MAKALAH
203210215
Lokal 1A
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dankarunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Tugas Makalah yang berjudul
“KonsepAntropologi Kesehatan”. Berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihakmaka Tugas ini dapat terselesaikan. Kami menyadari keterbatasan
pengetahuan dankekurangan dari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran daripembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
selanjutnya.Semoga Makalahini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun Makalahini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk sarandan kritiknya
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut
digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk dalam
kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan.Contohnya adalah kebutuhan akan
tempat tinggal,dulu manusia hanya hidup berpindah-pindah atau nomaden. Mereka
hanya mencari perlindungan di goa atau di bawah pohon-pohon besar agar tidak
diserang oleh binatang buas, tetapi sekarang tempat tinggal adalah kebutuhan dasar
yang tidak termasuk dalam kebudayaan. Bagaimana kebutuhan itu dipenuhi;dengan
cara apa agar kebutuhan itu terpenuhi adalah bagian dari kebudayaan. Semua manusia
perlu tempat tinggal yang bersih dan nyaman bagi kehidupannya,agar tidak diserang
penyakit tetapi kebudayaan yang berbeda dari kelompok kelompoknya menyebabkan
manusia melakukan kegiatan itu dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh adanya
kepercayaan masyarakat Jawa memiliki budaya mencuci kaki selepas bepergian
dengan alasan kepercayaan menghindari musibah dan gangguan makhluk halus.
Meskipun memiliki alasan yang tidak ilmiah, namun budaya tersebut secara langsung
mempengaruhi kesehatan masyarakat Jawa. Contoh lainnya adalah budaya sumpah-
serapah dalam keluarga di beberapa daerah di Indonesia. Budaya ini lebih jauh dapat
mempengaruhi kesehatan kejiwaan anggota keluarga. Hal ini semua terjadi karena
manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan oleh generasi
sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam
hidupnya. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat
lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
B.RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1.Definisi Antropologi
2.Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga
merupakan tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering
secara implisit manusia. Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan." Pada 1986,
WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan
adalah "sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan.
Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi,
serta kemampuan fisik."
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
3.Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni
Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.
B. HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DAN KESEHATAN
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak
terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan
merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup
sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita
akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di
masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian
perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan
konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara
kuratif.
Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya
interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya
manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang
sama terjadi budaya kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan
mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi
yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan
kesehatan di masa sekarang dan mendatang.
Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan personal,
seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya
formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai
daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan.
Penggunaan yang lazim pada masa itu diantaranya adalah minyak, abu, atau batu
apung sesuai dengan kebudayaan mereka.
Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi
minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun.
Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk
membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak
menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin,
pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan
kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman
wangi liar sebagai alat mandi mereka.
Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi
Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM
itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.
Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga
budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu
siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai
bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan
halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi
untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang secara luas digunakan.
Dahulu, secara luas masyarakat menggunakan merang untuk keramas.
Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami
perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika
dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit.
Namun saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung
berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap
status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu
perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap
sehat.
Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan
kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan
perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit, personal hygiene,
penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat akan selalu
menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah
raga, fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci tangan
menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam
masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh dukun
bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke
bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka
bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG.
Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang
diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat
mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai
macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya
suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik
daripada mengobati penyakit.
1.Antropologi fisik
a.Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil
b.Somatologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan cirri-ciri
fisik.
2.Antropologi budaya
b.Etnolinguistik antrologi, yaitu ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di
dunia
PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
FKM UI. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.