Anda di halaman 1dari 24

Plagiarism Checker X - Report

Originality Assessment

Overall Similarity: 23%


Date: Jun 15, 2021
Statistics: 1457 words Plagiarized / 6228 Total words
Remarks: Moderate similarity detected, you better improve the document (if required).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes

Associatian (ADA) melaporkan jika setiap 21 detik terdapat satu orang yang terserang

diabetes. Predikasi Sepuluh tahun yang lalu jika jumlah diabetes akan mencapai 350 juta

pada tahun 2025, Nyatanya sudah jauh terlampaui. Lebih dari separuh populasi di dunia

yang mengidap penyakit diabetes terletak di asia, paling utama di Cina, Pakistan, Indonesia

serta India. Sedangkan itu suatu riset yang di coba di ibukota Saudi Arabia tahun 2012

Memberi tahu sebanyak 53% penduduknya memiliki tinggi terhadap penyakit diabetes

melitus. (Yosmar dkk, 2018). Angka peristiwa Diabetes Melitus (DM) di dunia dari tahun ke

tahun terus bertambah, informasi terakhir dari World Health Organization (WHO)

menunjukan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia mengidap DM serta

angka ini menjadi 2 kali lipat pada tahun 2025 (Yanto, A., & Setyawati, D. 2017). Kenaikan

angka pengidap penyakit ini akan terjadi di Negara berkembang sebab perkembangan

populasi, penuaan, diet tidak sehat, kegemukan, serta kekurangan aktifitas fisik. Di

Indonesia, menurut informasi Penelitian Kesehatan Dasar 2013 di dapatkan proporsi

persitiwa DM sebesar 6,9% pada penduduk umur ≥ 15 tahun. Prevelensi diabetes melitus di

Indonesia bersumber ada Riskinder 2007, 2013 serta 2018 sering mengalami peningkatan

adalah 5,7 % melonjak menjadi 6,9% serta meningkat kembali 10,9% (Yulia Mualasari,

2020). Menurut (Perkeni, 2013) Diabetes adalah penyakit yang membutuhkan pengobatan

serta perawatan untuk waktu 2yang cukup lama serta bias menimbulkan kebosanan,

kejenuhan, kecemasan apalagi frustasi pada penderita. Oleh karena itu, dibutuhkan

motivasi baik internal ataupun eksternal bagi penderita untuk menempuh seluruh proses

pengobatan serta perawatan diabetes. Orang yang mengidap DM menurut (Ysenkova V et

al, 2013) mempunyai tingkat kecemasan 20% lebih besar dibanding dengan yang tidak

mengidap DM. Hasil Tingkat Kecemasan pasien di daerah Poliklinik PPK 1 Denkesyah

Samarinda adalah cemas ringan memiliki 19 individu (46,3%), cemas sedang sebanyak 17

klien (41.5%) dan cemas berat sebanyak 5 individu (12.2%). (Andrean, dkk, 2020). Diabetes

Melitus dikarenakan oleh polimorfisme bermacam ragam gen yang ada pada macam

kromosom yang mengganti proses metabolisme glukosa semacam genHNF4α (Hepatocyte


Nuclear Factor 4-Alpha) pada kromosom 20 yang berfungsi dalam proses perkembangan

pancreas, gen GLTU2 (Glukose transporter 2) pada kromosom 3 yang berfungsi dalam

proses pengambilan glukosa selβ pada pancreas serta gen LPL (Lipo Protein Lipase) pada

kromosom 8 yang berfungsi dalam proses pengeluaran insulin (Setiawan. H dkk, 2018).

Penyakit diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang sulit untuk di pulihkan. Perihal inilah

yang mengakibatkan beberapa pengidap mengalami sekian banyak reaksi psikologis yang

negatif diantaranya merupakan marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang bertambah

serta tekanan mental. Konflik psikologi semacam kecemasan, tekanan mental serta banyak

pikiran bias berdampak memburuknya kondisi kesehatan ataupun penyakit yang di alami

individu. Individu yang mengalami kecemasan serta tekanan mental dari pada orang yang

tidak mengidap diabetes. Menurut kutipan Kodakandla, Maddela, Pasha, & Vallepalli,

(2016) Pengidap diabetes 2tipe 2 yang mengalami kecemasan bisa menimbulkan kadar

glukosa darah yang tidak normal ataupun mengalami glikemia. Apabila kadar glukosa

darah pada penderita diabete melitus tipe 2 tidak normal secara terus menerus hingga

dapat menimbulkan komplikasi makrovaskuler ataupun mikrovaskuler semacam kebutaan,

penyakit ginjal, serta amputasi (Yulia Mualasari, 2020) Menurut Stonerock (2015).

Kecemasan ialah sesuatu 12perasaan yang sifatnya umum, dimana seorang yang

mengalami khawatir, merasa ketakutan maupun kehilangan keyakinan diri serta merasa

lemah sehingga tidak sanggup untuk bersikap serta berperan secara rasional. Menurut

Derek, Rottie, & Kallo (2017). Munculnya kecemasan dimulai dari adanya 2respon stress

yang berlangsung secara terus menerus. Reaksi awal reaksi stress adalah sekresi system

saraf simpatis untuk menghasilkan norepinefrin yang mengakibatkan kenaikan frekuensi

jantung. Keadaan ini menimbulkan glukosa darah bertambah. Hal ini berkaitan dengan

terdapatnnya system neuroendokrin melalui jalur Hipotalamus Pituitary Adrenal. Menurut

khan et al.,(2019) Diagnosis serta pengelolaan kecemasan serta tekanan mental pada

pengidap diabetes melitus tipe 2 sangat penting dilakukan untuk memastikan mutu hidup

serta harapan hidup lebih besar. Berdasarkan tingkat kecemasan di daerah Puskesmas

Bonang II Demak pada Juli 2019, mayoritas responden memiliki tingkat kecemasan ringan
sebanyak 43 (51,8%). (Yulia Mualasari, 2020). Kecemasan pada pengidap diabetes melitus

tipe 2 ini apabila tidak ditangani secara baik akan memunculkan permasalahaan tertentu

yang akan menyulitkan dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus tipe 2. Apabila

seseorang terdiagnosa diabetes dapat menimbulkan beban psikologis dalam waktu yang

lama atas dirinya dan keluarganya. Peranan psikologis yang tidak baik bisa menimbulkan

penderitaan, bisa secara serius mempengaruhi swa-management diabetes setiap hari serta

dihubungkan dengan hasil medis yang tidak baik dan pengeluaran yang besar sehingga

dapat menyulitkan proses penatalaksanaan pengidap DM tipe . (Mahmuda, L. N., 2016)

Menurut Wiyono & Hakim (2017). Dalam mencapai pelayanan kesehatan yang maksimal

2di rumah sakit, paling utama pada pengidap diabetes melitus tipe 2 sehingga dibutuhkan

pelayanan keperawatan yang memuaskan serta sesuai kebutuhan penderita. Salah satu

kebutuhan pasien di rumah sakit merupakan kebutuhan psikologis. Dengan menggunakan

support system yang pas dapat mengurangi tingkatan stress penderita serta berdampak

pada pemulihan keadaan penderita. (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017). Menurut Mayberry &

Osborn, (2012) Keluarga adalah salah satu support system yang bias di manfaatkan dalam

pemberian pelayanan keperawatan serta panatalaksanaan penderita diabetes melitus.

Menurut Wilson serta Ampey-Thornhill (2001) dukungan keluarga merupakan dukungan

ataupun pertolongan yang diberikan oleh anggota keluarga. Pada saat keluarga berbagi

permasalahannya dengan sistem dukungan sosial sehingga anjuran serta bimbinggan

bakal diberikan kepada klien. Menurut Osamor (2015) Menciptakan kawasan yang penuh

kasih sayang, memusatkan serta menciptakan sumber perawatan dan membagikan

dukungan finansial ialah wujud umum dari dukungan keluarga (Fitra.Y dkk, 2016).

Dorongan serta perilaku keluarga yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan penderita

diabetes melitus tipe 2 dalam penyembuhan. Menurut KARS, (2009) Pelibatan keluarga

dalam penerapan asuhan keperawatan sesuai dengan yang sudah di informasikan dalam

pedoman akreditasi rumah sakit. (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017). 3Oleh karena itu perlu

dilakukan rangkuman literature yang bertujuan untuk mengidentifikasi Dukungan keluarga

terhadap tingkat kecemasan pada penderita DM tipe 2. 21.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan pada latar belakang maka, rumusan masalah dalam penelitian

ini : “Bagaimana dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada penderita DM tipe 2

? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari studi literature ini adalah

Menjelaskan Dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada Penderita DM tipe 2.

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menjelaskan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan

pasien pada DM tipe 2. 2. Menjelaskan Tingkat Kecemasan 3pada penderita DM tipe

2. BAB 2 METODE 2.1 Strategi Pencarian Literatur 2.1.1 Protokol Registrasi

Rangkuman yang di lakukan secara menyeluruh dalam bentuk literature riview mengenai

1dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada diabetes melitus tipe 2. Protocol

dan evaluasi dari literarure riview menggunakan PRISMA checklist. 2.1.2 Database

Pencarian Literature riview merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi penelitian

berdasarkan tema tertentu. Pencarian literature yang dilakukan di mulai pada bulan Maret-

Mei 2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11data sekunder yang di

peroleh bukan dari pengamatan langsung akan tetapi di diperoleh dari hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Pencarian literature dalam literature riview ini

menggunakan beberapa database rendah-tinggi yaitu Google Scholar, Pubmed, dan sinta

2.1.3 Kata Kunci Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan bolean operator

(AND, ORNOT, or ANDNOT) yang digunakan agar pencarian menjadi lebih spesifik. Table

2.1 Kata Kunci Studi Literatur. Dukugan keluarga Tingkat kecemasan 2Diabetes mellitus

tipe 2 Family support OR Anexiety levels OR Type 2 diabetes mellitus OR Familys support

OR Anexiety OR Diabetes OR Dukungan keluarga Tingkat kecemasan Diabetes mellitus 2.2

Kriteria Inklusi dan Ekslusi Table 2.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi Ekslusi

population Penderita diabetes tipe 2 Bukan penderita diabetes tipe 2 Intervention Tingkat

Kecemasan Bukan tingkat kecemasan Comparators Dukungan keluarga Outcomes

Menjelaskan 1Dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan Menjelaskan Dukungan

keluarga terhadap tingkat kecemasan Study Design and publication type Studi Cross

Sectional, correlational dan kuantitatif - Publication years ≥ 2015 Di bawah 2015

Languange Indonesia, Inggris Selain bahasa Indonesia dan bahasa inggris 2.3 Seleksi Studi
dan Penelitian Kualitas 2.3.1 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi Berdasarkan hasil pencarian

literature melalui publikasi tiga database dan menggunakan kata kunci yang telah

disesuaikan dengan MeSH (Medical Subject Headings), peneliti menemukan sekitar 46.601

artikel yang terkait dengan tema yang telah ditentukan. Di temukan terdapat 32.110 judul

artikel yang sama Sehingga menyisahkan 14.491. Peneliti kemudian melakukan skrining

berdasarkan judul (n= 14.491), abstrak (n=20), dan teks lengkap (n=11) yang telah

disesuaikan dengan tema pada penelitian studi literature. Hasil seleksi studi dapat

digambarkan dengan diagram flow di bawah ini. Gambar 2.3.1.Diagram Flow

Literature Riview Berdasrkan PRISMa 2019 (Polit and Beck, 2013) 2.3.2 Analisis Kualitas

Penelusuran studi yang dilakukan, terdapat 11 studi yang mencapai skor >50%. Pada

penulisan studi literature ini, penulis mengambil jurnal-jurnal dari google schoolar, sinta,

dan Pubmed. Pada awal artikel yang di kumpulkan berjumlah 46.601 dengan

menggunakan keyword “dukungan keluarga, tingkat kecemasan, diabetes militus tipe 2”.

Setelah dilakukan identifikasi yang relevan dengan judul hanya 11 artikel yang dibaca

memiliki kualitas baik karena lebih lengkap metode penelitiannya 12yang terdiri dari jurnal

nasional dan jurnal internasional. BAB 3 HASIL DAN ANALISIS 3.1. Karakteristik Studi

Sebelas artikel memenuhi kriteria inklusi terbagi menjadi 3 sub pembahasan berdasarkan

topic literature riview yaitu factor yang berkaitan dengan Dukungan Keluarga (4 studi),

Kecemasan (5 studi) dan Diabetes Melitus (2 studi). Factor yang berkontribusi dalam studi

1dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan sebagian besar cross-sectional, dan

diikuti correlational dan kuantitatif jumlah rata-rata peserta ±1000. Secara keseluruhan

setiap penelitian membahas tentang dukungan keluarga dan karaktersitik kecemasan.

Penelitian – penelitian tersebut mengidentifikasi dukungan keluarga pasien terhadap

tingkat kecemasan pada penderita diababetes melitus. 1Dukungan keluarga terhadap

tingkat kecemasan dapat membantu salah satu penanganan DM agar penderita lebih

semangat dalam menjalani penanganan terhadap penyakit kecemasan dan diabetes

melitus penderita. Table 3.1 Hasil Pencarian studi berdasarkan Database Penelitian Sember

Bahasa Tahun Database N Jenis Studi Penelitian/Artikel Cross sectional Correlational


Kuantitatif Indonesia & english 2015-2021 Google Scohlar 46.580 6 2 1 Sinta 10 0 1 0

Pubmed 11 1 0 0 Hasil 11 7 3 1 Faktor yang berkontribusi dalam studi dukungan keluarga

terhadap tingkat kecemasan sebagian besar cross-sectional, dan diikuti correlational dan

kuantitatif jumlah rata-rata peserta ±1000. Secara keseluruhan setiap penelitian membahas

tentang dukungan keluarga pasien diabetes terkait tentang tingkat kecemasan. Empat

studi tentang dukungan keluarga terhadap 3pasien diabetes melitus diantara orang-orang

adalah jenis kelamin, status pernikahan, Pendidikan. Untuk tingkat kecemasan itu sendiri,

lima studi menemukan 2jenis kelamin, usia ,status pernikahan , pekerjaan, pendidikan,

hubungan social dan ekonomi. Table 3.2 Hasil Pencarian Literature No Judul/Peneliti

Populasi Metode Tujuan penelitian Instrumen Hasil 1 Hubungan Tingkat Pengetahuan

dengan Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus (Setiawan, H., Suhanda, Sopatilah, E.,

Rahmat, G., Wijaya, D. D., & Ariyanto, H. 2018) Populasi dalam penelitian ini merupakan

seluruh pengidap diabetes mellitus di daerah kerja UPTD Puskesmas Banjarsari Kecamatan

Banjarsari Kabupaten Ciamis sebanyak 333 orang. 2Jumlah sampel yang ikut serta dalam

penelitian ini memakai rumus proporsional random samplingsebanyak 77 orang Penelitian

ini mengguanakan tipe penelitian analitik kuantitatif dengan mengguanakan pendekatan

Cross Sectional, serta metode pengambilan sampel merupakan proposional random

sampling Penelitian ini bertujuan untuk mengenali hubungan tingkat pengetahuan serta

kecemasan pengidap diabetes mellitus Instrumen penelitian memakai kuesioner untuk

mengenali tingkat pengetahuan serta HARS( Hamilton Anxiety Rating Scale) untuk

mengetahui tingkat kecemasan Dari populasi penelitian sebanyak 333 orang, serta

keseluruhan sampel bersumber pada rumus di atas yang memenuhi kriteria inklusi yakni 77

orang. Hasil membuktikan kebanyakan sampel mempunyai pengetahuan kurang sebanyak

51, 90% serta hadapi cemas sedang sebanyak 50, 60% 2 Dukungan Keluarga Memengaruhi

Kepatuhan Pasien Hipertensi (Fitra. Y, Miftahul. H, & Dachriyanus 2016) Jumlah responden

yakni 59 orang yang memenuhi kriteria sampel yang sudah didetetapkan Desain penelitian

ialah bentuk rancangan yang hendak digunakan dalam melaksanakan prosedur penelitian.

Penelitian ini ialah penelitiankuantitatif, 2dalam penelitian yang hendak dilakukan peneliti
menggunakan rancangan deskriptif- korelatif dengan tata cara penelitian cross- sectional.

Penelitian ini bertujuan untuk meyakinkan seberapa besar ikatan dukungan keluarga

dengan kepatuhan pada penderita hipertensi Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini dalam bentuk kuesioner kepada responden dengan memakai skala likert. Untuk

kuesioner, responden dimohon untuk berikan tanda(√) 2pada kolom yang didetetapkan.

Instrumen 4dukungan keluarga mempunyai 20 butir statment serta instrumen kepatuhan

memiliki 20 butir statment Hasil penelitian menampilkan sebanyak 54% responden

memperoleh dukungan keluarga dengan kategori sedang serta 59% responden memiliki

kepatuhan dengan kategori sedang. Hasil uji statistik didapatkan nilai( r)=0, 786. 3

1Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Semarang (Yanto, A., &

Setyawati, D. (2017)). Populasi dalam penelitian ini merupakan penderita diabetes mellitus

tipe 2 di kota semarang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 penderita diabetes

mellitus tipe 2 di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Penelitian ini ialah penelitian

kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat dukungan keluarga

pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali

bagaimana dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di kota semarang

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 Dukungan keluarga pada penderita diabetes

melitus tipe 2 di kota Semarang lebih didominasi oleh kategori baik ataupun dukungan

keluarga tinggi yakni sebesar 72, 9% dari total responden. Dukungan keluarga pada

penderita yang telah menikah cenderung lebih tinggi daripada penderita yang belum

menikah. Dukungan keluarga yang baik akan mempengaruhi penerapan program

penyembuhan diabetes mellitus yang dijalani oleh pasien 4 Tingkat Kecemasan Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (Yulia Mualasari, 2020) seluruh penderita diabetes

melitus tipe 2 yang berobat serta tercatat di buku register rawat jalan di Puskesmas Bonang

II Demak tahun 2018 yang diseleksi memakai metode simple random sampling Penelitian

ini memakai tipe penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross

sectional. 1Penelitian ini bertujuan untuk mengenali aspek yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pada pengidap diabetes melitus tipe 2. Proses input dan analisis data

memakai aplikasi SPSS dengan tahapan editing, koding, skoring, tabulasi, entri data, serta

analisis data. Hasil penelitian menampilkan ikatan 4antara dukungan keluarga( p=0, 000),

penerimaan diri( p penerimaan diri rendah=0, 001 serta p penerimaan diri sedang=0, 005),

tingkat spiritualitas( p=0, 008), serta aktifitas fisik( p aktifitas fisik ringan=0, 001 serta p

aktifitas fisik sedang=0, 013) 17dengan tingkat kecemasan pada pengidap diabetes melitus

tipe 2. 5 1Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama (Mahmuda L.N, 2016) Populasi

dalam penelitian ini merupakan seluruh penderita yang datang serta menerapkan

pengobatan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Nusantara Medika Utama serta

terdiagnosis 2menderita DM tipe 2, dengan jumlah sampel sebanyak 65 responden

Penelitian ini ialah jenis penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Tujuan

penelitian ini untuk menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan pengidap DM tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama. Instrumen

pengumpulan data memakai kuesioner Baecke Phisical Activity Scale untuk mengukur

aktivitas fisik yang terdiri dari 3 komponen, yakni indeks pekerjaan, indeks berolahraga

serta indeks waktu luang, kuesioner Henserling Diabetes Family Support Scale( HDFSS)

4untuk mengukur dukungan keluarga yang terdiri dari 29 pertanyaan, kuesioner Zung Self-

Rating Anxiety Scale( SAS/ SRAS) untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari 20

pertanyaan.. Hasil penelitian ini menampilkan kalau ada ikatan yang signifikan antara lama

menderita( p=0, 05), komplikasi( p=0, 003), aktifitas fisik( p=0, 00), serta dukungan

keluarga( p=0, 00) dengan tingkat kecemasan. Sehingga dari itu diharapkan penderita DM

lebih semangat dalam menjalani hidup sehat agar tidak 1mengalami kecemasan yang

berlebih terutama pada penderita yang sudah mengalami komplikasi dengan cara lebih

sering menerapkan aktivitas fisik serta memperoleh dukungan dari keluarga. 6 Hubungan

Antara Tingkat Kecemasan 3Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di

Poliklinik PP\K 1 Denkesyah (Andrean, M. Novi, & Muflihatin, S. K.,) Populasi pengujian ini

adalah 46 responden dengan memakai rumus slovin di hasilkan sampel 41 responden


memakai teknik Purposive Sampling dengan. Penelitian ini menggunakan penelitian

korelasional (hubungan /korelasi) yaitu penelah yang mengamati 18hubungan antar

variabel. bertujuan untuk menjelaskan hubungan korelatif antar variabel. Pengkajian ini

berbentuk Cross Sectional, dimana pengkajian ini hanya menggunakan satu waktu untuk

mengukur atau mengobservasi informasi variabel independen dan dependen cuma dalam

satu kali 2pada waktu yang telah ditentukan instrument berupa kuisioner yaitu kuisioner

HARS serta menggunakan SPSS statistic 24 untuk membantu perhitungan dengan rumus

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan Karakteristik responden penelitian di

wilayah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda berdasarkan umur terbanyak yaitu

berumur 46-55 Tahun sebanyak 18 orang (43.9%), berdasarkan tingkat pendidikan pasen

terbanyak yaitu SMA sebanyak 17 orang (41.5%) dan berdasarkan pekerjaan PNS/TNI/Polri

sebanyak 17 orang (41.5%). Tingkat Kecemasan pasen di wilayah kerja Poliklinik PPK 1

Denkesyah Samarinda adalah cemas ringan memiliki 19 individu (46,3%), cemas sedang

sebanyak 17 orang (41.5%) dan cemas berat memiliki 5 individu (12.2%). Status

pemeriksaan HbA1c 1di wilayah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda di dapatkan

hasil HbA1c perdiabetes memiliki 12 individu (29,3%) dan hasil HbA1c diabetes sebanyak

29 orang (70,7%). Hasil penelaah melakukan uji Mann-whitney disimpulkan nilai p value

0.000 (p 7 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lansia yang

Mengalami diabetes Mellitus(Yustiani Nur Afifah, Cucu Rokayah, Erlina Fazriana 2017)

Populasi dalam penelitian ini merupakan lansia yang mengalami diabetes melitus di

kelurahan Babakansari Daerah Kerja Puskesmas Babakansari Kota Bandung pada bulan Mei

2019 dengan jumlah 87 lansia. 1Penelitian ini menggunakan prosedur kuantitatif dengan

jenis penelitian deskriptif korelasional, memakai metode random sampling serta

pendekatan cross sectional. 4Penelitian ini bertujuan untuk mengenali apakah ada ikatan

antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami diabtes

melitus di Kelurahan Babakansari Daerah Kerja Puskesmas Babakansari Pengumpulan data

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner. Hasil penelitian menampilkan lansia yang

memiliki dukungan keluarga cukup sebanyak 37 responden( 42, 5%), serta yang mengalami
kecemasan sedang sebanyak 28 responden( 32, 2%). Terdapat ikatan 4yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami diabetes

melitus p- value= 0, 00 8 Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre

Operatif di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan (Edi kurniawan H & jek Amidos. P

2016) Populasi yang digunakan ialah seluruh penderita pre operatif mayor di Rumah

Umum Sakit Sari Mutiara Medan.. Desain 1dalam penelitian ini merupakan analitik

corelational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali

hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan penderita pre operatif di RSU Sari

Mutiara Medan Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni purposive sampling

Hasil penelitian dengan uji statistik Rank spearman menampilkan jika terdapat ikatan 4yang

signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan penderita pre operatif di RSU Sari

Mutiara Medan dengan nilai p value= 0. 011 serta nilai r=- 0. 417. Dianjurkan kepada

keluarga untuk senantiasa memberikan dukungan untuk anggota keluarga pre operatif

sehingga dapat kurangi kecemasan yang dirasakan anggota keluarga pre operatif. 9

Anxiety Levels, 1Quality of Life and Related Socio-Demographic Factors in Patients with

Type 2 Diabetes (Article, O. (2020) Populasi melibatkan 150 2pasien dengan DM yang

datang ke klinik endokrinologi dari Gaziantep University Şahinbey Research and Training

Hospital untuk perawatan rawat jalan antara Maret 2017 dan April 2017 Studi cross-

sectional Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat

kecemasan dan kualitas hidup penderita diabetes melitus dengan faktor sosiodemografi

yang mempengaruhinya Kuesioner sosiodemografi disusun oleh peneliti sesuai dengan

literatur. Terdiri dari 24 pertanyaan tentang 8usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat

pendidikan, jumlah anak, status pekerjaan, jumlah anak pasien, kegiatan waktu luang, dll.

Hasil: Skor rata-rata pasien 12yang diperoleh dari BAI adalah 18 ± 13 dan 51,4 ± 26 dari

EORTC‑ QLQ-C30. Rata-rata indeks massa tubuh pasien adalah 27,03. Ada korelasi negatif

yang signifikan secara statistik antara BAI dan EORTC QLQ ‑ C30 (r: −0.359) dan sub skala

dalam hal fungsi fisik (r: −0.253), fungsi emosional (r: −0.201), fungsi peran (r: - 0,308),

fungsi kognitif (r: −0,309) ( P < 0,05). Ada korelasi positif yang signifikan secara statistik
antara BAI dan subskala gejala EORTC QLQ-C30 dalam hal skor nyeri (r: 0,276), skor

kelelahan (r: 0,305), skor dispnea (r: 0,198), skor insomnia (r: 0,247), skor kehilangan nafsu

makan (r: 0,216) ( P < 0,05). 10 Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Mellitud

Tipe 2 (Isnaini, N. (2018)) penduduk 8yang terletak di daerah kerja Puskesmas I Wangon.

penduduk yang terletak di daerah 14kerja Puskesmas I Wangon Desain penelitian non-

eksperimental, atau juga dapat disebut dengan observasional, menggunakan desain

penelitian cross- sectional. 2Tujuan penelitian ini untuk mengenali aspek resiko Diabetes

Mellitus tipe 2 Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner.. 1Hasil penelitian

ini menunjukkan Aspek resiko yang teruji berpengaruh terhadap peristiwa DM tipe 2 di

Daerah Kerja Puskesmas I Wangon adalah riwayat keluarga DM( OR=10, 938), pola makan

tidak sehat( OR=0, 424), usia≥ 45 tahun( OR=0, 312), IMT kegemukan( OR=0, 297), tingkat

pendidikan rendah( OR=0, 272). Faktor resiko yang tidak 2terbukti berpengaruh terhadap

peristiwa DM tipe 2 di daerah kerja Puskesmas I Wangon adalah pekerjaan, aktivitas fisik,

terpapar asap, serta tekanan darah. 11 7Survei Risiko Penyakit Diabetes Melitus Terhadap

Masyarakat Kota Padang (Yosmar, R., Almasdy, D., & Rahma, F. (2018)) Populasinya yakni

warga Kota Padang berumur 45– 674 tahun yang belum pernah terkena penyakit Diabetes

Melitus sebanyak 348 orang dimana jumlah ini didapatkan dari penentuan jumlah sampel

berdasarkan jumlah populasi menurut Isaac serta Michael dengan taraf kesalahan 5%.

Penelitian ini memakai metode cross sectional survey dengan pengambilan data secara

prospektif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko masyarakat terhadap

penyakit DM di Kota Padang serta untuk mengetahui faktor resiko 7yang berpengaruh

terhadap DM tersebut engunakan kuesioner CANRISK( The Canadian Diabetes Risk

Questionnaire) serta dianalisis dengan menggunakan uji Mann- Whitney dan uji Kruskal-

Wallis dengan tingkat signifikan α<0,05. Hasil penelitian membuktikan jika 57, 7%

responden termasuk kedalam kategori risiko tinggi, 34, 5% resiko sedang, serta 7, 7%

resiko rendah terhadap penyakit DM 3.2 Karakteristik Responden Studi Responden

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM tentang dukungan keluarga mengenai

tingkat kecemasan terhadap pasien. Dalam studi disebutkan 1dukungan keluarga


terhadap tingkat kecemasan dengan mayoritas responden berjumlah ±1000 individu,

responden dalam penilitian rata-rata berusia >18 tahun. Karaktristik gender pada

3dukungan keluarga dalam tingkat kecemasan mayoritas laki-laki. Menurut WHO( 2013)

dukungan keluarga ialah salah satu intervensi buat meningkatkan kepatuhan pada

penderita hipertensi. Sayangnya hasil riset pada tabel 2 menampilkan jika cuma sebagian

kecil responden yang mempunyai dukungan keluarga tinggi (12%), sedangkan lebih dari

sebagian (54%) menunjukkan kepatuhan sedang, malah masih terdapat yang mempunyai

kepatuhan rendah (34%). Menurut Wilson dan Ampey- Thornhill (2001), 4dukungan sosial

yang rendah akan membagikan pemecahan masalah yang sangat tidak memuaskan dalam

keluarga (Fitra.Y, dkk, 2016) Berdasarkan survey pendahulu yang di lakukan oleh tim pada

tanggal 30 september 2017, dalam bentuk 1pendekatan cross sectional di wilayah RSUD

KRMT Wongsonegoro Kota Semarang 96 penderita DM tipe 2. Dukungan keluarga pada

pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki nilai rata-rata 61,52 dengan kategori dukungan

keluarga tinggi sebanyak 70 responden (72,9%) dan kategori dukungan keluarga rendah

sebanyak 26 responden (27,1%). (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) Menurut Yanto et al.,

(2016) Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program

pengobatan penderita diabetes melitus. Perawat yang bertugas membagikan pelayanan

keperawatan kepada penderita wajib lebih banyak melibatkan keluarga dalam memberikan

asuhan keperawatan. Pengembangan kompetensi perawat dalam memberdayakan

keluarga bisa dimulai sejak perawat baru ataupun bisa dilakukan dalam pembimbingan

serta pengembangan staf. Dengan program bimbingan yang baik akan menambah kinerja

perawat serta pada kesimpulannya bakal menambah mutu pelayanan keperawatan yang

dilakukan. 3.3 Dukungan Keluarga Pada pasien Diabetes Melitus 3.3.1 Berdasarkan Jenis

Kelamin Berdasarkan penelitian Penelitian (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) di dapatkan

Dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki nilai rata-rata 61,52

dengan kategori dukungan keluarga tinggi sebanyak 70 responden (72,9%) dan kategori

dukungan keluarga rendah sebanyak 26 responden (27,1%). Skor dukungan keluarga pada

pasien laki-laki cenderung lebih tinggi daripada pasien perempuan. Dari penelitian (Edi
kurniawan H & jek Amidos. P, 2016) mayoritas laki-laki yaitu (56%) lebih tinggi dari pada

perempuan. 3.3.2 Berdasarkan Status Pernikahan Skor dukungan keluarga pada pasien laki-

laki cenderung lebih tinggi daripada pasien perempuan. Skor dukungan keluarga pada

pasien yang sudah menikah cenderung lebih tinggi (97,9%) daripada pasien yang belum

menikah (Yanto, A., & Setyawati, D.,2017). Hal ini bisa berdampak baik untuk penerapan

program pengobatan yang akan dijalani oleh penderita diabetes melitus, terutama pada

kepatuhan menjalani program pengobatan. Salah satu aspek yang mempengaruhi

kepatuhan merupakan sokongan pasangan. Dukungan pasangan, ialah salah satu elemen

yang berarti pada pengidap diabetes melitus, sebab interaksi pertama dan sangat sering

dilakukan orang yakni dengan orang terdekat ialah pasangannya. Serupa dengan hasil

yang sudah didapatkan dalam riset lain yang melaporkan bahwa terdapat ikatan yang

sangat antara dukungan pasangan dengan kepatuhan dalam menempuh proses

penyembuhan pada pengidap diabetes melitus (Pratita, 2012). Dukungan keluarga

terutama dukungan yang didapatkan dari suami atau istri 3penderita DM tipe 2 akan

menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri atau suami penderita

DM tipe 2. Dukungan 13keluarga pada penderita DM tipe 2 dapat menumbuhkan perasaan

tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan penderita DM tipe

2. (Mahmuda L.N, 2016). 3.3.3 Berdasarkan Pendidikan 1Dengan dukungan keluarga yang

baik akan mempengaruhi penerapan program pengobatan diabetes melitus yang dijalani

oleh penderita. Seperti hasil riset lain yang melaporkan kalau dukungan keluarga

berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam menjalani diet diabetes melitus (Senuk

et al., 2013). Dukungan keluarga yang baik akan mendukung penerapan program

pengobatan sehingga akan merendahkan kadar gula darah. Seperti yang diungkapkan oleh

Isworo (2010) kalau aspek yang sangat dominan dalam pengaruhi kadar gula darah

merupakan sokongan keluarga( Isworo dan Saryono, 2010). Adapun Proporsi responden

berdasarkan tingkat pendidikan antara lain SD (18,8%), SLTP (29,2%), SLTA (36,5%),

Diploma (11,5) dan Sarjana (4,2). (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) 3.4 Tingkat Kecemasan

3pada Diabetes Melitus Tingkat kecemasan pengidap diabetes melitus sangat beragam.
Hasil riset membuktikan jika kecemasan pengidap diabetes melitus di daerah kerja UPTD

Puskesmas Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis kebanyakan mengalami

cemas sedang (50,6%). Informasi membuktikan kalau pengidap diabetes melitus sering

mengalami perasaan tidak tenang, mudah marah, mudah tersinggung, tegang, tidak dapat

istirahat dengan nyenyak, sedih, nyeri otot, serta sering merasa lemas. 10Hal ini disebabkan

karena pengidap diabetes melitus merasa takut dengan keadaanya( Surwit et al., 1992).

Pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan sedang sampai panic diakibatkan

oleh minimnya pengetahuan tentang komplikasi yang mengiringi perjalanan penyakitnya.

Sedangkan itu, pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan ringan diakibatkan

karena telah terpapar pengetahuan tentang diabetes melitus. Umumnya pengidap diabetes

melitus yang hadapi kecemasan ringan memiliki riwayat keluarga diabetes melitus serta

telah lama terdiagnosa mengidap diabetes melitus. Beberapa pula ada yang tidak

mengalami kecemasan, perihal tersebut diakibatkan tingkatan pengetahuannya tentang

pencegahan komplikasi diabetes melitus sudah baik (Falco 2015). Dari hasil analisa bivariat

diperoleh nilai chi square ( X2) sebesar 51, 781 serta nilai ρ value sebesar 0, 000. Bersumber

pada hasil analisa informasi diatas hingga disimpulkan kalau ada ikatan yang signifikan

antara tingkatan pengetahuan serta kecemasan pengidap diabetes melitus di daerah kerja

UPTD Puskesmas Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis sebab nilai α > ρvalue

(0,05 > 0,000) serta nilai chi square > ( X2) hitung chi square >( X2) table (51,781>15,507).

Hasil riset ini membuktikan kalau kebanyakan pengidap diabetes melitus berpengetahuan

baik tidak terdapat kecemasan. Hasil penelitian di lapangan 8menunjukkan bahwa

penderita diabetes yang memiliki tingkat kecemasan sedang maupun ringan menjelaskan

bahwa adanya komplikasi diabetes tidak membuat responden memiliki kekhawatiran

terhadap penyakitnya. 2Hal ini dikarenakan responden yang memiliki tingkat kecemasan

sedang maupun ringan mayoritas memiliki komplikasi diabetes berupa gastroparesis atau

gangguan pencernaan yang gejalanya hampir mirip dengan penyakit maag seperti mual

dan muntah, sehingga responden tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi tersebut sebagai

suatu beban karena responden menganggap bahwa gangguan pencernaan tersebut


merupakan penyakit maag yang wajar dan dapat diobati dengan cepat. 2Hal ini sesuai

dengan penelitian dari Tamara, Bayhakki, & Nauli (2014), yang menjelaskan bahwa

penderita diabetes melitus tipe 2 akan mengalami kecemasan atau perasaan khawatir

akibat keterbatasan aktivitas karena komplikasi yang muncul berupa kerusakan mata yang

menyebabkan menurunnya penglihatan, penyakit jantung, stroke, bahkan sampai

menyebabkan gangrene ng dapat berisiko terjadinya amputasi. 8Oleh karena itu, penderita

diabetes yang memiliki komplikasi seperti gastroparesis relatif tenang dan tidak

mengkhawatirkan penyakitnya karena gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan

penyakit maag dan mereka menganggap bahwa komplikasi tersebut merupakan penyakit

maag biasa. (Yulia Mualasari, 2020) Berdasarkan hasil analisis tingkat kecemasan paling

banyak di daerah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda adalah kecemasan ringan

sebanyak 19 (46.3%) orang menelah kalau terdapat juga sebagian memiliki 3penyakit DM

tipe II dengan kecemasan. Berdasarkan infomasi diterima 2penyandang DM tipe II

mengalami perubahan- perubahan dalam hidup,seperti pola makan yang dijaga, latihan

fisik, serta menyimbangkan kandungan gula darah secara teratur. Perubahan dilakuakan

pola hidup yang dilakukan secara tiba- tiba membuat penyandang 3DM tipe II

menunjukkan respon pisikologi seperti marah, merasa tidak berguna, stress kemudian

kecemasan bertambah. Anggapan peneliti dan berdasarkan teori yang terdapat, seseorang

pasien yang menyandang penyakit DM tipe 2 mengalami cemas terhadap segala hal

sebagian besar respondennya mengalami kecemasan lagi. Kecemasan berat mudah mudah

tepengaruh pola piker orang mempunyai koping kurang baik terhadap sesuatu probelem.

Kecemasan membuat kodisi pribadi memburuk atau pun penyakitnya sehingga

menimbulkan penyakit-penyakit baru. 3DM tipe 2. Penderita mengatakan takut terhadap

penyakit yang dideritanya akan terjadinya cedera pada anggota tubuhnya sebab

kecemasan penderita tersebut terbentuknya peningkatan kadar gula darah yang terus

bertambah kerena kecemasan yang berlebihan 1yang dialami oleh pasien. Berdasarkan

hasil analisis pemeriksan kadar gula darah HbA1c di daerah kerja Poliklinik PPK 1

Denkesyah Samarinda menampilkan jika hasil pengecekan kadar gula darah nya normal
sebanyak 0 (0%), penderita yang kadar gula darah masuk dalam katagori prediabetes

sebanyak 12 orang (29.3%) serta pasen yang 3kadar gula darah masuk dalam katagori

diabetes sebanyak 29 orang (70.7%) dikerenakan DM tipe II tidak simbangnya kadar gula

darah pada penyandang DM tipe 2 penyebapnya merupakan karena terjadinya kecemasan

terhadap orang yang selalu bolak balik rumah sakit. 4Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Desy, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara dukungan

sosial keluarga dengan kecemasan terhadap penyakit DM. Berdasarkan penelitian tersebut

diketahui bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial keluarga dengan

kecemasan terhadap penyakit DM. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel dukungan sosial

keluarga mempengaruhi kecemasan terhadap penyakit DM. Hubungan kecemasan yang

didukung dengan dukungan sosial keluarga yang tinggi pada penderita DM, maka

kecemasan akan rendah sehingga proses penyembuhan penyakit DM tipe 2 akan membaik.

Sebaliknya, 1dukungan keluarga yang rendah pada penderita DM tipe 2 akan berdampak

pada kecemasan tinggi. Beberapa penderita DM tipe 2 mengatakan bahwa dukungan

keluarga sangat penting dalam hidupnya dikarenakan merasa dihargai meskipun sakit.

Dukungan keluarga yag tinggi menumbuhkan keyakinan diri 3pada penderita DM tipe 2

untuk memiliki tekad sembuh. Sehingga, penderita DM tipe 2 yang mendapatkan

dukungan sosial keluarga yang tinggi dapat membantu menurunkan kecemasan.

(Mahmuda, L. N., 2016) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. 1Dukungan keluarga pada pasien

diabetes melitus tipe 2 Mayberry dan Osborn, (2012) Keluarga ialah salah satu support

system yang dapat dimanfaatkan dalam pemberian pelayanankeperawatan serta

penatalaksanaan penderita diabetes melitus. Dukungan serta perilaku keluarga yang baik

bisa mempengaruhi kepatuhan penderita diabetes melitus tipe 2 (Yanto, A & Setyawati, D.,

2017). Pelibatan keluarga dalam penerapan asuhan keperawatan sesuai dengan yang sudah

dinformasikan dalam pedoman akreditasi rumah sakit (KARS, 2009). Menurut Taylor,

2(2006) menyatakan bahwa dukungan keluarga ialah dukungan yang diberikan oleh

anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik serta psikologi

pada orang yang pada situasi stress ataupun cemas. 4Hal ini sesuai dengan penelitian
Potter (2005) berarti dengan terdapatnya dukungan keluarga akan membantu penderita

dalam mengalami permasalahan kesehatan yang ada (Yustiani, N. A., 12017) Dukungan

keluarga yang baik bakal menunjang penerapan program pengobatan sehingga akan

merendahkan kadar gula darah. Seperti yang diungkapkan oleh Isworo (2010) kalau aspek

yang sangat dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah merupakan dukungan

keluarga( dan. Begitupula pada program penatalaksanaan diet pasien di rumah. Karena

dukungan keluarga pula bisa merendahkan tingkat stress penderita yang sedang

menderita penyakit( Setyawati, 2013) Riset yang dilakukan oleh Olowookere, et al. 1( 2015)

yang menampilkan kalau penderita 15dengan dukungan keluarga tinggi lebih patuh

dibanding dengan penderita dengan dukungan keluarga rendah. Riset yang dicoba Li, et

al.,( 2015), dengan memberikan paket pengawasan berbasis anggota keluarga selama 1

bulan, setelah itu memberikan pantauan terhadap keluarga tersebut selama 6- 12 bulan,

menunjukkan kalau dukungan keluarga memberikan hasil yang signifikan. (Fitra.Y, dkk,

2016). Hasil riset menampilkan kalau 1skor dukungan keluarga pada penderita yang telah

menikah cenderung lebih besar daripada penderita yang belum menikah. Perihal ini bisa

berakibat baik untuk penerapan program penyembuhan yang hendak dijalani oleh

penderita diabetes melitus, terutama pada kepatuhan menjalani program penyembuhan..

Berdasarkan beberapa artikel yang telah diulas, Dukungan keluarga mempengaruhi

pelaksanaan program pengobatan diabetes mellitus yang dijalani oleh pasien dan dapat

menurunkan tingkat kecemasan oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga memiliki andil yang kuat dalam proses penyembuhan terhadap pasien. 4.2.

Tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus tipe 2 Berdasarkan beberapa artikel yang

telah diulas, hampir dari setengahnya kecemasan yang dimiliki responden masih tinggi.

Pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan sedang hingga panic diakibatkan

oleh minimnya pengetahuan tentang komplikasi yang mengiringi perjalanan penyakitnya.

Selain itu, pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan ringan disebabkan

karena terpapar pengetahuan tentang diabetes melitus. Umumnya pengidap diabetes

melitus yang mengalami kecemasan ringan memiliki riwayat keluarga diabetes melitus dan
sudah lama terdiagnosa mengidap diabetes melitus. Sebagian pula ada yang tidak

mengalami kecemasan, perihal tersebut disebabkan karena tingkat pengetahuannya

tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus telah baik (Facco, 2015). Bagi peneliti

Stonerock, (2015) kecemasan ialah sesuatu perasaan yang sifatnya umum, dimana

seseorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan ataupun kehilangan kepercayaan diri

serta merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap serta berperan secara rasional.

Menurut Shahi & Ali, (2017) sebagian aspek yang bisa menimbulkan stress serta cemas

pada diri seseorang ialah lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian sehingga

mengalami ketergantungan serta membutuhkan dukungan orang lain, berpisah dengan

pasangan serta 10keluarga, masalah biaya, kurang informasi, ancaman penyakit yang lebih

parah serta masalah pengobatan. (Setiawan. H & Suhada, 2018). Kecemasan pada

pengidap 3diabetes melitus tipe 2 apabila tidak ditangani secara baik bisa menimbulkan

masalah tertentu yang akan semakin menyulitkan pengelolaan penyakit diabetes melitus

tipe 2. Apabila seseorang terdiagnosa diabetes, dapat menimbulkan beban psikologi

16jangka panjang atas dirinya serta keluarganya. Peranan psikologi yang kurang baik dapat

menimbulkan penderitaan, sehingga menyulitkan proses penatalaksanaan pengidap

1diabetes melitus tipe 2 (Mahmuda et al., 2016). Pada pengidap diabetes melitus

peningkatan indeks massa tubuh ialah factor resiko terjadinya kecemasan, Sonmez Serta

Kasim menentukan jika dengan bertambahnya berat badan pada penderita, tingkatan

kecemasan bertambah kualitas hidup mereka menyusut. Tingkat kecemasan 2lebih tinggi

pada pasien dengan obesitas dan ini bisa jadi disebabkan oleh pengaruh Psikososial dari

obesitas itu sendiri. Terdapatnya gejala kecemasan 16pada penderita DM dapat

menimbulkan kemunduran kepatuhan pengobatan serta respon pengobatan yang tidak

memadai, sehingga menyebabkan lebih banyak komplikasi yang dapat menyebabkan

penurunan kualitas hidup penderita. Grigsby dkk. menemukan jika 14% penderita

mempunyai kendala kecemasan umum serta 40% penderita mempunyai gejala kecemasan

tinggi sebagai hasil tinjauan sistematis dari 18 riset dengan 4076 penderita DM.( Article, O.,

2020). Pada pengidap DM tipe 2 juga yang mengalami kecemasan karena memikirkan
tentang penyakitnya serta memiliki kontrol gula darah yang stabil ataupun kurang baik dan

penderita mengatakan selalu takut memikirkan tentang penyakitnya dan sering bimbang

kapan saya akan sembuh karena kecemasan ini mengakibatkan meningkatnya 3kadar gula

darah penderita serta bisa menmicu beberapa penyakit nefropati diabetik, neuropati

diabetik, stroke, resiko jantung, hipertensi bahkan kematian muncul. Perihal ini sama

dengan penelah sebelumnya jika kecemasan ialah hal yang tidak mudah untuk dialami oleh

2penyandang DM tipe II dengan kadar gula darah sangat tidak setabil. Individu diabetes

yang merasakan kecemasan mepunyai kontrol gula darah yang kurang baik serta

memunculkan gejala- gejala penyakit. 2Kadar gula darah bertambah bisa menyebabkan

sebagian penyakit nefropati diabetik, neuropati diabetik, stroke, efek jantung, hipertensi

apalagi kematian inilah yang wajib diwaspadai pada individu yang menyandang DM tipe

II. (Andrean & Muflihatin, 2020). Kecemasan 3penderita DM tipe 2 ini ialah sesuatu

permasalahan yang sangat kompleks dimana dipengaruhi berbagai faktor dalam

kehidupannya. Setiap pengidap DM biasanya mengalami rasa cemas terhadap setiap hal

yang berhubungan dengan penyakitnya, misal cemas terhadap kadar glukosa darah yang

tinggi ataupun cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya. Pengidap DM

memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi yang berkaitan dengan treatment

yang harus dijalani dan terjadi komplikasi serius serta harus menjalani diet atau pengaturan

makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi obat dan juga berolahraga. Selain itu,

risiko komplikasi. (Mahmuda N.L, 2016) Berdasarkan kesimpulan diatas kecemasan

merupakan masalah 3yang sangat kompleks yang dapat mengalami rasa cemas terhadap

setiap hal yang berhubungan dengan penyakitnya, misal cemas terhadap kadar glukosa

darah yang tinggi atau 19cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya. Jika

seseorang 5yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri

dan merasa lemah bisa saja tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara

rasional sehingga dapat menyebabkan kemunduran kepatuhan pengobatan dan respon

pengobatan. 4.3. 1Dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada penderita

diabetes melitus tipe 2 Menurut hasil analisis, dikenal bahwa dukungan keluarga
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pengidap DM tipe 2.

9Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dicoba oleh Desy, menunjukkan jika ada

ikatan yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kecemasan terhadap

penyakit DM. Berdasarkan penelitian tersebut dikenal kalau terdapat ikatan negatif 4antara

dukungan sosial keluarga dengan kecemasan terhadap penyakit DM. Perihal ini

mengindikasikan jika variabel dukungan sosial keluarga mempengaruhi kecemasan

terhadap penyakit DM. (Mahmuda L. N, 2016) Menurut Wilson dan Ampey- Thornhill,

(2001) dukungan keluarga ialah bantuan ataupun pertolongan yang diberikan oleh

anggota keluarga. Pada saat keluarga berbagi permasalahannya dengan sistem dukungan

sosial maka saran dan bimbingan akan diberikan kepada klien. Menciptakan lingkungan

yang penuh kasih sayang, mengarahkan dan menciptakan sumber perawatan serta

memberikan dorongan finansial yakni bentuk umum 4dari dukungan keluarga. (Fitra. Y, dkk,

2016) Menurut Trismiati (2004), dalam Purba, (2012) Kecemasan ialah sesuatu reaksi

psikologis ataupun fisiologis 3individu terhadap suatu kondisi yang tidak menyenangkan,

ataupun reaksi atas suasana yang dikira mengecam. (Edi kurniawan H & Amidos. P, 2016)

Berdasarkan kesimpulan diatas 1bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam

penurunan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus, karena beberapa artikel

yang diulas banyak hasil yang mengemukakan bahwa dukungan keluarga sangat memiliki

pengaruh 3secara signifikan terhadap tingkat kecemasan dalam beberapa factor yang

mempengaruhi yaitu usia, jenis kelamin, status pernikahan , pekerjaan, pendidikan,

hubungan social dan ekonomi. BAB PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dukungan keluarga

berpengaruh terhadap tingkat 9tingkat kecemasan pada diabetes melitus tipe 2. Dukungan

keluarga mampu meringankan tingkat kecemasan bagi 3penderita diabetes melitus tipe 2

dikarenakan dukungan keluarga diberikan dalam bentuk emosional, instrumental,

penghargaan dan informasi yang mampu memberikan rasa nyaman dan dapat

meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani pengobatan dan perawatan diri 8yang akan

mempengaruhi kesehatan pasien diabetes mellitus tipe 2 menjadi lebih baik. 5.2 Conflic of

interest Rangkuman menyeluruh atau literature riview ini adalah penulisan yang dilakukan
secara mandiri sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.
Sources
https://www.researchgate.net/publication/322699317_Dukungan_Keluarga_Pada_Pasien_Diabetes_Mellitus_Tipe_2_Di_
1 Kota_Semarang
INTERNET
11%
https://id.scribd.com/doc/257607165/diabetes-pdf
2 INTERNET
3%
https://wwwroslianasafitri.blogspot.com/2012/03/tingkat-kepatuhan-penderita-dm-tipe-ii.html
3 INTERNET
3%
https://123dok.com/document/7q06lv9q-hubungan-dukungan-keluarga-kualitas-kronis-menjalani-terapi-
4 hemodialisa.html
INTERNET
2%
https://www.researchgate.net/publication/327844226_Hubungan_Tingkat_Pengetahuan_dengan_Kecemasan_Penderit
5 a_Diabetes_Mellitus
INTERNET
1%
http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/download/261/145
6 INTERNET
1%
https://www.mendeley.com/catalogue/480e5c08-3a1f-34d4-b1ea-318d0256f54d/
7 INTERNET
1%
https://text-id.123dok.com/document/7q0en09y-gambaran-mekanisme-koping-stress-pada-pasien-diabetes-
8 mellitus-di-wilayah-kerja-puskesmas-sambit-ponorogo-jawa-timur.html
INTERNET
1%
https://123dok.com/document/q267872z-hubungan-stres-kualitas-hidup-penderita-diabetes-mellitus-tipe.html
9 INTERNET
<1%

1 http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/142/139
INTERNET
0 <1%

1 http://repository.unimus.ac.id/4007/3/BAB%20II%20METODE%20REVIEW.pdf
INTERNET
1 <1%

1 https://123dok.com/document/qvjllw1q-pengaruh-spiritual-emotional-freedom-technique-menurunkan-kecemasan-
berbicara.html

2 INTERNET
<1%

1 https://123dok.com/document/qmkrl88z-tingkat-kecemasan-beban-keluarga-penderita-diabetes-melitus.html
INTERNET

3 <1%
1 https://www.researchgate.net/publication/327725771_Faktor_risiko_mempengaruhi_kejadian_Diabetes_mellitus_tipe_
dua

4 INTERNET
<1%

1 http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/471/567
INTERNET
5 <1%

1 https://123dok.com/document/oy8g605z-sindroma-depresif-penderita-diabetes-mellitus-malik-medan-tahun.html
INTERNET
6 <1%

1 http://lib.unnes.ac.id/39746/1/6411415001_Optimized.pdf
INTERNET
7 <1%

1 https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/download/206/240
INTERNET
8 <1%

1 https://core.ac.uk/download/pdf/148578504.pdf
INTERNET
9 <1%

Anda mungkin juga menyukai