PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bias ditolak meskipun kadang –kadang bias dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor–
faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor social budaya. Kedua
pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis maupun sosio budaya (1).
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu
untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang
disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
faktor(3)yaitu:
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan
reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan
model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama
yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini
tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan
RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat (4).
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat
holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang
berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap
sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat
pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk
menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada
prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan
kesehatan daripada mengobati penyakit.
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio
kultural(5). Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa
Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat
perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi
atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan
illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan
kurang nyaman (1).
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang
dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organic
maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek
sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang
mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit.
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut
sehat pula d alam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau
faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan
dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai
aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek (6).
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -being, and
not merely the absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna
jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik
dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (7).
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),
merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam
waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut(8).
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam
kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa
timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya,
dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid,
mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti
proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung
dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat
leprophobia.
Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah
seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim
saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik
yang
sangat berat(8).
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan
Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990, hasil
diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi
orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kala u sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan,
tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare.
Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit
dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya
panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan
perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai
berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi,
penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit,
maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan
menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh
lesu, lemah, atau sakit-sakit badan(9).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau
beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi,
supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya
badan panas.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh
hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di
Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke
bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau
kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak,
meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan
dapat mengisap penyakit.
KEJADIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan
manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam
penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan
kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia,
sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai peny impangan perilaku
dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis
organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan
psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya
merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia
atau kebudayaan (11).
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum
konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan
lingkungannya.
Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi,
menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah
laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya
melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978) (12).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, seperti tampak pada
ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang
adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap malaria.
Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diing inkan
karena memberikan proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles. Bagi masyarakat
Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol sosial positif, yang diberi nilai -nilai tertentu.
Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial
juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara symbol-
simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan ant ropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis
oleh Rudi Salan (1994) berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya
sebagai berikut: Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan
vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena “darah kotor” oleh karena itu satu-satunya jalan
penyembuhan adalah dengan makan makanan yang bersih, yaitu `mutih’ (ditambah vitamin
seperlunya agar tidak kekurang an vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi
seorang dokter pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam
masyarakat.
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku
sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap
kebenaran absolut dalam proses penyembuhan (13).
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan
bergizi(14).
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis
belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka
perilaku sakit dan perilaku sehatpun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit
ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masalalu di samping unsur sosial budaya.
Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis yang
obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.
PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu
yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat
hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang
dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan
diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh
jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
PENUTUP
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban
manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering
membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang
sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan
sosial masyarakat.
https://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan-penyakit-dalam-konteks-sosial-
budaya/ 3 Maret 2018
MAKALAH
PRESESPI MASYARAKAT TENTANG SEHAT – SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “KONSEP SEHAT SAKIT” yaitu:
A. Mengetahui definisi sehat dan sakit
B. Membedakan definisi sehat dan sakit menurut para ahli
C. Mengetahui rentang sehat sakit beserta status kesehatan
D. Mengetahui faktor-faktor penyebab sehat, perilaku sakit dan penyebab penyakit
E. Dampak hospitalisasi pada klien dan keluarga
3. Rumusan masalah
A. Apa perbedaan pengertian sehat menurut para ahli ?
B. Bagaimana terjadinya rentang sehat sakit ?
C. Apa saja yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit?
D. Bagaimana perilaku sehat dan sakit itu ?
E. Siapa saja yang mendapatkan dampak hospitalisasi ?
BAB II
KONSEP SEHAT SAKIT
1. Pengertian sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A. Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, metal, dan sosial dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif
B. Sehat menurut UU No.23/1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
C. Sehat menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh
yang dapat mengadakan penyesuaian sehungga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
D. Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis (jasmani),
psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang memungkinkan orang tersebut hidup secara
mandiri dan produktif.
E. Sehat menurut Pender (1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang
kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas
structural.
2. Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang
sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti bisaanya, sedangkan klien
lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanai operasi
mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
6. Penyebab Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidakbersih/tidak sehat.
Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding usus.
Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan
beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke dalam sistem peredaran
darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1. Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya
penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai
orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari
tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya diharapkan
mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai
mekanisme koping.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala
1. Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2. Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa
tertentu.
3. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri,
benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut
merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
4. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya
maka ia akan segera mencari pertolongan.
A. Faktor Internal
1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal
tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari
bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja
orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan
tidak mau mencari bantuan.
2. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu
fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan
mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik bisaany berlangsung
lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika
penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan
sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana
terapi yang ada.
B. Faktor Eksternal
1. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku
Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat
mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang
lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A
dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah
menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong
mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B
mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar
belakang budaya yang dimiliki klien.
4. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka
lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar
kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga
menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak
Bola, dll
10. Dampak Hospitalisasi pada Klien dan Keluarga
Tahun 1959, Russel Berton menulis buku tntang hospitalisasi. Dalam pengertian
hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang
bersangkutan dirawat di sebuh institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang
dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan
rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1. Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan
identitasnya
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah
dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing
dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan
terasing dari orang yang dicintai.
11. Peran Perawat terhadap Sehat Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi
untuk kejelasan.
c. Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat.
Keseharian keluarga yang bisaanya dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan dan senda gurau
anggotanya, tiba-tiba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluargapun menjadi sepi karena perhatian
keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d. Perubahan Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluargapun mempunyai
kebisaaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam
lingkungan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga
dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.
Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu meraih
kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran
perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.
Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan
sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan
tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat
dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan
konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah
kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain,
pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat
kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan.
Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupaka pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik.
Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan primer
meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection)
Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain pendidikan kesehatan,
peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan individu,konseling pernikahan dan
p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan khusus dilakukan melalui imunisasi higiene
personal, sanitasi lingkungan, perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi
khusus (misalnya nutrisi untuk ibu hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang
bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada
tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit atau mencegah
komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan sekunder dilakukan melalui
upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti menemukan kasus, survei penampisan,
pemeriksaan selektif.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta membantu
memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan
ini antara lain dilakukan melalui upaya pembatasan ketidakmampuan (dissability limitation) dan
rehabilitasi. Untuk pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisaa diambil adalah pelatihan
tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang dilakukan
antara lain pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi,
penempatan klien sesuai dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi
masing – masing :
a) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
b) Dukun pijat/tulang (sangkal putung) : khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah
tulang, jatuh atau salah urat.
c) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau “ digawe uwong “.
d) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
e) Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
2. Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat sosial
budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah
muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk batuk dan salesma untuk
pilek/flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batuk juga karena kuman.
Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit umumnya
menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut, sebagian kecil
menggunakan obat tradisional . Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan
pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.
a) Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala (bahasa sunda = rieut atau nyeri
sirah, kepala terasa berputar/pusing/bahasa sunda = Lieur), dan sakit kepala sebelah/migraen
(bahasa sunda = rieut jangar). Penyebab sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar
matahari langsung, dan jangan banyak pikiran. Pengobatan sendiri, sakit kepala dapat dilakukan
dengan obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.
b) Sakit Demam
Keluhan demam (bahasa sunda = muriang atau panas tiris) ditandai dengan badan terasa
pegal-pegal, menggigil , kadang-kadang bibir biru. Penyebab demam adalah udara kotor,
menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan lemah, kehujanan, kepanasan cukup
lama, dan keletihan. Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap,
makan teratur, olahraga cukup, tidur cukup, minum cukup, kalau badan masih panas/berkeringat
jangan langsung mandi, jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah. Pengobatan
sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbukan
daun melinjo, daun cabe atau daun singkong, atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek
atau Puyer bintang tujuh nomor 16.
c) Keluhan Batuk
Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk biasa
(bahasa sunda = fohgoy), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya melengking (bahasa
sunda = batuk bangkong) dengan gejala tenggorokan gatal, terkadang hidung rapet, dan kepala
sakit ). Penyebab batuk TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru,
sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru
tertimpa hujan, alergi salah satu makanan, makanan basi, masuk angin, makan makanan yang
digoreng dengan minyak yang tidak baik, atau tersedak makanan/keselek. Pencegahan batuk
dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan, jangan makan makanan basi, tidak
kebanyakan minum es, menghindari makanan yang merangsang tenggorokan, atau menyebabkan
alergi. Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin atau
oikadryl . Bila batuk ringan dapat minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk nipis dicampur
kecap, daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau rebusan jahe dengan
gula merah.
d) Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan (bahasa sunda = salesma), yaitu hidung tersumbat atau berair , dan
pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala, demam, badan terasa pegal dan tenggorokan
kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor, menghisap asap rokok,
menghisap air, pencegahan pilek adalah jangan kehujanan, kalau badan berkeringat jangan
langsung mandi, apabila muka terasa panas (bahasa sunda = singhareab), jangan mandi langsung
minum obat, banyak minum air dan istirahat. Pengobatan sendiri, pilek dapat dilakukan dengan
obat warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai keluhannya hilang. Dapat juga digunakan
obat tradisional untuk mengurangi keluhan, misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri
hidung.
e) Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas
biasanya yang disertai demam (menggigil). Untuk mengobatinya, orang sunda biasa dengan
menggunakan labu (waluh) yang diparut (dihaluskan), kemudian dibungkus kain dan di
kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain itu juga bisa
dengan menggunakan kompres air dingin.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung atau obat yang ada di
desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Masyarakat melakukan pengobatan
sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat waktu. Pengobatan sendiri sifatnya
sementara, yaitu penanggulanan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat
membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan yang tercantum pada setiap
kemasan obat.
3. Budaya Batak
Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring, dan
penyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa orang yang sakit
tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “. Dalam kehidupan sehari – hari orang batak, segala
sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu, untuk mengetahui bagaimana cara
mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural, yaitu :
a. Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidakbaik
( mis : mengintip ). Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan
mengoleskan air sirih.
b. Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut
sakit.Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih
cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
c. Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Misal : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut
tidak ditepati. Karena janji tersebut tidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit.
d. Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang tersebut dianggap telah menerima
kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
Di samping itu, dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinya diantaranya
adalah, Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-masing di
dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat menyatukan darahku
dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu“
e. Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini
dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan penelitian alami
dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.
f. Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang batak, mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan manusia,
dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin. Berdasarkan pesan dari
si raja batak, untuk mengeluarkan penyakit dari mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata
yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan
menarik seluruh penyakit yang ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap
sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut (
mengeluarkan ), nama ramuannya sama dengan tujuannnya.
Disamping itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat hidup sehat,
maka makanlah atau minumlah : apapaga, airman, anggir, adolorab, alinggo, abajora, ambaluang,
assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya charisma, wibawa dan
kesehatan menurut orang batak dahulu, supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya
diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras ( nitak
), jeruk purut, sirih beserta perlengkapannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas dari penyakit
tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga selain ada sehat terdapat juga
sakit. Sakit secara umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya proses penyakit tetapi
dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan seseorang terganggu. Untuk
memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang dipengaruhi
oleh beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada penyakit yang bersarang
di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit. Biasanya penyakit di timbulkan oleh
keadaan lingkungan di sekitarnya.
2. Saran
Setelah kita membaca kutipan di atas, kami sebagai penulis makalah ini, kami memberi
saran kepada seluruh khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi kita. Sehat merupakan sesuatu
yang sangat mahal bagi kita, jika kita tidak menjaga kesehatan kita, maka kita akan terserang
penyakit.
Selain itu juga, kami memberi saran kepada para medis untuk tetap memperhatikan
kesehatan masyarakat supaya Negara kita terhindar dari berbagai macam penyakit. Kami juga
berharap dari pihak medis memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai
kesehatan.
http://harmokosaja.blogspot.co.id/2013/06/persepsi-masyarakat-tentang-sehat-sakit.html
Harmoko Moko (3 Maret 2018)
Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika gangguan
kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan ketahanan,
mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. menurutUU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan,“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social
dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, 2009: 4).
Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi
merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara
satu individu dengan individu lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan
budaya yang lain. Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis
kelamin,level sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan sakit,penyakit (disease)
adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan
dari lingkungan. Hal ini berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh
perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium
dan pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap
pengalaman menderita suatu penyakit. Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau
perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan
perasaan tidak enak (unfeeling well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati
rasa (numbness). Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit
dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap
menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono ( dikutip oleh
Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak
menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan rohani sehingga seseorang tidak bisa
menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya dalam masyarakat. Sickness menunjuk
kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap kehidupan
kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-kewajiban sosialnya, bekerja
sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya sakit.
Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh pengalaman masa
masa lalu seseorang, seperi yang diungkapkan oleh Yunindyawati (2004:15)
Persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur
sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi) persepsi individu tentang kondisi
sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan pengalaman sebagai patokan untuk berperilaku
dan merupakan sumber dari tujuan dan nilai-nilai pribadinya.
Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural concept) , maka
petugas kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan pendekatandan menyelidiki persepsi sehat
dan sakit masyarakat yang dilayaninya, mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai
berkembang dan setelah itu mengusahakan mengubah konsep tersebut agar mendekati konsep
yang lebih ojektif. Dengan cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat lebih ditingkatkan
jangkauannya sehingga dicapailah derajat kesehatan yang optimal.