Disusun Oleh:
Kelompok 12
Tingkat IIA
Sectio caesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada
dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis
dilakukannya operasi sectio caesaria ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi sebagai berikut : bayi terlalu
besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta,
kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri atas usia, jumlah
anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir, kelainan
kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklampsia (Hutabalian , 2011).
Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan
pada periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum,
dan late post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang
meliputi fase taking in, taking hold dan letting go.
Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan
yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk masuk
yang berakibat menjadi infeksi. Dengan demikian klien dan keluarga dapat
menerima info untuk menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan
dapat menjelaskan prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu
diinformasikan pada ibu yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio
caesarea.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan
menyusun laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada
Ny. L (37 Tahun) dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida
Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi
Bedah Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Tujuan Umum
Mahasiswa mamapu memahami dan mengetahui lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan asuhan keperawatan pre operatif sectio caesarea pada pasien dengan pre
operasi sectio caesaria pada pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi
Sekunder Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan dignostik, penata pelaksanaan medis dan
keperawatan dan juga komplikasi pada pre operatif sectio caesarea.
b. Indikasi janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
c) Propapsus plasenta
d) Perkembangan bayi yang terhambat
e) Mencegah hipoksia janin misalnya karena preekonsia
f) Bayi besar( berat badan lahir lebih dari 4,2kg)
c. Indikasi sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalam sebelumnya
b) Wanita yang ingin sectio caesar karena takut bayinya mengalami
cedera atau aspiksia selama persalinan atau mengurangi kerusakan
panggul
c) Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya atau sexsuality
image setelah melahirkan
7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada induksi persalinan adalah
konstraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya
sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim
yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan
ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa
sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi
kemudian operasi caesar.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b) Pemantauan EKG
c) Elektrolit
d) Hemoglobin/Hematokrit
e) Golongan darah
f) Urinalisis
g) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
h) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
i) Ultrasound sesuai pesanan
9. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang
akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
10. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain
:
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
11. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
b. Medis
b. Status Kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0 dengan riwayat SC 2 tahun
lalu, dimana direncanakan tindakan re-SC tanggal 11 Oktober 2017.
b) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien hamil aterm dengan riwayat ANC rutin di dr. Shinta Sp.OG (K). Klien
membawa surat rujukan untuk dilakukan operasi re-SC di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. His klien baik dengan DJJ 114 x/m. Klien tidak tampak anemis.
Janin teraba prosentasi kepala dan teraba 4/5 bagian. TFU klien 34 cm.
f. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : RR: 18 x/m; N: 86 x/m; T: 36,4 0C; HR: 100/70 mmHg; DJJ:
112 x/m.
Pemeriksaan Fisik :
Kepala dan leher
Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area
kepala. Mata simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan,
tidak cekung. Mata klien tidak terlihat adanya perdarahan. Konjungtiva tidak
anemis. Terdapat 2 lubang hidung, tidak ada keluaran sekret, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Mukosa bibir klien tampak kering dan mulut klien tidak sianosis. Telinga klien
tampak simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada keluaran
cairan dari telinga klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada leher
klien.
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak nampak.
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC IV.
Perkusi : tidak terkaji.
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni.
Paru – paru
Inspeksi : dada simetris, kembang kempis dada teratur, terkadang klien
menggunakan retraksi dada ketika merasa tidak kuat menahan kontraksi (his).
Palpasi : taktil fremitus paru kanan sama dengan paru kiri.
Perkusi : terdengar sonor.
Aukultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi.
Payudara
Bentuk simetris, bentuk puting susu normal, hiperpigmentasi areola, ASI belum
keluar.
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, ada pembesaran dalam bentuk normal, terdapat luka
bekas operasi SC, bentuk bulat memanjang, dan terdapat striae gravidarum.
Palpasi :
Leopold I : teraba bagian fundus uteri dengan TFU 34 cm dan teraba bulat lunak
besar.
Leopold II : teraba posisi janin punggung kanan, dan ekstermitas di kiri.
Leopold III : teraba bulat keras dan melenting.
Leopold IV : teraba kepala janin belum masuk PAP (4/5), DJJ 12-12-12.
Perkusi : Pekak.
Auskultasi : tidak terkaji.
Genetalia
Klien berjenis kelamin perempuan.
Integumen
Turgor kulit elastis. Kulit klien teraba hangat dan lembab.
h) Ekstremitas
Ekstermitas atas : oedem (-/-), kesemutan (-/-), baal (-/-)
Ekstermitas bawah : oedem (-/-), reflek patela (+/+), varises (-/-)
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang.
2. USG: melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan
presentasi janin.
3. Urinalisis: menentukan kadar albumin/glukosa.
4. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II
5. Pelvimetri : menentukan CPD.
6. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.
7. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap
gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.
8. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau aktivitas uterus.
( Doengoes, 2001 )
9. Laboraturium
Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 10 Oktober 2017
Nilai
Parameter Hasil Satuan Kategori
Normal
Hemoglobin 9,6 g/dl 11,7-15,5 Menurun
HbsAg Negatif
INR 0,25 - - -
Kontrol 35 Detik - -
Gol. darah B
h. Persiapan Operasi
Fisik
· Tekanan Darah : 100/70 mmHg
· Nadi : 86x/menit
· Respirasi : 18x/menit
· Djj : 112x/menit
Psikis
· Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur operasi dalam keperawatan.
· Orientasikan ruangan, lingkungan kamar dan team operasi.
· Menjelaskan rutinitas perioperatif dikamar operasi
Penunjang tanggal 10 oktober 2017
Hasil pemeriksaan Laboratorium.
Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan
dokter.
Status Rekam Medis lengkap
1. . Persiapan Operasi
Pasien mulai puasa 02.00 wib
Informed concent tindakan medis sudah lengkap
Serah terima pasien dengan petugas ruangan di ruang terima kamar operasi
lantai 4
Mengganti pakaian pasien dengan pakaian dan topi kamar operasi
Status pasien, data penunjang ( hasil Laboratorium ), blanko bahan medis
dan alat medis habis pakai dan blanko rekam askep.
Pasien di pindah ke brandacart kamar operasi dan di bawa d ruang induksi
Melakukan sigh in
Mengkonfirmasi identitas dan mengcroscek dengan gelang pasien
Mengkonfirmasi lokasi operasi.
2. Analisa data
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji S: S:
berhubungan perasaan dan Klien mengatakan Klien mengatakan
dengan status kecemasan klien. bahwa ia merasa bahwa ia masih merasa
kesehatan dan cemas walaupun cemas tetapi sudah
tindakan pernah menjalani berkurang.
pembedahan. operasi SC
O:
sebelumnya.
Klien tampak lebih
O: rileks dan tenang.
Ibu klien tampak Kecemasan klien dalam
gelisah dan skala ringan.
khawatir.
A:
Masalah ansietas klien
teratasi ditandai dengan
kecemasan berkurang
dari sedang menjadi
ringan serta klien
tampak lebih tenang
serta rileks.
P:
Pertahankan
memberikan support
mental dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menurunkan kecemasan
klien.
b. Mengkaji S:
tingkat Klien mengatakan
kecemasan bahwa ia merasa
klien. cemas dan takut.
O:
Klien mengalami
kecemasan sedang
c. S:
Menganjurkan Klien mengatakan
klien teknik bahwa ia merasa
relaksasi nafas sedikit rileks.
dalam
O:
Klien tampak
mengikuti teknik
relaksasi nafas
dalam
d. Memvalidasi S:
perasaan klien. Klien mengatakan
bahwa ia masih
merasa cemas tetapi
sudah berkurang.
O:
Klien tampak lebih
tenang dan rileks.
BAB IV
KESIMPULAN
· KESIMPULAN
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah
suatu histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006).
Asuhan keperawatan perioperatif pada Ny. L (37 tahun) dengan re-sectio
caesarea atas indikasi sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio
caesarea 2 tahun lalu meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif. Asuhan
keperawatan tersebut dilakukan secara komprehensif meliputi pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Daftar Pustaka
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Yogykarta : Nuha Medika
http://askepayaniyogyakarta.blogspot.com/2015/11/laporan-resume-pada-klien-
cronic-kidney.html