Anda di halaman 1dari 22

Ns. Rino C Simbolon, S.Kep., M.

Kep
PENDAHULUAN
• Keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring).
• Elemen perawatan kesehatan yg berkualitas adalah menunjukkan kasih sayang
pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya.
Rasa saling percaya diperkuat ketika prawat menghargai dan
mendukung kesejahteraan spiritiual klien.

• Penerapan proses keperawatan spiritual klien tidak sederhana (bukan sekedar


mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien saja).

• Memahami spiritualitas klien kemudian secara tepat mengidentifikasi tingkat


dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan perspektif baru yang lebih
luas.

Perlu belajar memahami aspek positif dari spiritualiatas klien

Mendukung dan mengenali klien dlm pemberian asuhan keperawatan yang efektif.
PENGKAJIAN
• Asuhan Keperawatan akan terjadi bila terbinanya hubungan saling
percaya antara perawat dan klien.

• aspek spiritualitas selalu dipengaruhi oleh pengalaman, kejadian, dan


pertanyaan ttg kejadian penyakit dan perawatan di rumah sakit.

Oleh krnanya Pengkajian dapat menjadi kesempatan u/


mendukung/menguatkan spiritual klien dan menjadi terapeutik

• Perawat yang memahami pendekatan konseptual menyeluruh tentang


pengkajian siritual akan menjadi yang paling berhasil . (Farran , 1989)
Kapan Pengkajian dilakukan?
• pengkajian sebaiknya dilakukan setelah
perawat dapat membentuk hubungan yang
baik dengan pasien atau dengan orang
terdekat pasien (perawat telah merasa
nyaman untuk membicarakannya).
Apa yang harus dikaji ?
Informasi awal yang perlu digali adalah :
a.  Afiliasi agama
1)   Partisipasi agama klien dalam kegiatan keagamaan
2)   Jenis partisipasi dalam kegiatan keagamaan

b. Keyakinan / spiritual agama


1)   Praktik kesehatan :
diet, mencari dan menerima terapi /upacara keagamaan
2)   Persepsi penyakit :
hukuman, cobaan terhadap keyakinan
3)   Strategi koping
Pengkajian lanjutan...
Pengkajian data subyektif :
a.   Konsep tentang Tuhan atau ketuhanan
b.   Sumber harapan dan kekuatan
c.    Praktik agama dan ritual
d.   Hubungan antara keyakinan dan kondisi
kesehatan.
Pengkajian lanjutan...
pengkajian data objektif :
a.   Pengkajian afek tif (Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah,
cemas, agitasi, apatis atau preokupasi)
b.   Perilaku (Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku keagamaan, dan apakah pasien seringkali mengaluh, tidak
dapat tidur, bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya,
serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya
terhadap agama)
c.    Verbalisasi (Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau
topik keagamaan lainnya, apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh
pemuka agama, dan apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya
terhadap kematian)
d.   Hubungan interpersonal (Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien
berespon terhadap pengunjung, apakah pemuka agama datang
mengunjungi pasien, dan bagaimana pasien berhubungan dengan pasien
yang lain dan juga dengan perawat)
e.   Lingkungan (Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan
ibadah lainnya, apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan dan apakah pasien memakai tanda keagamaan misalnya
jilbab). Terutama dilakukan melalui observasi. (Hamid, 2000).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Farran, 1989).
Ketika meninjau pengkajian spiritual dan
mengintegrasikan informasi kedalam diagnosa
keperawatan yang sesuai, perawat harus
mempertimbangkan status kesehatan klien terakhir
dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai
prinsip kesatuan

(Potter and Perry, 1997).


Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang
berhubungan dengan akurat sehingga intervensi yang
dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung
Diagnosa keperawatan spiritual
(North American Nursing Diagnosis Association (2006)

• Distres spiritual.
adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan
agama, orang lain, dan dirinya.
Diagnosa keperawatan spiritual
(North American Nursing Diagnosis Association (2006)
Ruang lingkup diagnosa keperawatan distres spiritual :
a.   Berhubungan dengan diri
meliputi : mengekspresikan kurang dalam harapan, arti, tujuan hidup,
kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri,
keberanian, marah, rasa bersalah, koping yang buruk).
b.   Berhubungan dengan orang lain,
meliputi : menolak berinteraksi dgn teman, keluarga & pemimpin agama,
mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan,
mengekspresikan keterasingan.
c.    Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam,
meliputi : tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi),
tidak ada ketertarikan kepada alam,
tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama
d.   Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya,
meliputi : tdk mampu ibadah, tdk mampu berpartisipasi dlm aktifitas agama,
mengekspresikan marah kepada Tuhan,
mengalami penderitaan tanpa harapan.
faktor yang berhubungan dari
diagnosa keperawatan distres spiritual
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (2006)

• mengasingkan diri,
• kesendirian atau pengasingan sosial,
• cemas,
• kurang sosiokultural/ deprivasi,
• kematian dan sekarat diri atau orang lain,
• nyeri,
• perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang
lain.
PERENCANAAN
• Dalam menetapkan rencana perawatan, tujuan
ditetapkan secara individual, dengan
mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko,
dan tanda-tanda disfungsi serta data obyektif
yang relevan .

• Tujuan askep klien distress spiritual berfokus


pada menciptakan lingkungan yang mendukung
praktik keagamaan dan keyakinan yang biasa
dilakukannya.
PERENCANAAN
Tujuan Pemberian Perawatan Spiritual
(Munley, 1983) :
1.Klien merasakan perasaan percaya pada
pemberi perawatan.
2.Klien mampu terikat dengan anggota sistem
pendukung.
3. Pencarian pribadi klien tentang makna (hidup)
meningkat.
TUJUAN & KRITERIA HASIL
Tujuan Askep , Klien akan :
• Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuuhi kebutuhan
• Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika menghadapi
penyakit.
• Mengembangkan praktik spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri sendiri,
Tuhan dan dunia luar
• Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual dengan
kehidupan sehari-hari.

Kriteria hasil yang diharapkan , klien akan :


a.      Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual
b.      Mengidentifikasi factor dala mkehiduapn yang menantang keyakinan spiritual
c.      Menggali alternative : menguatkan keyakinan
d.      Mengidentifikasi dukungan spiritual
e.      Mendemonstrasikan berkurangnya distress spiritual setelah keberhasilan intervensi

“Pada dasarnya perencanaan dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien dengan membantu klien
memenuhi kewajiban agamanya dan menggunakan sumber dari dalam dirinya”.
IMPLEMENTASI
(Hamid, 2000)
• Periksa keyakinan spiritual ibadah
• Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan
spritualnya.
• Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan
spiritual
• Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual
pasien
• Berespon secara singkat, spesifik dan factual
• Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang
berarti menghayati masalah klien
• Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik .
dengan tehnik mendukung menerima, bertanya, memberi
infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang
dimiliki klien
IMPLEMENTASI
(Hamid, 2000)

• Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada


ucapan atau pesan verbal kien
• Memahami masalah klien tanpa menghukum
walaupun tidak berarti menyetujui klien
• Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien
berespon terhadap penyakit. : “ Apakah klien
menganggap penyakit yang dideritanya merupakan
hukuman, cobaan atau anugrah dari Tuhan ? “
• Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi
kewajiban agamanya
• Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di
Rumah Sakit.
IMPLEMENTASI
Menurut Amenta dan Bohnet (1986) .
ada empat alat / cara untuk membantu
perawat dalam menerapkan perawatan
spiritual yaitu :
1.       Menyimak dengan perilaku wajar
2.      Selalu ada
3.      Menyetujui apa yang dikatakan klien
4.      Menggunakan pembukaan diri
IMPLEMENTASI
McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing
Interventions Classification (NIC).
“ Salah satu intervensi distres spiritual adalah:
support spiritual ( yaitu membantu pasien
untuk merasa seimbang dan berhubungan
dengan kekuatan Maha Besar.)”
IMPLEMENTASI
McCloskey dan Bulechek (2006)
Aktivitas support spiritual meliputi :

• Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan


• Beri semangat untuk menggunakan sumber – sumber spiritual
• Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien
• Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien
• Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
kepercayaan dan nilai, jika diperlukan
• Mendengar perasaan pasien
• Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdoa atau ritual keagamaan
• Dengarkan dengan baik komunikasi pasien dan kembangkan pemanfaatan
waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan
• Yakinkan kepada pasien bahwa perawat dapat mensupport pasien ketika
sedang menderita
• Buka perasaan pasien terhadap rasa sakit dan kematian
• Bantu pasien untuk berekpresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan
rasa marah dengan cara yang baik.
EVALUASI
• Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu
menguatkan spiritualitas klien.
• Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien dengan perilaku
dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan.
Klien harus mengalami emosi sesuai dengan situasi,
mengembangkan citra diri yang kuat dan realistis, dan mengalami
hubungan interpersonal yang terbuka dan hangat.
Klien harus mempertahankan misi dalam hidup dan yakin
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Maha Tinggi.

• Bagi klien dengan penyakit terminal serius, evaluasi difokuskan


pada keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan hidup
(Potter and Perry, 1997).
EVALUASI
Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila Klien :
• Mampu beristirahat dengan tenang
• Menyatakan penerimaan keputusan moral / etika
• Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
• Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka
agama
• Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
• Menunjukkan afek positif tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan
ansietas
• Menunjukkan perilaku lebih positif
• Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

Anda mungkin juga menyukai