive terhadap antigen yang kemuadian diproliferasi
lebih lanjut. Sebagian mejadi sel yang akan membentuk zat anti ( immunoglobulin ) dan
sebagian lagi dipersiapkan untuk menghadapi masuknya antigen berikutnya. Bila antigen
dapat dieliminasi ileh tubuh, maka reaksi imunologi tubuh selesai.

2. Respons imun sekunder


Reaksi sekunder dapat berlangsung seperti reaksi primer. Reaksi sekunder
merupakan reaksi langsung dapat mengubah diri dengan bentuk reaksi lain yang
bermanifestasi sebagai gejala klinik seperti, anafilaktik syok dan serum sickness,
manifestasi tersebut dianamakan sebagai reaksi tertier.
Pada pemberian antigen kedua atau benda asing, antigen pertama masih ada. Sel
yang telah dipersiapkan pada respons imun primer akan berproliferasi dengan cepat,
sehingga menjadi sel yang membentuk zat anti dan sebagian klagi berproliferasi terus
menjadi sel memori.
Sel memori ialah sekelompok sel yang peka terhadap antigen yang sama. Sel ini
dapat bertahan sampai beberapa bulan bahkan sampai tahun. Respons imun sekunder
berlangsung lebih cepat , zat inti yang dibentuk lebih banyak, dan berumur lebih lama.
Dengan adanya sel memori ini akan memacu pembentukan zat anti yang lebih banyak
secara cepat, tetapi hanya dibutuhkan antigen dalam jumlah sedikit. Bila antige dapat
dieliminasi dalam stadium ini maka reaksi imunologis tubuh selesai tanpa terjadi
kerusakan tubuh.
Adakalanya hal ini tidak berakhir seperti itu, antigen masih tetap ada sehingga
terjadi apa yang disebut respons imun tertier. Sifat antigen atau kerusakan genetic tubuh
merupakan factor penyebabnya. Keadaan ini sangat merugikan tubuh karena terjadi
kerusakan imunologis oleh timbulnya immunologically mediated disease( IMD ) yang
dapat berlangsung sementara atau menetap, bergantung pada daya eliminasi antigen.

VII. ANTIGEN DAN ANTIBODI

Antigen

Antigen atau imunogen adalah setiap bahan yang dapat menimbulkan imun spesifik pada
manusia dan hewan. Komponen antigen yang disebut determinan antigen adalah bagian antigen
yang dapat meningkatkan antibody.

Determinan antigen ( epitope ) adalah komponen kimia terkecil dari semua antigen yang
dapat membangkitkan respons imun. Suatu antigen dapat memiliki dua atau lebih molekul
determinan antigen, satu molekul pun dalam keadaan yang sesuai yang menstimulasi respons
lebih jelas.

Hapten adalah senyawa kecil yang jika sendirian tidak dapat mengiduksi respons imun,
tetapi senyawa ini menjadi imunologik jika bersatu dengan carrier ( pembawa penyakit ) yang
berat molekulnya besar seperti protein serum. Determinan antigen dengan berat molekul yang
rendah akan menjadi imunogen bila di ikat oleh molekul besar ( carrier ) sehingga dapat
meningkatkan antibody. Hapten bisa dikenal oleh sel B dan carrier oleh sel T. carrier sering
digabung dengan hapten dalam pemberian imunisasi.
Hapten dapat berupa obat antbiotik, zat tambahan makan, atau kosmetik. Banyak
senyawa dengan berat molekul kecil yang jika dikonjugasi dengan carrier dalam tubuh dapat
membentuk imunoginisitas, misalanya pada beberapa orang penisilin tersebut bergabung dengan
protein serum dan mampu memicu respons imun.

Pembagian antigen

1. Antigen menurut epitop


a. Unideterminan uniseluler , hanya satu jenis determinan pada satu molekul
b. Unideterminan multivalent , beberapa jenis determinan ditemukan pada satu
molekul
c. Multitermian univalent , terdiri dari banyak epitope yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya ( sebagian besar protein )
d. Multideterminan multivalent : banyak maam determinan dan banyak dari
setiap macam pada satu molekul yang dimiliki oleh kompleks
2. Antigen menurut spesifk
a. Heteroantigen : dimiliki banyak spesies
b. Xenoantigen : banyak dimiliki oleh spesies tertentu
c. Alloantigen : spesifik untuk individu dalam suatu spesies
d. Antigen organ spesifik : hanya dimiliki oleh organ tertentu
e. Auto antigen : dimiliki oleh tubuh sendiri
3. Antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependent : memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B agar dapat
menimbulkan respons terutama pembentukan antibody. Contoh : respons
imun yang ditimbulkan oleh golongan lain
b. T independent : tidak merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibody berupa molekul besar yang dipecah dalam dalam badan
secara perlahan-lahan
4. Antigen menurut sifat kimia
a. Hidrat arang( polisakarida ) : umumnya bersifat imunogenik dan dapat
menimbulkan respons terutama pembentukan antibody. Contoh respons
imun yang ditimbulkan oleh golongan darah A, B dan O berasal dari
polisakarida pada permukaan sel darah
b. Lipid :biasanya tidak imunogemik , tetapi menjadi imunogenik bila diikat
carrier protin dan dianggap sebagai hapten. Contoh : sponilipid
c. Asam nukleat : tidak imunogenik , tetapi menjadi imunogenik bila diikat
carrier. DNA terlhat dalam bentuk heliks ( bentuk rantai )
d. Protein : kebanyakan protein adalah imunogenik, umumnya multi
determinan dan univalent ( valensi 1 )

Antibody

Antibody ata imunoglobin (Ig): ada;ah suatu protein yang dapat larut yang dihasilkan
oleh sistem imun sebagai reseptor terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya
dengan antigen tersebut. Antibody merupakan golongan protein yang dibentuk sel plasma atau
poliferasi sel B akibat kontak dengan antigen yang menimbulkannya secara spesifik. Semua
molekul memounyai 4 polipeptida dasar yang terdiri dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang
identic, dihubungkan satu sama lainnya dengan ikatan disulfida ( senyawa sulphur )

Struktur Antibody Dalam Cairan Dan Sekresi Tubuh

Sebuah molekul antibody terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu dua rantai berat identic
dan dua rantai ringan identic. Istilah berat atau ringan mangacu pada berat molekul relatifnya.
Rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida dan ikatan lain yang membentuk molekul berbentuk
Y ini untuk memungkinkan terjadinya perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen
maksimum. Rantai berat-ringan terletak dibagian ujung lengan Y. bagian ini membentuk dua sisi
yang mengikat antigen, setiap antibody memiliki minimal dua sisi pengikat yang disebut bivalen.

Antibody memperkuat respons peradangan untuk mengikatkan destruksi antigen yang


merangsang produksi antibody. Antibody dikeluarkan ke dalam darah atau limfe tergantung pada
lokasai sel plasma yang aktif. Akan tetapi, semua antibody pada akhirnya memperoleh akses ke
darah dimana antibody tersebut dikenal sebagai globulin gamma atau imunoglobulin. Menurut
perbedaan dalam aktivitas biologisnya, antibody dikelompokan menjadi 5 subkelas yaitu :

1. Imunoglobulin M ( IgM) :antibody pertama yang dibentuk oleh respons imun.


Nama M berasala dari macroglobulin yang merupakan imunologi terbesar. Sebagian
besar sel B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen dan
dibentuk paling dahulu pada respons imun primer. IgM berfungsi sebagai reseptor
sel B sebagai tempat antigen melekat dan disekresikan apada awal respons sel
plasma.
2. Immunoglobulin G ( IgG ) : berperan pada imunitas seluler karena dapat merusak
antigen seluler melalui interaksi dalam seistem komplemen atau melalui efek
sitolitik killer cell. Jumlah IgG sangat banyak di dalam darah dan dihasilkan dalam
jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Beberapa antibody,
IgG, dan IgM bertanggung jawab pada sebagian besar respons imun spesifik
terhadapa bakteri dan beberapa jenis virus.
3. Imunolobulin E ( IgE ) : disebut juga antibody reagenik dan merupakan
imunndengan jumlah yang sedikit dalam serum, tetapi efeknya snagat efisien. IgE
dibentuk setempat oleh plasma dalam selaput lendir saluran napas dan saluran cerna.
Julah IgE tinggi ditemukan pada alergi dan infeksi cacing skistomisomiasis.
Mediator antibody untuk respons alergi kisalnya : hemoragik fever , asma, dnaa
biduran
4. Immunoglobulin A ( IgA ) : ditemukan dalam jumlah sedikit serum, IgA dalam
serum maupun dalam sekresi dapat menetralisir toksin dan virus, serta mencegah
terjadinya kontak antara toksin dan virus dengan sel alat sasaran. IgA dalam serum
dapat mengaglutinasi dan menggangu motilitas kuman sehingga memudahkan
fagositosis. IgA ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan , pernapasan, dan
genital urinaria serta di dalam air susu dan air mata.
5. Immunoglobulin D ( IgD) : ditemukan dengan kadar yang sangat rendah dalam
sirkulasi karena IgD tidak dilepaskan oleh sel plasma dan sangat rentan terhadap
degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen permukaan utama dari
sel B dari diferensiasi yang telah matang. IgD ditemukan bersama IgM pada
permukaan sel B sebagai reseptor antigen yang diduga dapat mencegah terjadinya
toleransi imun bila sel dihadapkan pada antigen.

Klasifikasi ini didasarkan pada cara-cara antibody berfungsi, protein dari kelima
subklas tersebut terdiri atas 4 rantai polypeptide yang saling berhubungan dan tersusun
seperti huruf Y. setiap antibody hanya dapat berintegrasi dengan satu jenis antigen yang
secara spesifik cocok dengannya seperti kunci dan anak kunci. Variasi yang luar biasa
dalam fragment-fragment tempat pengingkatan antigen ini membentuk sejumlah besar
antibody yang mampu berkaitan secara spesifik dengan jutaan jenis antigen.

Efek Antibody Dan Bagaimana Efek Ini Dihasilkan.

Fungsi antibody yang paling penting adalah meningkatkan respon imun spesifik
yang sudah dimulai oleh masuknya zat asing. Antibody memberi tanda atau
mengidentifikasi benda asing sebagai suatu sasaran yang harus dihancurkan oleh sistem
komponen fagosit atau sel-sel pembunuh. Sementara itu, antibody meningkatkan aktifitas
dengan berbagai sistem pertahanan sebagai berikut.

1. Pengaktifan sistem komplemen : apabila suatu antigen yang sesuai berikatan


dengan antibodinya, reseptor antibody akan mengaktifkan komponen sistem
komplemen dan menyebabkan terbentuknya membrane attek plex untuk
melaksanakan fungsi proktektif.
2. Meningkatkan fagosit : terutama IGG berfungsi sebagai opsonin yang berikatan
dengan antigen dan mampu mengikat reseptor di permukaan fagosit dan
mempermudah fagositosis korban yang mengandung antigen yang melekat pada
antibody.
3. Stimulasi sel penuh : pengikatan antibody ke antigen menginduksi serangan sel
pembawa antigen. Sel sasaran sebelum dihancurkan dilapisi oleh antibody agar
dapat dihancurkan melalui proses lisis.

Dengan cara-cara tersebut antibody mampu secara langsung menghancurkan


bakteri atau bahan lain yang tidak diperlukan serta dapat menyebabkan destruksi antigen
yang melekat padanya secara spesifik untuk memperkuat mekanisme pertahanan letal non
spesifik yang lain. Respon antigen, antibody yang berlebihan dapat merusak sel-sel
normal serta sel-sel asing.

Penyakit kompleks imun juga dapat terjadi akibat aktifitas peradangan yang
berlebihan yang disebabkan adanya kompleks imun yang terbentuk oleh antigen tubuh
sendiri dan antibody yang terbentuk.

Fungsi antibody adalah sebagai berikut :


1. Mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerangan mikroorganisme asing
melalui beberapa cara.
2. Membantu tubuh untuk membersihkan diri dari mikroorganisme penyerang
dengan cara memfasilitas fagosit.
3. Meningkatkan pelepasan substansi fasoaktif, seperti histamine.

VIII. Hormone Pada Respons Imun.

Imunitas aktif.

Didapat akibat kontak langsung dengan mikroorganisme atau toksin sehingga


tubuh memproduksi antibodinya sendiri. pembentukan antibody akibat pajanan ke suatu
antigen terhadap antigen tersebut agar dapat memperoleh antibody adalah dengan cara
pemindahan langsung antibody yang dibentuk oleh orang lain.

1. Imunitas aktif dapat secara alamia terjadi jika seorang terpapar satu penyakit dan
sistem imun memproduksi antibody secara khusus. Imunitas ini dapat bersifat
seumur hidup (campak dan cacar). Atau sementara (pneumonia dan gonorhoe).
2. Imunitas aktif dapat secara buatan (terinduksi), merupakan hasil vaksinasi. Vaksin
dibuat dari pathogen yang mati, dilemahkan, atau toksin yang telah diubah.
Vaksin ini dapat merangsang respon imun, tetapi tidak menyebabkan penyakit.

Antibody tertentu semula dianggap alamiah antibody di dalam tubuh, antibody


yang berkaitan dengan golongan darah merupakan salah satu contoh antibody alamiah.
Membrane permukaan eritrosit manusia mengandung antigen yang diwariskan dari orang
tua dan bervariasi bergantung pada golongan darah. Antibody ini dianggap sebagai
antibody alamiah.

Interaksi antibody dengan antigen yang terikat ke eritrosit dapat menyebabkan


aglutinasi (penggumpalan atau haemolisis). Sel darah merah yang bersangkutan akan
pecah. Aglutinasi dan haemolisis sel darah merah donor oleh antibody diplasma resipien
dapat menimbulkan reaksi transfusi yang terkadang fatal. Gumpalan eritrosit donor dapat
menyumbat pembuluh darah halus. Selain itu, konsekuensi yang paling membahayakan
dari ketidakcocokan transfusi adalah gagal ginjal akut akibat dikeluarkannya sejumlah
besar hemoglobin dari eritrosit donor yang rusak.

Factor Rh (rhesusfaktor) : suatu anti gen eritrosit yang pertama ditemukan dalam
darah monyet sehingga diberi nama rhesus. Dikatakan memiliki darah Rh positif jika
terdapat factor Rh, sementara yang tidak memiliki factor Rh dianggap Rh negatif.
Antibody Rh diproduksi hanya oleh individu Rh negatif sewaktu mereka pertama kali
terpajan ke antigen pada Rh asing yang terdapat didalam darah Rh positif.

Transfusi darah Rh positif berikutnya pada orang Rh negatif yang telah


tersensitisasi tersebut menimbulkan reaksi transfuse. Individu Rh positif sebaliknya tidak
pernah menghasilkan antibody terhadap factor Rh yang mereka miliki sendiri dengan
demikian, individu Rh negatif hanya boleh diberi Rh negatif, sedangkan Rh positif dapat
dengan aman menerima darah Rh positif maupun Rh negatif.

Factor Rh terutama penting dalam dunia kedokteran pada kasus seorang ibu
dengan Rh negatif yang membentuk antibody terhadap eritrosit janin Rh positif yang di
kandungnya dan menimbulkan penyakit yang disebut eritrobastosis atau penyakit
hemolitit pada bayi yang baru lahir.

Imunitas pasif

Terjadi jika antibody dipindahkan dari satu individu ke individu lain.

1. Imunitas pasif alami : terjadi pada janin saat antibody IgG ibu masuk menembus
plasenta. Antibody IgG memberi perlindungan sementara (mingguan-bulanan).
Pada sistem imun yang imatur (tidak matang).
2. Imunitas pasif buatan :imunitas yang diberikan melalui injeksi antibody yang
diproduksi oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar suatu
antigen. Misalnya antibody dari kuda yang sudah kebal terhadap racun ular
tertentu dapat diinjeksikan pada individu yang di patuk ular sejenis.

Imunitas pasif merupakan imunitas pinjaman yang diperoleh segera setelah


menerima antibody yang sudah dikenal.pemindahan antibody klas igG secara normal
terjadi dari ibu ke janin melewati plasenta selama perkembangan intrauterus. Selain itu,
kolostrum (susu pertama) yang dihasilkan oleh ibu telah mengandung antibody igA yang
dapat menambah perlindungan bayi yang disusui.

Antibody yang dipindahkan secara pasif biasanya diuraikan dalam waktu kurang
dari satu bulan, tetapi sementara itu bayi baru lahir mendapat perlindungan imun yang
penting yang dimiliki ibu sampai bayi tersebut secara aktif mulai membentuk sendiri
respons imunnya. Kemampuan membentuk antibody belum muncul sampai satu bulan
setelah lahir.

Imunitas pasif secara klinis bertujuan untuk menghasilkan perlindungan segera


dan meningkatan resistensi terhadap suatu agen infeksius yang sangat virulen (efek
patologis) dan berpotesialmematikan yang terpajan pada orang yang bersangkutan
misalnya virus rabies,toksin tetanus pada individu yang belum diimunisasi, dan bisa ular.
Biasanya antibody yang diberikan didapat dari sumber lain (bukan dari manusia) yang
telah terpajan ke bentuk antigen yang sudah dilemahkan.

Untuk memperoleh antibody dalam jumlah besar, sering digunakan kuda atau
sapi. Penyuntikan yang mengandung antibody ini (antiserum atau antitoksin) bermanfaat
untuk menghasilkan proteksi segera terhadap penyakit atau toksin tertentu. Penerima
mungkin membentuk respons imun terhadap antibody yang diberikan tersebut, karena
antibody ini adalah protein asing yang dapat berakibat reaksi alergi hebat yang dikenal
sebagai serum sickness.

Gangguan Autoimun, Imunodefisiensi, dan Alergi

Abnormalitas fungsi sitem imun menyebabkan timbulnya penyakit imun melalui


dua cara (penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai).

Penyakit defisiensi: terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara adekuat
terhadap invasi (serangan). Benda asing, keadaan ini dapat bersifat congenital (sejak
lahir). Atau non herediter. Penderita memiliki pertahanan yang sangat terbatas terhadap
organisme pathogen. Penderita dapat meninggal ketika bayikecuali hidup dalam
lingkungan yang bebas kuman.
Penyakit defsiensi imu yang paling baru dan paling sering dijumpai adalah AIDS
yang disebabkan oleh HIV, suatu virus yang menyerang dan melumpuhkan sel T
penolong.

Serangan imun yang tidak sesuai: serangan imun spesifik yang tidak sesuai dan
menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh mencakup hal-hal berikut ini.

1. Respons autoimun: yaitu sistem imun yang menyerang jaringan tubuh sendiri.
2. Penyakit kompleks imun: respons antibody yang berlebihan dan merusak
jaringan normal.
3. Alergi: akuisisi (pemindahan) reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai atau
hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak
berbahaya misalnya debu,serbuk sari, dan lain-lain.

Factor-faktor yang memengaruhi sistem imun adalah sebagai berikut.

1. Usia

Frekuensi dan intensitas infeksi meningkat pada usia lanjut serta terjadi
penurunan kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme
yang menginvasi,terganggunya fungsi limfosit T dan B, menurunnya fungsi siten
organ yang berkaitan seperti lambung, sel kemih, jaringan paru, penipisan
kulit,neuropati perifer, dan penurunan sensibilitas sirkulasi.

2. Gender (jenis kelamin).


a. Estrogen memodulasi aktivitas limfosit T (sel suppressor).
b. Androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interkulin 2 dan aktivitas
sel supresor
c. Estrogen cenderung mengalakkan imunitas, sedangkan androgen bersifat
imunosupresif.
3. Nutrisi
a. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh infusiensi protein kalori terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein.
b. Vitamin akan membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel imun.
c. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan, selenium,
dan zink) akan menyukresi fungsi imun.
4. Factor psikoneuro imunologi.
a. Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurontransmiter dan hormone-hormon endokrin.
b. Proses imun dapat memengaruhi fungsi neural dan endokrin termasuk
perilaku.
5. Kelainan organ lain.
a. Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi, dan kanker dapat
memengaruhi sistim imun.
b. Hilangnya serum dalam jumlah besar akan menimbulkan deplesi (kehilangan)
protein tumbuh yang esensial termasuk immunoglobulin stresort psikologik.
Stress karena pembedahan atau cedera akan menstimulasi (mendorong) pelepasan
kortisol dari korteks adrenal sehingga menyebabkan supresi respons imun yang
normal.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
p e r t a h a n a n a t a u imunitas terhadap senya3a makromolekuler atau organisme asing
yang masuk ke dalamtubuh. Lat asing dapat berupaAirus, Bakteri, Protozoa atau parasit.
Sistem imun terbagidua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu Sistem
Imun Nonspesifik (Sistemimun alami) merupakan lini pertama sedangkan
Sistem Imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
m e r u p a k a n l i n i k e d u a d a n j u g a b e r f u n g s i t e r h a d a p serangan berikutnya
oleh mikroorganisme patogen yang sama. (Drs, H. Syaifuddin)
Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan
komponenhumoral, Walaupun demikian, kedua sistem imun tersebut saling
bekerjasama dalammenjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh. (Drs, H.
Syaifuddin)
B. SARAN
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi
s u a t u b a h a n  pembelajaran bagi pembaca.diharapkan adanya saran_saran
y a n g m e m b a n g u n .dikarenakan penyusun menyadari masih banyak
k e k u r a n g a n d a l a m  penyusunannya
DAFTAR PUSTAKA

Drs, H. Syaifuddin,A.Mk. 2009. Buku Fisiologi tubuh manusia keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai