Anda di halaman 1dari 32

A S U H A N K E P E R AWATA N

P E R I O P E R AT I F PA D A PA S I E N
SECTIO CAESAREA A/I
P L A S E N TA P R E V I A T O TA L I S D I
R S I A B U N D A J A K A RTA

A R YA I WA N D A N A , A M D , K E P

D E V I YA N T I , A M D , K E P

NS. FIQIH AULIA, S. KEP

NS. HIKMAH TRI, S. KEP

N S . R A FA S U G I A RT O , S . K E P
OUTLINE
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTKA
01 02
PEMBAHASAN KESIMPULAN&
03 04 SARAN

www.traditionalmedicine.com
PENDAHULUAN

• Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Pada keadaan tertentu bila
seorang ibu tidak biasa menjalani persalinan normal maka bisa dilakukan
tindakan pembedahan yaitu dengan cara operasi sectio caesarea. Dengan
tujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi sehingga ibu dapat melahirkan
bayi dalam keadaan yang sehat dan bayi dapat lahir dengan selamat.
INDIKASI SECTIO CAESAREA

Indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul, gawat


janin, plasenta previa, pernah sectio caesaria (bsc), kelainan letak
janin, pre-eklamsi dan hipertensi. Setiap ibu hamil mengharapkan
dapat menjalani persalinan dengan normal, tetapi pada beberapa ibu
hamil yang mengalami kelainan atau komplikasi seperti placenta
previa, induksi gagal dan dikarenakan penyakit maka seseorang ibu
dan tidak bisa menjalani persalinan normal (Narulita Sari, 2019).
• Komplikasi Sectio Caesarea sangat serius sehingga jauh lebih berbahaya
dibandingkan persalinan normal, dan berdampak bagi ibu maupun janin.
Salfariani & Saidah, 2012 yang di kutip dalam Hariningsih,2016) menyatakan,
resiko persalinan secara Sectio Caesarea yaitu Infeksi pada bekas jahitan,
infeksi rahim, keloid terjadinya penonjolan jaringan parut, cedera pembuluh
darah, cedera pada kandung kemih saat SC dilakukan organ ini bisa saja
terpotong, perdarahan darah yang hilang lewat SC dua kali lipat dibandingkan
dengan persalinan normal.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar
Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar
Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
b. b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar Operasi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar
Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar
Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang
Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Plasenta Previa di Ruang Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda
Jakarta.
MANFAAT
1. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bunda Jakarta.

2. Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Previa di Ruang Kamar Operasi Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA

• Sectio Caesareaa dalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Anjarsari, 2019).
• Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).
KLASIFIKASI BENTUK PEMBEDAHAN
SC
1) Sectio Caesarea Klasik

• Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan
tindakan pembedahan ini. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical
yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak
cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
1) Sectio Caesarea Histerektomi

• Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan
pegangkatan rahim.
1) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

• Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea.
Biasanya dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan denganinsisi dinding dan faisa abdomen sementara
peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
ANATOMI FISIOLOGI

• Genetalia Eksterna
a. Mons Pubis

b. Labia Mayora (bibir besar)

c. Labia Minora (bibir kecil)

d. Klitoris

e. Vulva

f. Vestibulum

g. Fourchette

h. Perineum
• Genitalian Interna

a. Ovarium

b. Vagina

c. Uterus 

d. Tuba Falopii

e. Serviks
ETIOLOGI DARI PASIEN SECTIO
CAESARA
1)Etiologi yang berasal dari ibu 2) Etiologi yang berasal dari janin
a.Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis. a.Letak lintang.
b.Panggul sempit. b.Letak bokong.
c.Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran c.Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
kepala dengan panggul.
d.Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi
d.Partus lama (prognoled labor)
dengan cara-cara lain tidak berhasil.
e.Ruptur uteri mengancam
e.Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
f.Partus tak maju (obstructed labor)
(1)
Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
g.Distosia serviks
(Shoulder Presentation).
h.Pre-eklamsia dan hipertensi
(2)
Bila terjadi interlok (locking of the twins).
i.Disfungsi uterus
(3)
Distosia oleh karena tumor.
j.Distosia jaringan lunak.
(4)
Gawat janin.
PATOFISIOLOGI
• Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
PATOFISIOLOGI
• Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam proses operasi,
dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi. Efek
anastesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga
akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehinggga menyebabkan
terputusnya inkontiunitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah
insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri
sehingga timbullah masalah keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc, 2015).
PATHWAY PLASENTA PREVIA
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Hitung darah lengkap.

2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.

3) Urinalisis: menentukn kadar albumin/glukosa.


4) Pelvimetri: menentukan CPD.

5) Kultur: mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.

6) Ultrasonografi: melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan presentasi janin.


7) Amniosintess: Mengkaji maturitas paaru janin.

8) Tes stres kontraksi atau non-stres:

9) Penetuan elektronik selanjutnya: memastikan status janin/aktivitas uterus.


PEMBAHASAN KASUS
• Berdasarkan hasil asuhan keperawatan perioperatif pada Ny. FH dengan tindakan Operasi
Sectio Caesarea atas indikasi Plasenta Previa Totalis dengan hasil analisa data didapatkan
beberapa masalah keperawatan baik dalam fase pre, intra, dan post operatif.

• Pada saat pengkajian perawat melakukan pengkajian ringkas mengenai kondisi fisik
pasien dan kelengkapan yang berhubungan dengan pembedahan berupa validasi,
kelengkapan administrasi, tingkat kecemasan, pengetahuan pembedahan, pemeriksaan
fisik terutama tanda-tanda vital. Adapun persiapan yang perlu dilakukan sebelum
menjalani tindakan pembedahan meliputi pengkajian fisik yang meliputi status kesehatan
fisik secara umum, status nutrisi, keseimbangan cairan elektrolit, kesiapan lambung dan
kolon, pencukuran daerah operasi, personal hygiene, dan pengosongan kandung kemih.
PREOPERATIF
Diagnosis Keperawatan
Tindakan pembedahan operasi sectio caesarea (sc) merupakan Ansietas
tindakan yang dapat menyebabkan ketegangan (stres), sehingga
muncul gejala ketakutan, khawatir, wajah tegang, peningkatan
frekuensi pernafasan, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan
tekanan darah, gelisah mual dan ngantuk, pusing, rasa panas dan
dingin. Pada data pengkajian yang telah didapatkan pasien merasa
takut terhadap kondisi saat dilakukan pembedahan dan juga setelah
pembedahan sectio caesarea.

Dalam pengkajian juga didapatkan pasien mengatakan sulit untuk


tidur dan TTV pasien yang mulai meningkat. Kecemasan dapat
dialami oleh ibu presectio caesarea karena tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun actual pada integritas
seseorang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun
psikologis.
PEMBAHASAN KASUS
Pada diagnosa keperawatan Ny. FH pada fase preoperatif yaitu
ansietas berfokus pada intervensi utama yaitu terapi relaksasi dan
terapi pendukung yaitu perawatan presectio caesarea untuk
mengurangi gangguan rasa nyaman/cemas. Pada intervensi utama
penulis melakukan terapi relaksasi nafas dalam sebagai tindakan
terapi non farmakologi untuk mengurangi gangguan rasa nyaman
cemas. Selain itu, menemani dan memberikan informasi mengenai
tindakan pembedahan kepada pasien secara factual agar pasien
merasa tenang dan tidak berpikir yang berlebihan.
PEMBAHASAN KASUS

• Implementasi yang dilakukan pada dignosa keperawatan gangguan rasa


nyaman cemas yaitu dengan memonitor tanda-tanda vital, melakukan
pemeriksaan fisik sebelum pembedahan, menjelaskan perlunya pembedahan,
menjelaskan prosedur persalinan sectio caesarea. Sehingga menurut penulis
hasil penerapan tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah secara
umum telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana keperawatan,
hanya saja terdapat beberapa rencana tindakan yang tidak dilaksanakan
karena implementasi menyesuaiakan dengan keadaan yang ada di lapangan.
PEMBAHASAN KASUS

• Evaluasi diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman cemas yaitu:


pasien mengatakan rasa takut sudah berkurang, pasien mengatakan sudah
mengerti prosedur tindakan yang akan di lakukan dan sensasi yang
mungkin akan dialami, TD 130/90 mmHg, Nadi : 100x/menit, RR: 22
x/menit, pasien tampak rileks. Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
untuk masalah gangguan rasa nyaman cemas yaitu monitor tanda-tanda
vital serta anjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam jika rasa
takut muncul.
INTRA OPERATIF
Diagnosis
Keperawatan
Berdasarkan SDKI (2018) bahwa Diagnosa Resiko Perdarahan adalah berisiko Risiko Perdarahan
mengalami kehilangan darah internal (dari dalam tubuh) atau eksternal (dari luar
tubuh). Salah satu faktor resiko yang menimbulkan perdarahan yaitu komplikasi
dari kehamilan. Lalu pada kondisi klinis yang sesuai pada diagnose resiko
perdarahan yaitu plasenta previa/abrupsio, retensi plasenta, atonia uterus dan
tindakan pembedahan.

Sedangkan Plasenta previa adalah implantasi plasenta pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan
terjadinya perdarahan. Sehingga persalinan tidak dapat dilakukan dengan cara
normal. Plasenta previa dapat mengakibatkan terjadinya anemia bahkan syok,
segmen bawah rahim yang rapuh, bahkan infeksi pada perdarahan yang banyak,
(greiny, 2013) Berdasarkan penjelasan diatas maka terdapat beberapa kesamaan
antara data yang diperoleh dengan teori yang ada, bahwa plasenta previa
merupakan salah satu kondisi klinis resiko perdarahan yang ada pada SDKI,
maka pada asuhan keperawatan perioperatif pada Ny. FH dapat di tegakkan
diagnosa resiko perdarahan.
PEMBAHASAN KASUS
Pada diagnosa keperawatan resiko perdarahan dilakukan tindakan
pencegahan perdarahan yaitu dengan monitor tanda dan gejala
perdarahan, monitor tanda-tanda vital dan CRT, gunakan ESU untuk
proses koagulasi pada pembulu darah kecil, lakukan pemasangan
drainase, kolaborasi dalam pemberian terapi cairan, kolaborasi dan
pemberian obat. Tidak semua intervensi dilakukan dikarenakan
melihat kondisi dan adanya keterbatasan waktu, sehingga hanya
dilakukan intervensi yang memungkinkan untuk dilakukan serta
efektif untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang ada.
PEMBAHASAN KASUS
• Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro 2008 dalam Suprijati 2014,
mengatakan bahwa sangat penting untuk memantau keadaan umum dan menilai
jumlah kehilangan darah ibu melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar
untuk menentukan penanganan. Bila terjadi perdarahan akan menyebabkan ibu
menjadi lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik
turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya. Maka menurut penulis
tindakan intervensi sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu memantau jumlah
darah dan TTV pada asuhan keperawatan intra operatif dengan diagnose resiko
perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan.
PEMBAHASAN KASUS
• Berdasarkan asuhan keperawatan fase intra operasi terhadap Ny. FH
dengan tindakan Sectio Caesarea telah dilakukan implementasi dan
evaluasi. Kondisi pasien setelah dilakukan implementasi dan evaluasi
pada diagnosa resiko perdarahan yaitu, pendarahan ±300cc, dilakukan
penghentian pembedahan dengan ESU, CRT : 3 detik TD: 100/70
mmHg, Nadi: 80 x/menit RR: 20x/menit. Hal ini sesuai pula dengan
teori yang menyatakan bahwa perdarahan terjadi dengan tanda
penurunan curah jantung. Pasien tidak mengalami perdarahan,
ditandai dengan tanda vital dan perdarahan yang normal.
POST OPERATIF
Diagnosis
Keperawatan
Banyak ibu yang mengeluh rasa nyeri dibekas jahitan SC. Keluhan ini Nyeri
sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan proses penyembuhannya
tidak sempurna. Dampak nyeri yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
spesifik seperti pengaruhnya terhadap pola tidur, pola makan, energi, aktifitas
keseharian (Zakiyah, 2015 dalam Dita, 2018). Berdasarkan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (2018) pengertian dari nyeri melahirkan merupakan
pengalaman sensorik atau emosional yang bervariasi dari menyenangkan sampai
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan persalinan.

Gejala dan tanda mayor secara subjektif yaitu pasien mengeluh nyeri sedangkan
secara objektif ekspresi wajah meringis, berposisi meringankan nyeri. Selain
gejala mayor terdapat juga gejala minor yang ditandai dengan pasien mengeluh
mual dan nafsu makan menurun/meningkat lalu pada data minor dengan data
objektif yaitu tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat, pola tidur
berubah, muntah, fungsi berkemih berubah, pupil dilatasi, dan fokus pada diri
sendiri, lalu pada kondisi klinis terkait nyeri.
PEMBAHASAN KASUS
Terdapat intervensi pendukung pada masalah nyeri melahirkan
yaitu pemantauan nyeri, penjahitan luka, pemberian obat,
perawatan pasca sectio caesarea. Berdasarkan intervensi yang
ada pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia 2018 tidak
semua intervensi dilakukan dikarenakan melihat kondisi dan
adanya keterbatasan waktu, Sehingga penulis hanya
melakukan intervensi terapi relaksasi nafas dan perawatan
pasca sectio caesarea guna menyelesaikan masalah yang ada.
PEMBAHASAN KASUS
• Kondisi pasien setelah dilakukan implementasi dan evaluasi
pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang saat
menarik nafas, Skala nyeri 1-2, Wajah pasien tampak sudah
tidak meringis menahan nyeri namun sesekali masih meringis,
Tampak luka jahitan 10 cm di bagian abdomen, TD 110/70
mmHg,Nadi 89 x/menit, berdasarkan data tersebut masalah
nyeri melahirkan belum teratasi, dikarenakan melihat kondisi
yang dan adanya keterbatasan waktu.
KESIMPULAN
Asuhan keperawatan perioperatif pada Ny. FH (33 tahun) dengan G2P1A0 Hamil 38 minggu dengan Plasenta
Previa Totalis meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan tersebut dilakukan secara
komprehensif meliputi pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini, ansietas yang muncul
dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah dengan memberikan informasi terkait
kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan pada intra operatif adalah resiko perdarahan yang terjadi selama
operasi berlangsung. Penatalaksanaanya berfokus pada memonitor KU, TTV klien terhadap tanda-tanda
terjadinya perdarahan.

Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah nyeri akut akibat prosedur pembedahan, hambatan mobilitas
fisik akibat efek anestesi, dan resiko infeksi akibat tindakan operasi yang dilakukan. Penatalaksanaan yang
bisa dilakukan di recovery room terbatas pada mempertahankan keefektifan jalan nafas klien, memodifikasi
lingkungan, dan perawatan klien post operasi di ruangan.
SARAN
SARAN

1. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia kesehatan.Pelayanan
keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari perawat-perawat yang berkualitas pula.Salah satu
tugas perawat kamar bedah adalah memberikan asuhan keperawatan perioperatif untuk mencapai kesembuhan
maksimal klien.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya memberikan pelayanan
keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya.Diharapkan
dapat mendukung dalam penerapan asuhan keperawatan peri operatif. Kemudian dapat dihimbau bagi seluruh tim
operasi untuk mengikuti prosedur yang ada terkait kamar operasi dan tindakan operasi
DAFTAR PUSTAKA
Martowirjo, A. L. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA DALAM PEMENUHAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN POST OP SECTIO CAESAREA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI) DI RUANG NIFAS RSU DEWI SARTIKA
KENDARI.
Ramandanty, P. V. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesaria Diruang Mawar Rsud A.W Sjahranie Samarinda.
Sagita, F. E. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan Dr. Achmad.

Harry Oxorn & William R.Forte. 2010. Ilmu Kebidanan : Kebidanan : Patologi dan Patologi dan Fisiologi Fisiologi  Persalinan. Jakarta : Andi Publisher.

Kusuma, Hardhi & Nurarif, Amin Huda. 2013.  Handbook  Handbook for Health Student: Nursing, Midwife, Pharmacy,  Nursing, Midwife, Pharmacy,
Docter  Docter . Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Nanda Internasional. 2015. Diagnose Keperawatan: Kerusakan Integritas Jaringan 2012-2015. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan 3 REVISI) 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II)1ED.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetak II) ed 1.). Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai