Anda di halaman 1dari 19

Etika Keperawatan : 8 Prinsip Etika yang Harus Diketahui oleh Seorang Perawat

Beserta Contohnya
Sebelum berbicara masalah etika, tentunya kita harus tahu dulu mengenai etika itu sendiri. Secara spesifik dalam hal ini adalah etika keperawatan.

Etika, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “Ethikos” yang mana artinya adalah suatu perkara yang timbul dari suatu kebiasaan.

Perkara tersebut mencakup analisis dan penerapan konsep dari pelbagai hal penilaian seperti benar, salah, baik, buruk, tanggung jawab dan tanggung gugat.

Ketika etika tersebut dikaitan dengan keperawatan, dimana dalam hal ini keperawatan merupakan sebuah profesi, maka muncul yang namanya etika profesi atau professional
ethics.

Secara umum, etika profesi ini adalah suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengemban tugas
keprofesiannya dengan menerapkan norma-norma etis umum pada bidang sesuai profesionalitasnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga, berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud dengan etika keperawatan adalah suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang perawat sebagai bagian integral dari
sikap hidup dalam mengemban tugasnya sebagai seorang perawat dengan menerapkan norma-norma etis keperawatan dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya, etika keperawatan ini juga dijadikan sebuah landasan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat sehingga baik pemberi dan penerima pelayanan
dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Nah, sebagai seorang perawat dan /atau calon perawat, tentunya kita harus mengetahui etika profesi ini dengan seksama, mengamalkannya dan menerapkannya dalam kehidupan
profesional dan bermasyarakat.

8 Prinsip Etika dalam Keperawatan

Dalam profesi keperawatan, ada 8 prinsip etika keperawatan yang harus diketahui oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penerima layanan keperawatan,
baik individu, kelompok, keluarga atau masyarakat.

8 Prinsip Etika Dalam Keperawatan tersebut adalah;

1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya.

Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini.

Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

2. Beneficence (Berbuat Baik)


Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.

Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan
karena alasan resiko serangan jantung.

Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas
kebaikan yang haruslah dilakukan.

3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan)


Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien
semakin memburuk dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah.

Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-maleficence.

5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti.

Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu
bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.

6. Fidelity (Menepati Janji)


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat
harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya
peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Nah itulah ke 8 Prinsip dalam Etika Keperawatan yang harus diketahui, difahami dan diterapkan oleh seorang perawat dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Tentunya, akan banyak halangan dan rintangan yang akan dihadapi dalam menerapkan 8 prinsip etika tersebut.

Hal ini muncul karena adanya dilema etika yang terjadi di lapangan.
Dilema Etik Keperawatan
Dilema etika sendiri adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya secara bersamaan.

Pada dilema etika ini, akan sukar sekali menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga, seringkali hal tersebut dapat menimbulkan stress pada perawat, karena
sejatinya seorang perawat tahu apa yang harus dilakukan namun banyak sekali rintangan untuk dapat melakukannya.

Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu perawat memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan etik yang berkaitan dengan dilema etik. Dan hal tersebut
merupakan bagian dari tugas seorang perawat.

Bandan (1990), secara umum menjelaskan permasalahan etika keperawatan yang pada dasarnya terdiri dari lima jenis permasalahan, yaitu;

1. Kualitas Melawan Kuantitas Hidup


Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan
seperti ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral.

Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada
semua bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

2. Kebebasan Melawan Penanganan dan pencegahan Bahaya


Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat
pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan pasien.

3. Berkata Secara Jujur dan Melawan Berkata Bohong


Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah ia akan
mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.

4. Keinginan Terhadap Pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah Agama, Politik, Ekonomi dan
Ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat ke dokter. Hal ini tentunya merupakan masalah etik yang bertentangan dengan ilmu
pengetahuan dan falsafah agama. Secara pengetahuan, penghapusan dosa “bukanlah” terapi pengobatan, namun secara agama, penyakit mungkin saja timbul sebagai akibat dari
banyaknya dosa yang telah diperbuat.

5. Terapi Ilmiah Konvensional Melawan Terapi Tidak Ilmiah dan Coba-Coba


Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun
tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

Permasalahan Etika dalam Praktek Keperawatan Saat Ini


Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian makanan dan
cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab
terhadap peralatan dan barang, memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo,
1995).

Beberapa contoh permasalahan etik yang berkaitan langsung dengan praktik keperawatan dilapangan diantaranya adalah;

1. Konflik Etik Antar Teman Sejawat


Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu
mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.

Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat.

Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan
dengan bijaksana.

2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan atau Pengobatan


Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan serta berkembangnya teknologi yang memungkinkan orang
untuk mencari jalan sesuai dengan kondisi dan keinginannya.

Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan
lain-lain.

Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan
yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan
masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
3. Masalah Antara Peran Merawat dan Mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai faktor sering kali peran ini menjadai
kabur dengan peran mengobati.

Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh
perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja masalah
nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar.

Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku
asuhan keperawatan hal ini semakin tidak jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur


Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan perawat adalah benar
(jujur) sesuai kaidah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak,
bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”.

Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam
kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat
melanggar hak pasien.

Bingung kan? Itulah perawat.

5. Tanggung Jawab terhadap Peralatan dan Barang


Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil.

Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya
membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.

Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu
lain.

Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan izin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting. Karena
walau bagaimanapun keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap
tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.

Selain itu, permasalahan etika yang terjadi juga bisa dikarenakan 2 hal berikut, yaitu malpraktek dan Kelalaian atau Neglience.

1. Malpraktek
Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai “kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan yang tidak masuk akal”.

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).

Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter atau perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.

2. Neglience (Kelalaian)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.

Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati) (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah
standar yang telah ditentukan.

Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

***
Nah, dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan yang paripurna, maka sebagai seorang perawat yang profesional kita dituntut untuk dapat menerapkan moral dan
etika keperawatan ini dengan disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesional kita sebagai seorang perawat.

Dengan demikian, perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional dan paripurna.

Sikap etis profesional ini berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, penghormatan terhadap hal-hak pasien dan menerapkan 8 prinsip etika dalam keperawatan
yang meliputi autonomy, beneficence, justice, non-maleficence, veracity, fidelity, confidentiality dan accountability.

Referensi
 

 Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika


 Storch, J.L. (2009). “Ethics in Nursing Practice”. In Kuhse H & Singer P. (ed.). A Companion to Bioethics. Chichester UK: Blackwells. pp. 551–562. ISBN
9781405163316.
 Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.  Philadelphia. Addison Wesley.
 Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
 McHale, J; Gallagher, A (2003). Nursing and Human Rights. Butterworth Heinemann. ISBN 978-0-7506-5292-6.
  Breier-Mackie, Sarah (March–April 2006). “Medical Ethics and Nursing Ethics: Is There Really Any Difference?”. Gastroenterology Nursing. 29 (2): 182–3.
doi:10.1097/00001610-200603000-00099. Retrieved 25 June 2019.
 Armstrong, Alan (2007). Nursing Ethics: A Virtue-Based Approach. Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-50688-6.

PRINSIP PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN


 October 13, 2016 sakura

Pengertian etika
Etik atau ethics berasal dari bahasa yunani : “etos” yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik
dan buruk secara moral. Jadi etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yg menentukan tingkah laku yg benar, yaitu Baik, buruk , Kewajiban, dan tanggungjawab.

Pandangan tentang etika menurut  ahli


 Ahli filosofi : etika sebagai suatu studi formal tentang moral
 Ahli sosiologi : memandang etika sebagai adat istiadat,kebiasaan dan budaya dlm berperilaku
 Dokter : memenuhi harapan profesi dan masyarakat serta dapat melakukan kegiatan yg spesifik thd pasiennya
 Perawat : etika adalah suatu pedoman yg digunakan dalam pemecahan masalah/ pengambilan keputusan etis baik dlm area praktik, pendidikan, administrasi maupun
penelitian
 Seperangkat nilai-nilai dan norma norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku(Bertens,1977)
 Prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain di
masyarakat(Darwin,1999)
Falsafah etika keperawatan
Keperawatan berpandangan bahwa manusia dan kemanusiaan merupakan titik sentral setiap upaya pembangunan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawabnya.

Paradikma keperawatan.
Pradima keperawatan terdiri yakni :
1. Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pribadi yang utuh dan unik, mempunyai aspek bio-psiko–sosiokultural–spiritual. Manusia sebagai sistem terbuka yang selalu
berinteraksi dan berespon terhadap lingkungan, mempunyai kemampuan untuk mempertahankan integritas diri melalui mekanisme adaptasi.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.

3. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik faktor dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal).
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Etika Keperawatan
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dlm praktek sehari-hari (Fry, 1994);

 Jujur terhadap pasien


 Menghargai pasien
 Beradvokasi atas nama pasien
Prinsip-prinsip etika
1. Otonomi (Autonomy) : Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri
2. Berbuat baik (Beneficience) : Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien.
3. Keadilan (Justice) : Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya
individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience) : Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain.(Aiken, 2003).
5. Kebebasan ( freedom) : Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik
6. Kejujuran (Veracity) : Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
7. Menepati janji (Fidelity) : Peduli pada pasien merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam kondisi terminal (Fry,
1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan
kemampuan profesional
8. Karahasiaan (Confidentiality) : Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwa perawat menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat (Aiken, 2003).
9. Akuntabilitas (Accountability) : Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.
Faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan etis
1. Agama dan adat istiadat.
2. Sosial.
3. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
4. Legislasi dan keputusan juridis.
5. Dana/keuangan.
6. Pekerjaan.
7. Kode etik keperawatan.
8. Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi :
1. hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas,
2. hak untuk diberi informasi,
3. hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
4. hak untuk diberi informed concent,
5. hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong,
6. hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini),
7. hak untuk diperlakukan dengan hormat,
8. hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy),
9. hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan
10. hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan bangga.

makalah etika keperawatan


26 FEBRUARI 2015KAMILATULELSITINGGALKAN KOMENTAR

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan
kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu
mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus
menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik
profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan
keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai
konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang
membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal
itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus
dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik
supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya
bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
1.2 TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1
2. Mengetahui dan memahami definisi etik
3. Mengetahui dan memahami tipe – tipe etika
4. Mengetahui dan memahami teori etik
5. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
6. Mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan
7. Mengetahui dan memahami skenario penerapan etik dalam keperawatan
8. Mampu memerankan kasus pada role play.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan etik?
2. Apa tipe – tipe etika?
3. Apa teori etik?
4. Bagaimana memahami prinsip – prinsip etik?
5. Apa saja kode etik keperawatan?
6. Bagaimana penerapan etik dalam keperawatan?

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama
dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu
tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.
(Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan
buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan
istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai
atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai
moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)

2. 2 TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan
pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam
bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis
yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis
untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus
etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)

2. 3 TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama
dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini
menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak
memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan
kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah
melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu
tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

2. 4 PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi

3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

6. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.

7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)

2. 5 DEFENISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN


Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau
tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai
dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
Tujuan dari etika keperawatan adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan
prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak-dampak dari
keputusan perawat.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi
anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.

Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :


1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi,
baik dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi
moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi
pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya sikap profesional
dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
2.6 KOMPONEN KODE ETIK KEPERAWATAN
Kode etik PPNI terdiri dari 5 bab dan 16 pasal. Berikut ini adalah kde etik keperawatan yang dikeluarkan oleh DPP PPNI.
1. Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI
a. Tanggung jawab perawat terhadap klien
• Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya
kebutuhan terhadap keperawatan individu, kelurga dan masyarakat.
• Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama
dari individu, keluaraga dan masyarakat
• Perawat senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan
• Perawat menjalani hubungan kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat khsusnya dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesehatan, serta upaya Perawat kesejahteraan pada umumnya.
b. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
• memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan
• Perawat wajib merahasiakan segalah sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
• Perawat tidak akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan
• Perawat dalam menunaikan tugas dengan penuh kesadaran tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebengasaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama dan kedudukan social
• Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika
menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab.
c. Tanggung jawab perawat terhadap sejawat
• Perawat memelihara hubungan baik antara sesame perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik itu keserasian suasana atau
lingkungan kerja
• Perawat menyebarluaskan keterampilan, penegetahuan, dan pengalamannya terhadap sesame perawat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dalam bidang keperawatan
d. Tanggung jawab perawat terhadap profesi
• Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnyasecara sendiri atau bersama-sama yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan
• Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi
• Perawat berperan dalam pembakuan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawata
• Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian
e. Tanggung jawab perawat terhadap Negara
• Perawat melaksanakan ketentuan –ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan dan keperawatan
• Perawat berperan secara aktif dalam menyumbang pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada masyarakat.

2. Kode etik perawat menurut ANA (American Nurse Association)


1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormay bagi martabat kemanusian dan keuinkan klien yang tidak dibatasi oleh
pertimbangan-pertimbangan status sosial/ekonomi,atribut personal,atau corak masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang bersifat rahasia.
3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh praktik seseorang yang tidak
berkompeten,tidak etis atau ilegal.
4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawat yang dijalankan masing-masing individu.
5. Perawat memelihara kompetinsi keperwatan.
6. Perawat melaksanakan pertimbangan yg beralasan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria
dalam mengusahakan konsultasi,menerima tanggung jawab,dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan profesi.
8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan standar keperawatan .
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya pfofesi untuk membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah serta
mempertahankan integritas perawat.
11.Perawat kerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainya dalam meningkatkan upaya-upaya
masyarakat dan nasional utuk memenuhi kebutuhan kesehatan publik.
3. Kode Etik Perawat Menurut ICN
ICN adalah suatu federansi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh
Mrs.Bedford fenwich di Hanover Square,london dan direvisi pada tahun 1973.diuraikan sebagai berikut:
Tanggung jawab utama perawat
Adalah meningkatkan kesehatan mencegah timbulnya penyakit,memelihara kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk itu
perawat harus meyakini:
1. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adalah sama.
2. Pelaksanaan praktek keperawatan di titik beratkan pada pengahargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menunjang
tinggi hak asasi manusia.

3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan kepada individu,keluarga,kelompok dan masyarakat, perawat
mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.
1. Perawat dengan klien
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.oleh karena
itu,dalam menjalankan tugas perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat , menghargai adat kebiasan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi
pasien atau klien. Perawat dapat memgang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila di
perlukan oleh pihak yang berkepentingan/pengadilan.
2. Perawat dengan pelayanan kesehatan
Perawat memegang peran penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai
kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya
secara aktif untuk menompang perannya dalam situasi tertentu.
3. Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif dan dapat berperan serta secara aktif dalam
menentukan masalah kesehatan dan masalah social yang terjadi di masyarakat.

4. Perawat dengan teman sejawat


Perawat dapat menompang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain
diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang, dalam masa perawatannya merasa terancam.
5. Perawat dengan profesi
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Perawat diharapkan ikut aktif dalam mengembangkan pengetahuan dalam menompang pelaksanaan perawatan secara
professional. Perawat sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasif dalam memelihara kestabilan social dan ekonomi sesuai
dengan kondisi pelaksaan praktik keperawatan.

BAB III
SKENARIO PENERAPAN ETIK DALAM KEPERAWATAN
Suatu hari di sebuah desa kecil terdapat keluarga miskin yang terdiri dari ayah, ibu, dan kedua anaknya.
• Ayah : Riza Bakri Pratama
• Mak : Sintya Tranova
• Kakak : Elsi Kamilatul Izzati
• Adik : Yuni Elisa
• Suster 1 : Hermin Lestari Zalukhu
• Suster 2 : Difa Aidilla
• Dokter : Usnal Aini

Ketika itu, si adik yang sedang merintih kesakitan pada bagian perut dan terus mengalami BAB yang sudah lebih dari sepuluh
kali dan terus menerus keluar masuk kamar kecil, terbaring di kamar. Sebenarnya Adik ingin sekali mengambil air minum di
dapur, tetapi karena sakit perut yang dialaminya, adik pun hanya bisa merintih.
Adik : Aduuuuh..adduuuh.. (merintih kesakitan)
Kakak : kamu kenapa?? (sambil melihat ke arah adik)
Adik : sakit kak..
Kakak : sakit sedikit saja dibesar-besarkan, manja kamu
Adik : tolong ambilkan air minum kak, adik haus..
Kakak : kakak lagi sibuk, ambil sendiri
Adik : (hanya bisa menahan sakit perut dan haus yang dirasakannya)
Si kakak yang tidak peduli dengan adiknya pergi meninggalkan rumah. Adik berlari menuju dapur dan masuk ke toilet (dengan
muka pucat). Sudah lama adik di dalam, tapi tidak keluar-keluar. Mak yang sedang mencuci piring khawatir dan segera
memanggil adik.
Mak : Yuni.. lama sekali kamu di dalam
Adik : sakiit maak,, Yuni mules mak..
Mak : cepat gantian mak lagi
Adik keluar dengan wajah yang pucat ia merasa pusing dan kemudian pingsan. Mak yang sedang mencuci piring langsung
melepaskan piringnya yang sedang dicuci.
Mak : Yuni…yuni..yuni… bangun nak, kenapa kamu.. elsi… elsi… pak.. bapak.. Ya Allah nak, kenapa sampai begini?
Bapak : ya mak… sebentar (bergegas keluar kamar) bapak baru selesai sholat bu.. ada apa bu?? (belum sempat ibu menjelaskan,
pak riza langsung kaget) Astagfirullahal’adzim yunii anak ku (bapak langsung mengangkat yuni ke kamar)
Mak : pak, mak khawatir dengan keadaan yuni. Belum sampai 1 hari yuni sudah bolak balik ke kamar kecil lebih dari 100 kali,
mak takut yuni kenapa-kenapa pak..
Bapak : iya mak, bapak juga khawatir (sambil memegang kepala yuni)
Mak : iya..iya.. ayuk pak, kita bawa yuni ke rumah sakit (Yuni pun dibawa ke RS. M.DJAMIL)
Bapak : sus, tolong anak saya sus…
Suster : ya pak, (suster membawa yuni ke UGD) maaf bapak tunggu di luar ya. (sambil menunggu, bapak dan mak, berbincang
tentang biaya untuk pembayaran rumah sakit. Tiba-tiba elsi datang setelah mengetahui adiknya masuk RS).
Kakak : Yuni kenapa pak? Ada-ada saja anak itu.
Mak : husss jangan begitu,itu adikmu elsi.
Kakak : Adik apa seperti itu,menyusahkan keluarga.
Bapak : Siii,,,yuni itu adik kandung kamu,seharusnya kamu memberi perhatian bukan malah memojokkan dia.
(elsi marah-marah dan langsung meninggalkan kedua orang tuanya).
(Mak menangis)
Mak : Pak,,,bagaimana cara kita membayar biaya pengobatan yuni pak? Dapat uang dari mana kita pak? (mak sambil menangis)
Bapak : mak kita akan berusaha untuk mendapatkan uang untuk yuni, kalau perlu kita jual rumah kita itu untuk membayar biaya
RS.
Mak : lalu kita tinggal dimana pak ? Hanya rumah itu satu-satunya harta kita pak.
(bapak hanya terdiam )
(suster keluar dan membawa yuni pindah ke R.Dalam. Bapak dan mak pun langsung mendampingi yuni yang tidak sadarkan diri.
Sesampainya di R.Dalam suster memanggil keluarga yuni untuk menjelaskan penyakit dan biaya administrasinya).
Suster : Permisi bapak,ibu,,,keluarganya yuni ?
Bapak dan mak : iya sus ada apa ?
Suster : bapak dan ibu diminta Dr. Ona ke ruang perawat untuk membicarakan penyakit dan biaya administrasinya.
Bapak dan mak : baik sus,,terima kasih
Suster : sama-sama pak,buk,,
(bapak dan mak pergi ke ruang perawat)
Bapak : permisi,,,
Suster : silahkan masuk,,,,
Dr. Ona : bapak dan ibu orang tuanya yuni ? begini pak, setelah di periksa, anak bapak dan ibu mengalami diare dan dehidrasi
atau kekurangan cairan didalam tubuh, jadi anak bapak dan ibu harus tinggal di RS dulu dalam beberapa hari untuk memulihkan
kesehatannya.
Bapak : kira-kira biayanya berapa ya dok ?
Dr ona : kalau masalah biaya, bapak dan ibu bisa konfirmasi ke bagian administrasi dan yang
Penting sekarang kita pulihkan dulu keadaan anak bapak dan ibu.
Bapak : baik dok.
(Dr. Ona memanggil suster)
Dr. Ona : suster,,tolong berikan obat ini ke pasien yuni,injeksi via infus ya sus.
Suster : baik dok.
( suster langsung keruangan yuni)
Suster : selamat siang..
Keluarga : siang sus.
( suster menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada keluarga pasien.)
Suster : saya suster Hermin , dan saya akan melakukan tindakan menyuntikan obat melalui infus supaya adek cepat sembuh.
( sambil menyuntikan obat )
sudah selesai,sore nanti saya akan kesini lagi untuk memberikan obat lagi, saya permisi dulu iya.permisi,selamat siang!
Keluarga: siang sus, terimakasi!
Suster : sama-sama
(dilakukanlah penyuntikan ke 2, ada hal yang aneh)
Suster : Selamat malam, saya suster Hermin , sesuai dengan janji tadi saya akan memberikan
obat pada adek, biar adek cepat sembuh. (sambil menyuntikan obat ke inpus)
saya sudah selesai. Kalau ada apa-apa bapak dan ibu bisa panggil saya, baik saya permisi dulu. Selamat malam
Keluarga : Selamat malam (setelah penyuntikan, suster keluar dan 15 menit kemudian yuni mengalami kejang, bapak dan mak
panik)
Bapak: memanggil perawat
(Dr. Ona dan suster datang)
Bapak : Dok, bagaimana ini? Kenapa bisa begini?
Dr. Ona : iya sebentar ya pak, saya periksa dulu
(memeriksa obat apa yang diberikan oleh suster)
Dr. Ona : Obat apa yang suster berikan ke pasien ini?
Suster : saya berikan obat yang sesuai dengan resep dokter
(Dr. Ona memeriksa kembali obat yang diberikan,setelah diperiksa ternyata obat tersebut salah, keluarga pak riza tidak terima
dengan kejadian ini dan menuntut suster serta rumah sakit yang di anggap keluarga pak riza sudah melakukan mal praktek)
Mak : saya tidak terima dengan kejadian ini. Saya akan menuntut rumah sakit ini, ini masalahnya nyawa.
Dr. Ona : maaf bu kami tidak bermaksud untuk melakukan mal praktek atau semacamnya, tapi ini kesalahan saya dan suster saya
Mak : saya tidak terima, saya akan membawa masalah ini kepengadilan.
Suster : maaf bu, mungkin masalah ini tidak perlu kepengadilan, kami akan bertanggung jawab dengan semua kejadian ini, kami
pun sudah memberikan obat yang sesuai dan penetral atas kejang-kejang tadi.
Dr Ona : benar bu, masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
(tiba-tiba elsi datang kerumah sakit, setelah mendengar kejadian tersebut, hatinya pun mulai tersentuh yang semula membenci
adiknya, kini dia menjadi perhatian dan sayang)
Elsi : kenapa bisa begini bu? Yuni maafkan kakak
Bapak & mak : (menjelaskan semua kejadian yang sudah terjadi pada elsi) (setelah berbincang-bincang, keluarga pak riza setuju
tidak membawa masalah ini kepengadilan dan memilih secara kekeluargaan. Setelah diberi pengobatan dengan obat-obatan yang
sesuai yunibisa sembuh dan keluarganya pun tidak perlu membayar biaya pengobatan dan RS).
BAB IV
PENUTUP
4. 1 KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi
lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema
etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

4.2 SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa
sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak
sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

DAFTAR PUSTAKA

Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New
Jersey: Pearson Education Line

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 4 Volume 1. Jakarta : EGC

Rifiani, Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Keperawatan .Jakarta Timur : Dunia Cerdas

Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari 2010 pukul 10.02 PM.
URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011. Diposkan tanggal 16 Januari
2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.

Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EG

Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC

Nursing Advocacy
Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang ia buat.
Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu: 

1. Ana pada tahun 1985: Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.
2. Fry pada tahun 1987: Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki penyebab
atau dampak penting.
3. Gondow pada tahun 1983:Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.

Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pedekatan tradisional maupun
profesional,narasumber dan fasilitator dalam tahap pengembalian keputusan terhadap upaya kesehatan
yang harus dijalani oleh klien.
Peran Advokat Keperawatan
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan
3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi

Tanggung jawab perawat


Secara Umum: Mempunyai tanggung jawab dalam memberikan aspek,meningkatkan ilmu pengetahuan
dan menigkatkan diri sebagai profesi.
Secara khusus: Memberikan aspek kepada klien mencakup asapek bio-spiko-sosio-kultural-spiritual yang
kompehansif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Dalam menjalankan tugasnya perawat dilindungi oleh Undang-Undang no. 6 tahun 1960 UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga perawat termasuk dalam tenaga
bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,termasuk bidan dan asisten farmasi
dimana dalam menjalankan tugas di bawah pengawasan dokter,dokter gigi,dan apotek.
Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintahan membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan
bidan.Bidan seperti halnya dokter,diijinkan mengadakan praktik swasta,sedangkan tenaga keperawatan
secara resmi tidak diijinkan.

A.    Nursing Advocacy


Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun
profesional.
Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:
1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapa pun.
2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan  aktif terhadap setiaap hal yang memiliki
penyebab atau dampak penting.
3. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya
sendiri.
Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.
Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
Peran perawat sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain
dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber
dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh
klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak klien
tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan.
Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. penyakit yang dideritanya;
2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/
tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent);
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta
perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan
kesehatan;
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opion),
terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani;
B. Pengambilan Keputusan Legal Etis
Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang manajer.
Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat pula.
Definisi pengambilan keputusan
1.      Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus
dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.
2.      Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
3.      Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang seharusnya
dengan yang terjadi.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:
 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur
pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian tahapan yang
dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan
jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat
sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi  yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen dibagi
menjadi dua macam:
1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi masalah.
Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan
peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya keputusan tentang cuti
hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan bersifat baru,
yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan
pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi dua
model:
1.Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam pemilihan satu
alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai pilihan
yang ada.
2.Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada pengamatan dalam
membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.
Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan
Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan  keputusan kelompok. Dalam pengambilan
keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam mengambil keputusan,
kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam pengambilan keputusan kelompok,
kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan keputusan akhir.
Tipe Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)
2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

C.    Metode Pemecahan Masalah


Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang dikehendaki. Dalam
manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara sistematis. Hal ini perlu untuk mengatasi
kesulitan pada waktu membuat keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak diduga (pada
keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).
Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:
 Masalah
 Desired state (keadaan yang diharapkan)
 Current state (keadaan saat ini)
 Pemecah masalah/manajer
 Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
 Solusi.
Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui perbedaan antara
masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah. Kedua, masalah menyebabkan gejala.
Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan sebaliknya.
Masalah mempunyai beberapa struktur
1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan antar
elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah. Pemecah masalah tersebut adalah
komputer. Karena komputer dapat memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau hubungan antar
elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh
manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian besar tugas memecahkan masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau hubungan yang
dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer dan komputer,
yang harus bisa bekerja sama memecahkan masalah.
Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University pada tahun 1970,
mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:
1. Mengenali kontroversi (masalah)
2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).
Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan masalah
sebagai berikut:
1. Menyelidiki Situasi
2. Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek penentuan
masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.
3. Mengembangkan Alternative
4. Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan berbagai alternative
yang kreatif dan imajinatif.
5. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik
6. Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus mengevaluasinya untuk melihat
keefektifan setiap alternative melalui dua kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu dipandang
dari sumber daya organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu akan membantu
memecahkan masalah.
7. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut
Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa langkah yang dapat
ditempuh :
1. Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk mencari arti atau
penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan informasi baru dari data
yang ada.
2. Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari perwujudan
sasaran.
3. Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa bagian masalah
yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-sendiri.
4. Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti, pengertian dan
penghayatan.
5. Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
6. Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran kepada data yang
ada.
Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali terdapat sisi yang terlupakan, yaitu
“perasaan”. Perasaan dapat menimbulkan hambatan mental yang menyebabkan proses pemecahan
masalah terganggu. Hambatan mental merupakan perasaan frustasi yang dapat menghentikan
kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah, antara lain:
1. Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.
2. Kecemasan
3. Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
4. Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.
Untuk menanggulangi hambatan mental dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Curah pendapat
2. Menggunakan suatu analogi
3. Menggunakan imajinasi untuk membentuk kreasi baru
4. Persepsi
5. Dengan komunikasi secara berkelompok.

PERSEPSI KELUARGA DALAM KESIAPAN MENERIMA PERENCANAAN DISCHARGE DITENTUKAN OLEH PROGRAM
ADVOKASI KEPERAWATAN

Mohamad Judha

= http://dx.doi.org/10.24990/injec.v4i2.268

 Tampilan abstrak = 7 kali |  tampilan = 8 kali

ABSTRAK

Pendahuluan : Merencanakan pasien untuk pulang menimbulkan masalah apakah pasien siap menghadapi masalah kesehatan di rumah, kurangnya sistem pendukung menjadi masalah terutama jika
pasien sebagai kepala keluarga membutuhkan kesinambungan perawatan keduanya di rumah sakit. proses penyembuhan dan dalam mempertahankan status kesehatan pasien baik di rumah sakit atau di
rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Advokasi yang diberikan oleh Perawat dengan Kesiapan dalam Menerima Perencanaan Pelepasan oleh pasien dan
keluarga. Metode : Penelitian korelasional cross-sectional dalam penelitian ini memandang dukungan keluarga pasien dalam kesiapan untuk menerima program rumah pasien di bangsal. Pengambilan
sampel 97 responden dengan teknik sampel purposive.  Hasil: Persepsi keluarga tentang perawat dalam kategori positif (73,2%).  Tingkat kesiapan keluarga dalam menerima perencanaan kembali dalam
kategori baik (53,6%), hasil analisis bivariat menggunakan peringkat Spearman berkaitan dengan persepsi keluarga tentang advokasi perawat dengan kesiapan dalam menerima perencanaan kembali
dengan nilai p 0,00 <alpha 0,01. Kesimpulan : Persepsi keluarga tentang advokasi perawat dengan persiapan rumah memiliki hubungan yang kuat, sehingga bantuan keluarga dalam asuhan
keperawatan dalam perencanaan perawatan kembali diperlukan. persepsi keluarga tentang perawat diperlukan termasuk tindakan keperawatan atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perawatan oleh
keluarga juga perlu mendukung kesehatan pasien.

KATA KUNCI

Perencanaan, Keluarga, Perawat, Pasien

TEKS LENGKAP:

PDF

REFERENSI

Notoatmojo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Ed. Pdt. Jakarta: Rineka Cipta.


Gaffar 2014, Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC

Keeling, AW dan Ramos, MC (2008) Perawatan Kesehatan Keperawatan: Perspektif Masyarakat. Peran riwayat keperawatan dalam mempersiapkan keperawatan untuk masa depan.

Suliswati (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kozier Barbara dkk, Alih Bahasa Devi Yulianti dkk. Fundamental Keperawatan.Ed 7. Jakarta: Pener¹bit Buku Kedokteran EGC; 2011

Pemila, Uke (2009). Perencanaan Discharge. Diambil pada tanggal 7 Februari 2014 dari http: 152.118.148.220/ pkko / fikes / konsep%, 20 DISCHARGE% PLANNING.doc.

Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2002) Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Tempat Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusnawati. 2007. Kesiapan berwirausaha siswa jurusan kecantikan SMKN. Skripsi Yogyakarta: FT UNY.

Judha, Mohamad. 2017. Pengetahuan, Pendidikan Dan Status Ekonomi Berhubungan Dengan Ketaatan Kontrol Gula Darah Pada Penderita DM Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten. http://medika.respati.ac.id/index.php/Medika/article/view/32 Yogyakarta: Jurnal Medika Respati

______________, 2016. Pekerja Pengalaman Perawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Retardasi Mental Di Panti Asuhan. http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/134
Yogyakarta: Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta.

Watson, J. Keperawatan: Ilmu Manusia dan Perawatan Manusia: Teori Keperawatan. Jones & Bartlett Belajar; 1999

_________., Foster, R. (2003). Attending Nurse Caring Model®: mengintegrasikan teori, bukti, dan terapi penyembuhan penyembuhan tingkat lanjut untuk mengubah praktik profesional. Jurnal
keperawatan klinis; 2003: 360–365.

Supriyati, (2008). Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dalam aplikasi pertanggungan ansietas penderita pre operatif elektif di Rumah sakit Orthopedi Prof. Dr.R Soeharso Surakarta,
penelitian, http://etd.eprints.ums.ac.id/439/ retritive 17 Juni 2017.

Judha, M. (2020). Persepsi Keluarga dalam Kesiapan Menerima Perencanaan Discharge Ditentukan oleh Program Advokasi Keperawatan.  JURNAL PENDIDIKAN DAN KLINIK PENDIDIKAN
INDONESIA (INJEC)  , 4 (2), 153-160.

Anda mungkin juga menyukai