Studi Kasus: Dampak Budaya Besuk Terhadap Kesehatan Pasien Di Kota Salatiga
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana
gambaran budaya besuk masyarakat Jawa di Kota Salatiga dan dampaknya bagi kesehatan pasien yang di
rawat di Rumah Sakit?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran budaya besuk masyarakat Jawa di Kota
Salatiga dan dampaknya bagi kesehatan pasien yang di rawat di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan budaya besuk masyarakat Jawa di Kota Salatiga
b. Mendeskripsikan interaksi sosial yang terjadi selama masyarkat membesuk pasien
c. Mendeskripsikan dampak budaya besuk terhadap kesehatan
d. Mendeskripsikan motivasi sembuh pasien
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu kesehatan,
terutama dalam bidang antropologi kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi.
Sebagai bahan refensi bagi Rumah Sakit bahwa, pasien selain membutuhkan tindakan medis, pasien
juga memerlukan dukungan dari masyarakat yang dapat memotivasi pasien untuk sembuh.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan kepada masyarakat, dalam memahami sebuah fenomena yang ada di
masyarakat Kota Salatiga tentang budaya besuk.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Kebudayaan adalah seluruh gagasan dan karya manusia yang didapat dengan belajar serta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya (Koenjaraningrat, 2015). Pengertian ini menunjukan bahwa,
hampir semua tingkah-laku manusia dipengaruhi oleh budaya.
Budaya merupakan perangkat dari pandangan, kepercayaan, nilai dan perilaku hidup manusia
yang dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi penerusnya (Tseng dan Streltzer, 2008). Dari
pengertian ini, menunjukan bahwa perilaku hidup manusia yang sudah dilakukan oleh suatu generasi
akan diwariskan kepada generasi berikutinya. Misalnya, interaksi sosial yang terjadi pada suatu
masyarakat akan diturunkan ke generasi selanjutnya.
Negara Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, salah satunya adalah suku Jawa. Suku Jawa
banyak menempati pulau Jawa terutama di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam memandang
kesehatan, masyarakat Jawa juga mempunyai pandangan tersendiri. Palmarani (2010) mengatakan
bahwa konsep sehat menurut orang Jawa adalah keselarasan antara individu dengan lingkungannya
dan konsep sakit orang jawa adalah ketidakharmonisan antara individu dengan lingkungan dimana dia
tinggal.
Menurut Endraswara (2010), hubungan dalam masyarakat Jawa, bukanlah merupakan hubungan
antara individu satu dengan individu yang lainnya saja atau hubungan dengan masyarakat tetapi, lebih
dari itu masyarakat Jawa merupakan sebuah kesatuan, yang lekat dan terikat satu dengan yang
lainnya oleh norma-norma hidup dan tradisi. Hal ini menunjukan bahwa dalam kehidupan Jawa sangat
menjunjung tinggi kebersamaan, yang dapat dilihat dalam tradisi masyarakat Jawa yang sangat
menonjol tentang hidup bersama-sama, seperti tradisi gotong royong.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan informasi, berupa nasihat verbal dan nonverbal, bantuan atau
tindakan yang diberikan oleh masyarakat atau kehadiran keluarga, masyarakat yang memiliki manfaat
secara emosial dan memberikan efek perilaku bagi yang menerima (Rachmawati dan Turniani, 2006).
Dukungan sosial terjadi juga karena adanya ikatan sosial atau kekerabatan antara individu dengan
masyarakat, selain itu juga dukungan sosial dapat mempengaruhi perilaku individu yang menerima
dukungan sosial tersebut.
Menurut Johnson dan Jhonson dalam Saputri dan Indrawati (2011), dukungan sosial adalah
keberadaan orang lain yang dapat memberikan dukungan, semangat, perhatian, yang dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi individu yang bersangkutan. Orang yang mendapat dukungan sosial
yang tinggi akan memiliki rasa optimis yang lebih dalam menghadapi masalah yang sedang
dihadapinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Berkam dan Kawachi (2000), ditemukan bahwa ada
efek dari hubungan sosial dan dukungan sosial pada keadaan sakit dan kematian.
Menurut Sarafino (2012). Ada empat bentuk dukungan sosial:
1. Dukungan penghargaan atau emosional, yaitu berupa pemberian empati, hal positif,
rasa aman, perhatian dan kepedulian kepada seseorang.
2. Dukungan nyata atau instrumental, meliputi pemberian bantuan secara langsung atau
pemberian dukungan dalam bentuk materi.
3. Dukungan informasi, berupa dukungan yang diberikan berisikan informasi atau
pengetahuan kepada seseorang.
4. Dukungan jaringan, yaitu mempunyai rasa menjadi bagian dari sebuah kelompok dalam
berbagai kegiatan sosial.
Semua bentuk dukungan sosial yang diberikan masyarakat, ini melalui sebuah interaksi yang
dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Dengan kata
lain, apabila dua individu bertemu disitulah terjadi interaksi sosial. Aktivitas interaksi sosial adalah
berjabat tangan, saling sapa, dan lain sebagainya (Soekanto dan Sulistyowati, 2014).
Motivasi
Menurut Sobur (2003) motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh
proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah-
laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Motivasi adalah
pendorong dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu agar tercapai tujuan yang
diinginkannya (Rachmawati dan Turniani, 2006).
Orang yang mendapat motivasi akan mendorongnya untuk melakukan sesuatu agar tercapai
tujuan, sesuai dengan keinginannya, begitupun seorang pasien. Pasien yang didiagnosa dokter
menderita penyakit tertentu, jika tidak didukung dengan motivasi untuk sembuh akan menghambat
proses penyembuhannya, karena motivasi dapat mempengaruhi perilaku pasien untuk melakukan
pengobatan.
Menurut Hariandja (2012), ada dua faktor sebagai sumber motivasi yaitu motivasi yang berasal
dari dalam diri individu yang disebut moitvasi internal dan bersumber dari luar individu atau dari
lingkungan yang disebut motivasi eksternal. Motvasi internal adalah motivasi yang bersumber dari
dalam diri individu tanpa dipengaruhi oleh rangsangan dari luar individu. Motivasi eksternal adalah
motivasi yang bersumber dari luar individu atau bisa juga berkembang melalui proses interaksi dengan
lingakungannya. Salah satu contoh dari motivasi eksternal adalah dukungan sosial.
Menurut Smeet dalam Hardhiyani (2013), motivasi sembuh pasien dapat ditunjukan dengan tiga
aspek. Aspek tersebut adalah aspek memiliki sikap positif, aspek orientasi pada tujuan dan aspek
kekuatan pendorong individu.
1. Aspek memiliki sikap posititf
Individu yang memiliki sikap positif akan mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan selalu
optimis dalam menghadapi suatu masalah.
2. Aspek orientasi pada tujuan
Individu yang memiliki motivasi mengarahkan tingkah laku individu yang berorientasi pada
tujuan yang diinginkannya.
3. Kekuatan yang mendorong individu
Adanya kekuatan yang mendorong individu akan menjadi kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Kekauatan ini berasal dari dalam diri individu dan luar individu atau lingkungan sekitar.
B. Perspektif Teoretis
Masyarakat Jawa masih memegang tradisi gotong-royong yang masih dilakukan hingga sekarang.
Gotong-royong merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam rangka tolong-
menolong untuk melakukan sebuah kegiatan sosial, misalnya kerja bakti (Koenjaraninggrat, 2015).
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang memberi gambaran budaya besuk masyarakat
Jawa Kota Salatiga yang berkaitan dengan motivasi sembuh pasien rawat inap.
BAB III : METODE PENELITIAN
D. Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari informan yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sumber data yang dalam penelitian ini adalah pasien yang
dibesuk dan masyarakat kota salatiga yang datang membesuk pasien. Data dalam penelitian ini
diperoleh dengan wanwancara dan observasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini didasarkan pada metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Trisliyanto, 2019 mengatakan bahwa instrument
utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini peneliti melakuakn
wawancara terhadap informan dan mengamati kegiatan besuk yang dilakukan oleh masyarakat jawa
salatiga di Rumah Sakit yang ada di Kota Salatiga. Selain itu, peneliti menggunakan instrument lainnya
yaitu buku catatan, tape recorder.
F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.
Menurut Lofland, 1984 dalam Moleong (2013), data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan wawancara dan observasi.
Wawancara (silahkan dijelaskan)
Observasi (silahkan dijelaskan)
(bisa ditambhakan atau dikurangi oleh teman2 tergantung pendapat teman2 teknik
apa yang dianggap berdsarkan permsalahan dibahas pada pendahuluan)