Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit
asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju
maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga
berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup
tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian
asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi
gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya
serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter
tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-
anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini.
Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.
1. Rumusan Masalah
2. Apa pengertian dari asma?
3. Apa saja golongan dan jenis obat asma?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat asma?
5. Bagaimana efek samping, dosis, farmakologi dan farmakokinetik obat
asma?
1. Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui pengertian dari asma.
3. Untuk mengetahui golongan dan jenis obat asma.
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat asma.
5. Untuk mengetahui efek samping, dosis, farmakologi dan farmakokinetik
obat asma.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
1. Gejala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti
bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-
kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan,
sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan
makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini
didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan
cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan
terlihat meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita
tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan
penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi
yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan
penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi
kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena
peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons
hipoksemia.
Asma atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan
steril kronis yang disertai serangan napas akut secara berkala, mudah sengal-
sengal dan batuk (dengan bunyi khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak
yang biasanya lebih parah pada malam hari dan meningkatnya ambang
rangsang (hipereaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis. Faktor-faktor
genetis bersama faktor lingkungan berperan pada timbulnya gejala-gejala
tersebut (Tjay dan Rahardja, 2007).
1. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori
sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan
parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis (blok pada
reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
1. Ekstrinsik (alergik)
2. Intrinsik (nonalergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
1. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa
jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi
paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory
Flow(PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (FEV1) > 80%.
2. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari,
eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >
2 kali dalam 1 bulan, PEF dan FEV1 > 80% .
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam
hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan FEV1 <
60% .
1. Klasifikasi
Setiap hari,
Sering serangan
1. Manifestasi Klinik
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.
1. Patofisiologi
Serangan asma terjadi karena adanya gangguan pada aliran udara akibat
penyempitan pada saluran napas atau bronkiolus. Penyempitan tersebut
sebagai akibat adanya arteriosklerosis atau penebalan dinding bronkiolus,
disertai dengan peningkatan ekskresi mukus atau lumen kental yang mengisi
bronkiolus, akibatnya udara yang masuk akan tertahan di paru-paru sehingga
pada saat ekspirasi udara dari paru-paru sulit dikeluarkan, sehingga otot
polos akan berkontraksi dan terjadi peningkatan tekanan saat bernapas.
Karena tekanan pada saluran napas tinggi khususnya pada saat ekspirasi,
maka dinding bronkiolus tertarik kedalam (mengerut) sehingga diameter
bronkiolus semakin kecil atau sempit, dapat dilihat seperti pada Gambar.
(Cunningham, 2003).
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
1. Pencegahan
2. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
3. Menghindari kelelahan
4. Menghindari stress psikis
5. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
6. Olahraga renang, senam asma.
1. Pengobatan
Anti Alergerika
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mast cell, hingga tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan
asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah
kromoglikat. β-2 adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan
oksatomida juga memiliki efek ini.
Bronkodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
Contoh obat:
Salbutamol
Terbutalin
Farmakokinetik. Onset: 30-45 menit (PO); 6-15 menit (SC). Durasi: 90 menit
– 4 jam. Peak plasma time: 30-60 menit. T½: 11-16 jam. Ikatan protein: 25%.
Absorbtion: 33-50%. Metabolisme: Sebagian di hati. Ekskresi: 60% melalui
urin, hingga 3% feses via bili.
Salmeterol
Dosis. Serbuk: 50mcg/inhalasi.
Farmakokinetik. Peak serum time: 20 menit. T½: 5,5 jam. Onset: 30-48
menit. Durasi: 12 jam. Ikatan protein: 96%. Metabolisme: di hati. Ekskresi:
60% melalui feses; 25% melalui urin.
2. Golongan Theophylline
Obat ini merupakan golongan metilxantin utama yang dipakai pada
penatalaksanaan asma. Mekanisme kerja teofilin sebagai bronkodilator masih
belum diketahui, tetapi mungkin karena teofilin menyebabkan hambatan
terhadap phospodiesterase (PDE) isoenzim PDE IV, yang berakibat
peningkatan cyclic AMP yang akan menyebabkan bronkodilatasi.
Contoh obat:
Teofilin
Efek Samping. Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang
lain, sakit kepala, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi
terutama bila diberikan melalui injeksi intravena cepat.
3. Antikolinergik
Ipratropium Bromida
Dosis. Aerosol: 2 inhalasi (36 mcg) empat kali sehari. Larutan: Dosis yang
umum adalah 500 mcg (1 unit dosis dalam vial), digunakan dalam 3 sampai 4
kali sehari dengan menggunakan nebulizer oral, dengan interval pemberian 6-
8 jam. Larutan dapat dicampurkan dalam nebulizer jika digunakan dalam
waktu satu jam.
Tiotropium Bromida
Efek Samping. Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan
penggunaan kromolin (pada penggunaan berulang) meliputi saluran
pernapasan: bronkospasme (biasanya bronkospasma parah yang
berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru/FEV1), batuk, edema
laringeal (jarang), iritasi faringeal dan napas berbunyi.
Nedokromil Natrium
Dosis. 2 inhalasi , empat kali sehari dengan interval yang teratur untuk
mencapai dosis 14 mg/hari.
Efek Samping. Efek samping yang terjadi pada penggunaan nedokromil bisa
berupa batuk, faringitis, rinitis, infeksi saluran pernapasan atas,
bronkospasma, mual, sakit kepala, nyeri pada dada dan pengecapan tidak
enak. Kontra Indikasi. Hipersensitif terhadap nedokromil atau komponen
sediaan.
5. Agonis Leukotrien
Contoh obat ini ; montelucas, zafirlucas dan zileuton merupakan obat terbaru
untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau
pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang
menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
MONTELUCAS
Farmakokinetik. Absorpsi: Bioavailabilitas: 64%. Peak plasma time: 3-4 jam
(tablet); 2-2,5 jam (tablet kunyah); 1-3 jam (granul). Distribusi: Ikatan protein:
>99%. Metabolisme: oleh CYP3A4 dan CYP2C9. Eliminasi: T½: 2,7-5,5 jam.
Ekskresi: 86% melalui feses, 0,2% melalui urin.
Kortikosteroid
Contoh obat:
Metilprednisolon
Farmakokinetik. Absorpsi: Onset: 1-2 jam (PO); 4-8 hari (IM); 1 minggu
(Intraarticular). Durasi: 30-36 jam (PO); 1-4 minggu (IM). Peak plasma time:
31 menit (IV). Distribusi: Vd: 0,7-1,5 L/kg. Metabolisme: di hati secara
ekstensif. Eliminasi: T½: 3-3,5 jam. Ekskresi: utamanya melalui urin, sedikit
melalui feses.
Inhalasi Flutikason
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi
saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan
Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan
ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang.
1. Interaksi Obat
Interaksi Efek
Obat asma kelompok epinefrin dan teofillin -stimulan Perangsangan sistem saraf pusat berlebihan disertai g
lain takhikardia, palpitasi jantung, demam, hilangnya koo
yang cepat dan dangkal, insomnia, pada kasus yang b
tekanan darah yang berbahaya, ditandai sakit kepala,
kebingungan.
Kelompok epinefrin – obat jantung digitalis Merangsang jantung berlebihan akibatnya kemungkin
Kelompok teofilin – simetidin Efek teofilin meningkat. Akibatnya terjadi efek samp
Kelompok teofilin- vaksin influenza Efek teofilin meningkat akbatnya efek samping meru
Kelompok teofilin-antibiotik eritromisin Efek teofilin meningkat. Akibatnya efek samping mer
Kelompok teofilin – troleondomisisn Efek teofilin meningkat akibatnya terjadi efek sampin
Kelompok teofilin – alkohol Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terken
kelompok teofilin – barbiturat Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terken
Kelompok teofilin – rokok Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terken
Kelompok teofilin – trankuilansia Efek obat teofilin berkurang. Akbatnya asma tidak ter
(Harkness, 1989)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan kerusakan pada
kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan oksigen yang
diperlukan sehingga membuat penderita sulit bernafas dan juga batuk kronis. Rokok adalah
penyebab utama timbulnya emfisema. Biasanya pada pasien perokok berumur 15-25 tahun. Pada
umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan fungsi paru-parunya.
Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak napas,
hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang
dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia. Penyakit emfisema rata-rata pada
laki-laki terdapat 65% dan 15% pada wanita.
Pada Survei Kesehatan Rumat Tangga (SKRT) DepKes RI menunjukkan angka kematian
karena emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.
Penyakit emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang
menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industri yang menimbulkan pencemaran lingkungan
dan polusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksut dengan definisi emfisema?
2. Apa sajakah jenis-jenis emfisema?
3. Apa sajakah faktor penyebab emfisema?
4. Bagaimana gejala emfisema?
5. Bagaimana cara penyembuhan emfisema?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi emfisema.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis emfisema.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabakan emfisema.
4. Untuk mengetahui gejala emfisema.
5. Untuk mengetahui cara penyembuhan emfisema
Makalah Bronkitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side), sedangakan bronkus besar jarang
terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam
keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang
dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.
Penyebab utama adalah merokok yang berat dan berjangka panjang, yang mengititasi
tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.penyakit ini di
temukan di klinik dan di derita oleh laki-laki dan dapat di derita mulai dari anak bahkan dapat
merupakan kelainan kongenital .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronchitis ?
2. Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada orang yang terkena penyakit Bronkhitis ?
3. Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah ?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan untuk menangani bronkitis
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b. Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c. Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d. Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis
e. Mengetahui cara pengobatan penyakit Bronkitis
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah yang ingin dicapai penulis pada kondisi Bronkitis
adalah sebagai berikut :
1 ) Ilmu Pengetahuan
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang
memberikan gambaran mengenai bronkitis akut.
2 ) Institusi pendidikan
Dapat dimanfaatkan untuk institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik dilingkungan pendidikan kesehatan
3 ) Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal kurang lebih hal-hal yang berhubungan
dengan bronkitis akut.
4 ) Bagi pembaca
Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang Bronkitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam
tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil
dari metabolism.
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain
itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang
berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel
epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar
tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang
bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung
paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
B. BRONKITIS
a. Defenisi
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh
bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi
Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang
bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus
berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt
merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis
bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk
produktif kronis berulang ulang minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun
berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.
b. Klasifikasi
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan
penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari hingga 3
minggu)
2. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai
sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut
dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka
secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam
keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk
menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua
penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan menyerang semula untuk
selama 2 tahun atau lebih).
Jika anda mengalami bronchitis kronis, peradangan dalam jangka waktu lama menyebabkan
pipa bronchila terluka dan memproduksi terlalu banyak lendir. Lama kelamaan dinding pipa
bronchial akan menebal dan jalan napas anda dapat terluka. Tanda dan gejala bronchitis kronis
juga dapat berupa:
Batuk yang memburuk pada pagi hari dan pada cuaca lembab
Sering mengalami infeksi pernapasan (seperti pilek dan flu) dengan batuk berdahak yang
memburuk
Jika anda mengalami bronchitis kronis, anda dapat memiliki periode dimana tanda dan gejala
akan memburuk. Pada saat itu anda dapat memiliki bronchitis akut yang berlapis baik karena
bakteri maupun virus sebagai tambahan pada bronchitis kronis anda.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara
mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh
dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru,
EKG, analisa gas darah.
Manifestasi Klinis
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. Bengek
5. Lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
11. Sedikit demam.
12. Dada merasa tidak nyaman.
Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang
menebal.Corak paru bertambah
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Analisa gas darah antaralain :
a. Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
b. Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
c. Saturasi hemoglobin menurun.
d. Eritropoesis bertambah.
Diagnosa
Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya
lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskopakan terdengar
bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Intoleran aktivitas
5. Gangguan rasa nyaman
6. Nyeri
7. Gangguan keseimbangan cairan
8. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Gangguan pola tidur
C. ETIOLOGI
Bronchitis akut.
Virus pilek sering menyebabkan bronchitis akut. Tetapi anda juga dapat mengalami bronchitis
noninfeksi karena terkena asap rokok dan polutan lain seperti debu.
Bronchitis dapat juga terjadi ketika asam perut sering naik ke dalam esophagus, kondisi ini
dikenal dengan nama gastroesophageal reflux disease (GERD). Dan pekerja yang terkena debu
atau asap tertentu dapat mengalami bronchitis. Bronchitis akut umumnya hilang ketika tidak lagi
terkena iritan.
Bronchitis kronis
Terkadang peradangan dan penebalan dinding pipa bronchial menjadi permanen. Kondisi yang
diketahui sebagai bronchitis kronis. Anda umumnya mempertimbangkan bahwa anda mengalami
bronchitis kronis jika anda batuk setiap hari yang hilang setelah tiga bulan dalam setahun dalam
dua tahun berturut. Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan
penyakit yang serius. Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi udara dan debu
atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat berkontribusi pada penyakit ini.
Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat.
Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika virus penyebab penyakit
bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa menghadangnya.
D. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchioles
tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang
berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang
sulit dikeluarkan dari saluran nafas
Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko
bronkitis kronis dan emphysema.
Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit
Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda
mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.
Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab
sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi secret.
Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya telur,
susu, daging dan sebagainya.
Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus.
Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada
gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.
Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60 tahun
atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan paru-paru,
perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal sebagai vaksin
Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap pneumonia. Kami
menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga
5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang
memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia sel
sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa
nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau
lebih lima tahun yang lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan
bahwa Anda mendapatkan satu lagi.
Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi
risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan
menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.
Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di
sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker yang
menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh
bronkus,trakea dan bronchial. inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi. Secara klinis para
ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk
merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit
berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga. Penyakit bronkhitis memang “derajat”
bahayanya masih lebih rendah dibandingkan penyakit-penyakit berbahaya lain seperti jantung,
kanker, dan lainnya. Namun, jika tidak segera ditangani, bukan mustahil akan membahayakan.
Bronkhitis memang termasuk penyakit ringan tetapi, jika diderita oleh penderita penyakit lain
yang bersifat tahunanseperti jantung maupun paru-paru sifatnya akan membahayakan. Makanya,
kalau Anda terindikasi bronkhitis harus segera diobati.
B. SARAN
Agar terhindar dari Penyakit Bronkitis sebaiknya membiasakan diri kita untuk melaksanakan
pola hidup sehat. Sehingga selain lebih sehat, berbagai penyakit pun tidak akan menghampiri.
Kemudian disarankan untuk hindari merokok atau asap rokok, hindari mereka yang sedang sakit
pilek atau flu serta gunakan masker untuk mengurangi risiko in
BAB II
LANDASAN TEORI
Diagnosis emfisema ialah berdasarkan pada gejala atau keluhan yang didapat dari
anamnesis, tanda-tanda yang didapat dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Keluhan utama pada emfisema paru adalah sesak nafas, batuk berdahak tidak begitu mencolok,
kadang-kadang disertai sedikit sputum mukoid.
Anamnesis yaitu terdiri dari adanya riwayat menghirup rokok, riwayat terpajan zat kimia,
riwayat penyakit emfisema pada keluarga, terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya
BBLR, infeksi saluran nafas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara, sesak nafas
waktu aktivitas terjadi bertahap dan perlahan-lahan memburuk dalam beberapa tahun, dan pada
bayi terdapat kesulitan pernapasan berat tetapi kadang-kadang tidak terdiagnosis hingga usia
sekolah atau bahkan sesudahnya.
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang terdiri dari pemeriksaan,
1. Pemeriksaan Inspeksi
a) Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).
b) Dada berbentuk barrel-chest.
c) Sela iga melebar.
d) Sternum menonjol.
e) Retraksi intercostal saat inspirasi.
f) Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Pemeriksaan Palpasi yaitu vokal fremitus melemah.
3. Perkusi yaitu hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah.
4. Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler normal atau melemah.
b) Terdapat ronki samar-samar.
c) Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.
d) Ekspirasi memanjang.
e) Bunyi jantung terdengar jauh, bila terdapat hipertensi pulmonale akan terdengar suara P2
mengeras pada LSB II-III.
B. Pemeriksan Penunjang
1. Faal Paru
a) Spinometri (VEP, KVP).
a.1) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat.
a.2) VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya dan perjalanan
penyakit.
b) Uji bronkodilator
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit kemudian dilihat
perubahan nilai VEP 1.
2. Darah Rutin, Test darah Hb, Ht, dan Leukosit.
3. Gambaran Radiologis
Pada emfisema terlihat gambaran :
a. Diafragma letak rendah dan datar.
b. Ruang retrosternal melebar.
c. Gambaran vaskuler berkurang.
d. Jantung tampak sempit memanjang.
e. Pembuluh darah perifer mengecil.
4. Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli.
5. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
6. Pemeriksaan Enzimatik
Kadar alfa-1-antitripsin rendah.
C. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan emfisema paru terbagi atas :
1. Penatalaksanaan umum
Yang termasuk di sini adalah :
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita. Mereka harus mengetahui faktor-faktor yang dapat
mencetuskan eksaserbasi serta faktor yang bisa memperburuk penyakit. Ini perlu peranan aktif
penderita untuk usaha pencegahan.
b. Menghindari rokok dan zat inhalasi. Rokok merupakan faktor utama yang dapat memperburuk
perjalanan penyakit. Penderita harus berhenti merokok. Di samping itu zat-zat inhalasi yang
bersifat iritasi harus dihindari. Karena zat itu menimbulkan ekserbasi / memperburuk perjalanan
penyakit.
c. Menghindari infeksi saluran nafas, Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena
dapat menimbulkan suatu eksaserbasi akut penyakit.
2. Pemberian obat-obatan.
a. Bronkodilator
1) Derivat Xantin
Sejak dulu obat golongan teofilin sering digunakan pada emfisema paru. Obat ini menghambat
enzim fosfodiesterase sehingga cAMP yang bekerja sebagai bronkodilator dapat dipertahankan
pada kadar yang tinggi ex : teofilin, aminofilin.
2) Gol Agonis
Obat ini menimbulkan bronkodilatasi. Reseptor beta berhubungan erat dengan adenil siklase
yaitu substansi penting yang menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi.
Pemberian dalam bentuk aerosol lebih efektif. Obat yang tergolong beta-2 agonis adalah :
terbutalin, metaproterenol dan albuterol.
3) Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sehingga menekan enzim guanilsiklase.
Kemudian pembentukan cAMP sehingga bronkospasme menjadi terhambat ex : Ipratropium
bromida diberikan dalam bentuk inhalasi.
4) Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid pada pengobatan obstruksi jalan napas pada emfisema masih
diperdebatkan. Pada sejumlah penderita mungkin memberi perbaikan. Pengobatan dihentikan
bila tidak ada respon. Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason, prednison dan
prednisolon.
3. Terapi oksigen
Pada penderita dengan hipoksemia yaitu PaO2 < 55 mmHg. Pemberian oksigen konsentrasi
rendah 1-3 liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot,
toleransi beban kerja.
4. Latihan fisik
Hal ini dianjurkan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kapasitas latihan pada pasien yang
sesak nafas berat. Sedikit perbaikan dapat ditunjukan tetapi pengobatan jenis ini membutuhkan
staf dan waktu yang hanya cocok untuk sebagian kecil pasien. Latihan pernapasan sendiri tidak
menunjukkan manfaat. Latihan fisik yang biasa dilakukan :
a. Secara perlahan memutar kepala ke kanan dan ke kiri
b. Memutar badan ke kiri dan ke kanan diteruskan membungkuk ke depan lalu ke belakang
c. Memutar bahu ke depan dan ke belakang
d. Mengayun tangan ke depan dan ke belakang dan membungkuk
e. Gerakan tangan melingkar dan gerakan menekuk tangan
f. Latihan dilakukan 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu
g. Dapat juga dilakukan olah raga ringan naik turun tangga
h. Walking (joging ringan).
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi psikis berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa
tertekan akibat penyakitnya. Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi
penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya. Misalnya bila istirahat
lebih baik duduk daripada berdiri atau dalam melakukan pekerjaan harus lambat tapi teratur.
6. Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah :
a. Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
b. Mengatasi gangguan pernapasan pasien.
c. Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
d. Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.
e. Mengurangi spasme otot leher.
Penerapan fisioterapi :
a. Postural Drainase
Salah satu tehnik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara penderita
diatur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya gravitasi.
Tujuannya untuk mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru, mengatasi gangguan
pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk
b. Breathing Exercises
Dimulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian
menghembuskan napas melalui bibir dengan mulut mencucu. Posisi yang dapat digunakan
adalah tidur terlentang dengan kedua lutut menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi atau di
tempat tidur dan berdiri.
Tujuannya untuk memperbaiki ventilasi alveoli, menurunkan pekerjaan pernapasan,
meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan pernapasan, mendapatkan relaksasi otot-otot
dada dan bahu dalam sikap normal dan memelihara pergerakan dada.
c. Latihan Batuk
Merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari sekret dan
benda asing.
d. Latihan Relaksasi
Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesat napas dan kemungkinan
mati lemas. Dalam keadaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan usaha yang paling
penting dan sekaligus sebagai langkah pertolongan.
1. PENYULUHAN
Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus
di hindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
1. PENCEGAHAN
ROKOK
Merokok harus di hentikan meskipun sukar . penyeluhan dan usaha yang optimal harus di
lakukan .
Menghidari lingkungan polusi
Sebaiknya di lakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja paprik , terutama pada pabrik –
pabrik yang mengeluarkan zat – zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas
VAKSIN
Di anjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi , terutama terhadap influenza dan infeksi
pneumokukus
1. TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih memepunyai
komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat di lakukan dengan :
Pemberian bronkodilator
Pemberian kortikoteroid
Mengurangi sekresi mucus
Pemberian bronkodialtor
ü Golongan teofilin
Biasanya di beriakan denagn dosis 10-15mg/kgBB per oral dengan memperhatikan kadar teofilin
dalam darah . konsentrasi dalam darah yang baik antara 10 – 15 mg/L .
ü Golongan agonis B2
Biasanya di berikan secara aerosol /nebuliser . efek samping utama adalah tremor , tetapi
menghilang dengan pemberian agak lama .
Pemberian kortikosteroid
ü Pada beberapa pasien , pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi saluran
nafas . Hinsway dan Murry menganjurkan untuk mencoba pemberian kortikosteroid selama3- 4
minggu . kalau tidak ada respon baru di hentikan .
Mengurangi sekresi mucus
ü Minum cukup supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih encer sehingga encer sehingga urine
tetap kuning pucat .
ü Ekspektoran yang sering di guankan adalah gliseril guaiakoat ,kalium yodida dan ammonium
klorida .
ü Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan mengencerkan sputum
.
ü Mukolitik dapat di gunakan asetilsistein atau bromheksin .
BAB IV
KESIMPULAN
1. Emphysema (emfisema) adalah penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada
jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisannya.
2. Penyebab dari emfisema ialah rokok, polusi, infeksi, faktor genetic, dan obstruksi jalan nafas.
3. Gejala dari emfisema meliputi: pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis, napas
terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit, sesak napas dalam waktu lama dan tidak
dapat disembuhkan dengan obat pelega yang biasa digunakan penderita sesak napas, dada
berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai membungkuk, bibir
tampak kebiruan, berat badan menurun akibat nafsu makan menurun , batuk menahun.
4. Cara penyembuhan langkah yang paling penting dalam setiap rencana pengobatan untuk
perokok dengan emphysema adalah berhenti merokok segera