Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“BBLR”

DI SUSUN OLEH:

KELOPOK IV

1.Dartina Lauri 9.Maryam leka


2.Novia Luhulima 10.Rahmat .T pelupessy
3.Sumila Tuangke 11.Juliat Makatital
4.Susy Susanty. Wemay 12.Moh.Yasir Payapo
5.Siti Nurjalila waisolo 13.NIrmayanti.Hitimala
6.Fatrik Wakanno 14.Nur Ratna Dewi H. Selanno
7.Rosdiana Bantam 15.Farida Abdu
8.Yuni Kartika Nurlette 16.Supriyanto Rumadan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU
2018

KONSEP DASAR PENYAKIT BBLR


A. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Amru sofian,2012).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang berat badannya
2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi-bayi dengan berat
badan kurang dari 1000 gram. (Nugroho Iman santosa)

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-
NOC, 2013)

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2009).

BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari
2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayah,2005).

B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu.
C. Etiologi

Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi
berat badan lahir rendah,yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga
neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
persalinan premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
- Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
- Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
- Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
- Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
- Primigravidarum.
- Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
congenital.
Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :
- LK <33 cm, LD < 30 cm
- Gerakan otot bmasih hipotonis.
- Umur kehamilan <37 minggu.
- Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan halus.
- Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
- Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan pelipis lengan.
- Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
- Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.
2. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR
pada dismatur adalah :
- Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu
- Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
- Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
- Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah
C. Patofisiologi
D. Manisfestasi Klinis

Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah
adalah :
1. Sebelum lahir
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
- Pergerakan janin lebih lambat.
- Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.

2. Setelah bayi lahir


- Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
- Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
- Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan intra uterine.
- Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat badan dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. LD < 30 cm.
4. LK < 33 cm.
5. Umur kehamilan < 37 minggu
6. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7. Otot hipotonik lemah.
8. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

E. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
G. Penatalaksanaan BBLR

1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat
konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk bayi
dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila
tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga
penyakit dapat dikenali sedini mungkin.

3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai
sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih
kecil.

4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.

5. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
- Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
- Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.

6. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu terjadinya
hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk
minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 1000 gram.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.


b. Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan
dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat antenatal :
- Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ktergantungan obat-obatan,DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
- Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple,kelainan congenital.
- Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengat permasalahan pada bayi baru lahir.
- Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
- Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan system pusat pernafasan.

2. Riwayat post natal :


- Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3),
asfiksia berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
- Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500
gram, LK kurang atau lebih dari normal (34-36)
- Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
- Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
- Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan
ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet
ketat atau pantangan makanan tertentu.
- Hubungan psikologis . sebaiknya segera setelah bayi baru alhir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
- Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan
hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
- Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n
(36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal
pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering
tidak teratur.
- Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
- Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
- Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
- Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lender.
- Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
- Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
- Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
- Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
- Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising
usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI tract belum sempurna.
- Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
- Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan
- Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
- Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
- Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan
metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.
C. Rencana Keperawatan

1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat


pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolic.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
- Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
- Membran mukosa merah muda.

Intervensi Rasional
Mandiri:
 Kaji frekwensi dan pola  Membantu dalam membedakan periode
pernapasan, perhatikan perputaran pernapasan normal dari
adanya apnea dan perubahan serangan apnetik sejati, terutama sering
frekwensi jantung. terjadi pad gestasi minggu ke-30
 Isap jalan napas sesuai  Menghilangkan mukus yang neyumbat
kebutuhan jalan napas
 .Posisi ini memudahkan pernapasan dan
 Posisikan bayi pada abdomen menurunkan episode apnea, khususnya
atau posisi telentang dengan bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis
gulungan popok dibawah metabolik atau hiperkapnea
bahu untuk menghasilkan  Magnesium sulfat dan narkotik menekan
hiperekstensi pusat pernapasan dan aktifitas SSP
 Tinjau ulang riwayat ibu  Hipoksia, asidosis netabolik,
terhadap obat-obatan yang hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia
akan memperberat depresi dan sepsis memperberat serangan apnetik
pernapasan pada bayi   Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat


regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan
lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan
metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil : Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).

Intervensi Rasional
Mandiri :  Hipotermia membuat bayi cenderung
 Kaji suhu dengan merasa stres karena dingin, penggunaan
memeriksa suhu rektal simpanan lemak tidak dapat diperbaruai bila
pada awalnya, selanjutnya ada dan penurunan sensivitas  untuk
periksa suhu aksila atau meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
gunakan alat termostat kadar O2.
dengan dasar terbuka dan  Mempertahankan lingkungan termonetral,
penyebar hangat. membantu mencegah stres karena dingin
 Tempatkan bayi pada Hipertermi dengan peningkatan laju
inkubator atau dalam metabolisme kebutuhan oksigen dan
keadaan hangat glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
 Pantau sistem pengatur bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
suhu , penyebar hangat  Penurunan keluaran dan peningkatan berat
(pertahankan batas atas jenis urine dihubungkan dengan penurunan
pada 98,6°F, bergantung perfusi ginjal selama periode stres karena
pada ukuran dan usia bayi) rasa dingin
 Kaji haluaran dan berat  Ketidakadekuatan  penambahan berat badan
jenis urinePantau meskipun masukan kalori adekuat dapat
penambahan berat badan menandakan bahwa kalori digunakan untuk
berturut-turut. Bila mempertahankan suhu lingkungan tubuh,
penambahan berat badan sehingga memerlukan peningkatan suhu
tidak adekuat, tingkatkan lingkungan.
suhu lingkungan sesuai  Tanda-tanda hipertermi ini dapat berlanjut
indikasi.  pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
 Perhatikan perkembangan    Stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap
takikardia, warna glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan
kemerahan, diaforesis, masalah asam basa bila bayi mengalami
letargi, apnea atau aktifitas metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang
kejang. cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak
Kolaborasi : dari meta bolisme lemak coklat dengan asam lemak
  Pantau pemeriksaan laboratorium bersaing dengan bilirubin pada pada bagian ikatan
sesuai indikasi (GDA, glukosa di albumin.
serum, elektrolit dan kadar  Membantu mencegah kejang berkenaan
bilirubin) dengan perubahan fungsi SSP yang
  Berikan obat-obat sesuai dengan disebabkan hipertermi
indikasi :  fenobarbital    Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada
hiportemia dan hipertermia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
- Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
- Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :  Menentukan metode pemberian makan
 Kaji maturitas refleks yang tepat untuk bayi
berkenaan dengan pemberian   Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
makan (misalnya : mengisap, peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah
menelan, dan batuk) kelahiran. Bila distres pernapasan ada  cairan
Auskultasi adanya bising parenteral di indikasikan dan cairan peroral harus
usus, kaji status fisik dan ditunda
statuys pernapasan  
 Kaji berat badan dengan  Mengidentifikasikan adanya resiko
menimbang berat badan derajat dan resiko terhadap pola
setiap hari, kemudian pertumbuhan. Bayi SGA dengan
dokumentasikan pada grafik kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan
pertumbuhan bayi Pantau kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
masuka dan dan pengeluaran. mungkin telah mengalami penurunan
Hitung konsumsi kalori dan berat badan dealam uterus atau
elektrolit setiap hari mengalami penurunan simpanan
 Kaji tingkat hidrasi, lemak/glikogen.
perhatikan fontanel, turgor  Memberikan informasi tentang masukan
kulit, berat jenis urine, aktual dalam hubungannya dengan
kondisi membran mukosa, perkiraan kebutuhan untuk digunakan
fruktuasi berat badan. dalam penyesuaian diet.
 Kaji tanda-tanda  Peningkatan kebutuhan metabolik dari
hipoglikemia; takipnea dan bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan
pernapasan tidak teratur, cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
apnea, letargi, fruktuasi suhu, mengakibatkan diuresi pada bayi.
dan diaphoresis. Pemberian Pemberian cairan intravena mungkin
makan buruk, gugup, diperlukan untuk memenuhi peningkatan
menangis, nada tinggi, kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati
gemetar, mata terbalik, dan ditangani untuk menghindari kelebihan
aktifitas kejang. cairanKarena glukosa adalah sumber
utama dari bahan bakar untuk otak,
 Kolaborasi : kekurangan dapat menyebabkan
  Pantau pemeriksaan kerusakan SSP permanen.hipoglikemia
laboratorium sesuai indikasi :  secara bermakna meningkatkan mobilitas
Glukas serum. Nitrogen urea mortalitas serta efek berat yang lama
darah, kreatin, osmolalitas bergantung pada durasi masing-masing
serum/urine, elektrolit urine episode.
  Berikan suplemen elektrolit  Kolaborasi :
sesuai indikasi misalnya kalsium   Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam
glukonat 10% lahir bayi SGA saat cadangan glikogen
dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan simpanan
protein obat dan lemak.
  Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrien dan kadar cairan akibat  malnutrisi.
  Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
untuk mempertashankan homeostasis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/.

Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth Weight.


http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-
Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.

Doengoes,E.Marilynn.(1999) Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta :
AR Group.

Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai