Originality Assessment
Associatian (ADA) melaporkan jika setiap 21 detik terdapat satu orang yang terserang
diabetes. Predikasi Sepuluh tahun yang lalu jika jumlah diabetes akan mencapai 350 juta
pada tahun 2025, Nyatanya sudah jauh terlampaui. Lebih dari separuh populasi di dunia
yang mengidap penyakit diabetes terletak di asia, paling utama di Cina, Pakistan, Indonesia
serta India. Sedangkan itu suatu riset yang di coba di ibukota Saudi Arabia tahun 2012
Memberi tahu sebanyak 53% penduduknya memiliki tinggi terhadap penyakit diabetes
melitus. (Yosmar dkk, 2018). Angka peristiwa Diabetes Melitus (DM) di dunia dari tahun ke
tahun terus bertambah, informasi terakhir dari World Health Organization (WHO)
menunjukan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia mengidap DM serta
angka ini menjadi 2 kali lipat pada tahun 2025 (Yanto, A., & Setyawati, D. 2017). Kenaikan
angka pengidap penyakit ini akan terjadi di Negara berkembang sebab perkembangan
populasi, penuaan, diet tidak sehat, kegemukan, serta kekurangan aktifitas fisik. Di
persitiwa DM sebesar 6,9% pada penduduk umur ≥ 15 tahun. Prevelensi diabetes melitus di
Indonesia bersumber ada Riskinder 2007, 2013 serta 2018 sering mengalami peningkatan
adalah 5,7 % melonjak menjadi 6,9% serta meningkat kembali 10,9% (Yulia Mualasari,
2020). Menurut (Perkeni, 2013) Diabetes adalah penyakit yang membutuhkan pengobatan
serta perawatan untuk waktu 2yang cukup lama serta bias menimbulkan kebosanan,
kejenuhan, kecemasan apalagi frustasi pada penderita. Oleh karena itu, dibutuhkan
motivasi baik internal ataupun eksternal bagi penderita untuk menempuh seluruh proses
al, 2013) mempunyai tingkat kecemasan 20% lebih besar dibanding dengan yang tidak
mengidap DM. Hasil Tingkat Kecemasan pasien di daerah Poliklinik PPK 1 Denkesyah
Samarinda adalah cemas ringan memiliki 19 individu (46,3%), cemas sedang sebanyak 17
klien (41.5%) dan cemas berat sebanyak 5 individu (12.2%). (Andrean, dkk, 2020). Diabetes
Melitus dikarenakan oleh polimorfisme bermacam ragam gen yang ada pada macam
pancreas, gen GLTU2 (Glukose transporter 2) pada kromosom 3 yang berfungsi dalam
proses pengambilan glukosa selβ pada pancreas serta gen LPL (Lipo Protein Lipase) pada
kromosom 8 yang berfungsi dalam proses pengeluaran insulin (Setiawan. H dkk, 2018).
Penyakit diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang sulit untuk di pulihkan. Perihal inilah
yang mengakibatkan beberapa pengidap mengalami sekian banyak reaksi psikologis yang
negatif diantaranya merupakan marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang bertambah
serta tekanan mental. Konflik psikologi semacam kecemasan, tekanan mental serta banyak
pikiran bias berdampak memburuknya kondisi kesehatan ataupun penyakit yang di alami
individu. Individu yang mengalami kecemasan serta tekanan mental dari pada orang yang
tidak mengidap diabetes. Menurut kutipan Kodakandla, Maddela, Pasha, & Vallepalli,
(2016) Pengidap diabetes 2tipe 2 yang mengalami kecemasan bisa menimbulkan kadar
glukosa darah yang tidak normal ataupun mengalami glikemia. Apabila kadar glukosa
darah pada penderita diabete melitus tipe 2 tidak normal secara terus menerus hingga
penyakit ginjal, serta amputasi (Yulia Mualasari, 2020) Menurut Stonerock (2015).
Kecemasan ialah sesuatu 12perasaan yang sifatnya umum, dimana seorang yang
mengalami khawatir, merasa ketakutan maupun kehilangan keyakinan diri serta merasa
lemah sehingga tidak sanggup untuk bersikap serta berperan secara rasional. Menurut
Derek, Rottie, & Kallo (2017). Munculnya kecemasan dimulai dari adanya 2respon stress
yang berlangsung secara terus menerus. Reaksi awal reaksi stress adalah sekresi system
jantung. Keadaan ini menimbulkan glukosa darah bertambah. Hal ini berkaitan dengan
khan et al.,(2019) Diagnosis serta pengelolaan kecemasan serta tekanan mental pada
pengidap diabetes melitus tipe 2 sangat penting dilakukan untuk memastikan mutu hidup
serta harapan hidup lebih besar. Berdasarkan tingkat kecemasan di daerah Puskesmas
Bonang II Demak pada Juli 2019, mayoritas responden memiliki tingkat kecemasan ringan
sebanyak 43 (51,8%). (Yulia Mualasari, 2020). Kecemasan pada pengidap diabetes melitus
tipe 2 ini apabila tidak ditangani secara baik akan memunculkan permasalahaan tertentu
yang akan menyulitkan dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus tipe 2. Apabila
seseorang terdiagnosa diabetes dapat menimbulkan beban psikologis dalam waktu yang
lama atas dirinya dan keluarganya. Peranan psikologis yang tidak baik bisa menimbulkan
penderitaan, bisa secara serius mempengaruhi swa-management diabetes setiap hari serta
dihubungkan dengan hasil medis yang tidak baik dan pengeluaran yang besar sehingga
Menurut Wiyono & Hakim (2017). Dalam mencapai pelayanan kesehatan yang maksimal
2di rumah sakit, paling utama pada pengidap diabetes melitus tipe 2 sehingga dibutuhkan
pelayanan keperawatan yang memuaskan serta sesuai kebutuhan penderita. Salah satu
support system yang pas dapat mengurangi tingkatan stress penderita serta berdampak
pada pemulihan keadaan penderita. (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017). Menurut Mayberry &
Osborn, (2012) Keluarga adalah salah satu support system yang bias di manfaatkan dalam
ataupun pertolongan yang diberikan oleh anggota keluarga. Pada saat keluarga berbagi
bakal diberikan kepada klien. Menurut Osamor (2015) Menciptakan kawasan yang penuh
dukungan finansial ialah wujud umum dari dukungan keluarga (Fitra.Y dkk, 2016).
Dorongan serta perilaku keluarga yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan penderita
diabetes melitus tipe 2 dalam penyembuhan. Menurut KARS, (2009) Pelibatan keluarga
dalam penerapan asuhan keperawatan sesuai dengan yang sudah di informasikan dalam
pedoman akreditasi rumah sakit. (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017). 3Oleh karena itu perlu
ini : “Bagaimana dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada penderita DM tipe 2
? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari studi literature ini adalah
Rangkuman yang di lakukan secara menyeluruh dalam bentuk literature riview mengenai
1dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pada diabetes melitus tipe 2. Protocol
dan evaluasi dari literarure riview menggunakan PRISMA checklist. 2.1.2 Database
berdasarkan tema tertentu. Pencarian literature yang dilakukan di mulai pada bulan Maret-
Mei 2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11data sekunder yang di
peroleh bukan dari pengamatan langsung akan tetapi di diperoleh dari hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Pencarian literature dalam literature riview ini
menggunakan beberapa database rendah-tinggi yaitu Google Scholar, Pubmed, dan sinta
2.1.3 Kata Kunci Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan bolean operator
(AND, ORNOT, or ANDNOT) yang digunakan agar pencarian menjadi lebih spesifik. Table
2.1 Kata Kunci Studi Literatur. Dukugan keluarga Tingkat kecemasan 2Diabetes mellitus
tipe 2 Family support OR Anexiety levels OR Type 2 diabetes mellitus OR Familys support
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Table 2.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi Ekslusi
population Penderita diabetes tipe 2 Bukan penderita diabetes tipe 2 Intervention Tingkat
keluarga terhadap tingkat kecemasan Study Design and publication type Studi Cross
Languange Indonesia, Inggris Selain bahasa Indonesia dan bahasa inggris 2.3 Seleksi Studi
dan Penelitian Kualitas 2.3.1 Hasil Pencarian dan Seleksi Studi Berdasarkan hasil pencarian
literature melalui publikasi tiga database dan menggunakan kata kunci yang telah
disesuaikan dengan MeSH (Medical Subject Headings), peneliti menemukan sekitar 46.601
artikel yang terkait dengan tema yang telah ditentukan. Di temukan terdapat 32.110 judul
artikel yang sama Sehingga menyisahkan 14.491. Peneliti kemudian melakukan skrining
berdasarkan judul (n= 14.491), abstrak (n=20), dan teks lengkap (n=11) yang telah
disesuaikan dengan tema pada penelitian studi literature. Hasil seleksi studi dapat
Literature Riview Berdasrkan PRISMa 2019 (Polit and Beck, 2013) 2.3.2 Analisis Kualitas
Penelusuran studi yang dilakukan, terdapat 11 studi yang mencapai skor >50%. Pada
penulisan studi literature ini, penulis mengambil jurnal-jurnal dari google schoolar, sinta,
dan Pubmed. Pada awal artikel yang di kumpulkan berjumlah 46.601 dengan
menggunakan keyword “dukungan keluarga, tingkat kecemasan, diabetes militus tipe 2”.
Setelah dilakukan identifikasi yang relevan dengan judul hanya 11 artikel yang dibaca
memiliki kualitas baik karena lebih lengkap metode penelitiannya 12yang terdiri dari jurnal
nasional dan jurnal internasional. BAB 3 HASIL DAN ANALISIS 3.1. Karakteristik Studi
Sebelas artikel memenuhi kriteria inklusi terbagi menjadi 3 sub pembahasan berdasarkan
topic literature riview yaitu factor yang berkaitan dengan Dukungan Keluarga (4 studi),
Kecemasan (5 studi) dan Diabetes Melitus (2 studi). Factor yang berkontribusi dalam studi
diikuti correlational dan kuantitatif jumlah rata-rata peserta ±1000. Secara keseluruhan
tingkat kecemasan dapat membantu salah satu penanganan DM agar penderita lebih
melitus penderita. Table 3.1 Hasil Pencarian studi berdasarkan Database Penelitian Sember
terhadap tingkat kecemasan sebagian besar cross-sectional, dan diikuti correlational dan
kuantitatif jumlah rata-rata peserta ±1000. Secara keseluruhan setiap penelitian membahas
tentang dukungan keluarga pasien diabetes terkait tentang tingkat kecemasan. Empat
studi tentang dukungan keluarga terhadap 3pasien diabetes melitus diantara orang-orang
adalah jenis kelamin, status pernikahan, Pendidikan. Untuk tingkat kecemasan itu sendiri,
lima studi menemukan 2jenis kelamin, usia ,status pernikahan , pekerjaan, pendidikan,
hubungan social dan ekonomi. Table 3.2 Hasil Pencarian Literature No Judul/Peneliti
dengan Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus (Setiawan, H., Suhanda, Sopatilah, E.,
Rahmat, G., Wijaya, D. D., & Ariyanto, H. 2018) Populasi dalam penelitian ini merupakan
seluruh pengidap diabetes mellitus di daerah kerja UPTD Puskesmas Banjarsari Kecamatan
Banjarsari Kabupaten Ciamis sebanyak 333 orang. 2Jumlah sampel yang ikut serta dalam
sampling Penelitian ini bertujuan untuk mengenali hubungan tingkat pengetahuan serta
mengenali tingkat pengetahuan serta HARS( Hamilton Anxiety Rating Scale) untuk
mengetahui tingkat kecemasan Dari populasi penelitian sebanyak 333 orang, serta
keseluruhan sampel bersumber pada rumus di atas yang memenuhi kriteria inklusi yakni 77
51, 90% serta hadapi cemas sedang sebanyak 50, 60% 2 Dukungan Keluarga Memengaruhi
Kepatuhan Pasien Hipertensi (Fitra. Y, Miftahul. H, & Dachriyanus 2016) Jumlah responden
yakni 59 orang yang memenuhi kriteria sampel yang sudah didetetapkan Desain penelitian
ialah bentuk rancangan yang hendak digunakan dalam melaksanakan prosedur penelitian.
Penelitian ini ialah penelitiankuantitatif, 2dalam penelitian yang hendak dilakukan peneliti
menggunakan rancangan deskriptif- korelatif dengan tata cara penelitian cross- sectional.
Penelitian ini bertujuan untuk meyakinkan seberapa besar ikatan dukungan keluarga
dengan kepatuhan pada penderita hipertensi Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini dalam bentuk kuesioner kepada responden dengan memakai skala likert. Untuk
kuesioner, responden dimohon untuk berikan tanda(√) 2pada kolom yang didetetapkan.
memperoleh dukungan keluarga dengan kategori sedang serta 59% responden memiliki
kepatuhan dengan kategori sedang. Hasil uji statistik didapatkan nilai( r)=0, 786. 3
1Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Semarang (Yanto, A., &
Setyawati, D. (2017)). Populasi dalam penelitian ini merupakan penderita diabetes mellitus
tipe 2 di kota semarang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 penderita diabetes
mellitus tipe 2 di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Penelitian ini ialah penelitian
kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat dukungan keluarga
pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali
bagaimana dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di kota semarang
Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 Dukungan keluarga pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di kota Semarang lebih didominasi oleh kategori baik ataupun dukungan
keluarga tinggi yakni sebesar 72, 9% dari total responden. Dukungan keluarga pada
penderita yang telah menikah cenderung lebih tinggi daripada penderita yang belum
penyembuhan diabetes mellitus yang dijalani oleh pasien 4 Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (Yulia Mualasari, 2020) seluruh penderita diabetes
melitus tipe 2 yang berobat serta tercatat di buku register rawat jalan di Puskesmas Bonang
II Demak tahun 2018 yang diseleksi memakai metode simple random sampling Penelitian
ini memakai tipe penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross
sectional. 1Penelitian ini bertujuan untuk mengenali aspek yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pada pengidap diabetes melitus tipe 2. Proses input dan analisis data
memakai aplikasi SPSS dengan tahapan editing, koding, skoring, tabulasi, entri data, serta
analisis data. Hasil penelitian menampilkan ikatan 4antara dukungan keluarga( p=0, 000),
penerimaan diri( p penerimaan diri rendah=0, 001 serta p penerimaan diri sedang=0, 005),
tingkat spiritualitas( p=0, 008), serta aktifitas fisik( p aktifitas fisik ringan=0, 001 serta p
aktifitas fisik sedang=0, 013) 17dengan tingkat kecemasan pada pengidap diabetes melitus
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama (Mahmuda L.N, 2016) Populasi
dalam penelitian ini merupakan seluruh penderita yang datang serta menerapkan
pengobatan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Nusantara Medika Utama serta
Penelitian ini ialah jenis penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat
pengumpulan data memakai kuesioner Baecke Phisical Activity Scale untuk mengukur
aktivitas fisik yang terdiri dari 3 komponen, yakni indeks pekerjaan, indeks berolahraga
serta indeks waktu luang, kuesioner Henserling Diabetes Family Support Scale( HDFSS)
4untuk mengukur dukungan keluarga yang terdiri dari 29 pertanyaan, kuesioner Zung Self-
Rating Anxiety Scale( SAS/ SRAS) untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari 20
pertanyaan.. Hasil penelitian ini menampilkan kalau ada ikatan yang signifikan antara lama
menderita( p=0, 05), komplikasi( p=0, 003), aktifitas fisik( p=0, 00), serta dukungan
keluarga( p=0, 00) dengan tingkat kecemasan. Sehingga dari itu diharapkan penderita DM
lebih semangat dalam menjalani hidup sehat agar tidak 1mengalami kecemasan yang
berlebih terutama pada penderita yang sudah mengalami komplikasi dengan cara lebih
sering menerapkan aktivitas fisik serta memperoleh dukungan dari keluarga. 6 Hubungan
Antara Tingkat Kecemasan 3Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di
Poliklinik PP\K 1 Denkesyah (Andrean, M. Novi, & Muflihatin, S. K.,) Populasi pengujian ini
variabel. bertujuan untuk menjelaskan hubungan korelatif antar variabel. Pengkajian ini
berbentuk Cross Sectional, dimana pengkajian ini hanya menggunakan satu waktu untuk
mengukur atau mengobservasi informasi variabel independen dan dependen cuma dalam
satu kali 2pada waktu yang telah ditentukan instrument berupa kuisioner yaitu kuisioner
HARS serta menggunakan SPSS statistic 24 untuk membantu perhitungan dengan rumus
wilayah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda berdasarkan umur terbanyak yaitu
berumur 46-55 Tahun sebanyak 18 orang (43.9%), berdasarkan tingkat pendidikan pasen
terbanyak yaitu SMA sebanyak 17 orang (41.5%) dan berdasarkan pekerjaan PNS/TNI/Polri
sebanyak 17 orang (41.5%). Tingkat Kecemasan pasen di wilayah kerja Poliklinik PPK 1
Denkesyah Samarinda adalah cemas ringan memiliki 19 individu (46,3%), cemas sedang
sebanyak 17 orang (41.5%) dan cemas berat memiliki 5 individu (12.2%). Status
pemeriksaan HbA1c 1di wilayah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda di dapatkan
hasil HbA1c perdiabetes memiliki 12 individu (29,3%) dan hasil HbA1c diabetes sebanyak
29 orang (70,7%). Hasil penelaah melakukan uji Mann-whitney disimpulkan nilai p value
Mengalami diabetes Mellitus(Yustiani Nur Afifah, Cucu Rokayah, Erlina Fazriana 2017)
Populasi dalam penelitian ini merupakan lansia yang mengalami diabetes melitus di
kelurahan Babakansari Daerah Kerja Puskesmas Babakansari Kota Bandung pada bulan Mei
2019 dengan jumlah 87 lansia. 1Penelitian ini menggunakan prosedur kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. 4Penelitian ini bertujuan untuk mengenali apakah ada ikatan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami diabtes
dilakukan dengan cara membagikan kuesioner. Hasil penelitian menampilkan lansia yang
memiliki dukungan keluarga cukup sebanyak 37 responden( 42, 5%), serta yang mengalami
kecemasan sedang sebanyak 28 responden( 32, 2%). Terdapat ikatan 4yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami diabetes
Operatif di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan (Edi kurniawan H & jek Amidos. P
2016) Populasi yang digunakan ialah seluruh penderita pre operatif mayor di Rumah
Umum Sakit Sari Mutiara Medan.. Desain 1dalam penelitian ini merupakan analitik
corelational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali
hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan penderita pre operatif di RSU Sari
Mutiara Medan Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni purposive sampling
Hasil penelitian dengan uji statistik Rank spearman menampilkan jika terdapat ikatan 4yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan penderita pre operatif di RSU Sari
Mutiara Medan dengan nilai p value= 0. 011 serta nilai r=- 0. 417. Dianjurkan kepada
keluarga untuk senantiasa memberikan dukungan untuk anggota keluarga pre operatif
sehingga dapat kurangi kecemasan yang dirasakan anggota keluarga pre operatif. 9
Anxiety Levels, 1Quality of Life and Related Socio-Demographic Factors in Patients with
Type 2 Diabetes (Article, O. (2020) Populasi melibatkan 150 2pasien dengan DM yang
datang ke klinik endokrinologi dari Gaziantep University Şahinbey Research and Training
Hospital untuk perawatan rawat jalan antara Maret 2017 dan April 2017 Studi cross-
sectional Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kecemasan dan kualitas hidup penderita diabetes melitus dengan faktor sosiodemografi
literatur. Terdiri dari 24 pertanyaan tentang 8usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, jumlah anak, status pekerjaan, jumlah anak pasien, kegiatan waktu luang, dll.
Hasil: Skor rata-rata pasien 12yang diperoleh dari BAI adalah 18 ± 13 dan 51,4 ± 26 dari
EORTC‑ QLQ-C30. Rata-rata indeks massa tubuh pasien adalah 27,03. Ada korelasi negatif
yang signifikan secara statistik antara BAI dan EORTC QLQ ‑ C30 (r: −0.359) dan sub skala
dalam hal fungsi fisik (r: −0.253), fungsi emosional (r: −0.201), fungsi peran (r: - 0,308),
fungsi kognitif (r: −0,309) ( P < 0,05). Ada korelasi positif yang signifikan secara statistik
antara BAI dan subskala gejala EORTC QLQ-C30 dalam hal skor nyeri (r: 0,276), skor
kelelahan (r: 0,305), skor dispnea (r: 0,198), skor insomnia (r: 0,247), skor kehilangan nafsu
makan (r: 0,216) ( P < 0,05). 10 Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Mellitud
Tipe 2 (Isnaini, N. (2018)) penduduk 8yang terletak di daerah kerja Puskesmas I Wangon.
penduduk yang terletak di daerah 14kerja Puskesmas I Wangon Desain penelitian non-
penelitian cross- sectional. 2Tujuan penelitian ini untuk mengenali aspek resiko Diabetes
Mellitus tipe 2 Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner.. 1Hasil penelitian
ini menunjukkan Aspek resiko yang teruji berpengaruh terhadap peristiwa DM tipe 2 di
Daerah Kerja Puskesmas I Wangon adalah riwayat keluarga DM( OR=10, 938), pola makan
tidak sehat( OR=0, 424), usia≥ 45 tahun( OR=0, 312), IMT kegemukan( OR=0, 297), tingkat
pendidikan rendah( OR=0, 272). Faktor resiko yang tidak 2terbukti berpengaruh terhadap
peristiwa DM tipe 2 di daerah kerja Puskesmas I Wangon adalah pekerjaan, aktivitas fisik,
terpapar asap, serta tekanan darah. 11 7Survei Risiko Penyakit Diabetes Melitus Terhadap
Masyarakat Kota Padang (Yosmar, R., Almasdy, D., & Rahma, F. (2018)) Populasinya yakni
warga Kota Padang berumur 45– 674 tahun yang belum pernah terkena penyakit Diabetes
Melitus sebanyak 348 orang dimana jumlah ini didapatkan dari penentuan jumlah sampel
berdasarkan jumlah populasi menurut Isaac serta Michael dengan taraf kesalahan 5%.
Penelitian ini memakai metode cross sectional survey dengan pengambilan data secara
prospektif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko masyarakat terhadap
penyakit DM di Kota Padang serta untuk mengetahui faktor resiko 7yang berpengaruh
Questionnaire) serta dianalisis dengan menggunakan uji Mann- Whitney dan uji Kruskal-
Wallis dengan tingkat signifikan α<0,05. Hasil penelitian membuktikan jika 57, 7%
responden termasuk kedalam kategori risiko tinggi, 34, 5% resiko sedang, serta 7, 7%
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM tentang dukungan keluarga mengenai
responden dalam penilitian rata-rata berusia >18 tahun. Karaktristik gender pada
3dukungan keluarga dalam tingkat kecemasan mayoritas laki-laki. Menurut WHO( 2013)
dukungan keluarga ialah salah satu intervensi buat meningkatkan kepatuhan pada
penderita hipertensi. Sayangnya hasil riset pada tabel 2 menampilkan jika cuma sebagian
kecil responden yang mempunyai dukungan keluarga tinggi (12%), sedangkan lebih dari
sebagian (54%) menunjukkan kepatuhan sedang, malah masih terdapat yang mempunyai
kepatuhan rendah (34%). Menurut Wilson dan Ampey- Thornhill (2001), 4dukungan sosial
yang rendah akan membagikan pemecahan masalah yang sangat tidak memuaskan dalam
keluarga (Fitra.Y, dkk, 2016) Berdasarkan survey pendahulu yang di lakukan oleh tim pada
tanggal 30 september 2017, dalam bentuk 1pendekatan cross sectional di wilayah RSUD
pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki nilai rata-rata 61,52 dengan kategori dukungan
keluarga tinggi sebanyak 70 responden (72,9%) dan kategori dukungan keluarga rendah
sebanyak 26 responden (27,1%). (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) Menurut Yanto et al.,
keperawatan kepada penderita wajib lebih banyak melibatkan keluarga dalam memberikan
keluarga bisa dimulai sejak perawat baru ataupun bisa dilakukan dalam pembimbingan
serta pengembangan staf. Dengan program bimbingan yang baik akan menambah kinerja
perawat serta pada kesimpulannya bakal menambah mutu pelayanan keperawatan yang
dilakukan. 3.3 Dukungan Keluarga Pada pasien Diabetes Melitus 3.3.1 Berdasarkan Jenis
Kelamin Berdasarkan penelitian Penelitian (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) di dapatkan
Dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki nilai rata-rata 61,52
dengan kategori dukungan keluarga tinggi sebanyak 70 responden (72,9%) dan kategori
dukungan keluarga rendah sebanyak 26 responden (27,1%). Skor dukungan keluarga pada
pasien laki-laki cenderung lebih tinggi daripada pasien perempuan. Dari penelitian (Edi
kurniawan H & jek Amidos. P, 2016) mayoritas laki-laki yaitu (56%) lebih tinggi dari pada
perempuan. 3.3.2 Berdasarkan Status Pernikahan Skor dukungan keluarga pada pasien laki-
laki cenderung lebih tinggi daripada pasien perempuan. Skor dukungan keluarga pada
pasien yang sudah menikah cenderung lebih tinggi (97,9%) daripada pasien yang belum
menikah (Yanto, A., & Setyawati, D.,2017). Hal ini bisa berdampak baik untuk penerapan
program pengobatan yang akan dijalani oleh penderita diabetes melitus, terutama pada
kepatuhan merupakan sokongan pasangan. Dukungan pasangan, ialah salah satu elemen
yang berarti pada pengidap diabetes melitus, sebab interaksi pertama dan sangat sering
dilakukan orang yakni dengan orang terdekat ialah pasangannya. Serupa dengan hasil
yang sudah didapatkan dalam riset lain yang melaporkan bahwa terdapat ikatan yang
terutama dukungan yang didapatkan dari suami atau istri 3penderita DM tipe 2 akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri atau suami penderita
tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan penderita DM tipe
2. (Mahmuda L.N, 2016). 3.3.3 Berdasarkan Pendidikan 1Dengan dukungan keluarga yang
baik akan mempengaruhi penerapan program pengobatan diabetes melitus yang dijalani
oleh penderita. Seperti hasil riset lain yang melaporkan kalau dukungan keluarga
berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam menjalani diet diabetes melitus (Senuk
et al., 2013). Dukungan keluarga yang baik akan mendukung penerapan program
pengobatan sehingga akan merendahkan kadar gula darah. Seperti yang diungkapkan oleh
Isworo (2010) kalau aspek yang sangat dominan dalam pengaruhi kadar gula darah
merupakan sokongan keluarga( Isworo dan Saryono, 2010). Adapun Proporsi responden
berdasarkan tingkat pendidikan antara lain SD (18,8%), SLTP (29,2%), SLTA (36,5%),
Diploma (11,5) dan Sarjana (4,2). (Yanto, A., & Setyawati, D., 2017) 3.4 Tingkat Kecemasan
3pada Diabetes Melitus Tingkat kecemasan pengidap diabetes melitus sangat beragam.
Hasil riset membuktikan jika kecemasan pengidap diabetes melitus di daerah kerja UPTD
cemas sedang (50,6%). Informasi membuktikan kalau pengidap diabetes melitus sering
mengalami perasaan tidak tenang, mudah marah, mudah tersinggung, tegang, tidak dapat
istirahat dengan nyenyak, sedih, nyeri otot, serta sering merasa lemas. 10Hal ini disebabkan
karena pengidap diabetes melitus merasa takut dengan keadaanya( Surwit et al., 1992).
Pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan sedang sampai panic diakibatkan
Sedangkan itu, pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan ringan diakibatkan
karena telah terpapar pengetahuan tentang diabetes melitus. Umumnya pengidap diabetes
melitus yang hadapi kecemasan ringan memiliki riwayat keluarga diabetes melitus serta
telah lama terdiagnosa mengidap diabetes melitus. Beberapa pula ada yang tidak
pencegahan komplikasi diabetes melitus sudah baik (Falco 2015). Dari hasil analisa bivariat
diperoleh nilai chi square ( X2) sebesar 51, 781 serta nilai ρ value sebesar 0, 000. Bersumber
pada hasil analisa informasi diatas hingga disimpulkan kalau ada ikatan yang signifikan
antara tingkatan pengetahuan serta kecemasan pengidap diabetes melitus di daerah kerja
UPTD Puskesmas Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis sebab nilai α > ρvalue
(0,05 > 0,000) serta nilai chi square > ( X2) hitung chi square >( X2) table (51,781>15,507).
Hasil riset ini membuktikan kalau kebanyakan pengidap diabetes melitus berpengetahuan
penderita diabetes yang memiliki tingkat kecemasan sedang maupun ringan menjelaskan
terhadap penyakitnya. 2Hal ini dikarenakan responden yang memiliki tingkat kecemasan
sedang maupun ringan mayoritas memiliki komplikasi diabetes berupa gastroparesis atau
gangguan pencernaan yang gejalanya hampir mirip dengan penyakit maag seperti mual
dan muntah, sehingga responden tidak terlalu mengkhawatirkan kondisi tersebut sebagai
dengan penelitian dari Tamara, Bayhakki, & Nauli (2014), yang menjelaskan bahwa
penderita diabetes melitus tipe 2 akan mengalami kecemasan atau perasaan khawatir
akibat keterbatasan aktivitas karena komplikasi yang muncul berupa kerusakan mata yang
menyebabkan gangrene ng dapat berisiko terjadinya amputasi. 8Oleh karena itu, penderita
diabetes yang memiliki komplikasi seperti gastroparesis relatif tenang dan tidak
penyakit maag dan mereka menganggap bahwa komplikasi tersebut merupakan penyakit
maag biasa. (Yulia Mualasari, 2020) Berdasarkan hasil analisis tingkat kecemasan paling
banyak di daerah kerja Poliklinik PPK 1 Denkesyah Samarinda adalah kecemasan ringan
sebanyak 19 (46.3%) orang menelah kalau terdapat juga sebagian memiliki 3penyakit DM
mengalami perubahan- perubahan dalam hidup,seperti pola makan yang dijaga, latihan
fisik, serta menyimbangkan kandungan gula darah secara teratur. Perubahan dilakuakan
pola hidup yang dilakukan secara tiba- tiba membuat penyandang 3DM tipe II
menunjukkan respon pisikologi seperti marah, merasa tidak berguna, stress kemudian
kecemasan bertambah. Anggapan peneliti dan berdasarkan teori yang terdapat, seseorang
pasien yang menyandang penyakit DM tipe 2 mengalami cemas terhadap segala hal
sebagian besar respondennya mengalami kecemasan lagi. Kecemasan berat mudah mudah
tepengaruh pola piker orang mempunyai koping kurang baik terhadap sesuatu probelem.
penyakit yang dideritanya akan terjadinya cedera pada anggota tubuhnya sebab
kecemasan penderita tersebut terbentuknya peningkatan kadar gula darah yang terus
bertambah kerena kecemasan yang berlebihan 1yang dialami oleh pasien. Berdasarkan
hasil analisis pemeriksan kadar gula darah HbA1c di daerah kerja Poliklinik PPK 1
Denkesyah Samarinda menampilkan jika hasil pengecekan kadar gula darah nya normal
sebanyak 0 (0%), penderita yang kadar gula darah masuk dalam katagori prediabetes
sebanyak 12 orang (29.3%) serta pasen yang 3kadar gula darah masuk dalam katagori
diabetes sebanyak 29 orang (70.7%) dikerenakan DM tipe II tidak simbangnya kadar gula
terhadap orang yang selalu bolak balik rumah sakit. 4Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Desy, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara dukungan
sosial keluarga dengan kecemasan terhadap penyakit DM. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui bahwa ada hubungan negatif antara dukungan sosial keluarga dengan
kecemasan terhadap penyakit DM. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel dukungan sosial
didukung dengan dukungan sosial keluarga yang tinggi pada penderita DM, maka
kecemasan akan rendah sehingga proses penyembuhan penyakit DM tipe 2 akan membaik.
Sebaliknya, 1dukungan keluarga yang rendah pada penderita DM tipe 2 akan berdampak
keluarga sangat penting dalam hidupnya dikarenakan merasa dihargai meskipun sakit.
Dukungan keluarga yag tinggi menumbuhkan keyakinan diri 3pada penderita DM tipe 2
(Mahmuda, L. N., 2016) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. 1Dukungan keluarga pada pasien
diabetes melitus tipe 2 Mayberry dan Osborn, (2012) Keluarga ialah salah satu support
penatalaksanaan penderita diabetes melitus. Dukungan serta perilaku keluarga yang baik
bisa mempengaruhi kepatuhan penderita diabetes melitus tipe 2 (Yanto, A & Setyawati, D.,
2017). Pelibatan keluarga dalam penerapan asuhan keperawatan sesuai dengan yang sudah
dinformasikan dalam pedoman akreditasi rumah sakit (KARS, 2009). Menurut Taylor,
2(2006) menyatakan bahwa dukungan keluarga ialah dukungan yang diberikan oleh
anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik serta psikologi
pada orang yang pada situasi stress ataupun cemas. 4Hal ini sesuai dengan penelitian
Potter (2005) berarti dengan terdapatnya dukungan keluarga akan membantu penderita
dalam mengalami permasalahan kesehatan yang ada (Yustiani, N. A., 12017) Dukungan
keluarga yang baik bakal menunjang penerapan program pengobatan sehingga akan
merendahkan kadar gula darah. Seperti yang diungkapkan oleh Isworo (2010) kalau aspek
yang sangat dominan dalam mempengaruhi kadar gula darah merupakan dukungan
keluarga( dan. Begitupula pada program penatalaksanaan diet pasien di rumah. Karena
dukungan keluarga pula bisa merendahkan tingkat stress penderita yang sedang
menderita penyakit( Setyawati, 2013) Riset yang dilakukan oleh Olowookere, et al. 1( 2015)
yang menampilkan kalau penderita 15dengan dukungan keluarga tinggi lebih patuh
dibanding dengan penderita dengan dukungan keluarga rendah. Riset yang dicoba Li, et
al.,( 2015), dengan memberikan paket pengawasan berbasis anggota keluarga selama 1
bulan, setelah itu memberikan pantauan terhadap keluarga tersebut selama 6- 12 bulan,
menunjukkan kalau dukungan keluarga memberikan hasil yang signifikan. (Fitra.Y, dkk,
2016). Hasil riset menampilkan kalau 1skor dukungan keluarga pada penderita yang telah
menikah cenderung lebih besar daripada penderita yang belum menikah. Perihal ini bisa
berakibat baik untuk penerapan program penyembuhan yang hendak dijalani oleh
pelaksanaan program pengobatan diabetes mellitus yang dijalani oleh pasien dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dukungan
keluarga memiliki andil yang kuat dalam proses penyembuhan terhadap pasien. 4.2.
Tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus tipe 2 Berdasarkan beberapa artikel yang
telah diulas, hampir dari setengahnya kecemasan yang dimiliki responden masih tinggi.
Pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan sedang hingga panic diakibatkan
Selain itu, pengidap diabetes melitus yang mengalami kecemasan ringan disebabkan
melitus yang mengalami kecemasan ringan memiliki riwayat keluarga diabetes melitus dan
sudah lama terdiagnosa mengidap diabetes melitus. Sebagian pula ada yang tidak
tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus telah baik (Facco, 2015). Bagi peneliti
Stonerock, (2015) kecemasan ialah sesuatu perasaan yang sifatnya umum, dimana
seseorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan ataupun kehilangan kepercayaan diri
serta merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap serta berperan secara rasional.
Menurut Shahi & Ali, (2017) sebagian aspek yang bisa menimbulkan stress serta cemas
pada diri seseorang ialah lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian sehingga
pasangan serta 10keluarga, masalah biaya, kurang informasi, ancaman penyakit yang lebih
parah serta masalah pengobatan. (Setiawan. H & Suhada, 2018). Kecemasan pada
pengidap 3diabetes melitus tipe 2 apabila tidak ditangani secara baik bisa menimbulkan
masalah tertentu yang akan semakin menyulitkan pengelolaan penyakit diabetes melitus
16jangka panjang atas dirinya serta keluarganya. Peranan psikologi yang kurang baik dapat
1diabetes melitus tipe 2 (Mahmuda et al., 2016). Pada pengidap diabetes melitus
peningkatan indeks massa tubuh ialah factor resiko terjadinya kecemasan, Sonmez Serta
Kasim menentukan jika dengan bertambahnya berat badan pada penderita, tingkatan
kecemasan bertambah kualitas hidup mereka menyusut. Tingkat kecemasan 2lebih tinggi
pada pasien dengan obesitas dan ini bisa jadi disebabkan oleh pengaruh Psikososial dari
penurunan kualitas hidup penderita. Grigsby dkk. menemukan jika 14% penderita
mempunyai kendala kecemasan umum serta 40% penderita mempunyai gejala kecemasan
tinggi sebagai hasil tinjauan sistematis dari 18 riset dengan 4076 penderita DM.( Article, O.,
2020). Pada pengidap DM tipe 2 juga yang mengalami kecemasan karena memikirkan
tentang penyakitnya serta memiliki kontrol gula darah yang stabil ataupun kurang baik dan
penderita mengatakan selalu takut memikirkan tentang penyakitnya dan sering bimbang
kapan saya akan sembuh karena kecemasan ini mengakibatkan meningkatnya 3kadar gula
darah penderita serta bisa menmicu beberapa penyakit nefropati diabetik, neuropati
diabetik, stroke, resiko jantung, hipertensi bahkan kematian muncul. Perihal ini sama
dengan penelah sebelumnya jika kecemasan ialah hal yang tidak mudah untuk dialami oleh
2penyandang DM tipe II dengan kadar gula darah sangat tidak setabil. Individu diabetes
yang merasakan kecemasan mepunyai kontrol gula darah yang kurang baik serta
memunculkan gejala- gejala penyakit. 2Kadar gula darah bertambah bisa menyebabkan
sebagian penyakit nefropati diabetik, neuropati diabetik, stroke, efek jantung, hipertensi
apalagi kematian inilah yang wajib diwaspadai pada individu yang menyandang DM tipe
II. (Andrean & Muflihatin, 2020). Kecemasan 3penderita DM tipe 2 ini ialah sesuatu
kehidupannya. Setiap pengidap DM biasanya mengalami rasa cemas terhadap setiap hal
yang berhubungan dengan penyakitnya, misal cemas terhadap kadar glukosa darah yang
memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi yang berkaitan dengan treatment
yang harus dijalani dan terjadi komplikasi serius serta harus menjalani diet atau pengaturan
makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi obat dan juga berolahraga. Selain itu,
merupakan masalah 3yang sangat kompleks yang dapat mengalami rasa cemas terhadap
setiap hal yang berhubungan dengan penyakitnya, misal cemas terhadap kadar glukosa
darah yang tinggi atau 19cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya. Jika
seseorang 5yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri
dan merasa lemah bisa saja tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara
diabetes melitus tipe 2 Menurut hasil analisis, dikenal bahwa dukungan keluarga
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecemasan pengidap DM tipe 2.
9Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dicoba oleh Desy, menunjukkan jika ada
ikatan yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kecemasan terhadap
penyakit DM. Berdasarkan penelitian tersebut dikenal kalau terdapat ikatan negatif 4antara
dukungan sosial keluarga dengan kecemasan terhadap penyakit DM. Perihal ini
terhadap penyakit DM. (Mahmuda L. N, 2016) Menurut Wilson dan Ampey- Thornhill,
(2001) dukungan keluarga ialah bantuan ataupun pertolongan yang diberikan oleh
anggota keluarga. Pada saat keluarga berbagi permasalahannya dengan sistem dukungan
sosial maka saran dan bimbingan akan diberikan kepada klien. Menciptakan lingkungan
yang penuh kasih sayang, mengarahkan dan menciptakan sumber perawatan serta
memberikan dorongan finansial yakni bentuk umum 4dari dukungan keluarga. (Fitra. Y, dkk,
2016) Menurut Trismiati (2004), dalam Purba, (2012) Kecemasan ialah sesuatu reaksi
psikologis ataupun fisiologis 3individu terhadap suatu kondisi yang tidak menyenangkan,
ataupun reaksi atas suasana yang dikira mengecam. (Edi kurniawan H & Amidos. P, 2016)
penurunan tingkat kecemasan pada penderita diabetes melitus, karena beberapa artikel
yang diulas banyak hasil yang mengemukakan bahwa dukungan keluarga sangat memiliki
pengaruh 3secara signifikan terhadap tingkat kecemasan dalam beberapa factor yang
hubungan social dan ekonomi. BAB PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dukungan keluarga
berpengaruh terhadap tingkat 9tingkat kecemasan pada diabetes melitus tipe 2. Dukungan
keluarga mampu meringankan tingkat kecemasan bagi 3penderita diabetes melitus tipe 2
penghargaan dan informasi yang mampu memberikan rasa nyaman dan dapat
meningkatkan motivasi pasien dalam menjalani pengobatan dan perawatan diri 8yang akan
mempengaruhi kesehatan pasien diabetes mellitus tipe 2 menjadi lebih baik. 5.2 Conflic of
interest Rangkuman menyeluruh atau literature riview ini adalah penulisan yang dilakukan
secara mandiri sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.
Sources
https://www.researchgate.net/publication/322699317_Dukungan_Keluarga_Pada_Pasien_Diabetes_Mellitus_Tipe_2_Di_
1 Kota_Semarang
INTERNET
11%
https://id.scribd.com/doc/257607165/diabetes-pdf
2 INTERNET
3%
https://wwwroslianasafitri.blogspot.com/2012/03/tingkat-kepatuhan-penderita-dm-tipe-ii.html
3 INTERNET
3%
https://123dok.com/document/7q06lv9q-hubungan-dukungan-keluarga-kualitas-kronis-menjalani-terapi-
4 hemodialisa.html
INTERNET
2%
https://www.researchgate.net/publication/327844226_Hubungan_Tingkat_Pengetahuan_dengan_Kecemasan_Penderit
5 a_Diabetes_Mellitus
INTERNET
1%
http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/download/261/145
6 INTERNET
1%
https://www.mendeley.com/catalogue/480e5c08-3a1f-34d4-b1ea-318d0256f54d/
7 INTERNET
1%
https://text-id.123dok.com/document/7q0en09y-gambaran-mekanisme-koping-stress-pada-pasien-diabetes-
8 mellitus-di-wilayah-kerja-puskesmas-sambit-ponorogo-jawa-timur.html
INTERNET
1%
https://123dok.com/document/q267872z-hubungan-stres-kualitas-hidup-penderita-diabetes-mellitus-tipe.html
9 INTERNET
<1%
1 http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/142/139
INTERNET
0 <1%
1 http://repository.unimus.ac.id/4007/3/BAB%20II%20METODE%20REVIEW.pdf
INTERNET
1 <1%
1 https://123dok.com/document/qvjllw1q-pengaruh-spiritual-emotional-freedom-technique-menurunkan-kecemasan-
berbicara.html
2 INTERNET
<1%
1 https://123dok.com/document/qmkrl88z-tingkat-kecemasan-beban-keluarga-penderita-diabetes-melitus.html
INTERNET
3 <1%
1 https://www.researchgate.net/publication/327725771_Faktor_risiko_mempengaruhi_kejadian_Diabetes_mellitus_tipe_
dua
4 INTERNET
<1%
1 http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/471/567
INTERNET
5 <1%
1 https://123dok.com/document/oy8g605z-sindroma-depresif-penderita-diabetes-mellitus-malik-medan-tahun.html
INTERNET
6 <1%
1 http://lib.unnes.ac.id/39746/1/6411415001_Optimized.pdf
INTERNET
7 <1%
1 https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/download/206/240
INTERNET
8 <1%
1 https://core.ac.uk/download/pdf/148578504.pdf
INTERNET
9 <1%