Anda di halaman 1dari 24

KONSEP KEBIDANAN

ASUHAN INTRANATAL BERDASARKAN


EVIDENCE BASED

KELOMPOK 8

MARLIANA
ARMIANA
SURYNA INTAN PUSPITA
SARTINA GAFUR
persalinan normal
Evidence based
menurut WHO adalah
artinya berdasarkan
persalinan yang dimulai
bukti, tidak lagi secara spontan, beresiko
berdasarkan rendah pada awal
pengalaman atau persalinan dan tetap
kebiasaan semata. demikian selama proses
Semua harus
PENGERTIAN persalinan. Bayi dilahirkan
berdasarkan bukti dan secara spontan dalam
bukti inipun tidak presentasi belakang kepala
sekedar bukti. Tapi pada usia kehamilan
antara 37 hingga 42
bukti ilmiah terkini
minggu lengkap.
yang bisa
dipertanggungjawabka
n.
Pengurangan Rasa Nyeri Usaha yang dilakukan
Nyeri persalinan merupakan pengalaman bidan agar ibu tetap
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait tenang dan santai selama
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan proses persalinan
penipisan serviks, serta penurunan janin berlangsung adalah
selama persalinan dengan membiarkan ibu
untuk mendengarkan
musik, membimbing ibu
untuk mengeluarkan suara
saat merasakan kontraksi,
Pada saat ibu memasuki tahapan persalinan, serta visualisasi dan
bidan dapat membimbing ibu untuk melakukan pemusatan perhatian.
teknik self-help, terutama saat terjadi
his/kontraksi. Untuk mendukung teknik ini,
dapat juga dilakukan perubahan posisi: berjalan,
berlutut, goyang ke depan/belakang dengan
bersandar pada suami . Dalam memberikan
asuhan kebidanan, bidan dapat dibantu dan
didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun
sahabat ibu.
PENANGANAN
KALA I

Bantulah ibu dalam persalinan jika ia Jika ibu tersebut tampak kesakitan,
tampak gelisah, ketakutan, dan dukungan/asuhan yg dpt dibrikan :
kesakitan: a. Lakukan prubhan posisi
b. Posisi sesuai keinginan ibu, tetapi jika
ibu ingin ditmpat tidur sbaiknya
a)Berilah dukungan dan yakinkan dianjurkan tidur miring kekiri.
dirinya, c. Sarankan ibu utk berjlan
b)Berikan informasi mengenai d. Ajaklah org yg menemaninya utk
memijat atau menggosok punggungnya
proses dan kemajuan atau membasuh mukanya diantara
persalinannya, kontraksi
c)Dengarkan keluhannya dan e. Ibu diperbolehkan mlakukan aktivitas
sesuai dgn kesanggupannyaa
cobalah untuk lebih sensitif f. Ajarkan kepadanya teknik pernafasan:
terhadap perasaannya. ibu diminta utk menarik nafas panjang,
menahan nafasnya sebentar kmudian
dilpaskn dgn carameniup udara keluar
sewaktu terasakontraksi
PENANGANAN
KALA II

Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:


Mendampingi ibu agar merasa nyaman
Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.
Menjaga kebersihannya agar terhindar dari infeki.
Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu,
dengan cara:
Menjaga privasi ibu.
Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut:
- Jongkok,
- Menungging,
- Setengah duduk.
Jenis episiotomi yang ditentuka
berdsarkan letak dan arah insisi
Episiotomi mediolateralis
Episiotomi mediolateralis merupakan insisi pada perineum
kearah bawah tetapi menjauhi rektum, dapat kearah kanan
atu kiri tergantung tangan yang dominan yang digunakan
oleh penolong. Episiotomi mediolateralis memotong sampai
titik tendineus pusat perineum , melewati bulbokavernosus
dan otot-otot transversus perinei supervisialis dan profunda,
dan ke dalam otot pubokoksigeus (levator ani).
lanjutan
Episiotomi median
Merupakan insisi pada garis tengah perineum ke arah
rektum, yaitu ke arah titik tendensius perineum,
memisahkan dua sisi otot perineum bulbokavernosus
dan otot tranversus perinei prounda juga dapat
dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi.
Persiapan dalam melakukan
episiotomi
Mempertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan
episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi itu penting
dilakukan untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan
bayi
Pastikan semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan
sudah tersedia dan dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi
dan steril
Gunakan teknik aseptik setiap saat. Gunakan sarung
tangan DTT atau steril
Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan serta
jelaskan secara rasional alasan diperlukan tindakan
episiotomi.
Prosedur pelaksanaan episiotomi:
Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan
3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.
Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan
perineum. Kedua jari agak diregangkan dan berikan sedikit tekanan
lembut kearah luar pada perineum
Gunakan gunting tajam desinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan
gunting ditengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah
ke sudut yang diinginkan, untuk melakukan episiotomi mediolateral
(jika penolong bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan di
sisi kiri lebih mudah dijahit).
Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral
menggunakan satu atau dua arah guntingan yang mantap. Hindari
menggunting jangan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan
tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu
penyembuhan yang lebih lama.
Lanjutan
Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3cm ke dalam
vagina.
Jika kepala belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka
episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa desinfeksi
tingkat tinggi atau steril diantara kontraksi untuk
membentu mengurangi perdarahan.
Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk
mencegah perluasan episiotomi
Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati
apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami
perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi
perluasan epsiotomi atau laserasi tambahan.
Penjahitan perineum tingkat I dan II
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari
perdarahan paskapersalinan.Robekan dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri.perdarahan
paskapersalinan dengan kontraksi uterus baik
biasannya disebabkan oleh robekan jalan lahir ( ruptur
perineum dinding vagina dan robekan servik ).
Laserasi jalan lahir diklasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan yaitu:
1. Derajat satu
Robekan sampai mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
2. Derajat dua
Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum dan
otot perineum.
3. Derajat tiga
Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum dan otot sfingter ani eksternal.
4. Derajat empat
Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal dan mukosa rektum.
Penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan
busi pada rektum,sebagai berikut
Setelah prosedur aseptik antiseptik pasang busi
rektum hingga ujung robekan
Mulai penjahitan pada ujung robekan dengan
jahitan dan simpul submukosa,dengan benang
vicryl / dexon no 2/0 hingga ke spingter ani.jepit
kedua spingert ani dengan klem dan jahit dengan
benang no 2/0
Lanjutkan penjahitan ke bagian otot perineum dan
submukosa dengan benang yang sama ( atau
cromic no 2/0 )
Secara jelujur
Mukosa vagina dan kulit dijahit secara submukosal
ubkutikuler
Berikan antibiotik propilaksis ( ampisilin 2 gram
dn metrodinazol 1 gram per oral ) Terapi penuh
antibiotika hanya diberikan apabila terdapat
tanda tanda infeksi.
Robekan serviks
Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang
terjulur, akan mengalami robekan pada posisi spina isiadika tertekan
oleh kepala bayi.
Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kawan dari porsio.
Jepitkan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera dihentikan.Jika setelah dieksplorasi
lanjututan tidak dijumpai robekan lain,lakukan penjahitan.jahit mulai
dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dapat dijahit.
Setelah tindakan, periksa tanda vital klien,kontraksi uterus,tinggi
fundus uteri dan perdarahan paskatindakan.
Beri antibiotik propilaksis, kecuali bila jelas ditemukan tanda infeksi.
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar HB di bawah
8 g % berikan tranfusi darah.
Penanganan Manajemen Aktif
Kala III
Manajemen aktif kala III (tiga) sangat penting
dilakukan pada setiap asuhan persalinan normal
dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian
ibu. Saat ini, manajemen aktif kala III (tiga) telah
menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan
normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang
harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong
persalinan (dokter dan bidan).
Pengertian
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang
berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban.
Tujuan Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III (tiga) adalah untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III
(tiga) persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Penatalaksanaan
manajemen aktif kala III (tiga) dapat mencegah
terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta.
Keuntungan Manajemen Aktif Kala III
Keuntungan manajemen aktif kala III (tiga) adalah:
a. Persalinan kala tiga lebih singkat.
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah.
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Langkah Manajemen Aktif Kala III
Langkah utama manajemen aktif kala III (tiga) ada tiga
langkah yaitu:
a. Pemberian suntikan oksitosin.
b. Penegangan tali pusat terkendali.
c. Masase fundus uteri
Impementasi hak ibu dan bayi
pada masa persalinan
Beberapa hak hak pasien secara umum adalah :
1. Hak untuk memperoleh informasi
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam
pelayanan
4. Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
5. Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau
keluarga dalam pelayanan
6. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.
Air Susu Ibu dan Hak Bayi
Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak
tersebut mencakup
(1) Non diskriminasi,
(2) Kepentingan terbaik bagi anak,
(3) Hak kelangsungan hidup, dan
(4) Perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat
anak (Undang Undang Perlindungan Anak Bab I
pasal 1 No. 12 dan Bab II pasal 2).
Perlindungan ibu
Perlindungan ibu merupakan kondisi awal dari
kesetaraan jender atau kesetaraan pria dan wanita. Ibu
bekerja perlu upah selama cuti agar dapat menyusui
secara eksklusif (ILO,1997). WHA dan UNICEF (2001)
menganjurkan menyusui eksklusif selama 6 bulan,
selanjutnya setelah kembali bekerja, ibu mendapat
kesempatan menyusui dengan fasilitas untuk
menyusui atau memeras ASI di tempat kerjanya.
Thanks for attention
Semoga bermanfaat
Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai