Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEBUDAYAAN

PENGERTIAN

Budaya berasal dari kata “Buddayah” (bahasa sansekerta) yang berarti budi dan akal.
Koentjaraningrat dalam Ratna (2010) mengartikan budaya sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. Tindakan kebudayaan adalah tindakan yang harus dibiasakan oleh
manusia dengan belajar, seperti budaya cuci tangan yang diterapkan pada anak-anak, akan
membawa ingatan menetap untuk berperilaku cuci tangan. Budaya merupakan tindakan yang
berulang-ulang, dan tidak cukup sekali pendidikan kesehatan.

WUJUD KEBUDAYAAN

Koentjaraningrat dalam Ratna (2010) menyatakan bahwa terdapat 3 wujud kebudayaan yaitu:

1. Ideas
Ideas merupakan wujud ideal dari kebudayaan, dimana sifatnya abstrak, dan merupakan
suatu keyakinan bagi masyarakat.
2. Activities
Tindakan masyarakat berupa sistem sosial, atau aktivitas masyarakat berupa informasi,
bergaul, berhubungan, selama bertahun-tahun menurut tata hubungan, adat istiadat, serta
norma-norma.
3. Artifacts
Karya manusia yang dapat dilihat, diraba, difoto, karena konkret dan bersifat fisik.

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Unsur-unsur kebudayaan terdiri dari 7 unsur yaitu

1. Bahasa
Karya manusia yang dapat dilihat, diraba, difoto, karena konkret dan bersifat fisik.
2. Sistem pengetahuan
Pengetahuan masyarakat, mencerminkan kebudayaan berkembang didaerah tersebut
3. Organisasi sosial masyarakat
Akibat budaya dan perilaku dimasa lampau yang dilakukan secara terus menerus, akan
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Peralatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu masyarakat. Pada
masyarakat yang hidup didesa akan cenderung berjalan kaki dalam beraktifitas,
sedangkan dikota, masyarakat menggunakan alat transportasi umum, maupun kendaraan
pribadi
5. Sistem mata pencaharian hidup
Budaya dan keyakinan dapat mempengaruhi mata pencaharian hidup masyarakat.
6. Sistem religi, agama, dan kepercayaan masyarakat
Budaya atau keyakinan dari para leluhur akan di turunkan pada anak cucu pada daerah
tersebut.
7. Kesenian
Akibat perkembangan budi dan akal suatu kelompok masyarakat yang berbeda-beda,
maka akan menimbulkan kesenian yang berbeda pula tiap daerah.

PENDAPAT DAN PENGALAMAN MAHASISWA

REKOMENDASI

KONSEP ETIOLOGI PENYAKIT

ETIOLOGI PENYAKIT PERSONALISTIK DAN NATURALISTIK

Foster dan Anderson membagi etiologi penyakit menjadi dua yaitu : etiologi personalistik dan
etiologi naturalistik. Dalam etiologi personalistik keadaan sakit dipandang sebagai sebab adanya
campur tangan agen seperti makhluk halus, jin, hantu dan roh tertentu. Seseorang jatuh sakit
akibat usaha orang lain ( dukun ) yang menjadikan dirinya sebagai sasaran agen tersebut. Konsep
etiologi naturalistik berpandangan bahwa sakit adalah akibat gangguan sistem dalam tubuh
manusia atau antara tubuh manusia dengan lingkungannya.

Menurut Suchman terdapat lima macam reaksi dalam proses mencari pengobatan, yaitu
Shopping, adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan.Fragmentation adalah proses
pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Procrastination adalah
proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan. Self
medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat yagn
dinilainya tepat baginya. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.
Dalam berbagai laporan penelitian antropologi, yang ditulis oleh Sinuraya( 1988 ) dapat
ditemukan bahwa etiologi penyakit yang personalistik dan naturalistik dapat berlaku dalam
masyarakat urban ( perkotaan ) dan rural ( pedesaan ) sekaligus. Koentjaraningrat menyatakan
bahwa pada masyarakat Jawa ada beberapa teori tradisional mengenai penyakit yang diyakini
mereka disebabkan oleh faktor personalistik dan sekaligus naturalistik, sehingga yang tampak
pertama-tama masyarakat akan pergi ke dokter.

Etiologi penyakit naturalistik dan personalistik selamanya akan tetap hidup di masyarakat baik
perkotaan maupun pedesaan. Tidak ada lagi pembeda bahwa makin modern masyarakat akan
lebih memandang penyakit sebagai naturalistik saja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Sianipar
yang membuktikan bahwa di daerah Sumatera Utara, dukun banyak tinggal di daerah perkotaan,
karena pasiennya kebanyakan berasal dari kota dibandingkan dari desa.Seseorang yang telah
memilih sistim pengobatan tertentu terhadap penyakit yang dideritanya akan menerima seluruh
proses pengobatan secara penuh.

PENDAPAT DAN PENGALAMAN MAHASISWA

Menurut saya rata rata masyarakat kota maupun pedesaan sangat meyakini bahwa penyakit yang
dia alaminya disebabkan oleh faktor personalistik dan sekaligus naturalistik.. Hal ini dibuktikan
oleh penelitian Sianipar yang membuktikan bahwa di daerah Sumatera Utara, dukun banyak
tinggal di daerah perkotaan, karena pasiennya kebanyakan berasal dari kota dibandingkan dari
desa. Contoh masyarakat dengan yang beraktivitas sehari-hari, “Ketika ia sepanjang hari
beraktivitas di luar rumah yang suhu udara atau cuacanya panas, kemudian ia demam, itu
disimpulkan dengan penyakit karena dampak cuaca panas. Padahal dalam teori medis modern
belum tentu penyakit yang diderita itu karena panas cuaca, tapi mungkin karena adanya penyakit
lain seperti malaria atau yang lainnya,”

REKOMENDASI

PERSEPSI SEHAT SAKIT


PENGERTIAN

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang dihasilkan dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah, masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi
penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being , dihasilkan oleh 4 faktor yaitu:

1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku
sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas
social,perbedaan suku bangsa dan budaya.

Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi
klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang
dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors,
ayurveda dosha, yin dan yang.

Departemen Kesehatan RI telah menetapkan kebijakan tentang paradigma sehat. Paradigma


sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif
antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak
faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada
peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan
hanya penyembuhan penduduk yang sakit.

Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio
kultural. Dalam bahasa Inggris penyakit dikenal dengan kata disease dan illness sedangkan
dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio
kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Kata disease dimaksudkan
untuk gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada
seorang individu, sedangkan illness adalah reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap
penyakit atau perasaan kurang nyaman.
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang
dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional
tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu
disebut sehat pula dalam kebudayaan lain.

KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan
dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai
aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. Definisi WHO tentang sehat yaitu Health is a
state of complete physical, mental and social well -being, and not merely the absence of disease
or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan social seseorang. Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di
pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. WHO
mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang
sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang
sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan
yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan
atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sedangkan konsep
Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness)disebabkan oleh intervensi suatu agen
aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau
makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai
pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik enal oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),
merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu
yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam
kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa
timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya,
dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid,
mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Selanjutnya masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia

2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.

3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut

a. Sakit demam dan panas.


Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, labu putih yang dingin atau
beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas
tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena
gejalanya badan panas.
b. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas,
makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu
dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat
lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain lain. Larutan Gula
Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatera Barat
disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke
dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik,
atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam
kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut
kepercayaan dapat mengisap penyakit

PENDAPAT DAN PENGALAMAN MAHASISWA

REKOMENDASI

PERAN DAN PERILAKU


PERAN DAN PERILAKU
Perilaku manusia merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik dilihat
secara tidak langsung maupun langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


Menurut Sunaryo (2013), faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya:
1. Kebutuhan
Maslow (dalam Sunaryo, 2013), mengatakan manusia mempunyai lima kebutuhan
dasar seperti kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan fisiologis/biologis, kebutuhan mencintai dan dicintai. Tingkat dan
jenis kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain karena
merupakan satu-kesatuan atau rangkaian. Misalnya, seseorang memenuhi kebutuhan
fisiologisnya terlebih dahulu, kemudian kebutuhan rasa aman, dan seterusnya.
2. Motivasi
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik yang
disadari maupun tidak disadari. Motivasi timbul dari dalam diri individu (intrinsik)
atau lingkungan (ekstrinsik).
3. Faktor perangsang dan penguat Perilaku individu didukung dengan adanya faktor
perangsang dan penguat, yaitu 1) kompetisi atau persaingan yang sehat, 2) tujuan atau
sasaran, 3) dengan cara memberi hadiah, 4) menginformasikan keberhasilan kegiatan
agar bisa lebih termotivasi.
4. Sikap dan kepercayaan Perilaku dipengaruhi dengan sikap dan kepercayaan, jika
kepercayaan negatif, perilaku negatif akan muncul, dan sebaliknya.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENGOBATAN

Perilaku pengobatan sendiri merupakan salah satu perilaku kesehatan. Faktorfaktor yang
mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri menurut Supriyono, 2000 (dalam Mulyani, 2010)
antara lain:

1. Pendidikan
2. Tempat tinggal
3. Biaya
4. Usia
5. Pekerjaan
6. Lama sakit

KLASIFIKASI PERILAKU KESEHATAN

Menurut Becker (dalam Sunaryo, 2013), mengungkapkan bahwa klasifikasi perilaku kesehatan
yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari:

1. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah perilaku individu yang ada kaitannya dengan promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, hygiene personal, pemilihan makanan, dan sanitasi.
2. Perilaku sakit
Perilaku sakit adalah semua akivitas individu yang merasa sakit untuk mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab
penyakit, dan berbagai usaha untuk mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit
Segala aktivitas individu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Dari teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kesehatan merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mencegah penyakit, perilaku sakit dimana
seseorang mengenali gejala penyakit yang timbul, serta perilaku peranan sakit terhadap
individu yang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.

PENDAPAT DAN PENGALAMAN MAHASISWA

REKOMENDASI

KONSEP NYERI
PENGERTIAN NYERI
Nyeri merupakan sensasi sensori dari pengalaman subyektif yang dialami setiap individu
dan berbeda persepsi antara satu orang dengan yang lain yang menyebabkan perasaan
tidak nyaman, tidak menyenangkan berkaitan dengan adanya atau potensial kerusakan
jaringan (Loue & Sajatovic, 2008).
Nyeri adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang menunjukkan adanya
pengalaman masalah. Nyeri merupakan keyakinan individu dan bagaimana respon
individu tersebut terhadap sakit yang dialaminya (Taylor, 2011)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah fenomena yang
subyektif dimana respon yang dialami setiap individu akan berbeda untuk menunjukkan
adanya masalah atau perasaan yang tidak nyaman.

FISIOLOGIS NYERI
Proses fisiologis yang berhubungan dengan persepsi nyeri diartikan sebagai nosisepsi.
Menurut Taylor (2011) terdapat empat proses yang terlibat dalam mekanisme nyeri:
transduksi, transmisi, persepsi dan modulasi.
a. Transduksi
Aktivasi dari reseptor nyeri terjadi selama proses transduksi. Transduksi merupakan
proses dari stimulus nyeri yang diubah ke bentuk yang dapat diakses oleh otak
(Taylor, 2011). Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jari tangan)
memicu pelepasan mediator biokimia (misal., prostaglandin, bradikinin, serotonin,
histamin, zat P) (Kozier, 2010). Bradykinin adalah vasodilator kuat untuk
meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengalami konstriksi otot polos, memiliki
peran yang penting dari mediator kimia nyeri pada bagian yang cidera sebelum nyeri
mengirimkan pesan ke otak. Prostaglandin adalah hormon seperti substansi tambahan
untuk mengirim stimulus nyeri ke Central Nervous System (CNS). Proses transduksi
dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptor) merupakan sebagai bentuk respon
terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan (Ardinata, 2007).
b. Transmisi
Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Prostaglandin
bertindak sebagai neurotrasmiter, yang meningkatkan pergerakan impuls
menyeberangi setiap sinaps saraf dari neuron aferen primer ke neuron ordo kedua di
kornu dorsalis medulla spinalis. Transmisi dari medulla spinalis dan asendens,
melalui traktus spinotalamikus, ke batang otak dan talamus. Lalu melibatkan
transmisi sinyal antara talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi
nyeri (Kozier, 2010).
c. Persepsi
Persepsi dari nyeri melibatkan proses sensori bahwa akan datang persepsi nyeri
(Taylor, 2011). Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Stimulus nyeri ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke talamus dan otak tengah.
Dari talamus, serabut menstransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk
korteks sensori dan korteks asosiasi (dikedua lobus parietalis), lobus frontalis, dan
sistem limbik. Ada sel-sel di dalam limbik yang diyakini mengontrol emosi,
khususnya ansietas (Potter & Perry, 2006).
d. Modulasi
Proses dimana sensasi dari nyeri dihambat atau dimodifikasi disebut modulasi.
Sensasi nyeri diantaranya dapat diatur atau dimodifikasi oleh substansi yang
dinamakan neuromodulator. Neuromodulator merupakan campuran dari opioid
endogen, yang keluar secara alami, seperti morphin pengatur kimia di ganglia spinal
dan otak. Mereka memiliki aktivitas analgesik dan mengubah persepsi nyeri.

TANDA & GEJALA NYERI


Tanda dan gejala nyeri ada bermacam–macam perilaku yang tercermin dari pasien. Secara umum
orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa :

1. Suara : Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas


2. Ekspresi wajah : menyeringai, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi
berkerut, menggigit bibir
3. Pergerakan tubuh : gelisah, mondar – mandir, melindungi bagian
tubuh,,immobilisasi, otot tegang.
4. Interaksi sosial : Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus
aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohamad, 2012).

KLASIFIKASI NYERI

Klasifikasi nyeri secara umum terbagi menjadi 2 yaitu nyeri akut (timbul mendadak, dengan
skala nyeri sedang-berat dan cepat menghilang tidak lebih dari 6 bulan) dan nyeri kronis
(timbul berlahan-lahan, dan berlangsung lama > 6 bulan.

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman sumber Satu kejadian Satu situasi, status
eksistensi
Serangan Sebab ekternal atau Tidak diketahui, atau
penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan).
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respons yang
dengan gejala yang lebih bervariasi dengan sedikit
jelas. gejala, akibat adaptasi
Pola Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan meningkat
beberapa saat setelah beberapa saat

PENGUKURAN SKALA NYERI

1. Numeric Rating Scale (NRS)


Pengukuran skala nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Klien cukup
menggambarkan rasa nyeri dengan menggunakan skala 0 – 10 (Taylor, 2011). Skala NRS
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik (Potter & Perry, 2006).
2. Wong-Baker Face Pain Rating Scale
Pengukuran skala nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Klien cukup
menggambarkan rasa nyeri dengan menggunakan skala 0 – 10 (Taylor, 2011). Skala NRS
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik (Potter & Perry, 2006).
kala nyeri dibagi menjadi:
1. Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan
2. Raut wajah 2, sedikit nyeri
3. Raut wajah 3, nyeri
4. Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
5. Raut wajah 5, nyeri parah
6. Raut wajah 6, nyeri sangat parah
3. . Visual Analog Scale
Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak
digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan
memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien. Pada metode VAS,
visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada ujung
garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi mengindikasikan
rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut, VAS bisa diisi
dengan indikator redanya rasa nyeri. VAS mudah untuk digunakan, namun tidak
disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada pasien yang baru mengalami
pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI


Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Taylor (2011) diantaranya:
1. Budaya
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Makna Nyeri
5. Kepercayaan spiritual
6. Perhatian
7. Ansietas
8. Lingkungan dan dukungan keluarga
9. Pengalaman sebelumnya

PENDAPAT DAN PENGALAMAN MAHASISWA


REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai