Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

            Antropologi Kesehatan merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosiobudaya,


biobudaya, dan ekologi budaya dari “kesehatan” dan kesakitan yang dilihat dari segi-segi
fisik, jiwa, dan sosial serta perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga segi ini
dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun tingkat kelompok sosial
keseluruhannya.

            Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai


macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat “kesehatan” dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
“antropolog” dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat “kesehatan”
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya
dengan “kesehatan”, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan “kesehatan” yang lebih baik.

1. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan antropologi kesehatan?
2. Bagaimanakah hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan
dasar dari perkembangan  antropologi kesehatan?
3. Bagaimanakah perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological pole?
4. Bagaimanakah perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural
pole?
5. Apakah perbedaan antara perkembangan antropologi kesehatan biological pole
dan sosiocultural pole?
6. Apakah kegunaan antropologi kesehatan?

1. Tujuan
1. Mengetahui  definisi antropologi kesehatan
2. Mengetahui hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar
dari perkembangan  antropologi kesehatan
3. Mengetahui perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological pole
4. Mengetahui perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural pole
5. Mengetahui perbedaan antara perkembangan antropologi kesehatan biological
pole dan sosiocultural pole
6. Mengetahui  kegunaan antropologi kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Antropologi Kesehatan

      Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu
pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia,
dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-
budaya.

      Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin
biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku
manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan dan penyakit.

      Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi kesehatan merupakan
studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan
mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit.

1. Hubungan Antara Social Budaya dan Biologi yang Merupakan Dasar dari
Perkembangan Antropologi Kesehatan

      Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari


berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan
masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan
resultante dari 4 faktor, yaitu :

1. Environment atau lingkungan


2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif

      Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable – variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
      Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan
penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik,
parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

      Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan
dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu.

1. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Biological Pole

Biological or physical anthropology, berusaha untuk memahami jasad/fisik manusia melalui


evolusi, kemampuan adaptasi, genetika populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk
primate / binatang yang menyerupai manusia).

Sub bidang dari Anthropologi fisik ini mencakup: anthropometrics, forensic anthropology,
osteology, and nutritional anthropology. Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan
antropologi dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan
ilmu lain.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi,
patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan
dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur
ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan
lain sebagai berikut:

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakatsecara keseluruhan termasuk


individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan
kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan
tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.Contoh
pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran
antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan
mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses
sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan
suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang
suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara lain:

1. Antropologi fisik/biologi/ragawi. Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk


tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat
faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau
yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe
ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau
salah.

3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai
belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari
penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan
penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan
antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

1. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Sosiocultural Pole

      Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat


yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya :

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)


2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok
masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

      Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi kesehatan
diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap ill
dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai
budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

1. Beda Antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole dan Sosiocultural


Pole

      Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan


dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

1. Pokok perhatian kutub biologi :


1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
2. Peranan penyakit dalam evolusi manusia
3. Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
4. Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
1. Sistem medis tradisional (etnomedisin)
2. Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
3. Tingkah laku sakit
4. Hubungan antara dokter pasien
5. Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat
kepada masyarakat tradisional.
 

1. Kegunaan Antropologi Kesehatan

      Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya


merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang
dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri
diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol,
bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain,
latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan
manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga,
diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di
masyarakat tersebut.

      Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu
kesehatan lain sebagai berikut :

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk


individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan
kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan
tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses
sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku
individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan
luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan
suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang
suatu kondisi yang ada di masyarakat.

 
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
3. Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi
dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain seperti bidang biologi
dan sosialkultur.
4. Perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan sosiocultural pole memiliki
perbedaan masing – masing.
5. Antropologi kesehata memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu memberikan
suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya.
1. Saran

      Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.
Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus
menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi
kesehatan.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press

FKM UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Raja Grafindo Persada. 

http://keperawatansemester1.blogspot.com/2011/04/perkembangan-antropologi-
kesehatan.html

http://siskadewi1993.blog.com/perkembangan-antropologi-kesehatan/antropologi
budaya
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu : antropolgi dan budaya atau

kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia ; dan logos

yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.

Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut

masing – masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu.

Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari

atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang

juga mempelajari masalah manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi

budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak –

anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu

juga harus berhubungan dengan ilmu – ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum ,

geografi,ekologi dan sebagainya.

Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan

dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam

kehidupan sehari – hari kita dapat dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan

hal – hal yang sama atau bersamaan sulit atau bahkan tidak dapat diketahui.seperti itulah

adanya budaya dalam mengatasi masalah kesehatan dalam kehidupan kita sehari- hari.semua

terjadi akibat adanya pengaruh budaya.

kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan status

kesehatan (sakit–sehat), ekonomi(kaya-miskin), sosial (elit-wong alit), geografik (desa-kota)

dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa, manula).


Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional diarahkan guna

tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat

supaya terwujudnya kesehatan yang optimal. Tetapi munculnya  penyakit merupakan hal

yang tidak bisa ditolak walaupun bisa dicegah atau dihindari.

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya

merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang

dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang

lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian antropologi?

2.      Bagaimanaka pengertian antropologi kesehatan?

3.      Bagaimanakah ruang lingkup dan peranan antropologi kesehatan?

4.      Apakah unsur – unsur kepribadian?

5.      Bagaimanakah hubungan antara budaya dan kesehatan?

6.      Bagaimanakah perkembangan budaya kesehatan manusia?

7.      Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan  

antropologi kesehatan?

8.      Apakah kegunaan antropologi kesehatan?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Agar membantu Mahasiswa mengetahui masalah tentang antropologi budaya dalam lingkup

kesehatannya.
2.      Agar dapat menambah referensi wawasan Maha Siswa.

3.      Memudahkan Maha Siswa dalam proses belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Antropologi

Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa latin; Antrhopos yang berarti

manusia, dan Logos yang berarti akal. Dengan begitu Antropology dapat diartikan sebagai

suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan

mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya.

Antropology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai

makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini di tujukan pada sifat khusus badani dan

cara produksi, tradisi, dan nilai – nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari

pergaulan hidup lainnya. Di dalam antropologi memang terdapat banyak ilmu yang

membahas tentang manusia, seperti ekologi, biologi, anatomi, psikologi, dan sebagainya.

B.     Antropologi Kesehatan

Kajian antropologi kesehatan mengarah pada manusia dan perilaku seputar masalah

kesehatan. Bagaimana perilaku masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan dengan

pengobatan tradisional, pelaksanaan keluarga berencana, pembukaan praktik klinik

pengobatan medis, dan sebagainya.


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap

penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi

yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya

melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.

Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan

bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).

Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep

yang tepat karena termaktub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan

Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji

masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi

dan kutub sosial budaya.

Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di lakukan di

daerah manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung menunjukkan bahwa terdapat

konstribusi yang sangat menentukan antara seorang dukun beranak dan seorang petugas

puskesmas dalam menangani proses kelahiran seorang anak. Hal ini berkaitan dengan

kepercayaan masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di satu pihak yang masih

melekat dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan dan gizi di lain pihak .

Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan

bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-metode, dan

cara untuk mengerti serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin

yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku

manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan

manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986;

1-3).
   Menurut Weaver :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani

berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)

   Menurut Hasan dan Prasad :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari

aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak

pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical),

hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-

masalah kesehatan manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)

   Menurut Hochstrasser :

Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya,

yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).

   Menurut Lieban :

Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973, 1034)

   Menurut Fabrega :

Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:

      Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau

mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh

atau berespons terhadap sakit dan penyakit.

      Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola

tingkah laku. (Fabrega, 1972;167)


Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi

Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat  disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan

mencakup:

1.    Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang

hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini

dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan

praktis dari pengetahuan tersebut;

2.    Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat

kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-

budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini

akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

C.    Ruang Lingkup Dan Peranan Antropologi Kesehatan

Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi sebagaimana

dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari kehidupan yang ada di

bawah kondisi yang berubah-ubah.

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku

manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan

kebudayaan. Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi

manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan

obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang.

a.      Batasan Dan Ruang Lingkup

Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum

melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi terapan.

Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang
pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika lahirlah

antropologi kesehatan.

Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-

budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan

sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku

sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis.

b.      Akar Antropologi Kesehatan

Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:

a.       Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik

b.      Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya

c.      Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional dan

perubahan komunitas yang terencana

d.      Antropologi ekologi

e.       Teori evolusioner

Akar dari Antropologi Kesehatan

a.      Antropologi fisik

1) Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah kedokteran

(anatomi).

2) Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan

3)Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter

Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi antropologi kesehatan yang

meliputi:

1)      Nutrisi dan pertumbuhan ( korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari

penyakit-penyakit, misal radang pada persendian tulang(arthritis), tukak lambung (ulcer),

kurang darah (anemia) dan penyakit diabetes ).


2) Underwood ( pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada

berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-faktorbudaya, misal: migrasi,

kolonisasi dan meluasnya urbanisasi ).

3)  Fiennes ( penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang

khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi

timbulnya dan berkembangnya pemukiman penduduk yang padat).

4)  Kedokteran forensik, ( suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteranhukum yang

mencakup identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang

didugamati karena unsur kejahatan serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak

melalui tipe darah, bila terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya).

5)  Dalam usaha pencegahan penyakit ( penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok

penduduk yang memiliki risiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel

sabit (sickle-cell) dan pembawa penyakit kuning (hepatitis).

Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan mereka mengenaivariasi manusia untuk

membantu dalam bidang teknik biomedikal(biomedical engineering).

Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal dari sejumlah studi antropologi,

digunakan dalam bidang-bidang kedokteran anak serta kedokteran gigi, juga dalam berbagai

survei tentangtingkatan gizi serta etiologi penyakit dalam populasi yang berbeda-beda

maupun dalam suatu populasi.

b.      Etnomedisin

Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan

tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan sumber-sumber tertulis (contohnya

pengobatan tradisional cina) tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang secara oral

diturunkan selama beberapa abad.


Dalam ilmu pengetahuan, etnomedisin pada umumnya ditandai dengan pendekatan

antropologi yang kuat atau pendekatan biomedikal yang kuat, terutama dalam program

penemuan obat.

Kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan

hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka

kedokteran modern, merupakan urutan langsung dari kerangka konseptual ahli-ahli

antropologi mengenai sistem medis non-barat. Rivers, (Medicine, Magic, and Religion).

Sistem pengobatan asli adalah pranata-pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara

yang sama seperti mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan bahwa praktek-praktek

pengobatan asli adalahrasional bila dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai

sebab-akibat.

Setelah antropologi kesehatan berkembang, terutama dalam bidang-bidang yang luas,

konsep kesehatan internasional dan psikiatri lintas budaya (psikiatri transkultural),

kepentingan pengetahuan praktis maupun teoritis mengenai sistem pengobatan non-Barat

semakin tampak.

Pengakuan tersebut telah memperbaharui perhatian dalam penelitian etnomedicine, dan

mengangkatnya sebagai salah satu pokok penting dalam antropologi kesehatan.

c.       Studi-Studi Tentang Kebudayaan Dan Kepribadian

Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah

laku lainnya mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat dan

lingkungan sosial budaya di mana tingkah laku itu terjadi.

d.      Kesehatan masyarakat internasional

1.      WHO

Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas budaya,

lebih cepat menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri,
dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan

penyakit bukan merupakan gejala biologik saja, melainkan juga gejala sosial-budaya.

Kebutuhan kesehatan di negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar

memindahkan pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.

Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan praktek pengobatan primitif dan

petani yang telah diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada tahun-tahun sebelumnya,

informasi mengenai nilai-nilai budaya dan bentuk-bentuk sosial, serta pengetahuan mereka

mengenai dinamika stabilitas sosial dan perubahan, telah memberikan kunci yang dibutuhkan

bagi masalah-masalah yang dijumpai dalam program-program kesehatan masyarakat awal

tersebut.

Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana

kepercayaan tradisional serta prakteknya bertentangan dengan asumsi pengobatan Barat,

bagaimana faktor sosial mempengaruhi keputusan perawatan kesehatan, dan bagaimana

kesehatan dan penyakit semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan pola kebudayaan,

yang berubah bila ada perubahan sosial budayanya yang mencakup banyak hal.

c. Batasan Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin

ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi

manusia, dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan

aspek sosio-budaya.

Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin

biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku

manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh

terhadap kesehatan dan penyakit.


Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi kesehatan

merupakan studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan

dan mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit.

Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai

oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan:

a.       Secara luas dan interprestasi mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di

masa lalu dan di masa kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan

perhatian pada penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut.

b.      Partisipasi profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat

kesehatan melalui pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara gejala

biososiobudaya dan kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang

dipercaya dapat memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.

d. Ruang Lingkup Kajian Antropologi Kesehatan

Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi

dua:

a.       Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan

penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan alam, dan

pola penyakit di kalangan manusia purba.

b.      Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek-

aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis

tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien,

perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.

e. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan

Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh

antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu,


a.       Perspektif Antropologi

Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan (a) Pendekatan

Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu

pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain

dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya itu relative,

suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja

nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya.

b.      Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)

Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari

konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya

mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi

seharusnya pada aspek psiko-budaya.

c.       Metodologi Penelitian

Ahli antropologi menawarkan suatu metose penelitian yang longgar tetapi efektif

untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam berbagai

program kesehatan.

d.      Premis

Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau

kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan peranan

dalam menentukan tindakan individu dan kelompok.

D.    Unsur – unsur kepribadian

1.      Pengetahuan

Unsur – unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar secara

nyata terkandung dalam otaknya .banyak hal yang dia peroleh, alami, dan temukan dalam
proses kesehariannya. Perolehan; pengetahuan; ini akan di coba untuk di proyeksikan ke

dalam otak melalui berapa faktor pendukung/ penghambat serta situasional yang ada.

Berikut akan di gambarkan proses tersebut dengan menggunakan wawasan psikolohi,

ilmu psikologi, sebagaiman telah di uraikan dalam bab sebelumnya yang merupakan salah

satu dari sekian ilmu bantu dalam kajian antropologi, yaitu:

a.    Persepsi

Persepsi adalah penggambaran seluruh proses akal tentang alam dan sekitar dalam

keadaan alam sadar. Dalam proses demikian ini, semua yang digambarkan ini adalah persis

sama dengan wujud aslinya.

b.   Apersepsi

Apersepsi adalah penggambaran baru dengan lebih banyak pengertian tentang

keadaan lingkungan dan berdasarkan pemahaman yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada

situasi ini sudah tampak perwujudan baru yang berbeda dengan aslinya.

c.    Pengamatan

Pengamatan adalah penggambaran yang lebih terfokus dan intensif yang di peroleh

karena mengadakan suatu pengamatan. Hasil yang di peroleh bergantung dari seberapa jauh

ketelitian dalam pengamatan.

d.   Konsep

Konsep adalah penggambaran abstrak tentang sesuatu objek. Dalam proses ini tampak

adanya unsur subjektif dengan mengadakan perbandingan

2.      Fantasi
Fantasi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda dari aslinya. Ada

kemungkinan penggambaran jenis ini sulit diterima nalar karena demikian kuatnya daya

khayal.

3.      Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh

pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif.

4.      Dorongan naluri

Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap makhluk

manusia. Hal ini ttidak lagi timbul karena pengaruh pengetahuannya, karena telah terkandung

dalam organismenya, khususnya dalam gen sebagai dorongan naluri.

Sedikitnya ada 7 dorongan naluri yaitu:

1.    Dorongan untuk mempertahankan hidup 

2.    Dorongan seks 

3.    Dorongan mencari makan 

4.    Dorongan untuk bergaul / berinteraksi dengan sesama 

5.    Dorongan untuk menirukan tingkah laku sesamanya 

6.    Dorongan untuk berbakti 

7.    Dorongan untuk keindahan

E.     Hubungan Antara Budaya Dan Kesehatan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan

Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah

untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan


sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,

norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,

tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan

adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang

mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu

bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan

oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang

bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,

seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam

melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak

terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan

bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat

ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit,

cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan

dan teknologi yang berkembang di masyarakat.


Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap

masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika

pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat

untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun

resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman

empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal

kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif.

Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan

kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan

masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai

dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah

ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa

Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat

berpengaruh terhadap kesehatan.

F.         Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia

Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya

interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia pun

juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya

kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan

kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya

kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan

mendatang.
Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan personal,

seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya formula

untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai daerah di belahan

bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim

pada masa itu diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan

mereka.

Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi

minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun. Ramuan

ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang

Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka

membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka

juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda

kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.

Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi

Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM itu

terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.

Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan

pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun menjadi sebuah kegiatan rutin

hingga saat ini.

Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga

budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu siwak

untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian dari

pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting

dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi.
Begitu juga dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat

menggunakan merang untuk keramas.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami

perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika

dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun

saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat

dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan

salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit

dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang

sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan

kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan perilaku

sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan

mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak

menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan

kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari makanan

berkolesterol tinggi dan lain-lain.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam

masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh dukun bayi

dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau

dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana

keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang

diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui


pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang

bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya

suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada

mengobati penyakit.

G.    Hubungan Antara Social Budaya Dan Biologi Yang Merupakan Dasar Dari

Perkembangan   Antropologi Kesehatan

Anthropologi berkaitan dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya sama-sama

meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa sekarang maupun di

masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai budaya.

Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi di atas,

sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub bidang anthropologi

social budaya ; namun banyak anthropolog yang mempelajari topic kesehatan sering harus

mengambil materi keragaman biologis disamping harus memperhatikan berbagai interaksi

antara budaya dan biologi.

Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk

mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi.

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari

berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social

budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan

masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan

resultante dari 4 faktor(3)yaitu :

a.    Environment atau lingkungan


b.    Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological

balance

c.    Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan

sebagainya

d.   Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan

rehabilitatif

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang

paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor

-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan

yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan

penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik,

parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang

didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di

masyarakat tertentu.

Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur

ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

H.      Kegunaan Antropologi Kesehatan


Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya

merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang

dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang

lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri

diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol,

bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya,

hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat .

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu

kesehatan lain sebagai berikut :

a.  Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk

individunya.

b.  Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial

budaya bidang kesehatan.

c.  Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian.

BAB III

PENUTUP

A.                Kesimpulan
Antropology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai
makhluk masyarakat. Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur
budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.
Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku
manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu
mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu
sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia, dalam proses perkembanganya merupakan
perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-budaya.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya
merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang
dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

B.                 Saran
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih mengetahui
apa sebenarnya antropolgi itu dalam sistem budaya untuk meningkatkan cara penanganan
kesehatan. Hendaknya kita peduli akan pentingnya materi ini dalam sistem budaya kita.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan
pendidikan bagai masyarakat.
HUBUNGAN ANTROPOLOGI KESEHATAN DENGAN EKOLOGI

HUBUNGAN ANTROPOLOGI KESEHATAN DENGAN


EKOLOGI.
Pengertian Antropologi Kesehatan
 Solota Sarwono , 1993
  Studi tentang  pengaruh unsur – unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan .
 Foster dan Anderson , 1978
  Aktivitas formal ahli – ahli antropologi yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit.
 McElroy dan Townsend, 1985
  Studi tentang bagaimana faktor – faktor sosial dan
lingkungan mempengaruhi kesehatan dan mengetahui  tentang
cara – cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit
Lahirnya Antropologi Kesehatan
Sejak perang dunia ke-2  ahli-ahli antropologi semakin
meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas-budaya
mengenai sistem kesehatan, juga pada faktor-faktor
bioekologi dan sosial-budaya yang berpengaruh terhadap
kesehatan serta timbulnya penyakit, baik pada masa kini
maupun di sepanjang sejarah kehidupan manusia.     Ahli –
ahli antropologi kemudian ikut serta dalam kegiatan progra –
program kesehatan masyarakat internasional untuk
memperkenalkan ide – ide baru dalam bidang – bidang
perawatan kesehatan kepada masyarakat di negara – negara
berkembang .
  Aka Foster & Anderson , 1978
1.Ethnomedicin adalah kepercayaan dan praktik praktik
berkaitan dengan penyakit yang merupakan perkembangan
dari budaya asli dan yang secara eksplisit tidak berasl dari
kerangka konseptual kedokteran modern.
2. Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian
merupakan antropologi dalam bidang psikologi.
   3. Kesehatan masyarakat internasional dalam hal ini para
antropologi kesehatan meberi program program kesehatan
masyarakat internasional untuk memperkenalkan ide ide baru
dalam bidang perawatan kesehatan kepada masyarakat di
negara negara berkembang.
  McElroy & Townsend , 1985
  Sama seperti pendapat Foster & Anderson , tetapi di tambah
dengan ,
   4. Antropologi Ekologi,seperti halnya etno medicine pada
awal perkembanganya tidak memfokuskan secara langsung
pada bidang kesehatan namun lebih memfokuskan diri pada
masalah masalah kebudayaan dan lingkungan.
   5. Teori Evoslusioner merupakn akar yang kelima dari
perkembangan antropologi kesehatan melalui teori ini dapat
dipahami bagai mana teori evilusi berpengaruh terhadap
kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Kajian Antropologi Kesehatan
•      Foster & Anderson ,1978
            1.Kutub  Biologis,perhatian tertuju pada  pertumbuhan
dan perkembangan fisik manusia ,peranan penyakit dalam 
evolusi manusia
            2.Sosial budaya ,perhatian tertuju pada  system
kesehatan tradisional yang mencakup etiologi,ologyi,praktek
pencegahan penyakit dan peranan praktisi medis tradisional
terhadap kesehatan.
•      Lieban , 1977
            1.Ekologi & Epidemiologi,mengkaji peningkatan
penyskit dilihat dalam kaitanya dengan proses perkembangan
dan pembangunan
            2.Ethnomedicine.,menkaji pengobatan rakyat.
 3.Aspek medis dari sistem social Ekologi,membahas ada
nya persepsi yang berkembang di masyarakat sakit dipandang
sebagai sanksi yang utama  missal nya sakit adalh hukuman
dari tokoh supranatural karena perbuatan yang salah.
Pengertian Ekologi
  adalah Ilmu yang mempelajari hubungan organisme dengan
lingkungan nya.
  Ekologi kesehatan merupakan pendekatan baru dalam
antropologi kesehatan,yang memandang kesehatan dan
penyakit sebagai refleksi hubungan ekologi dengan
masyarakat dan hubungan diantara bentuk bentuk kehidupan
dengan komponen fisik dan habitatnya.
 Lingkungan,kebudayaan dan kesehtan
Menurut model ini lingkungan yang dihadapi manusia
dapat digolongkan  dalam tiga sublingkungan yaitu
lingkungan abiotic,lingkungan biotik dan lingkungan budaya
sub sub lingkungan tersebut saling berhubungan saling
tergantung dan saling mempengaruhi perubahan pada salah
atu bagian seringkali mendorong perubahan pada bagian yang
lain begitu pula unsur unsur yang ada di dalam bagian .
Adaptasi masyarakat terhadap lingkunganya.
  Mekanisme adaptip yang paling lambat dan yang paling
sedikit kemungkinan untuk pulih kembali.
  Mekanisme konstelasi  respon fisik yang terjadi di dalam
masa kehidupan manusia.
  Mekanisme yang  khusus telah berkembang pada manusia.
A.PENGERTIAN ADAPTASI FISIOLOGI
- Penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat- alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik
-          Adaptasi fisiologi terjadi pada masa kehidupan seseorang
berlangsung diantaranya :
1. Perubahan terjadi dalam waktu seketika itu juga.
Contoh : pada saat udara dingin orang cenderung lebih banyak
mengeluarkan urine  daripada saat udara panas orang
cenderung mengeluarkan banyak keringat
2. Perubahan dalam waktu yang lebih lama
Contoh : perubahan warna kulit sesudah berjemur atau
bekerja dibawah terik matahari dalam waktu yang lama
-          Perubahan fisiologi dapat dipulihkan. Akan tetapi
adaptasi fisiologi yang lama sukar dipulihkan
                        contoh : perubahan pelebaran rongga dada
pada orang – orang yang                                tinggal didaratan 
yang sangat tinggi misalnya himalaya
Perubahan fisiologi membentuk sistem respon yang bertingkat
Aklimasi
yaitu penyesuaian lingkungan dalam yang singkat.
2.  Aklimatisasi
Yaitu penyesuaian lingkungan dalam waktu yang lama akan
tetapi dapat dipulihkan. 
3.  Aklimatisasi berkembang
Yaitu penyesuaian lingkungan dalam waktu yang lama tapi
sukar dipulihkan.
B.ADAPTAI BUDAYA
- penyesuaian seseorang terhadap lingkungan yang mencakup
pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat
serta kebiasaan kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Contoh : masyarakat pengembala ternak di Afrika Timur
beradaptasi dengan padang rumput,memiliki pola-pola
menetapnya dan kepercayaan agama yang secara sistematis
berbeda dengan masyarakat petani di hutan-hutan tropis di
Afrika Barat.
-           Adaptasi budaya sebagai bagian dari kebudayaan
memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh kebudayaan  antara lain :
-           1. milik bersama
-           Artinya unsur-unsur yang tercakup dalam kebudayaan
seperti ide,nilai dan perilaku dijalankan dan dipelihara
bersama-sama oleh seluruh anggota masyarakat
-           2. dapat dipelajari
-           Artinya iunsur kebudayaan merupakan hasil belajar
dan bukan merupakan warisan biologis (dibawa sejak lahir)
dengan demikian seseorang mempelajari kebudayaan dengan
cara ikut serta menjadi besar didalam kebudayaan tersebut.
-           3. Variabilitas
            Artinya unsur kebudayaan itu baer variasi,banyak,
tidak homogen satu budaya,apabila hanya satu maka tidak
dikatakan budaya.
KESIMPULAN
Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan
alamnya, tingkah lakunya, penyakitnya, cara-cara dimana
tingkah laku dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan
kebudayaannya.  Pandangan ekologi terutama berguna dalam
mempelajari masalah-masalah kesehatan dalam program
internasional bagi pembangunan dan modernisasi, karena
seperti yang kita lihat, proyek perubahan teknologi yang
kurang dipahami telah dilaksanakan  tanpa menyadari bahwa
perubahan itu akan menghasilkan suatu rangkaian perubahan
lain, yang banyak memepengaruhi kesehatan.

Persepsi seseorang terhadap kondisi kesehatannya dipengaruhi budaya atau kebudayaan yang
dimilikinya. Pada masyarakat non industri menurut Helman (1994), pada umumnya
mengartikan sehat sebagai suatu keseimbangan hubungan manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, serta manusia dengan supernatural. Pada masyarakat barat kondisi sehat
diartikan mencakup aspek-aspek fisik, psikologi, dan perilaku. Namun, persepsi terhadap
tingkat kesehatannya berbeda-beda tergantung dari golongan tempat seseorang masuk
didalamnya, hal ini juga dibuktikan hasil penelitian tentang penggunaan pelayanan preventif.
Dalam setting penanganan kesehatan jiwa, budaya akan mempengaruhi bagaimana orang :
Menyebutkan dan mengkomunikasikan masalah.
Menjelaskan penyebab masalah.
Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa.
Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa.

Bagaimana kita dapat maju selangkah dan memberikan penanganan yang terbaik apabila kita
tidak mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dari orang yang kita bantu? Bagaimana kita
dapat mengatasi kesulitan bahasa, perbedaan budaya, pandangan setempat tentang sakit jiwa,
persoalan gender, dan metode pengajaran / pelatihan yang berbeda.
Diposkan oleh Malaikat Kecil di 19.34 Tidak ada komentar:

B.PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Keperawatan sebagai suatu pekerjaan yang sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan
kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah
perkembangan keperawatan didunia :
Mother Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu
naluri (instink). Setiap manusia dalam tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga
kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyenangkan, merawat anak, menyusui anak, dan
perilaku masih banyak perilaku lainya.
Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh
arwah / roh halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang
hidup atau pada alam (batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Dan untuk
penyembuhannya manusia yang sakit maka roh jahat harus diusir para dukun untuk
menggupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh.
Keperawatan Penyakit Akibat Kemarahan Para Dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia
yang sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang sakit
dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan terhadap kesehatan.
Ketabiban Mulai Berkembang Sejak + 14 Abad SM
Pada masa ini telah dikenal teknik pembidain, hygiene umum, anatomi manusia.
Diakones dan Philantrop Berkembang + 400 SM
Para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan dari rumah ke rumah, tugas
mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pada masa
ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan kesehatan masyarakat.
Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia, dimana mereka
merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan dipusat pelayanan kesehatan pada masa
itu.
Perkembangan Ilmu Kedokteran Islam Pada Tahun 632 M
Agama Islam melalui Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya menyebarkan agama
Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan agama Beliau juga menyebarkan ilmu
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap penyakit (kedokteran).
Perawat Terdidik (600 - 1583)
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana progam itu menghasikan
perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali dihotel Dien dan Lion Prancis
yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana. Tokoh perawat yang
terkenal pada saat (1182-1226) itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
Perawat Profesional (abad 18 - 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan
keperawatan. Florence Nightingale (1820 – 1910) adalah tokoh yang berjasa dalam
perkembangan ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen pada
tahun 1960 di RS St Thomas di London.
Diposkan oleh Malaikat Kecil di 19.30 Tidak ada komentar:

A.KEBUDAYAAN

Pengertian budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut cultur,
yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata cultur juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu sendiri adalah Cultural Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan stuktur- stuktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehinga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
masyarakat.
Mar

12

Antropologi kesehatan

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu : antropolgi dan budaya atau
kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia ; dan logos yang
berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.

Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut masing –
masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan manusia
dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai
ilmu. Jadi yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah
manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus
penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan
antropologi budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu –
ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum , geografi,ekologi dan sebagainya.

Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan dalam berbagai
hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari –
hari kita dapat dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang sama atau
bersamaan sulit atau bahkan tidak dapat diketahui.seperti itulah adanya budaya dalam mengatasi
masalah kesehatan dalam kehidupan kita sehari- hari.semua terjadi akibat adanya pengaruh budaya.

kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan status kesehatan (sakit–sehat),
ekonomi(kaya-miskin), sosial (elit-wong alit), geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan
(bayi, anak, remaja, dewasa, manula).

Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya
kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat supaya
terwujudnya kesehatan yang optimal. Tetapi munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak walaupun bisa dicegah atau dihindari.

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan


pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian antropologi?

2. Bagaimanaka pengertian antropologi kesehatan?

3. Bagaimanakah ruang lingkup dan peranan antropologi kesehatan?

4. Apakah unsur – unsur kepribadian?

5. Bagaimanakah hubungan antara budaya dan kesehatan?

6. Bagaimanakah perkembangan budaya kesehatan manusia?

7. Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan
antropologi kesehatan?

8. Apakah kegunaan antropologi kesehatan?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar membantu Maha Siswa mengetahui masalah tentang antropologi budaya dalam lingkup
kesehatannya.

2. Agar dapat menambah referensi wawasan Maha Siswa.

3. Memudahkan Maha Siswa dalam proses belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi

Menurut bahasa Yunani, Antropologi berasal dari bahasa latin; Antrhopos yang berarti manusia, dan
Logos yang berarti akal. Dengan begitu Antropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaannya.

Antropology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk
masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini di tujukan pada sifat khusus badani dan cara produksi,
tradisi, dan nilai – nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup
lainnya. Di dalam antropologi memang terdapat banyak ilmu yang membahas tentang manusia,
seperti ekologi, biologi, anatomi, psikologi, dan sebagainya.

B. Antropologi Kesehatan

Kajian antropologi kesehatan mengarah pada manusia dan perilaku seputar masalah kesehatan.
Bagaimana perilaku masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan dengan pengobatan
tradisional, pelaksanaan keluarga berencana, pembukaan praktik klinik pengobatan medis, dan
sebagainya.

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan
masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini
masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan
masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.

Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu
antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76).

Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat
karena termaktub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan
penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di lakukan di daerah manggala,
kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung menunjukkan bahwa terdapat konstribusi yang sangat
menentukan antara seorang dukun beranak dan seorang petugas puskesmas dalam menangani
proses kelahiran seorang anak. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap peran
roh yang bersifat gaib di satu pihak yang masih melekat dan telah di terimanya pemahaman penting
kesehatan dan gizi di lain pihak .

Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan
hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-metode, dan cara untuk
mengerti serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang
cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

ü Menurut Weaver :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek
dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)

ü Menurut Hasan dan Prasad :

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek
biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami
kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal),
aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia (Hasan dan
Prasad, 1959; 21-22)

ü Menurut Hochstrasser :

Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya, yang


berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan (Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).

ü Menurut Lieban :

Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973, 1034)

ü Menurut Fabrega :
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:

· Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi
cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap
sakit dan penyakit.

· Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkah
laku. (Fabrega, 1972;167)

Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi Kesehatan seperti
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:

1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan
timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat
kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut;

2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat


kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya
dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

C. Ruang Lingkup Dan Peranan Antropologi Kesehatan

Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi sebagaimana
dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah
kondisi yang berubah-ubah.

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia
cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan.
Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia dengan
penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat-obat yang dibuat
oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang.

a. Batasan Dan Ruang Lingkup

Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum melahirkan disiplin
baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi terapan. Munculnya istilah
Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang pengobatan dan
kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika lahirlah antropologi kesehatan.

Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang
mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah
kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam
manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis.

b. Akar Antropologi Kesehatan

Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:


a. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik

b. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya

c. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional dan


perubahan komunitas yang terencana

d. Antropologi ekologi

e. Teori evolusioner

Akar dari Antropologi Kesehatan

a. Antropologi fisik

1) Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah kedokteran


(anatomi).

2) Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan

3)Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter

Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi antropologi kesehatan yang meliputi:

1) Nutrisi dan pertumbuhan ( korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari penyakit-
penyakit, misal radang pada persendian tulang(arthritis), tukak lambung (ulcer), kurang darah
(anemia) dan penyakit diabetes ).

2) Underwood ( pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada
berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-faktorbudaya, misal: migrasi, kolonisasi
dan meluasnya urbanisasi ).

3) Fiennes ( penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang
khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi
timbulnya dan berkembangnya pemukiman penduduk yang padat).

4) Kedokteran forensik, ( suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteranhukum yang


mencakup identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang didugamati
karena unsur kejahatan serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah,
bila terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya).

5) Dalam usaha pencegahan penyakit ( penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok


penduduk yang memiliki risiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit
(sickle-cell) dan pembawa penyakit kuning (hepatitis).

Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan mereka mengenaivariasi manusia untuk membantu
dalam bidang teknik biomedikal(biomedical engineering).

Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal dari sejumlah studi antropologi, digunakan dalam
bidang-bidang kedokteran anak serta kedokteran gigi, juga dalam berbagai survei tentangtingkatan
gizi serta etiologi penyakit dalam populasi yang berbeda-beda maupun dalam suatu populasi.
b. Etnomedisin

Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan tradisional, tidak
hanya yang berhubungan dengan sumber-sumber tertulis (contohnya pengobatan tradisional cina)
tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang secara oral diturunkan selama beberapa abad.

Dalam ilmu pengetahuan, etnomedisin pada umumnya ditandai dengan pendekatan antropologi
yang kuat atau pendekatan biomedikal yang kuat, terutama dalam program penemuan obat.

Kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari
perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka kedokteran modern,
merupakan urutan langsung dari kerangka konseptual ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis
non-barat. Rivers, (Medicine, Magic, and Religion).

Sistem pengobatan asli adalah pranata-pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama
seperti mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan bahwa praktek-praktek pengobatan asli
adalahrasional bila dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-akibat.

Setelah antropologi kesehatan berkembang, terutama dalam bidang-bidang yang luas, konsep
kesehatan internasional dan psikiatri lintas budaya (psikiatri transkultural), kepentingan
pengetahuan praktis maupun teoritis mengenai sistem pengobatan non-Barat semakin tampak.

Pengakuan tersebut telah memperbaharui perhatian dalam penelitian etnomedicine, dan


mengangkatnya sebagai salah satu pokok penting dalam antropologi kesehatan.

c. Studi-Studi Tentang Kebudayaan Dan Kepribadian

Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah laku lainnya
mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat dan lingkungan sosial
budaya di mana tingkah laku itu terjadi.

d. Kesehatan masyarakat internasional

1. WHO

Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas budaya, lebih cepat
menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya
mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan
merupakan gejala biologik saja, melainkan juga gejala sosial-budaya.

Kebutuhan kesehatan di negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan
pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.

Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan praktek pengobatan primitif dan petani yang telah
diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada tahun-tahun sebelumnya, informasi mengenai nilai-nilai
budaya dan bentuk-bentuk sosial, serta pengetahuan mereka mengenai dinamika stabilitas sosial
dan perubahan, telah memberikan kunci yang dibutuhkan bagi masalah-masalah yang dijumpai
dalam program-program kesehatan masyarakat awal tersebut.
Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana kepercayaan
tradisional serta prakteknya bertentangan dengan asumsi pengobatan Barat, bagaimana faktor
sosial mempengaruhi keputusan perawatan kesehatan, dan bagaimana kesehatan dan penyakit
semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan pola kebudayaan, yang berubah bila ada
perubahan sosial budayanya yang mencakup banyak hal.

c. Batasan Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu
pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia, dalam
proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-budaya.

Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin biobudaya yang
memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku manusia, khususnya
bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan
penyakit.

Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi kesehatan merupakan studi
bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan mengetahui tentang
cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit.

Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai oleh ahli-ahli
antropologi yang mendeskripsikan:

a. Secara luas dan interprestasi mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di masa
lalu dan di masa kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut.

b. Partisipasi profesional dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat


kesehatan melalui pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara gejala biososiobudaya
dan kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya dapat
memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.

d. Ruang Lingkup Kajian Antropologi Kesehatan

Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi dua:

a. Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan
penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan alam, dan pola
penyakit di kalangan manusia purba.

b. Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek-
aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis
tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien, perilaku
sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.

e. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan


Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh antropologi
terhadap ilmu kesehatan yaitu,

a. Perspektif Antropologi

Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan (a) Pendekatan Holistik,
pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak
dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan
sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya yang
oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas
bagi masyarakat lainnya.

b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)

Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari konsep budaya.
Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku
kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-
budaya.

c. Metodologi Penelitian

Ahli antropologi menawarkan suatu metose penelitian yang longgar tetapi efektif untuk menggali
serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan.

d. Premis

Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau kelompok
dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan peranan dalam menentukan
tindakan individu dan kelompok.

D. Unsur – unsur kepribadian

1. Pengetahuan

Unsur – unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar secara nyata
terkandung dalam otaknya .banyak hal yang dia peroleh, alami, dan temukan dalam proses
kesehariannya. Perolehan; pengetahuan; ini akan di coba untuk di proyeksikan ke dalam otak
melalui berapa faktor pendukung/ penghambat serta situasional yang ada.

Berikut akan di gambarkan proses tersebut dengan menggunakan wawasan psikolohi, ilmu psikologi,
sebagaiman telah di uraikan dalam bab sebelumnya yang merupakan salah satu dari sekian ilmu
bantu dalam kajian antropologi, yaitu:

a. Persepsi

Persepsi adalah penggambaran seluruh proses akal tentang alam dan sekitar dalam keadaan alam
sadar. Dalam proses demikian ini, semua yang digambarkan ini adalah persis sama dengan wujud
aslinya.

b. Apersepsi
Apersepsi adalah penggambaran baru dengan lebih banyak pengertian tentang keadaan lingkungan
dan berdasarkan pemahaman yang bersangkutan. Oleh karena itu, pada situasi ini sudah tampak
perwujudan baru yang berbeda dengan aslinya.

c. Pengamatan

Pengamatan adalah penggambaran yang lebih terfokus dan intensif yang di peroleh karena
mengadakan suatu pengamatan. Hasil yang di peroleh bergantung dari seberapa jauh ketelitian
dalam pengamatan.

d. Konsep

Konsep adalah penggambaran abstrak tentang sesuatu objek. Dalam proses ini tampak adanya unsur
subjektif dengan mengadakan perbandingan

2. Fantasi

Fantasi adalah penggambaran baru dari objek yang sangat berbeda dari aslinya. Ada kemungkinan
penggambaran jenis ini sulit diterima nalar karena demikian kuatnya daya khayal.

3. Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya
dinilai sebagai keadaan positif atau negatif.

4. Dorongan naluri

Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap makhluk manusia. Hal
ini ttidak lagi timbul karena pengaruh pengetahuannya, karena telah terkandung dalam
organismenya, khususnya dalam gen sebagai dorongan naluri.

Sedikitnya ada 7 dorongan naluri yaitu:

1. Dorongan untuk mempertahankan hidup

2. Dorongan seks

3. Dorongan mencari makan

4. Dorongan untuk bergaul / berinteraksi dengan sesama

5. Dorongan untuk menirukan tingkah laku sesamanya

6. Dorongan untuk berbakti

7. Dorongan untuk keindahan

E. Hubungan Antara Budaya Dan Kesehatan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B.
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan
keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang
ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen
pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan
dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat
tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang
kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara
“trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih
terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep
kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat
tradisional secara kuratif.

Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia.
Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah
disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun
3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan
dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

F. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia

Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan
pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang
dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada di masyarakat.
Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan
teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan
kesehatan di masa sekarang dan mendatang.

Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan personal, seperti
mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya formula untuk membuat
sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara
yang berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu diantaranya
adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan mereka.

Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi minyak hewani
dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi
untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi
untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan
menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan
minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi
liar sebagai alat mandi mereka.

Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi Romawi yang
pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak
saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.

Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.
Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.

Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga budaya gosok gigi.
Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu siwak untuk menggosok gigi. Orang
Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan
masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih
menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang secara luas
digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat menggunakan merang untuk keramas.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami perubahan. Budaya
kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu.
Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan
zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian
individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya,
yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan kesehatan jika sakit saja,
karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan
penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat
akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah raga,
fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun,
menghindari makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat.
Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan
sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan
peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di
dalam kandungan melalui USG.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan
melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya
kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik
untuk diri sendiri maupun orang lain.

Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu penyakit.
Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit.

G. Hubungan Antara Social Budaya Dan Biologi Yang Merupakan Dasar Dari Perkembangan
Antropologi Kesehatan

Anthropologi berkaitan dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya sama-sama meneliti
berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa sekarang maupun di masa lampau
sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai budaya.

Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi di atas, sebagai contoh
medical anthropology sering dipandang sebagai sub bidang anthropologi social budaya ; namun
banyak anthropolog yang mempelajari topic kesehatan sering harus mengambil materi keragaman
biologis disamping harus memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi.

Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk mendeskripsikan sintesa
antara perspektif cultural dan biologi.

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi
penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu :

a. Environment atau lingkungan

b. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance

c. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya

d. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti
kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-
ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi,
nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan
menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.

Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan
melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

H. Kegunaan Antropologi Kesehatan

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan


pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang
dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat .

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain
sebagai berikut :

a. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya.

b. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial
budaya bidang kesehatan.

c. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk
masyarakat. Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia
cenderung bersifat adaptif. Terdapat Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu
mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan
humaniora dalam menstudi manusia, dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara
aspek biologi dan aspek sosio-budaya.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan
pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

B. Saran

Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih mengetahui apa
sebenarnya antropolgi itu dalam sistem budaya untuk meningkatkan cara penanganan kesehatan.
Hendaknya kita peduli akan pentingnya materi ini dalam sistem budaya kita.

Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan bagai
masyarakat.

wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Diposkan 12th March oleh ViciBlog

Tambahkan komentar

Keperawatan

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

Terkini

Tanggal

Label
Pengarang

Antropologi kesehatan

Antropologi kesehatan

Mar 12th

Makalah Pebandingan Teori Keperawatan menurut Ida Jean Orlando, Hildegard E. Peplau, Martha
Rogers.

Makalah Pebandingan Teori Keperawatan menurut Ida Jean Orlando, Hildegard E. Peplau, Martha
Rogers.

Nov 12th

Sejarah Keperawatan

Sejarah Keperawatan

Nov 9th

Nov 7th

Kode Etik Keperawatan

Kode Etik Keperawatan

Oct 31st

Gambar Organ Abdomen Tubuh Kita

Oct 31st

Peran Perawat dalam Proses Penyembuhan HIV AIDS

Peran Perawat dalam Proses Penyembuhan HIV AIDS

Oct 31st

peran perawat dalam persalinan

peran perawat dalam persalinan

Oct 31st

Memuat

Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN


IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

ROSALINDA (200.14.008)

DOSEN PEMBIMBING :

1. Drs. WIMPI

2. TRILLIA., S.pd., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-nya, makalah ini dapat di
selesaikan. Makalah ini merupakan makalah tentang pengetahuan bagi mahasiswa/i Akper maupun
para pembaca untuk bidang pengetahuan.

Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Antropologi kesehatan dengan judul. “Implikasi transkultural dalam praktek keperawan”

Di dalam penulisan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan dari pihak lain karena itu kritik
serta saran dari para pembaca sangat di perlukan demi kemajuan pada pembuatan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca serta institusi kesehatan.

Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal atas bimbingan dan bantuan yang telah
di berikan kepada penulis. Akhirnya penulis mengharapakan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Palembang, November 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari
kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan
suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi
sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau
bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan
perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat diperlukan
guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu sendiri, khususnya
perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting untuk dikuasai dan
dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah
penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang hubungan ilmu
Antropologi kesehatan dan penerapannya dalam ilmu keperawatan.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian antropologi?

2. Pengertian ilmu antropologi kesehatan?

3. Pengertian implikasi?

4. Pengertian keperawatan?

5. Bagaimana hubungan ilmu antropologi dengan ilmu kesehatan?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian antropologi.

2. Untuk mengetahui pengertian ilmu antropologi kesehatan.

3. Untuk mengetahui pengertian implikasi.

4. Untuk mengetahui pengertian keperawatan.

5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu antropologi dengan ilmu kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

IMPLIKASI ANTROPOLOGI DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

2.1 PENGERTIAN ANTROPOLOGI

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui
pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata
Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti
"wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu
yang memelajari manusia.

Pengertian Antropologi menurut para ahli

David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari
aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.

Berdasarkan etimologinya

Kata antropologi berasal dari kata yunani “Antropo” yang berarti manusia dan “logy” atau “logos”
berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia

Menurut Ralfh L Beals dan Harry Hoijen : 1954: 2

antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.

Tulian Darwin
The origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian
terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup
mengalami evolusi.Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap
kera dan monyet di seluruh dunia.

Menurut orang awam

Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian
tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi.
Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi
merupakan salah satu cabang Antropologi

William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.

Antropologi menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI)

Adalah ilmu tentang manusia khususnya tentang asal usul, aneka warna dsn bentuk fisik, adat
istiadat dan kepercayaan pada masa lampau.

2.2 PENGERTIAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

Hassan dan Prasad (1959):

Pada awal pendefinisian diusulkan bahwa antropologi kesehatan adalah cabang dari ilmu “ilmu
mengenai manusia” yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk
sejarahnya) dari titik-tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran
(medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalah-masalah kesehatan manusia.

Hochstrasser dan Tapp (1970):

Antropologi kesehatan berkenaan dengan pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya,


yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.

Lieban (1973):
Antropologi kesehat-an mencakup studi tentang fenomena medis.

Fabrega (1972),

merumuskan bahwa pertanyaan antropologi kesehatan sebagai suatu yang:

1. Menjelaskan berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan di dalam atau
mempengaruhi cara-cara di mana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau
berespons terhadap sakit dan penyakit.

2. Mempelajari masalah-masalah ini dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.

Secara umum

antropologi kesehatan didefinisikan sebagai aktivitas formal antropologi yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.

2.3 PENGERTIAN IMPLIKASI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

 keterlibatan atau keadaan terlibat (nomina)

Contoh:

~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;

sumber: kbbi3

 yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan

Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang
baru dilakukan.

Macam-macam implikasi:

1. Implikasi Teoritis

Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal dari penelitian
ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi terhadap ilmu
pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian, tetapi juga
implikasinya bagi teori-teori yang relevan dengan bidang kajian utama yang disajikan dalam model
teoretis.

2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat dihubungkan dengan
temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi manajerial memberikan kontribusi
praksis bagi manajemen.

3. Implikasi Metodologi

Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang digunakan
dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai bagian-bagian
metode penelitian mana yang telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana yang relatif sulit
serta prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai kesulitan itu yang
sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode penelitian. Peneliti
dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian
lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk meningkatkan mutu dari penelitian

2.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Yura Walsh (1978):

Proses keperawatan adalah langka-langkah sistematis untuk menentukan dan merencanakan


penyelesaian masalah klien; lalu mengimplementasikan dan mengevaluasi apakah rencana yang
dibuat cukup efektif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Wolf, Weitzel, dan Fuerst (1979):

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan penetapan, perencanaan, dan
pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk membantu klien dalam mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Depkes RI dan JICA (1982):

Proses keperawatan adalah suatu proses penilaian masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki
atau memelihara pasien (klien) sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematik
untuk mengenal dan membantu pemenuhan kebutuhan khusus klien.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Yura Walsh (1983):

Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan untuk memenuhi tujuan keperawatan.
Tahapannya meliputi tindakan mempertahankan kesehatan klien dalam keadaan optimal.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Gordon (1994):

Proses keperawatan adalah suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Potter dan Perry (1997):

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang membuat perawat
dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi: pengkajian
diagnosis keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi,
dan evaluasi.

Pengertian Proses Keperawatan Menurut Carpenito dan Moyet (2007):

Proses keperawatan adalah teknik pemecahan masalah yang meliputi: pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.5 HUBUNGAN ILMU ANTROPOLOGI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

ANTROPOLOGI KESEHATAN DAN EKOLOGI KEPERAWATAN

Para antropolog kesehatan pada masa kini (khususnya di Amerika) bekerja di fakultas-fakultas
kedokteran, sekolah perawat, di bidang kesehatan masya-rakat, di rumahsakit-rumahsakit dan
depertemen-departemen kesehatan, serta di jurusan-jurusan antropologi pada universitas umum.

Mereka melakukan penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi, pediatri, epidemiologi,
kesehatan jiwa, penyalahguna- an obat, definisi mengenai sehat dan penya-kit, latihan petugas
kesehatan, birokasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumah-sakit,hubungan dokter-pasien, dan
proses mem-perkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat masyarakat yang semula
hanya mengenal sistem kesehatan tradisional.

Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan dan Ekologi keperawatan

SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa
bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang
dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang integral dan berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam satu kesatuan.

· SISTEM SOSIAL-BUDAYA ATAU KEBUDAYAAN adalah keseluruhan yang integral dalam interaksi
antar manusia.

· EKOSISTEM adalah suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan non
hidup mereka (Hardesty 1977;289)

Dalam membicarakan Antropologi Kesehatan dan Ekologi, saya akan menitikberatkan pembahasan
pada:

* Hubungan, bentuk dan fungsi kesehatan dan penyakit dari pandangan lingkungan dan sosial-
budaya.

* Masalah dinamika dari konsekuensi hubungan, bentuk dan fungsi dari kesehatan dan penyakit
dengan pendekatan ekologis dan sosial-budaya.
Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi dalam praktek keperawatan Hubungan manusia
dengan lingkungan, dengan tingkahlakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara dimana
tingkahlakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses
umpan-balik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah
epidemiologi, cara-cara dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan
dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh
pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada
daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas
permukaan laut malaria tidak bisa berkembang.

Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa yang
baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC, dll pada
umumnya terdapat pada negara-negara berkembang, sedangkan penyakit-penyakit noninfeksi
seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-negara maju. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.

Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar mengeksploitasi
sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi ini dapat berupa sosial
psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam mencetuskan penyakit. Penyakit
adalah bagian dari lingkungan hidup manusia. Contoh penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-
29:’MISTERI KURU’).

Paleopatologi

Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli peleopatologi melakukan
studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran, lukisan pada dinding, patung, mumi, dan lain lain
untuk menemukan penyakit-penyakit infeksi pada manusia purba. Studi untuk mengetahui penyakit
manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas hanya mengetahui pada penyakit-
penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada tulang-tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai
contoh kerusakan atau abses pada tulang sebagai akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus,
poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit yang sejenisnya adalah penyakit infeksi yang dapat
dikenali.

Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak terdapat pada penduduk purba, bukan berarti manusia
purba lebih sehat dari manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis-
jenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami oleh manusia
modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar, gondong, kolera dan cacar air mungkin tidak
terdapat di zaman purba.

Dapat disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat banyak
berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit purba.
Epidemiologi

Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit,
sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta oleh
tingkah laku manusia. Variabel-variabel yang dipakai untuk melihat distribusi tempat dan prevalensi
serta tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku individu, serta lingkungan alami. Faktor-
faktor ini dan faktor lainnya berperanan penting dalam distribusi dan prevalensi berbagai penyakit.
Contoh pemuda Amerika lebih banyak mengalami kecelekaan daripada wanita muda dan orang tua,
perokok lebih banyak kena kanker paru-paru daripada bukan perokok, gondok lebih banyak
menyerang penduduk pedalaman yang tinggal di daerah pegunungan daripada penduduk pantai
yang bahan makannya kaya yodium.

Tugas seorang epidemiolog adalah bekerja untuk membuat korelasi-korelasi dalam hal insiden
penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit yang kompleks,
atau tentang kemungkinan-kemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen; 1963:142).
Epidemiologi berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi
timbulnya semua ancaman kesehatan.

Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari penyakit-penyakit penduduk non
Eropa dan Amerika, termasuk penyakit-penyakit psikologis yang disebabkan oleh struktur budaya
yang dalam Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma Kebudayaan Khusus” seperti
“mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga menaruh minat pada studi-studi
mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu mencari konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang
sering bersifat mengganggu terhadap proyek-proyek pembangunan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui
pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata
Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti
"wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu
yang memelajari manusia.

Antropologi kesehatan didefinisikan sebagai aktivitas formal antropologi yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.

Pengertian implikasi menurut KBBI adalah keterlibatan Implikasi berfungsi membandingkan antara
hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang membuat perawat
dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi: pengkajian
diagnosis keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi,
dan evaluasi.

Mereka para antrolog nasional melakukan penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi,
pediatri, epidemiologi, kesehatan jiwa, penyalahguna- an obat, definisi mengenai sehat dan penya-
kit, latihan petugas kesehatan, birokasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumah-sakit, hubungan
dokter-pasien, dan proses mem-perkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat-
masyarakat yang semula hanya mengenal sistem kesehatan tradisional.

SARAN

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Koertjaningrat. 1990. Antropologi sosial. Jakarta: PT. Dia Rakyat

Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka

keperawatansemester1.blogspot.com/2011/05/antropologi-kesehatan.html

www.docstoc.com/docs/26447538/Teori-model-leningger

http://www.google.com/rnc.org/info.konsep dasar transculturalnursing”

http://www.google.com/rnc.org/sosial budaya dan proyeksinya”


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul “Keterkaitan Ilmu
Antropologi dengan Ilmu Keperawatan”.

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai
bagaimana perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biologi maupun social-kultural.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasan saya dalam penyusunan. Sehingga dengan
keterbatasan tersebut saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan laporan ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih dan penghargaan sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian makalah ini.

Akhir kata semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………...................... 2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................ 3

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Antropologi...................................................... 4

2.2 Pengertian keperawatan..................................................... 5

2.3 Pengertian antropologi keperawatan.................................. 6

BAB III PEMBAHASAN MATERI

3.1 Hubungan antara social budaya dan biologi yang

merupakan dasar dari perkembangan

antropologi keperawatan…................................................ 8

3.2 Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi

biological pole ................................................................... 9

3.3 Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi

sosiocultural pole ............................................................... 11

3.4 Beda antara perkembangan antropologi keperawatan

biological pole dan sosiocultural

pole ................................................................................... 12

3.5 Kegunaan antropologi keperawatan .................................. 13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................ 15

4.2 Saran.................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari.

Secara teoritis dan praktis, antropologi keperawatan sebagai ilmu akan memberikan suatu
sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya ocialm ginekologi ocial.
Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan
membantu dengan ocialm untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang
berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan


pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan ocial, bahasa, seni, dan ritual yang
dilakukan dalam perwujudan kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai
pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi,
emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya,
hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat tersebut.

Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa ilmu social memberikan sumbangan ke
ilmu kedokteran. Dimana berdasarkan biomedical awalnya untuk melihat manusia dari sisi penyakit,
sedangkan sociomedicine untuk melihat manusia dari pasiennya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diurakan dalam latar belakang ini maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari
perkembangan antropologi keperawatan?

2. Bagaimana perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole?

3. Bagaimana perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole?

4. Bagaimana perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan


sosiocultural pole?

5. Bagaimana kegunaan antropologi keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari
perkembangan antropologi keperawatan?

2. Untuk mengetahui perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole?

3. Untuk mengetahui perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole?

4. Untuk mengetahui perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole


dan sosiocultural pole?

5. Untuk mengetahui kegunaan antropologi keperawatan?

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil pembuatan laporan dapat memberikan :

1. Para pembaca dapat mengerti hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan
dasar dari perkembangan antropologi keperawatan

2. Informasi tentang perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole


3. Informasi tentang perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole

4. Informasi perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan


sosiocultural pole

5. Informasi kegunaan antropologi keperawatan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Antropologi

Menurut asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti " manusia"
atau "orang", dan logosyang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal").
Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat sertakebudayaan yang dihasilkan.

William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang
umat manusia.

Solita Sarwono: Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.

Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak
pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum
kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalahmasalah kesehatan
manusia.

Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan


karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.
Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis

Menurut Fabrega : Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:

Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi
cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap
sakit dan penyakit.

Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola


tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah : Ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik deri segi kebudayaan, peran, tingkahlaku, aspek biologi dan kesehatan

2.2 Pengertian Keperawatan

Pada dasarnya, inti dari keperawatan adalah memberikan asuhan keperawatan kepada orang lain
dimana asuhan keperawatan tersebut diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, serta
masyarakat. Sedangkan tujuan dari keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehata, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
keperawatan merupakan profesi yang mempunyai tujuan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam
menjalankan keperawatan digunakan ilmu dan seni serta mnggunakan proses keperawatan sebagai
metode ilmiah yang dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan
profesional. Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan.

2.3 Antropologi Keperawatan

Merupakan sistem sosial budaya yg memiliki khasanah utk di kaji baik berdiri sendiri maupun
integrasi dg bidang profesi lain Seperti Pendidikan bagi peranan professional Interaksi peran
professional Kebebasan wanita dalam peran professional.

Profesi keperawatan merupakan bidang pengamatan yang menarik bagi antropologi :


metodologinya.

Kajian antropologi keperawatan


Dimulai tahun 1936 oleh Brown

Tahun 1968, hanya terdapat 8 orang antropologi yg berkecimpung dlm pendidikan keperawatan.
Tahun 1969, Leininger menemukan 19 tulisan tentag perawatan dalam konteks antropologi.
Sekarang semakain banyak, antropolog dan tulisan2 antropologi keperawatan.

Pendidikan Keperawatan

Tahun 1976à di Amerika 14 sekolah perawat menawarkan pendidikan PhD.

Tahun 21 sekolah1980

Tahun 437 Doktor Perawat1976

Perawat kini lebih berpendidikan

Perawat lebih fokus pada profesionalitasnya

Keingian utk lebih maju.

Masalah Profesi Keperawatan pd aspek perilaku/antropologi

· Proses –proses penerimaan calon perawat

· Latarbelakang siswa

· Motivasi

· Pendidikan dan pengalaman pendidikan

· Pola-pola karier

· Peran serta spesialisasi profesional.

· Masalah lain

· Frekuensi frustasi perawat

karena perbedaan citra mrk atas apa yg seharusnya ia lakukan ( memberikan perawatan pada
pasien ditempat tidur ), Kenyataan apa yg mereka lakukan (Administrasi), Hubungan yg kaku antara
perawat dan dokter, Posisi yg tdk jelas dari suatu profesi.

BAB III
PEMBAHASAN MATERI

3.1 Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan
antropologi keperawatan

Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antropologi
keperawatan, yaitu :

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi
penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu :

1. Environment atau lingkungan

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti
kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi keperawatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi,
patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan
menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosialdan budaya di masyarakat tertentu.

Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan
melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
3.2 Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi biological pole

Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam
memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain.

Misalnya dalam bidang biologi, antropologi keperawatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi,
patologi, nutrisi, dan epidemiologi.

Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan
menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosialdan budaya di masyarakat tertentu.

Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui
gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan padailmu kesehatan


lain sebagai berikut:

1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakatsecara keseluruhan termasuk


individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat
dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun.Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme
yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.

2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial
budaya bidang kesehatan.

3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu
pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang
ada di masyarakat.

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi keperawatan, antara lain :

1. Antropologi fisik/ biologi/ ragawi, Contoh : nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh,
variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi
dan urbanisasi.

2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang
masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari
karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.

3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan
dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat
dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi
untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

3.3 Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole

Perkembangan antropologi keperawatan dari sisi sosiocultural pole, yaitu :

Antropologi keperawatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya :

1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)

2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun


supernatural atau penyihir

3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat

4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh

5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi keperawatan diantaranya:
bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap ill dan bagaimana
tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial
di lingkungantempat tinggalnya.

3.4 Beda antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan sosiocultural pole

Perbedaan antara perkembangan antropologi keperawatan biological pole dan sosiocultural pole,
adalah :

Menurut Foster/Anderson, Antropologi keperawatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan


penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Pokok perhatian kutub biologi :

- Pertumbuhan dan perkembangan manusia

- Peranan penyakit dalam evolusi manusia

- Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)


Pokok perhatian kutub sosial-budaya :

- Sistem medis tradisional (etnomedisin)

- Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka

- Tingkah laku sakit

- Hubungan antara dokter pasien

- Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada


masyarakattradisional.

3.5 Kegunaan antropologi keperawatan

Kegunaan dari antropologi keperawatan, yaitu :

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan


pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang
dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai
pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi,
emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya,
hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan
kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.

Secara umum, antropologi keperawatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan
lain sebagai berikut : (1) Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi
yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh ; pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme
yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik. (2) Memberikan suatu model
yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.

Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat
bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada
situasi yang baru. (3) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang
suatu kondisi yang ada di masyarakat.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari data yang saya dapatkan, saya dapat menyimpulkan :

Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa ilmu sosial memberikan sumbangan ke
ilmu kedokteran. Dimana berdasarkan biomedical awalnya untuk melihat manusia dari sisi penyakit,
sedangkan sociomedicine untuk melihat manusia dari pasiennya sendiri.

Perkembangan antropologi keperawatan sehubungan dengan fenomena konsep sehat dan sakit
dapat dilihat dari faktor berikut : (1) biologis dan ekologis, disebut, sebagai kutub biologi dengan
mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia maupun penyakit perkembangan penyakit
dalam evolusi ekologis. Kajian ini didukung ilmu-ilmu lain seperti genetika, anatomi, serologi,
biokimia ; (2) psikologis dan sosial budaya, disebut sebagai kutub sosial mengamati perilaku sakit
pada pasien, mempelajari etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan perawat-
dokter-pasien-petugas farmasi. Kajian ini didukung ilmu-ilmu seperti psikologi, sosiologi,
administrasi, politik, komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan.

4.2 Saran

Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban
manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa
serta penyakit baru yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada.
Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://kafeilmu.co.cc/tema/artikel-sosio-antropologi- pendidikan-sosial.html

http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep- sehat-sakit-dan-penyakit-dalam-konteks-
sosial-budaya/

http://ardycozt.blogspot.com/2012/11/antropologi-dan-sosiologi-keperawatan.html

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Social Profiles

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail

Popular

Tags

Blog Archives

Meng Group Beberapa Shapes Agar Seperti Gambar Di Ms.Word

Membuat kumpulan shapes. Di dalam Microsoft word pasti pernah mendengar membuat bagan,
flowchart, ataupun struktur. Beberapa anak ada y...

Cara Mengganti Banyak Kata Yang Sama Dengan Satu Cara di Dalam Microsoft Word

Pernahkah anda membuat makalah / skripsi ataupun tesis??? Bagi yang kuliah maupun sekolah
pasti pernah membuat sebuah makalah, baik itu...

Membuat Dua Halaman Dalam Satu Lembar Dengan Nomor Halaman Di Bagian Bawah Kanan Dan
Halaman Kedua Pada Bawah Kiri
Beberapa orang di dalam membuat buku banyak menggunakan kertas yang berukuran A4
ataupun letter, tetapi ada juga dari mereka yang menggun...

MENGATUR JARAK SPASI SKRIPSI

Posting saya kali ini mengenai cara mengatur jarak spasi di skripsi. Seperti yang kita tahu bahwa
dalam mengatur jarak di skripsi pasti ham...

MENGATUR MARGIN DENGAN UKURAN BERBEDA

Dalam pembuatan sebuah makalah, skripsi maupun tesis, terkadang sebuah universitas
menetapkan beberapa peraturan di dalam pembuatanya bi...

Cara Memberi Halaman Dengan Posisi Yang Berbeda, Halaman Pertama (Setiap Bab) Di Bagian
Tengah Bawah Dan Yang Lain Berada Di Bagian Atas Kanan.

Pertama yang harus kita lakukan untuk membuat halaman suatu makalah itu berbeda adalah
dengan membuat satu makalah terebih dahulu. Karena i...

KETERKAITAN ANTARA ILMU ANTROPOLOGI DENGAN ILMU KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat m...

Membuat 1 header table agar otomatis ikut dalam halaman berikutnya.

Apabla kita membuat table dengan banyak table ke bawah terkadang males untuk meng copy
header ke setiap halaman berikutnya. Karena terlalu ...

KETERKAITAN ANTARA ILMU DEMOGRAFI DENGAN ILMU KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjattkan pada Allah SWT yang telah
melimpahakan rahmat dan hida...

KETERKAITAN ANTARA ILMU SOSIOLOGI DENGAN ILMU KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjattkan pada Allah SWT yang telah melimpahakan rahmat
dan hidayan-Nya sehingga saya dapa menyele...

Diberdayakan oleh Blogger.

My Google+

Blog Archive

► 2016 (1)
► 2015 (33)

▼ 2014 (15)

► Desember (2)

▼ Juli (4)

KETERKAITAN ANTARA ILMU ANTROPOLOGI DENGAN ILMU KE...

KETERKAITAN ANTARA ILMU DEMOGRAFI DENGAN ILMU KEPE...

KETERKAITAN ANTARA ILMU POLITIK DENGAN ILMU KEPER...

KETERKAITAN ANTARA ILMU SOSIOLOGI DENGAN ILMU KEPE...

► April (1)

► Maret (5)

► Januari (3)

► 2013 (17)

About Me

Foto saya

online shop

Lihat profil lengkapku

PENGUNJUNG

Categories

CONTOH ABSTRAK GADGET TERBARU HUKUM ILMU KEPERAWATAN Komputer KUMPULAN SKRIPSI
TERBARU MAKALAH GEOGRAFI Resetter Printer SKRIPSI BAHASA INGGRIS SKRIPSI SOSIOLOGI umum

Chat Box
Mengenal Antropologi Kesehatan, Pandangan “Sehat Dan Sakit” dari Aspek Sosial – Budaya, Sistem
Medis, dan Etnomedisin

Ditulis pada November 13, 2015

Medical_Anthropology

Banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang kesehatan. Ilmu-ilmu tersebut
diantaranya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain-lainnya yang mengkaji kesehatan berdasarkan
disiplin ilmu masing-masing. Pandangan kesehatan dari segi sosiologis adalah “sakit” tidak hanya
memiliki peran secara individu, tetapi juga peran sakit mengakibatakan individu “bergantung pada
orang lain”, dan menimbulkan adanya penyimpangan sosial. Tidak hanya individu yang merasakan,
tetapi juga keluarga / kerabat juga turut merasakan akibatnya. Sosiologi kesehatan memiliki akses ke
sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan. Pandangan kesehatan dari segi
antropologi adalah konsep sehat dan sakit dipandang dari segi kebudayaan (dieses) dan dari
perspektif medis (illness). Sedangakan pandangan kesehatan dari perspektif psikologis adalah
berkaitan dengan bagaimana karakteristik pribadi seseorang yang memandang penyakit dari
pengalaman pribadi mereka dan memberikan kontribusi berupa keyakinan untuk kesehatan.

Dalam tulisan ini, penulis mengkaji pandangan kesehatan dari segi antropologi. Antropologi
kesehatan (medis) turut serta menyumbangkan pemikirannya berkaitan dengan konsep “sehat” dan
“sakit”, hubungan antara individu yang “sakit” dengan lingkungan tempat tinggalnya dalam
masyarakat. Antropologi medis juga membahas tentang berbagai pandangan pengobatan kesehatan
yang ada di seluruh dunia, pandangan antara pengobatan tradisional yang dulunya disebut orang
Barat sebagai pengobatan “primitif”, dan pengobatan modern Barat yang sudah diakui secara klinis.
Lalu, apakah antropologi kesehatan ditinjau dari segi pandangan ilmu pengetahuan? Apakah
antropologi medis memiliki hubungan dengan kebudayaan suatu masyarakat? Apakah ada
perbedaan pandangan kesehatan antara satu negara dengan negara yang lainnnya?

Pengertian Antropologi Kesehatan

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986;1-3). Menurut Weaver, antropologi kesehatan adalah cabang dari
antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
Menurut Hasan dan Prasad, antropologi kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak
pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum
kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan
manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22).

Sedangkan menurut Fabrega : antropologi kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai
faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara
dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan
penyakit; dan mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-
pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167). Jadi, menurut pandangan penulis, antropologi kesehatan
adalah disiplin ilmu yang membahas konsep sehat dan sakit secara biologis dan sosiol budya
berkaitan dengan tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara individu dan
kelompok, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia sebagai anggota masyarakat
yang ditinjau secara tradisional maupun medis (dunia kedokteran).

Sejarah Antropologi Kesehatan

Pada tahun 1849, Rudolf Virchow, seorang ahli patologi Jerman terkemuka menulis, apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka ada pula ilmu yang
merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan hal-hal tersebut saling
berkaitan (inheren) dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai
antropologi. Namun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan
asal-usul bidang antropologi kesehatan, karena hanya sebatas cetusan inspirasi yang cemerlang dan
belum menjadi suatu disiplin ilmu.

Pada tahun 1953, untuk pertama kalinya timbul perhatian pada antropologi kesehatan yang
ditulis Caudill, berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidak menciptakan suatu subdisiplin ilmu baru. Hingga sepuluh tahun
kemudian, tepatnya pada tahun 1963, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai
implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin antropologi kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan
yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science (3000 judul) yang terdaftar
dalam bibliografi yang memberikan kontribusi penting akan sistem medis bagi ilmu antropologi.
Pandangan “Sehat dan Sakit” Ditinjau dari Segi Sistem Medis sebagai Startegi Adaptasi Sosial-
Budaya

Sistem medis adalah “pola-pola dari pranata-pranata sosial dan tradisi-tradisi budaya yang
meyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlaku
khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik” (Dunn 1976 : 135). Maksudnya, sistem medis
tidak hanya mempengaruhi individu dalam kelompok tetapi juga tradisi yang ada di kelompok
tersebut yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Penyakit, dengan rasa sakit dan
penderitaannya merupakan kondisi manusia yang dapat diramalkan, serta ada gejala biologis
maupun kebudayaan. Sebelum kita mengalami sakit, ada gejala-gejala tertentu yang terjadi di dalam
diri kita. Contohnya, pada saat ini kita mulai masuk musim pancaroba, dimana seringkali kekebalan
tubuh menurun, sehingga kita mudah terserang penyakit. Penyakit yang seringkali muncul adalah :
batuk, pilek, demam, dan rasa tidak nyaman yang ada di tubuh bisa kita, rasakan dulu gejalannya
sebelum penyakit itu benar-benar menyerang tubuh kita.

Pada manusia, penyakit mengancam secara besar-besaran, tidak hanya kemanan biolois
penderita dan kelompok yang terancam, juga mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi
kelompok penderita. Sepertihalnya individu yang hidup dalam kelompok, jika satu individu terkena
sakit maka juga akan mempengaruhi perannannya dalam kelompok tersebut, misalnya epidemi
penyakit satu individu yang menyerang ke anggota kelompok sehingga ada perubahan dari segi
sosial dan ekonomi. Pada perkembangannya, muncul rasa simpati dan empati dari kelompok untuk
menyembuhkan “si sakit”.atau membiarkan “si sakit” untuk sembuh sendiri diluar kelompoknya.
Makna sakit bagi orang sakit adalah sejauh ia tidak dapat memenuhi kewajiban normalnya terhadap
warga lain dan ia dianggap berbahaya bagi kelompok tersebut. Contohnya adalah penyakit ebola
yang menyebar pada wilayah Afrika yang menyebabkan penyakit tersebut menular pada individu ke
masyarakat, yang kemudian menjadi epidemi / wabah.

Sistem medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan pada tingkatan yang lebih abstrak, yang
dalam isi dan bentuknya mencerminkan pola dan nilai yang kurang nampak. Di desa Tintzantzan di
Meksiko, kesehatan didefinisikan dalam rangka kesimbangan antara kekuatan-kekuatan yang
“panas” dan “dingin”. Panas dan dingin menurut pandangan orang China berkaitan antara
keseimbangan Ying dan Yang. Kekuataan-kekuatan ini berada dalam tubuh dan alam sekitar.
Konsistensi dalam pola kebudayaan terdapat pada banyak masyarakat, kepercayaan dan praktek
medis adalah magi. Ilmu gaib dipakai untuk menjelaskan semua hal berkaitan dengan kemalangan
dan mengawasi lingkungan sosial. Contohnya pada masyarakat Jawa, masih percaya akan adanya
sawan. Sawan ini berkaitan dengan sawan manten dan sawan yang berkaitan dengan orang
meninggal. Contoh lainnya masyarakat Jawa memang memiliki kepercayaan akan dunia medis, tapi
seringkali mereka lebih percaya akan pengobatan alternatif / tradisional. Para dukun-dukun di Jawa
juga dipercayai memiliki kekuatan mistis yang dapat menyembuhkan orang sakit yang memiliki
kekuatan supranatural yang dapat berkomunikasi dengan roh-roh halus. Di negara Barat, kedokteran
formal menonjol dari segi ilmiahnya, yang terbukti secara medis dalam dunia kedokteran modern.
Etnomedisin

Etnomedisin berkaitan dengan sistem budaya penyembuhan dan parameter pengetahuan


penyakit. Berbagai konstruksi bermakna lintas budaya dapat dilihat untuk menantang prosedur
biomedis epidemiologi (Kleinman, 1980). Sedangkan menurut Foster/Anderson, istilah etnomedisin,
pada masa kini merupakan pengetahuan luas yang berasal dari rasa keingintahuan para ahli-ahli
antropologi akan dunia medis, dan metode-metode penelitian untuk menambah pengetahuan yang
ditinjau secara teroritis dan praktis (Foster/Anderson, 1986;61). Etnomedisin dibagi menjadi dua
kategori, yaitu personalistik dan naturalistik.

Personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen aktif karena alasan tertentu seperti : makhluk supranatural (gaib atau dewa); makhluk
bukan manusia ( hantu, roh leluhur, roh jahat); manusia (Penyihir dan tukang tenung). Naturalistik,
penyakit (illness) dijelaskan sebagai bagian dari sistem, bukan sebagai pribadi. Adanya suatu model
keseimbangan bahwa, ia dikatakan sehat apabila unsur-unsur dalam tubuh tetap, seperti yin dan
yang, cairan dalam tubuh seimbang. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka akan menyebabkan
penyakit. Adanya faktor “supranatural” dan “nonsupranatural” yang mempengaruhi. Salah satu
contoh dari etnomedisi adalah pengobatan India dan China. Pengobatan Ayurveda, yang berasal dari
India Menurut teori Ayurveda, alam semesta terdiri dari 5 unsur : bumi, air,api, udara ditambah eter
(ether). Manusia memiliki 3 humor disebut dosha (flegma, empedu, dan gas dalam tubuh disebut
tridosha). Dikatakan sakit apabila salah satu dosha tidak berfungsi, sedangkan dikatakan sehat jika
tridosha berfungsi dengan baik. Pengobatan tradisional China, yin dan yang dianggap sebagai unsur
primordial dari mana alam semesta yang berputar. Yang mewakili segala unsur yang positif dan
panas, ying mewakili segala unsur yang bersifat negatif dan dingin. 5 unsur utama dalam tubuh: air,
api, udara, tanah dan kayu penyakit sakit diakibatkan kerusakan, bisa dari unsur luar dan dalam,
sebab fisik dan mental.
PENGARUH BUDAYA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS

PENGARUH BUDAYA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

A. P ENDAHULUAN

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satunya yang dianggap mempunyai peranan yang sangat penting adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun maksud dari pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
Pada saat ini pandangan tentang keperawatan berbeda dibanding masa lalu . Salah satu
sebabnya adalah ada perbedaan situasi pada ruang perawatan maupun pandangan terhadap
konsep – konsep keperawatan. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses
profesionalisasi, yaitu terjadi suatu perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai
tuntutan secara global dan lokal. Untuk mewujudkannya maka perawat di Indonesia harus
mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada klien dan berpartisipasi
secara aktif dalam meningkatkan eksistensi profesi keperawatan.
Perawat merupakan seorang praktisi profesional dengan suatu keahlian tersendiri yang
sepanjang pekerjaannya selalu berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lain yang terkait
dengan keperawatan.
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, di tujukan pada individu, keluarga, masyarakat baik yang sehat maupun
sakit yang mencakup biopsikososial dan spiritual yang komprehensif.
Berdasarkan konsep di atas, konsep asuhan keperawatan maternitas juga di laksanakan secara
komprehensif yang mencakup seluruh aspek dalam diri individu. Pengetahuan perawat
tentang aspek kebudayaan akan memberikan implikasi yang positif dalam melaksanakan
proses keperawatan yang efektif.

B. KONSEP TENTANG BUDAYA dan KEBUDAYAAN

Budaya harus di bedakan dengan kebudayaan, budaya adalah “ daya dari budi “ yang berupa
cipta, karsa dan rasa itu.
Tylor ( dalam J Vaan Baal, 1970 ) memdefinisikan kulture (budaya) sebagai keseluruhan
ketrampilan, kebiasaan dan pengertian yang di dapatkan dan belajar yang berlaku untuk
kelompok tertentu.
Koetjaraningrat ( 1989 ) mendefinisikan sebagai keseluruhan system gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dengan belajar.
Sedangkan Kluckon ( 1949 ) menyatakan bahwa kebudayaan berarti sejumlah cara hidup
orang, warisan sosial individu yang ia peroleh dari kelompoknya.
hubungan manusia dan kebutuhannya dapat di katakan bahwa kebudayaan itu merupakan
respon manusia terhadap kebutuhan dasarnya. Kebudayaan adalah prilaku yang harus di
pelajari seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dapat juga di katakan sebagai
cara hidup manusia yang di rancang sebagai pedoman hidupnya. Cara hidup tersebut
merupakan warisan sosial yang di pelajari dan di miliki oleh kelompok manusia. Berdasarkan
uraian di atas kebudayaan dapat di definisikan sebagai cara hidup yang di pelajari dan di
miliki oleh kelompok manusia. Berdasarkan uraian di atas kebudayaan dapat di definisikan
sebagai cara hidup yang di pelajari dan di miliki bersama- sama secara kemasyarakatan di
teruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Meskipun kebudayaan yang satu berbeda
dengan kebudayaan lainnya, semua kebudayaan berisi ciri atau unsur-unsur yang bersifat
universal.

Tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal menurut para sarjana adalah :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia ( pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
dll )
2. Mata pencaharian hidup dan system ekonomi ( pertanian, peternakan, system produksi, dsb
)
3. Sistem kemasyarakatan ( system kekerabatan, system perkawinan dan system hukum )
4. Bahasa ( lisan maupun tertulis )
5. Kesenian.
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi/ Kepercayaan.

Kebudayaan dapat di bagi menjadi 3 bagian utama yaitu (1) adat istiadat, (2) system
kepercayaan dan (3) benda hasil karya manusia.
Adat istiadat berarti kelompok kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah cara yang
sesungguhnya dari anggota masyarakat bertingkah laku. Anak-anak mulai belajar adat
istiadat ketika mereka masih kecil, cara komunikasi, cara supaya tetap bersih dan lain-lain.
Sistem kepercayaan adalah seperangkat ide atau gagasan yang menetapkan standar prilaku
yang baik dan buruk, serta memberikan makna dan maksud hidup. Termasuk dalam
pengertian system kepercayaan adalah religi dan norma yang menetapkan cara seseorang
harus berprilaku. Pada masyarakat yang belum menganut agama Islam atau Kristen di
pedalaman Kalimantan, religi dan norma saling melengkapi bagaimanapun juga system
kepercayaan merupakan bagian dari kebudayaan terutama berguna bagi individu sebab
memberikan bimbingan dan arahan untuk menentukan tindakan.
Benda hasil karya adalah objek yang di hasilkan dan di pakai masyarakat, termasuk alat-alat
yang di pakai untuk memproduksi benda-benda lain. Benda-benda tersebut di kembangkan
oleh masyarakat sendiri atau di tiru dari masyarakat lain.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Keperawatan Maternitas adalah pelayanan keperawatan profesional


yang di berikan kepada wanita usia subur yang meliputi :
- Sistem reproduksi.
- Masa kehamilan.
- Masa persalinan.
- Masa pasca salin.
- Bayi baru lahir s/d usia 28 hari.
Adapun falsafah keperawatan maternitas meliputi :
1. Keperawatan maternitas di pusatkan pada:
 Keluarga dan masyarakat dengan memberikan asuhan keperawatan holistik
 Menghargai klien dan keluarganya
 Menyadari bahwa klien, keluarga, masyarakat berhak menentukan perawatan yang sesuai
dengan dirinya.
2. Setiap individu berhak lahir secara optimal
 Wanita hamil dan bayi yang dikandungnya
 Wanita pada masa persalinan dan pasca salin beserta bayinya berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
3. Kehamilan, persallinan dan gangguan kesehatan merupakan tugas perkembangan kelluarga
yang dapat menyebabkan krisis situasi.
4. Meyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal.
5. Awal kehamilan merupakan awal bentuk interaksi keluarga
6. Sikap, nilai dan perilaku sehat setiap individu dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
agama dan kepercayaan.
7. Keperawatan maternitas berfungsi sebagai advokat/pembela untuk melindungi hak klien.
8. Mempromosikan kesehatan merupakan tugas penting bagi keperawatan maternitas.
9. Keperawatan maternitas memberikan tantangan bagi perawat dan merupakan faktor utama
dalam mempromosikan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
10. Yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan maternitas.

D. ASPEK BUDAYA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


Asuhan keperawatan maternitas sebagai wujud pelaksanaan asuhan keperawatan profesional
yang holistik juga tidak terlepas dari aspek budaya dalam penerapannya. Latar belakang
budaya sangat mempengaruhi sikap, nilai dan perilaku hidup sehat tiap individu.
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bersifat Plural (majemuk) di tambah sekarang
memasuki era globalisasi dimana pasien tidak hanya bangsa Indonesia saja, melainkan juga
orang-orang asing yang tentunya mempunyai latar belakang budaya yang sangat jauh berbeda
dengan kebudayaan Indonesia. Kenyataan ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi.
Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada budaya
di Kalimantan Selatan seperti:
Sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil tidak diperbolehkan untuk menyiapkan
perlengkapan bayinya dengan alasan persiapan sebelum waktu mandi-mandi dapat
menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu. Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan
prematur (28 minggu kehamilan), maka tidak ada persiapan yang matang untuk memenuhi
perlengkapan bayi. Oleh sebab perawat keperawatan maternitas harus mampu
mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.
Usia kehamilan 28 minggu ibu hamil dianjurkan melakukan mandi-mandi/siraman dengan
menggunakan air bunga dan mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh badan ibu
yang hamil dengan alasan agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan roh
gaib. Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan untuk
memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang aneh/mengejek
oranglain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin dan mereka berkeyakinan bayi yang akan dilahirkan
akan menjadi cacat atau seperti binatang yang dilukai.
Bagi Ibu yang hamil dan bapak bayi tidak diperbolehkan mandi dengan menggunakan sarung
atau kain panjang yang dililitkan ke lehernya, dengan alasan dapat membuat lilitan tali pusat
pada bayi sehingga mempersulit kelahiran.
Perawat harus mengkaji budaya yang ada di masyarakatnya untuk memudahkan dalam
menentukan penegakan diagnosa keperawatan maternitas.

E. PENUTUP
Pengkajian budaya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas akan sangat bermanfaat
untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Manfaat yang akan diperoleh seperti:
 Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga dapat mengatasi masalah
kesehatan dengan tepat sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang
telah ditetapkan.
 Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang di bawah standar dan ataupun berlebihan akibat efek
samping atau komplikasi dari pelayanan kesehatan yang dibawah standar.
 Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, erat
hubungannya dengan kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan
pemakai jasa pelayanan.
 Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya
gugatan hukuman.

Asuhan keperawatan maternitas sebagai pelayanan keperawatan profesional yang di tujukan


kepada wanita usia subur, bayi beserta keluarganya agar dapat beradaptasi secara holistic,
maka peran perawat perlu ditingkatkan dalam menerapkan proses keperawatan yang tidak
terlepas dari kemampuan perawat dalam menggali latar belakang budaya klien dan keluarga
agar sikap, nilai dan perilaku sehat yang dimilikinya tetap dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

A.W. Widjaja, (1986), Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat,


Akademika Pressindo, Jakarta
Doengoes. M, (2001), Perawatan Bayi dan Maternal, EGC, Jakarta
Hamilton Mary P, (1997), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
J. Van Baal, (1987), Teori Antropologi Budaya, Gramedia, Jakarta
Koentjaraningrat, (1989), Pengantar Ilmu Antropologi Budaya, Aksara Baru, Jakarta
P.J.M. Stevens et all, (1999), Ilmu Keperawatan Jilid 2, Edisi 2, EGC, Jakarta
Sarwono Prawirohardjo, (2001), Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Nilai, Moral dan Budaya dalam Etika Profesi Keperawatan

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, realitas keadaan ekonomi yang ada, perbedaan
dalam masyarakat, dan adanya perkembangan global membuat perawat tidak bisa menghindari
akan adanya isu etis saat berhubungan dengan individu, komunitas, masyarakat, tempat kerja dan
lainnya (Rich and Butts, 2010). Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas) telah
menjadi masalah utama disamping masalah hukum, baik bagi pasien, masyarakat maupun pemberi
layanan kesehatan. Setiap dilema membutuhkan jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu
baik dikerjakan untuk pasien atau baik untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik (Suhaemi,
M.E.,2004). Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak emosional
seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional (Tappen, 2005).
Penting bagi semua kalangan keperawatan bukan hanya perawat di klinik, tapi juga pendidik di
institusi pendidikan untuk mengerti, mengetahui dan memahami lebih jelas etika profesi
keperawatan

Awal mula keperawatan profesional dimulai oleh Florence nightingle pada abad ke 19. Sebuah
sekolah keperawatan di Inggris yang didirikannya adalah tempat pertama dimana pembentukan nilai
dan etik dalam keperawatan mulai dibicarakan (Kuhse and Singer, 2001). International Council o
Nurses (ICN) yang menjadi penggagas pertama dalam mengembangkan kode etik keperawatan
didirikan pada tahun 1899. Pada tahun 1990, buku pertama etika keperawatan berjudul “Nursing
Ethic:for hospital and private use” ditulis oleh perawat senior Amerika bernama Isabel Hampton
Robb. Pada awalnya di tahun 1960-an, kode etik keperawatan masih terfokus kepada aspek
‘physician’ yang mana memang keadaan waktu itu perawat adalah perempuan dan kedokteran
didominasi laki-laki. Pada 1973, kode etik telah keperawatan berubah pandangan menjadi lebih
fokus kepada pasien (Butts, 2006).

Kode etik merupakan panduan yang sistematis bagi perawat untuk membentuk perilaku etik yang
akan menjawab pertanyan normatif akan nilai dan kepercayaan apakah yang seharusnya diterima
secara moral. Walaupun tidak ada kode etik yang dapat memberikan jawaban penuh, kode etik
dapat memberikan pendekatan yang lebih baik untuk dapat memecahkan dilema atau kasus etik
(Beauchamp and Childress, 2001). Kode etik keperawatan ada kerena perawat sebagai profesi
mengakui prinsip dan standart manusia untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.

Australia Council of Nursing menyatakan bahwa Perawat menerima hak universal manusia dan
tanggung jawab moral untuk menjaga perbedaan dan kesamaan hak dari semua orang. Ini mencakup
adanya pengakuan, penghormatan dan melindungi perbedaan masyarakat, budaya, nilai, ekonomi
hak sosial dan politik serta moral etika yang ada dan melekat pada setiap diri manusia (ACN, 2009).
Hal ini memunculkan pandangan bahwa kode etik tidak lepas dari adanya nilai, norma dan budaya
yang ada di individu dan masyarakat sebagai dasar timbulnya kode etik itu sendiri.

Canadian Nurse Association (CNA) membagi kewajiban etik ke dalam 7 nilai utama sebagai dasar
hubungan profesional antara perawat dengan individu, keluarga, grup, komunitas dan masyarakat.
Kode etik dari persatuan perawat di Kanada ini akan diperbaharui secara berkala untuk memastikan
bahwa kode etik ini akan memenuhi kebutuhan perawat dengan mencerminkan perubahan dalam
nilai sosial dan kondisi yang ada di masyarakat (CNA, 2008). Hal ini menegaskan bahwa kode etik
merupakan panduan etika yang akan terus berkembang. Perkembangan yang sejalan dengan
perubahan konteks sosial masyarakat yang dapat memiliki pengaruhi signifikan terhadap praktik
keperawatan.

Nilai dalam Etika Profesi Keperwatan

Nilai merupakan hal yang tidak lepas dalam praktek profesi keperawatan. American Nurse Asociation
(ANA) mengatakan bahwa nilai merupakan hal yang penting dan ditegaskan keberadaanya
(emphasized) dalam Kode Etik Keperawatan (ANA, 2001). Nilai merupakan pandangan dan evaluasi
individu atau masyarakat terhadap apa yang baik dan diinginkan ataukah sesuatu itu tidak baik dan
tidak diinginkan (Rich and Butts, 2010).

Nilai dalam keperawatan mencakup penghargaan akan apa yang penting dan baik untuk profesi dan
keperawatan begitu pula baik untuk pasien sendiri (Rich and Butts, 2010). Mempertahankan
integritas dalam menghargai nilai berarti bertindak secara konsisten dengan nilai personal manusia
dan nilai dari profesi (ANA, 2001). Nursing Council of Hongkong dalam kode etik keperawatan
diwilayahnya mengatakan bahwa perawat harus mengahargai martabat, nilai, budaya dan
kepercayaan pasien dan keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan (NCH, 2009).

Nilai dalam keperawatan mempunyai peran vital dalam penyelesaian masalah etik. Rich dan Butts
menjelaskan ketika perawat dipaksa dan ditekan untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
nilai mereka, nilai dari seorang perawat harus dapat memandu penalaran moral dan aksi perawat
bahkan ketika orang lain menantang kepercayaan perawat (Rich and Butts, 2010). Dari sini jelas
bahwa etika atau perilaku etik yang digunakan perawat dalam praktek profesinya tidak lepas dari
nilai-nilai keperawatan sendiri sebagai dasar, sebagai panduan yang memberikan pencerahan dan
tertuang dalam Kode Etik Keperawatan.

Nilai adalah cikal bakal daripada etika keperawtan itu sendiri. Pullman mengatakan bahwa ada dua
konsep dari martabat manusia. Yang pertama adalah martabat dasar (basic dignity), dan kedua
adalah martabat personal (personal dignity). Memahami konsep martabat individu yang menjadi
bagian utama dan penting dari diri seseorang dan pasien lainnya merupakan nilai sendiri yang mana
menjadi dasar bagi perawat dalam melakukan penalaran moral (Pullman, 1999). Penalaran moral
yang menjadi dasar perilaku etik seorang perawat dijelaskan pullman diatas harus menghargai dan
memahami martabat dari individu. Nilai yang profesional adalah bagian didalam penalaran moral
(moral reasoning) (Rich and Butts, 2010).

Moral dalam Etika Profesi Keperawatan

Australian Council of Nursing mengatakan bahwa perawat yang menghargai kualitas layanan
keperawatan dalam mengambil keputusan mempertimbangkan perawatan sesesorang, menerima
nilai moral pasien dan bertanggung jawab dalam memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman dalam memberikan perawatan profesional. Lebih lanjut ACN
menjelaskan bahwa perawat menghargai nilai dan kebaikan dalam diri seseorang dengan cara
menghargai nilai moral pasien dan martabatnya (ACN, 2009).

Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti kebiasaan, adat. Moral
merupakan suatu standar salah atau benar bagi seseorang. Moral adalah standart yang paling dasar
dari apa yang benar dan salah yang individu pelajari dan masukkan ke dalam dirinya (Bertens, 1993).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau
susila.

Perawat menghargai aspek legal dan moral baik dari individu, termasuk anak-anak, untuk
berpartisipasi kapanpun dimungkinkan dalam pengambilan keputusan terhadap pelayanan
keperawatan dan medis yang akan mereka terima (ACN, 2009). Kepercayaan seorang perawat,
berdasar pada penalaran moral yang baik, yang harus mengarahkan perawat saat memberikan
pelayanan (Butts, 2006).

Secara umum, penalaran menggunakan proses pemikiran yang abstrak untuk memecahkan masalah
dan menyusun rencana. Penalaran Moral menyinggung bagaimana tentang manusia seharusnya
bertindak (Angeles, 1981). Lalu bagaimanakan menggunakan penalaran moral ini dalam praktek
keperawatan?. Aristotle dalam Broadie (2002) menyebutnya sebagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan
berfokus kepada pencapaian yang baik, dengan cara mengetahui bagaimana harus bertindak dalam
situasi tertentu, melakukan pertimbangan yang mendalam, dan mempunyai watak yang konsisten
dan karakter yang bagus. Sehingga, praktek keperawatan yang berdasarkan pertimbangan moral
adalah praktek keperawatan yang mendasarkan pertimbangan bijaksana dalam mengambil
keputusan, terlebih keputusan etik.

Karena perawat menerima dan menghargai moral individu pasien dalam memberikan layanan
asuhan keperawatan yang berkualitas, maka etika perawat dalam praktek keperawatan harus
memperhatikan moral individu baik moral pasien maupun moral perawat sendiri. Hal ini
menandakan bahwa aspek moral berpengaruh kepada etika profesi keperawatan. Perbedaan moral
pada setiap individu menuntut perbedaan ‘kebijaksanaan penilaian moral’ oleh perawat dalam
memberikan pelayanan yang beretika dan profesional.

Budaya dalam Etika Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan mengakui adanya perbedaan di dalam masyarakat. Menghargai perbedaan


masyarakat memerlukan perawat untuk memahami bagaimana latar belakang perbedaan budaya
dan bahasa dapat mempengaruhi ketersediaan dan penerimaan layanan keperawatan dan
kesehatan di sebuah tempat (ACN, 2009).

Kebudayaan merupaka sistem yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di
dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006). Budaya terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat.
Masyarakat menggunakan komponen budaya dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan,
perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam kehidupan mereka
(Kalangie, 1994).

Canadian Nurse Asociation (CNA) menyatakan bahwa konteks sosial dimana perawat bekerja akan
terus berubah dan memberikan pengaruh yang signifikan untuk praktek keperawatan. Dengan
merubah secara berkala isi dari kode etik keperewatan, diharapkan kode etik akan mampu
memenuhi kebutuhan perawat untuk mengikuti perubahan nilai sosial dan kondisi yang
mempengaruhi masyarakat, perawat dan penyedia layanan kesehatan lain (CNA, 2008). Menghargai
masyarakat membutuhkan perawat untuk mengenali dan mendengarkan klaim moral dari
masyarakat dan hak dasar manusia sebagai penyokongnya. Hal ini termasuk mendengarkan
kebutuhan dan perhatian masyarakat yang mungkin mempunyai inisiatif sendiri untuk pemenuhan
kebutuhan kesehatannya (ACN, 2009).

Dari sini dapat diketahui bahwa budaya masyarakat disebuah tempat menjadi penting bagi perawat
untuk ketahui, terima dan hargai. Budaya masyarakat menentukan penerimaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Masyarakat memiliki pandangan sendiri akan kebutuhan kesehatan
yang mereka cari. Perawat saat memberikan pelayanan hendaknya mampu menghargai nilai budaya
yang ada di dalam sebuah komunitas dan dapat dijadikan dasar etika dalam berhubungan dengan
masyarakat.

Daftar Pustaka

1. American Nurse Association (ANA). 2001. Code o Ethic for Nurse with Interpretive statement.
Silver Spring, MD :Author

2. Angeles, Peter A, 1981. Dictionary of Philosophy. New York: Barnes & Noble Books.

3. Australian College of Nusring (ACN), 2009. Code o Ethic for Nurses in Australia. Australia Nursing
Federation : Australia

4. Beauchamp T and Childress J (2001) Principles of Biomedical Ethics, Oxford University Press,
New York.

5. Bertens. K,1993.etika, Jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama

6. Broadie (2002). Comparison o sales people in multiple vs single level direct selling. Journal of
Selling and Management, Volume XXII, number 2, 67-75.

7. Butts, Jaeni B, 2006. Ethic in professional nursing practice. Joanett and Abarlett Publisher.

8. Canadian Nurse Association (CNA), 2008. Code of Ethic for Registred Nurse. CNA : Ottawa

9. Nico S Kalangie, (1994). Kebudayaan dan Kesehatan Pengembangan Pelayan-an Kesehatan


Primer Melalui Pen-dekatan Sosiobudaya. Jakarta : PT. Kesaint Blanc Indah Corp.
10. International Council of Nurses (1999–2006) Position Statements, ICN, Geneva. Available at:
www.icn.ch.

11. Johnstone M and Kanitsaki O (2007) ‘An exploration of the notion and nature of the construct of
cultural safety and its applicability to the Australian health care context’, Journal of Transcultural
Nursing, 18(3), pp. 247–56

12. Kalangie, Nico S (1994). Kebudayaan dan Kesehatan Pengembangan Pelayan-an Kesehatan
Primer Melalui Pen-dekatan Sosiobudaya. Jakarta : PT. Kesaint Blanc Indah Corp.

13. Kuhse and Singer, 2001. What is bioethics? A historical approach, a companion to bioethic (pp 3-
11). Oxford, UK: Blackwell.

14. Nursing Council o Hongkong, 2009. Code of Professional Conduct and Code of Ethics. NCH :
Hongkong

15. Rich and Butts, 2010. Foundation of Ethical Nursing Practice. Joane and Barnett Learning : LCC

16. Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia

17. Suhaemi, M.E.,2004. Etika Keperawatan : Aplikasi pada Praktek. Jkarta: EGC

18. Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing Leadership and
Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA. Davis Company.

19. World Health Organization (2001) Health and Human Rights Publication Series: 25 questions and
answers on health and human rights, WHO Press, Geneva. Available at: www.who.int.

Anda mungkin juga menyukai