Anda di halaman 1dari 12

HIV/AIDS Tidak Hanya Menyangkut Masalah Medis Tetapi Juga Masalah Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya makhluk yang tidak mampu hidup sendiri atau selalu
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal berbagai
gejal-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan
sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-
kadang timbul gejala sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial.

Masalah sosial merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan
hukum serta bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa
mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk (Soerjono Soekamto.1990). Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut
dengan hubungan antar manusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal
ini dinamakan masalah sosial karena bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang mengganggu
kelanggengan dalam masyarakat.

Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat dan berbagai factor yang menyebabkannya.
Kriteria utama masalah sosial yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial
dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama dan pokok dari
masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata
kehidupan. Sumber-sumber masalah sosial dapat disebabkan oleh factor manusia maupun oleh alam
seperti banjir, tanah longsor, gagal panen, maupun bencana alam lainnya.

Masalah-masalah sosial umum yang terjadi di masyarakat misalnya kemiskinan, kejahatan, disorganisasi
keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern, kenakalan remaja, pelacuran,
homoseksualitas dan masalah lingkungan hidup. Masalah sosial-masalah sosial yang sedang marak
terjadi saat ini adalah pergaulan bebas remaja dan pelacuran yang berujung pada terinfeksinya
seseorang virus HIV. Kasus-kasus HIV tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi di desa-desa juga
sudah ditemukan penderita HIV/AIDS. Menurut data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) kabupaten
Buleleng jumlah kasus HIV/AIDS terhitung pada April 2009 berjumlah 602 kasus yang tersebar di seluruh
kecamatan di kabupaten buleleng.

Kasus HIV/AIDSmerupakan masalah sosial karena adanya perlakuan di skriminasi terhadap ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS). ODHA dianggap orang-orang yang patut dikucilkan karena telah menyalahi norma-
norma yang berlaku di masyarakat, padahal mereka adalah orang-orang yang seharusnya mendapatkan
motivasi dan semangat hidup dari orang-orang di sekitarnya. Anggapan orang tentang HIV/AIDS yang
dapat menular dengan mudah adalah salah karena sesungguhnya penularan HIV/AIDS dapat dicegah.
Hal inilah yang mendasari penulis dalam menyusun makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS?

2. Apa itu HIV/AIDS?

3.Berapakah jumlahkasus HIV/AIDS yang terjadi di Kabupaten Buleleng?

4. Masalah sosial apakah yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS?

5. Bagaimakah peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, Keluarga dan LSM dalam menanggulangi kasus-
kasus HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS


Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS
Untuk mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng
Untuk mengetahui masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS
Untuk mengetahui peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus
HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng
1.4 Metode

Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan orang-orang yang berkompeten untuk mendapat informasi yang
diperlukan dalam penulisan makalah ini.

Kajian pustaka
Penulis melakukan kajian pustaka dari buku-buku literatur, brosur-brosur maupun dari makalah-makalah
yang relevan.

1.5 Manfaat

Dapat mengetahui isu-isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS


Dapat mengetahui apa itu HIV/AIDS
Dapat mengetahui jumlahkasus HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng
Dapat mengetahui masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS
mengetahui peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus
HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Isu-Isu yang berkembang di masyarakat tentang HIV/AIDS

Bagi masyarakat awam keberadaan penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya.
Bagi masyarakat istilah HIV dan AIDS biasanya tergambar sebagai masalah medis yang timbul akibat
suatu perilaku negative dalam pergaulannya. Penderitanya yang di sebut ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) sering dijauhi dalam pergaulan karena dianggap perilaku negatifnya dapat menimbulkan HIV
dan AIDS.

Banyak masyarakat menganggap penularan HIV dapat terjadi dengan mudah. Isu yang berkembang di
masyarakat mengenai penularan HIV adalah sebagai berikut:

Penularan HIV dapat terjadi karena bersalaman, berpelukan, atau berciuman dengan penderita HIV dan
AIDS
Kontak langsung seperti terpapar batuk atau bersin oleh penderita HIV dan AIDS
Memakai fasilitas umum bersama-sama dengan penderita HIV dan AIDS misalnya toilet
HIV dan AIDS dapat menular pada tempat pemandian umum misalnya memakai kolam renang bersama-
sama
Hidup bersama, berbagi makanan atau menggunakan alat makan secara bersama dengan ODHA
HIV dan AIDS dapat menular akibat gigitan serangga misalnya nyamuk
Berdasarkan isu yang berkembang pada masyarat mengenai penularan HIV kita akan cenderung
mengganggap bahwa HIV itu adalah virus mematikan yang dapat menular dengan mudahnya kapanpun,
dimanapun, dan kepada siapapun. Padahal dalam kenyataannya tidak seperti yang masyarakat
bayangkan.

2.2 Apa itu HIV/AIDS

Masyarakat sering mendengar nama penyakit tersebut dan merasa takut akan hadirnya penyakit
tersebut. Tetapi sebenarnya masyarakat belum mengetahui secara jelas apa itu HIV dan apa itu AIDS.
HIV (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. Terdapat dalam cairan tubuh
pengidapnya seperti darah, air mani atau cairan vagina. Pengidap HIV akan tampak sehat sampai HIV
menjadi AIDS dalam waktu 5-10 tahun kemudian. Walaupun tampak sehat mereka dapat menularkan
HIV pada orang lain. AIDS (Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit.

Seperti isu yang telah berkembang di masyarakat mengenai cara penularan HIV sebenarnya terjadi
kekeliruan pada pandangan masyarakat tersebut. Sebenarnya HIV hanya dapat menular melalui 4 cairan
tubuh yaitu cairan sperma, cairan vagina, darah, dan yang terbaru ditemukan bahwa virus HIV terdapat
pada cairan sumsum tulang belakang. Penularan HIV itu sendiri dapat terjadi melalui beberapa cara:

Melalui hubungan sex yang tidak terlindung (anal, oral, vaginal) dengan pengidap HIV
Melalui transfuse darah atau menggunakan jarum suntik secara bergantian
Melalui ibu hamil pengidap HIV pada bayi yang dilahirkan dan dari ibu ke anak selama menyusui.
HIV tidak ditularkan melalui pergaulan seperti berjabat tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, peralatan
makan, gigitan nyamuk, penggunaan jamban atau tinggal serumah, kontak dengan penderita yang betuk
atau bersin. Hal ini menjawab bahwa isu yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.

Siapapun bisa saja tertular HIV dan gejala yang diltimbulkan tidak dapat di bedakan dengan orang sehat
kebanyakan karena penampilan luar seseorang tidak menjamin mereka bebas HIV. Orang dengan HIV
positif sering terlihat sehat dan merasa sehat sebelum melakukan tes darah. Apabila melakukan tes HIV
barulah seseorang mengetahui dan menyadari bahwa dirinya tertular HIV. Tes HIV merupakan satu-
satunya untuk mendapatkan kepastian tertular HIV atau tidak. Pelayanan tes darah ini telah disediakan
oleh pemerintah di rumah sakit atau puskesmas dengan tidak dipungut bayaran.

Setelah terinveksi HIV biasanya tidak ada gejala dalam waktu 5-10 tahun. Kemudian AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

1.kehilangan berat badan secara drastis

2.diare yang berkelanjutan

3.pembekakan di leher dan di ketiak

4.batuk terus menerus

Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS pastilah muncul di pemikiran kita bagaimana upaya untuk
mencegah penularan HIV. Pencegahan HIV sangat mudah, tergantung pada prilaku kita sendiri.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan model pencegahanABCDE yaitu:

1.Absen Seks yaitu tidak melakukan hubungan seks sama sekali

2.Befaithfull yaitu saling setia dengan pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seks

3.Condom yaitu selalu menggunakan kondom jika melakukkan hubungan seks beresiko baik lewat
vagina, dubur, ataupum mulut

4.Don’t Inject yaitu tidak menggunakan alat-alat suntik atyau jarum bekas apalagi menggunakan
narkoba suntik
5.Education yaitu selalu mengikuti perkembangan informasi tentanng HIV/AIDS melalui membaca,
berbicara mengenai HIV/AIDS untuk menambah pengetahuan.

2.3 Jumlah Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)Kabupaten Buleleng, dari
tahun 2000 sampai April 2009 tercatat sejumlah 602 kasus dan 3 korban telah meninggal dunia. Dari 65
kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 tercatat 78% (51 orang) di derita oleh para laki-laki dan sisanya
22% (14 orang ) di derita oleh para perempuan. Menurut informasi yang penulis peroleh dari Yayasan
Citra Usadha Indonesia (YCUI) cabang Singaraja yang berlokasi di Lovina, kebanyakan dari penderita
HIV/AIDS disebabkan oleh perilaku seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik narkoba.

Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2000-2009 di Kabupaten Buleleng

Tahun

Jumlah

2000

2001

2002

10

2003

21

2004

2005

60
2006

125

2007

143

2008

165

Apr-09

65

TTotal

602602

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Buleleng

Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Buleleng

2.4 Masalah sosial yang dapat timbul oleh penyakit HIV/AIDS

Penanggulangan HIV dan AIDS di Bali sayangnya selama 20 tahun masih timpang pada kabupaten dan
sejumput LSM yang didukung oleh lembaga donor. Hanya sebagian kecil saja sektor swasta dan LSM
yang aktif, itu pun juga kebanyakan LSM yang dimotori oleh para ahli dibidang medis. Padahal
kompleksitas persoalan ini sudah lagi bukan masalah medis melainkan sudah menjadi masalah sosial,
yaitu dengan adanya stigma dan diskriminasi terhadap para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

ODHA mendapat stigma (cap negatif) dan diskriminasi dari masyarakat di sekitarnya. Ini nampak dari
begitu banyak penderita menerima perlakuan yang berbanding terbalik sebelum terdiagnosa HIV. Pada
rentang antara 10-12 tahun HIV memunculkan AIDS. Jadi, sang penderita menghadapi stigma dan
diskriminasi pada 10 tahun itu. Ini muncul karena persepsi keliru atas HIV dan AIDS terutama media
penularan serta pandangan mengenai masalah ini adalah masalah medis.

Stigma adalah alat kontrol sosial terampuh dalam menilai pihak berkarakteristik tertentu, maka dalam
kerangka stigma dan diskriminasi HIV dan AIDS sebenarnya adalah persoalan sosial yang tatarannya
sama dengan kemiskinan, kebodohan, dan apatisme, yang merupakan masalah semua orang.
Diskriminasi terhadap ODHA terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti contoh-contoh dibawah ini :
üPada saat masyarakat mengadakan upacara-upacara yang memerlukan bantuan dari seluruh krama
desa, ODHA tidak diperbolehkan untuk membantu bekerja karena takut tertular. Tetapi sebenarnya
ODHA bisa saja membantu dalam pekerjaan yang tidak akan menimbulkan luka atau sampai
mengeluarkan darah.

üDalam dunia kerja, ODHA sering dikucilkan dari pergaulan rekan-rekan kerjanya dan ada pula kejadian
dimana ODHA harus di PHK karena penyakit yang di deritanya itu. Untuk mencari lapangan pekerjaan
juga merupakan hal yang tidak mudah bagi mereka, banyak perusahaan yang menolak orang-orang
dengan HIV untuk bekerja padahal kalau kita lihat pengidap penyakit ini ada pada tataran usia produktif
kerja. Tentunya pembatasan kerja yang dilakukan sebenarnya akan mematikan berbagai sektor kerja
yang ada.

üDalam keluarga, ODHA juga kadang-kadang diberikan perlakuan yang tidak sama dengan keluarga
lainnya, misalnya dikirim keluar kota, dilarang bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan dilarang
pula membuka statusnya sebagai pengidap HIV karena keluarga masih menganggap hal itu sebagai aib
yang harus disembunyikan selamanya.

üDalam dunia medis, perlakuan diskriminasi yang terjadi pada ODHA misalnya ketika seorang penderita
yang harus mendapat operasi karena suatu penyakit atau kecelakaan mendadak harus dibatalkan
karena statusnya sebagai pengidap HIV.

Sebenarnya perlakuan diskriminasi seperti diatas tidak perlu terjadi seandainya semua orang memiliki
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan bagaimana proses infeksinya. Orang-orang dengan HIV sebenarny8a
adalah orang-orang yang patut diberikan dukungan agar di sisa hidupnya yang tidak lama lagi bisa
berbuat banyak untuk sesama baik untuk orang yang belum terinfeksi maupun yang telah terlanjur
terinfeksi.

Penanggulangan masalah ini seharusnya tidak lagi bergantung pada Negara atau lembaga donor saja.
Sudah waktunya digunakan pendekatan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk
menanggulangi masalah ini melalui pemberdayaan dan kemandirian di segala aspek khususnya
kelembagaan dan pendanaan.

2.5 d. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Pada saat ini ada tiga LSM di Kabupaten Buleleng yang berkecimpung dibidang HIV/AIDS, yaitu Yayasan
Citra Usadha Indonesia (YCUI), Yayasan Kesehatan Bangsa (Yakeba) dan Yayasan Gaya Dewata.
Sedangkan Tiga Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) telah terbentuk di Kabupaten Buleleng yaitu KDS Tali
Kasih, KDS Kosala, dan KDS Mitra Sehati. Peranan Pemerintah, Pelajar/Mahasiswa, keluarga dan LSM di
Kabupaten Buleleng dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS

a. Peranan Pemerintah
Komitmen pemerintah Kabupaten Buleleng dalam penanggulangan HIV/AIDS tidak diragukan lagi.
Program dilaksanakan secara komprehensif artinya adalah pada tempat-tempat dimana terjadi
penularan, dilaksanakan program mulai dari pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan serta
mitigasi didukung oleh kebijakan yang memberdayakan masyarakat untuk secara mandiri
menanggulangi masalah HIV dan AIDS. Program komprehensif juga berarti pelibatan seluruh komponen
masyarakat termasuk sektor-sektor pemerintah dan swasta, juga aparat-aparat setempat. Dengan
demikian penduduk yang paling berisiko tertular HIV dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan,
sementara stigma dan diskriminasi dapat dihilangkan. Program komprehensif dilaksanakan untuk
mengatasi semua penyebab penularan,baik melalui penggunaan narkoba suntik, transmisi seksual,
maupun penularan dari ibu ke bayi. Pelaksanaan program yang komprehensif menerapkan prinsip-
prinsip kewaspadaan universal dan berorientasi pada integrasi pemberian layanan kesehatan dalam
sistem yang sudah ada.

Melalui Keputusan Bupati Buleleng dibentuklah Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) adalah lembaga yang bertugas merumuskan kebijakan dan melakukan
koordinasi dalam penanggulangan HIV/AIDS di Buleleng. KPA melakukan koordinasi dengan instansi-
intansi pemerintahan yang ada di Buleleng. Dalam merumuskan kebijakan dalam penanggulangan HIV
dan AIDS, Pemerintah Kabupaten Buleleng mengambil kebijakan untuk mengatur penanggulangan HIV /
AIDS dalam suatu peraturan daerah yaitu Perda No 5 Tahun 2007 tentang Penanggulangan HIV/AIDS,
dengan Perda ini diharapkan mampu melindungi masyarakat dari HIV/AIDS. Berbagai program juga telah
dilaksanakan seperti salah satunya membentuk dan melatih Guru Pembina KSPAN (Kelompok Siswa
Peduli AIDS dan Narkoba) di seluruh sekolah SMP dan SMA/SMK Negeri dan Swasta se-Kabupaten
Buleleng serta pelatihan tutor sebaya KSPAN SMP dan SMA, pelatihan konselor profesional dan konselor
dasar bagi petugas kesehatan. Di sektor fisik pemerintah Kabupaten Buleleng menyediakan Klinik VCT
(Volountary Counseling and Testing) dan pada tahun ini Pemerintah Kabupaten berencana
mengembangkan VCT pada tiga Puskesmas, Klinik PMTCT (Prevention Mother to Child Tranmission), CST
(Care Support and Treatment), yang berada di RSUD Singaraja, PTRM (Pelayanan Terapi Rumatan
Methadone) di Puskesmas Buleleng I dan Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual) di Puskesmas Sawan I dan
Puskesmas Gerokgak II. Tahun 2006, pemerintah Kabupaten Buleleng menyediakan Sekretariat KPA.

b. Peranan Pelajar/Mahasiswa

1.Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS di sekolah dan kampusmasing-


masing.

2.Berpatisifasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan KPA maupun LSM.

3.Mengangkat makalah, tugas, skripsi, dan presentasi tentang HIV/AIDS sehingga dapat berfungsi
sekaligus sebagai media sosialisasi

4.Berperilaku dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kenakalan remaja.


c. Peranan Keluarga

1.Memberikan dukungan moril bagi anggota keluarga yang sudah positif terkena HIV

2.Memantau pergaulan anak agar tidak menjurus ke pergaulan bebas antar remaja dan kenakalan
remaja

3. Memberikan edukasi yang cukup mengenai fungsi seksual kepada anak sejak dini sebagai usaha
preventif.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), instansi terkait dan semua komponen masyarakat termasuk LSM
peduli AIDS, secara bersama-sama melakukan langkah-langkah nyata antara lain :

1. Manajemen Program

1.Pertemuan Lintas Sektor

2.Rapat Rutin KPA

3.Pengolahan & Analisa Data

4.Hari AIDS se-Dunia

5.Jambore KSPAN

2. Pelayanan Kesehatan

1.Pelatihan VCT

2.Pelatihan CST

3.Pelatihan HR

4.Pelatihan Tatalaksana IMS

5.Pelayanan Klinik VCT

6.Pelayanan CST bagi ODHA


7.Pelayanan Klinik PMTCT

8.Pelayanan Terapi Rumatan Methadone (PTRM)

9.Penjangkauan dan Pendampingan

10.Pelayanan Klinik IMS

11.Pengobatan IMS

12.Promosi Kondom

13.Pelatihan Konselor

14.Pelatihan Guru Pembina KS-PAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba)

15.Pelatihan Peer Edukator bagi Siswa KSPAN

16.Pelatihan Peer Edukator bagi Karang Taruna dan KDPA (Kader Desa Peduli AIDS)

3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi

1.Penyuluhan bagi Karang Taruna

2.Penyuluhan bagi warga binaan LAPAS

3.Penyuluhan bagi Siswa Sekolah

4.Penyuluhan bagi Dharma Wanita

5.Penyuluhan massa

6.Sosialisasi HIV/AIDS dan PMTCT bagi Bidan

7.Sosialisasi HIV/AIDS dan PMTCT bagi Ibu Hamil

8.Media KIE (Media cetak, Radio Spot, dan Dialog Interaktif

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa:

1.Pandangan masyarakat mengenai penularan HIV dan AIDS mengalami kekeliruan. Penularan HIV/AIDS
hanya dapat terjadi melalui cairan tubuh seperti cairan sperma, cairan vagina, cairan darah dan cairan
sumsum tulang belakang.

2.HIV adalah (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. AIDS (Aquired immune
Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV sehingga
tubuh tidak dapat memerangi penyakit.

3.Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)Kabupaten Buleleng,
dari tahun 2000 sampai April 2009 tercatat sejumlah 602 kasus dan 3 korban telah meninggal dunia. Dari
65 kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 tercatat 78% (51 orang) di derita oleh para laki-laki dan
sisanya 22% (14 orang ) di derita oleh para perempuan.

4.masalah social yang timbul oleh penyakit HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi ODHA oleh
masyarakat

5.Peranan pemerintah dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS melakukan berbagai kegiatan yang
bekerjasama dengan LSM dan Kelompok Pelajar.

3.2Saran-saran

Diharapkan pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan keberadaan ODHA yang berada di sekitar
lingkungan masyarakat.
Agar terhindar dari HIV/AIDS sebaiknya masyarakat berperilaku seks yang sehat dan aman seperti tidak
berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : PT Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Kulkul media HIV/AIDS dan Narkoba. Pengentasan AIDS di Tempat Kerja. Edisi September 2008: KPA
Provinsi Bali
Kulkul media HIV/AIDS dan Narkoba. Meretas Potret HIV dan AIDS di Bali. Edisi November 2008: KPA
Provinsi Bali

Anda mungkin juga menyukai