Beserta Contohnya
Sebelum berbicara masalah etika, tentunya kita harus tahu dulu mengenai etika itu sendiri. Secara spesifik dalam hal ini adalah etika keperawatan.
Etika, secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “Ethikos” yang mana artinya adalah suatu perkara yang timbul dari suatu kebiasaan.
Perkara tersebut mencakup analisis dan penerapan konsep dari pelbagai hal penilaian seperti benar, salah, baik, buruk, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Ketika etika tersebut dikaitan dengan keperawatan, dimana dalam hal ini keperawatan merupakan sebuah profesi, maka muncul yang namanya etika profesi atau professional
ethics.
Secara umum, etika profesi ini adalah suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang profesional sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengemban tugas
keprofesiannya dengan menerapkan norma-norma etis umum pada bidang sesuai profesionalitasnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga, berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud dengan etika keperawatan adalah suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang perawat sebagai bagian integral dari
sikap hidup dalam mengemban tugasnya sebagai seorang perawat dengan menerapkan norma-norma etis keperawatan dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Selanjutnya, etika keperawatan ini juga dijadikan sebuah landasan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat sehingga baik pemberi dan penerima pelayanan
dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Nah, sebagai seorang perawat dan /atau calon perawat, tentunya kita harus mengetahui etika profesi ini dengan seksama, mengamalkannya dan menerapkannya dalam kehidupan
profesional dan bermasyarakat.
Dalam profesi keperawatan, ada 8 prinsip etika keperawatan yang harus diketahui oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penerima layanan keperawatan,
baik individu, kelompok, keluarga atau masyarakat.
1. Autonomy (Kemandirian)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa menghormati dan menghargai kemandirian ini.
Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan
Contoh perawat menasehati klien dengan penyakit jantung tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan
karena alasan resiko serangan jantung.
Hal ini merupakan penerapan prinsip beneficence. Walaupun memperbaiki kesehatan secara umum adalah suatu kebaikan, namun menjaga resiko serangan jantung adalah prioritas
kebaikan yang haruslah dilakukan.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien
semakin memburuk dan dokter harus menginstrusikan pemberian transfusi darah.
Akhirnya transfusi darah ridak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip non-maleficence.
5. Veracity (Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti.
Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
Contoh Ny. A masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. A selalu
bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya
peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat
dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
Nah itulah ke 8 Prinsip dalam Etika Keperawatan yang harus diketahui, difahami dan diterapkan oleh seorang perawat dalam kehidupan profesi dan kehidupan bermasyarakat.
Tentunya, akan banyak halangan dan rintangan yang akan dihadapi dalam menerapkan 8 prinsip etika tersebut.
Hal ini muncul karena adanya dilema etika yang terjadi di lapangan.
Dilema Etik Keperawatan
Dilema etika sendiri adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya secara bersamaan.
Pada dilema etika ini, akan sukar sekali menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga, seringkali hal tersebut dapat menimbulkan stress pada perawat, karena
sejatinya seorang perawat tahu apa yang harus dilakukan namun banyak sekali rintangan untuk dapat melakukannya.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu perawat memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan etik yang berkaitan dengan dilema etik. Dan hal tersebut
merupakan bagian dari tugas seorang perawat.
Bandan (1990), secara umum menjelaskan permasalahan etika keperawatan yang pada dasarnya terdiri dari lima jenis permasalahan, yaitu;
Sebenarnya perawat berada pada posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada
semua bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.
4. Keinginan Terhadap Pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah Agama, Politik, Ekonomi dan
Ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada berobat ke dokter. Hal ini tentunya merupakan masalah etik yang bertentangan dengan ilmu
pengetahuan dan falsafah agama. Secara pengetahuan, penghapusan dosa “bukanlah” terapi pengobatan, namun secara agama, penyakit mungkin saja timbul sebagai akibat dari
banyaknya dosa yang telah diperbuat.
Beberapa contoh permasalahan etik yang berkaitan langsung dengan praktik keperawatan dilapangan diantaranya adalah;
Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat.
Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan
dengan bijaksana.
Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan
lain-lain.
Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan
yang mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan
masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.
3. Masalah Antara Peran Merawat dan Mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai faktor sering kali peran ini menjadai
kabur dengan peran mengobati.
Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh
perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja masalah
nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar.
Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku
asuhan keperawatan hal ini semakin tidak jelas penyelesaiannya.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak,
bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”.
Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam
kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat
melanggar hak pasien.
Sebagai contoh: ada pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya
membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu
lain.
Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan izin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting. Karena
walau bagaimanapun keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap
tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.
Selain itu, permasalahan etika yang terjadi juga bisa dikarenakan 2 hal berikut, yaitu malpraktek dan Kelalaian atau Neglience.
1. Malpraktek
Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai “kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan yang tidak masuk akal”.
Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter atau perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan malpraktek.
2. Neglience (Kelalaian)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati) (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah
standar yang telah ditentukan.
Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
***
Nah, dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan yang paripurna, maka sebagai seorang perawat yang profesional kita dituntut untuk dapat menerapkan moral dan
etika keperawatan ini dengan disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesional kita sebagai seorang perawat.
Dengan demikian, perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional dan paripurna.
Sikap etis profesional ini berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, penghormatan terhadap hal-hak pasien dan menerapkan 8 prinsip etika dalam keperawatan
yang meliputi autonomy, beneficence, justice, non-maleficence, veracity, fidelity, confidentiality dan accountability.
Referensi
Pengertian etika
Etik atau ethics berasal dari bahasa yunani : “etos” yang berarti adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik
dan buruk secara moral. Jadi etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip
yg menentukan tingkah laku yg benar, yaitu Baik, buruk , Kewajiban, dan tanggungjawab.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawabnya.
Paradikma keperawatan.
Pradima keperawatan terdiri yakni :
1. Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pribadi yang utuh dan unik, mempunyai aspek bio-psiko–sosiokultural–spiritual. Manusia sebagai sistem terbuka yang selalu
berinteraksi dan berespon terhadap lingkungan, mempunyai kemampuan untuk mempertahankan integritas diri melalui mekanisme adaptasi.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi dinamis manusia dalam rentang sehat sakit yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, baik faktor dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal).
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Etika Keperawatan
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dlm praktek sehari-hari (Fry, 1994);
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan
kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu
mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus
menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik
profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan
keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai
konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang
membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal
itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus
dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik
supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya
bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
1.2 TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1
2. Mengetahui dan memahami definisi etik
3. Mengetahui dan memahami tipe – tipe etika
4. Mengetahui dan memahami teori etik
5. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
6. Mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan
7. Mengetahui dan memahami skenario penerapan etik dalam keperawatan
8. Mampu memerankan kasus pada role play.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama
dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu
tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.
(Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan
buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan
istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai
atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai
moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
2. 2 TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan
pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam
bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis
yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis
untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus
etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)
2. 3 TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama
dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini
menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak
memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan
kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah
melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu
tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
2. 4 PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan kepada individu,keluarga,kelompok dan masyarakat, perawat
mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.
1. Perawat dengan klien
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.oleh karena
itu,dalam menjalankan tugas perawat perlu meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat , menghargai adat kebiasan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menjadi
pasien atau klien. Perawat dapat memgang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila di
perlukan oleh pihak yang berkepentingan/pengadilan.
2. Perawat dengan pelayanan kesehatan
Perawat memegang peran penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai
kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya
secara aktif untuk menompang perannya dalam situasi tertentu.
3. Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif dan dapat berperan serta secara aktif dalam
menentukan masalah kesehatan dan masalah social yang terjadi di masyarakat.
BAB III
SKENARIO PENERAPAN ETIK DALAM KEPERAWATAN
Suatu hari di sebuah desa kecil terdapat keluarga miskin yang terdiri dari ayah, ibu, dan kedua anaknya.
• Ayah : Riza Bakri Pratama
• Mak : Sintya Tranova
• Kakak : Elsi Kamilatul Izzati
• Adik : Yuni Elisa
• Suster 1 : Hermin Lestari Zalukhu
• Suster 2 : Difa Aidilla
• Dokter : Usnal Aini
Ketika itu, si adik yang sedang merintih kesakitan pada bagian perut dan terus mengalami BAB yang sudah lebih dari sepuluh
kali dan terus menerus keluar masuk kamar kecil, terbaring di kamar. Sebenarnya Adik ingin sekali mengambil air minum di
dapur, tetapi karena sakit perut yang dialaminya, adik pun hanya bisa merintih.
Adik : Aduuuuh..adduuuh.. (merintih kesakitan)
Kakak : kamu kenapa?? (sambil melihat ke arah adik)
Adik : sakit kak..
Kakak : sakit sedikit saja dibesar-besarkan, manja kamu
Adik : tolong ambilkan air minum kak, adik haus..
Kakak : kakak lagi sibuk, ambil sendiri
Adik : (hanya bisa menahan sakit perut dan haus yang dirasakannya)
Si kakak yang tidak peduli dengan adiknya pergi meninggalkan rumah. Adik berlari menuju dapur dan masuk ke toilet (dengan
muka pucat). Sudah lama adik di dalam, tapi tidak keluar-keluar. Mak yang sedang mencuci piring khawatir dan segera
memanggil adik.
Mak : Yuni.. lama sekali kamu di dalam
Adik : sakiit maak,, Yuni mules mak..
Mak : cepat gantian mak lagi
Adik keluar dengan wajah yang pucat ia merasa pusing dan kemudian pingsan. Mak yang sedang mencuci piring langsung
melepaskan piringnya yang sedang dicuci.
Mak : Yuni…yuni..yuni… bangun nak, kenapa kamu.. elsi… elsi… pak.. bapak.. Ya Allah nak, kenapa sampai begini?
Bapak : ya mak… sebentar (bergegas keluar kamar) bapak baru selesai sholat bu.. ada apa bu?? (belum sempat ibu menjelaskan,
pak riza langsung kaget) Astagfirullahal’adzim yunii anak ku (bapak langsung mengangkat yuni ke kamar)
Mak : pak, mak khawatir dengan keadaan yuni. Belum sampai 1 hari yuni sudah bolak balik ke kamar kecil lebih dari 100 kali,
mak takut yuni kenapa-kenapa pak..
Bapak : iya mak, bapak juga khawatir (sambil memegang kepala yuni)
Mak : iya..iya.. ayuk pak, kita bawa yuni ke rumah sakit (Yuni pun dibawa ke RS. M.DJAMIL)
Bapak : sus, tolong anak saya sus…
Suster : ya pak, (suster membawa yuni ke UGD) maaf bapak tunggu di luar ya. (sambil menunggu, bapak dan mak, berbincang
tentang biaya untuk pembayaran rumah sakit. Tiba-tiba elsi datang setelah mengetahui adiknya masuk RS).
Kakak : Yuni kenapa pak? Ada-ada saja anak itu.
Mak : husss jangan begitu,itu adikmu elsi.
Kakak : Adik apa seperti itu,menyusahkan keluarga.
Bapak : Siii,,,yuni itu adik kandung kamu,seharusnya kamu memberi perhatian bukan malah memojokkan dia.
(elsi marah-marah dan langsung meninggalkan kedua orang tuanya).
(Mak menangis)
Mak : Pak,,,bagaimana cara kita membayar biaya pengobatan yuni pak? Dapat uang dari mana kita pak? (mak sambil menangis)
Bapak : mak kita akan berusaha untuk mendapatkan uang untuk yuni, kalau perlu kita jual rumah kita itu untuk membayar biaya
RS.
Mak : lalu kita tinggal dimana pak ? Hanya rumah itu satu-satunya harta kita pak.
(bapak hanya terdiam )
(suster keluar dan membawa yuni pindah ke R.Dalam. Bapak dan mak pun langsung mendampingi yuni yang tidak sadarkan diri.
Sesampainya di R.Dalam suster memanggil keluarga yuni untuk menjelaskan penyakit dan biaya administrasinya).
Suster : Permisi bapak,ibu,,,keluarganya yuni ?
Bapak dan mak : iya sus ada apa ?
Suster : bapak dan ibu diminta Dr. Ona ke ruang perawat untuk membicarakan penyakit dan biaya administrasinya.
Bapak dan mak : baik sus,,terima kasih
Suster : sama-sama pak,buk,,
(bapak dan mak pergi ke ruang perawat)
Bapak : permisi,,,
Suster : silahkan masuk,,,,
Dr. Ona : bapak dan ibu orang tuanya yuni ? begini pak, setelah di periksa, anak bapak dan ibu mengalami diare dan dehidrasi
atau kekurangan cairan didalam tubuh, jadi anak bapak dan ibu harus tinggal di RS dulu dalam beberapa hari untuk memulihkan
kesehatannya.
Bapak : kira-kira biayanya berapa ya dok ?
Dr ona : kalau masalah biaya, bapak dan ibu bisa konfirmasi ke bagian administrasi dan yang
Penting sekarang kita pulihkan dulu keadaan anak bapak dan ibu.
Bapak : baik dok.
(Dr. Ona memanggil suster)
Dr. Ona : suster,,tolong berikan obat ini ke pasien yuni,injeksi via infus ya sus.
Suster : baik dok.
( suster langsung keruangan yuni)
Suster : selamat siang..
Keluarga : siang sus.
( suster menjelaskan tindakan yang akan dilakukan pada keluarga pasien.)
Suster : saya suster Hermin , dan saya akan melakukan tindakan menyuntikan obat melalui infus supaya adek cepat sembuh.
( sambil menyuntikan obat )
sudah selesai,sore nanti saya akan kesini lagi untuk memberikan obat lagi, saya permisi dulu iya.permisi,selamat siang!
Keluarga: siang sus, terimakasi!
Suster : sama-sama
(dilakukanlah penyuntikan ke 2, ada hal yang aneh)
Suster : Selamat malam, saya suster Hermin , sesuai dengan janji tadi saya akan memberikan
obat pada adek, biar adek cepat sembuh. (sambil menyuntikan obat ke inpus)
saya sudah selesai. Kalau ada apa-apa bapak dan ibu bisa panggil saya, baik saya permisi dulu. Selamat malam
Keluarga : Selamat malam (setelah penyuntikan, suster keluar dan 15 menit kemudian yuni mengalami kejang, bapak dan mak
panik)
Bapak: memanggil perawat
(Dr. Ona dan suster datang)
Bapak : Dok, bagaimana ini? Kenapa bisa begini?
Dr. Ona : iya sebentar ya pak, saya periksa dulu
(memeriksa obat apa yang diberikan oleh suster)
Dr. Ona : Obat apa yang suster berikan ke pasien ini?
Suster : saya berikan obat yang sesuai dengan resep dokter
(Dr. Ona memeriksa kembali obat yang diberikan,setelah diperiksa ternyata obat tersebut salah, keluarga pak riza tidak terima
dengan kejadian ini dan menuntut suster serta rumah sakit yang di anggap keluarga pak riza sudah melakukan mal praktek)
Mak : saya tidak terima dengan kejadian ini. Saya akan menuntut rumah sakit ini, ini masalahnya nyawa.
Dr. Ona : maaf bu kami tidak bermaksud untuk melakukan mal praktek atau semacamnya, tapi ini kesalahan saya dan suster saya
Mak : saya tidak terima, saya akan membawa masalah ini kepengadilan.
Suster : maaf bu, mungkin masalah ini tidak perlu kepengadilan, kami akan bertanggung jawab dengan semua kejadian ini, kami
pun sudah memberikan obat yang sesuai dan penetral atas kejang-kejang tadi.
Dr Ona : benar bu, masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
(tiba-tiba elsi datang kerumah sakit, setelah mendengar kejadian tersebut, hatinya pun mulai tersentuh yang semula membenci
adiknya, kini dia menjadi perhatian dan sayang)
Elsi : kenapa bisa begini bu? Yuni maafkan kakak
Bapak & mak : (menjelaskan semua kejadian yang sudah terjadi pada elsi) (setelah berbincang-bincang, keluarga pak riza setuju
tidak membawa masalah ini kepengadilan dan memilih secara kekeluargaan. Setelah diberi pengobatan dengan obat-obatan yang
sesuai yunibisa sembuh dan keluarganya pun tidak perlu membayar biaya pengobatan dan RS).
BAB IV
PENUTUP
4. 1 KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi
lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema
etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
4.2 SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa
sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak
sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New
Jersey: Pearson Education Line
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 4 Volume 1. Jakarta : EGC
Rifiani, Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Keperawatan .Jakarta Timur : Dunia Cerdas
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari 2010 pukul 10.02 PM.
URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011. Diposkan tanggal 16 Januari
2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EG
Nursing Advocacy
Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang ia buat.
Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu:
1. Ana pada tahun 1985: Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.
2. Fry pada tahun 1987: Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki penyebab
atau dampak penting.
3. Gondow pada tahun 1983:Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pedekatan tradisional maupun
profesional,narasumber dan fasilitator dalam tahap pengembalian keputusan terhadap upaya kesehatan
yang harus dijalani oleh klien.
Peran Advokat Keperawatan
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan
3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi
PERSEPSI KELUARGA DALAM KESIAPAN MENERIMA PERENCANAAN DISCHARGE DITENTUKAN OLEH PROGRAM
ADVOKASI KEPERAWATAN
Mohamad Judha
= http://dx.doi.org/10.24990/injec.v4i2.268
ABSTRAK
Pendahuluan : Merencanakan pasien untuk pulang menimbulkan masalah apakah pasien siap menghadapi masalah kesehatan di rumah, kurangnya sistem pendukung menjadi masalah terutama jika
pasien sebagai kepala keluarga membutuhkan kesinambungan perawatan keduanya di rumah sakit. proses penyembuhan dan dalam mempertahankan status kesehatan pasien baik di rumah sakit atau di
rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Advokasi yang diberikan oleh Perawat dengan Kesiapan dalam Menerima Perencanaan Pelepasan oleh pasien dan
keluarga. Metode : Penelitian korelasional cross-sectional dalam penelitian ini memandang dukungan keluarga pasien dalam kesiapan untuk menerima program rumah pasien di bangsal. Pengambilan
sampel 97 responden dengan teknik sampel purposive. Hasil: Persepsi keluarga tentang perawat dalam kategori positif (73,2%). Tingkat kesiapan keluarga dalam menerima perencanaan kembali dalam
kategori baik (53,6%), hasil analisis bivariat menggunakan peringkat Spearman berkaitan dengan persepsi keluarga tentang advokasi perawat dengan kesiapan dalam menerima perencanaan kembali
dengan nilai p 0,00 <alpha 0,01. Kesimpulan : Persepsi keluarga tentang advokasi perawat dengan persiapan rumah memiliki hubungan yang kuat, sehingga bantuan keluarga dalam asuhan
keperawatan dalam perencanaan perawatan kembali diperlukan. persepsi keluarga tentang perawat diperlukan termasuk tindakan keperawatan atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perawatan oleh
keluarga juga perlu mendukung kesehatan pasien.
KATA KUNCI
TEKS LENGKAP:
REFERENSI
Keeling, AW dan Ramos, MC (2008) Perawatan Kesehatan Keperawatan: Perspektif Masyarakat. Peran riwayat keperawatan dalam mempersiapkan keperawatan untuk masa depan.
Kozier Barbara dkk, Alih Bahasa Devi Yulianti dkk. Fundamental Keperawatan.Ed 7. Jakarta: Pener¹bit Buku Kedokteran EGC; 2011
Pemila, Uke (2009). Perencanaan Discharge. Diambil pada tanggal 7 Februari 2014 dari http: 152.118.148.220/ pkko / fikes / konsep%, 20 DISCHARGE% PLANNING.doc.
Judha, Mohamad. 2017. Pengetahuan, Pendidikan Dan Status Ekonomi Berhubungan Dengan Ketaatan Kontrol Gula Darah Pada Penderita DM Di Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro
Klaten. http://medika.respati.ac.id/index.php/Medika/article/view/32 Yogyakarta: Jurnal Medika Respati
______________, 2016. Pekerja Pengalaman Perawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Retardasi Mental Di Panti Asuhan. http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/134
Yogyakarta: Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta.
Watson, J. Keperawatan: Ilmu Manusia dan Perawatan Manusia: Teori Keperawatan. Jones & Bartlett Belajar; 1999
_________., Foster, R. (2003). Attending Nurse Caring Model®: mengintegrasikan teori, bukti, dan terapi penyembuhan penyembuhan tingkat lanjut untuk mengubah praktik profesional. Jurnal
keperawatan klinis; 2003: 360–365.
Supriyati, (2008). Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dalam aplikasi pertanggungan ansietas penderita pre operatif elektif di Rumah sakit Orthopedi Prof. Dr.R Soeharso Surakarta,
penelitian, http://etd.eprints.ums.ac.id/439/ retritive 17 Juni 2017.
Judha, M. (2020). Persepsi Keluarga dalam Kesiapan Menerima Perencanaan Discharge Ditentukan oleh Program Advokasi Keperawatan. JURNAL PENDIDIKAN DAN KLINIK PENDIDIKAN
INDONESIA (INJEC) , 4 (2), 153-160.