Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CESARIA

A. Pengertian
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada
tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding
perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Persalinan dengan operasi
sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi
untuk ibu dan indikasi untuk bayi.

Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus dipahami sebagai


alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi
(Patricia, 2005; Irwan, 2009; Lang, 2011). Meskipun 90% persalinan termasuk
kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila terjadi
komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan
ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang
terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak
untuk dikerjakan (Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011).
B. Etiologi Persalinan Dengan Bedah Caesar
Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini bisa karena masalah di pihak
ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah sectio caesarea, pertama
keputusan bedah sectio caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebabnya
antara lain bayi sungsang, sebagian kasus mulut tertutup plasenta, bayi kembar,
kehamilan pada usia lanjut, sesar sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah
keputusan yang diambil tiba-tiba karena tuntutan kondisi darurat. Contoh kasus ini
antara lain, persalinan berkepanjangan, bayi belum lahir lebih dari 24 jam sejak
ketuban pecah, kontraksi terlalu lemah dan sebagainya (Akhmad, 2008).
1) Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2) Etiologi yang berasal dari janin
fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
C. Indikasi Persalinan Dengan Bedah Caesar
Adapun beberapa indikasi atau alasan yang diambil untuk kelahiran caesar
(Yusmiati Dewi&Dodi Ahmad Fauzi, 2007: 5), yaitu :
1. Upaya melahirkan yang panjang atau kegagalan melanjutkan (distrosi).
2. Kesulitan janin yang nyata.
3. Kesukaran yang nyata di pihak ibu.
4. Komplikasi-komplikasi (pre-eclampsia, herpes aktif).
5. Gangguan-gangguan semisal ari-ari di bawah atau pecahnya saluran rahim.
6. Kelahiran kembar.
7. Kandungan abnormal (posisi janin sungsang atau melintang).
8. Kegagalan induksi.
9. Kegagalan kelahiran dengan alat (dengan forceps atau venyouse).
10. Bayi terlalu besar (macrosomia).
11. Masalah-masalah plasenta (placenta praevia, placental abruption/meluruh
atau placenta accreta/membesar).
12. Pelvis (tulang selangkangan) yang rapat (terkontraksi).
13. Pernah menjalani bedah caesar.
14. Pernah bermasalah dalam pemulihan perineum (dari kelahiran sebelumnya
atau penyakit Crohn’s).
D. Macam-Macam Operasi Bedah Caesar

Dalam pelaksanaannya operasi bedah caesar ada empat macam (Hakimi


Mohammad, 1990: 634-635), yaitu :
1. Sectio Caesarea Klasik
Menurut Sanger, lebih mudah dimulai dari insisi dari segmen atas
rahim serta ke bawah, dengan indikasi :
a. Sectio Caesarea yang diikuti dengan sterilisasi.
b. Terhadap pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi
robekan segmen bawah rahim dan pendarahan.
c. Pada letak lintang.
d. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul.
e. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.
f. Bebarapa kasus Placenta Previa anterior.
g. Malformasi uterus tertentu.
2. Sectio Caesarea Trans Peritonialis Profunda
Menurut Kehrer, merupakan persalinan dengan morbiditas maternal
dan moertalitas perinatal rendah adalah persalinan yang paling konservatif.
Sebagai pertimbangan operasi caesar dapat dilakukan atas dasar, yaitu :
a) Indikasi medis faktor ibu meliputi usia, tulang panggul, persalinan
sebelumnya dengan operasi caesar, ketuban pecah dini, hambatan jalan
lahir, kelainan kontraksi rahim dan rasa takut.
b) Indikasi medis faktor bayi meliputi bayi terlalu besar, kelainan letak
bayi, ancaman gawat janin, bayi abnormal, Placenta, kelainan tali pusat
dan bayi kembar.
Teknik ini paling sering digunakan dengan cara :
a) Insisi melintang, cara ini memungkinkan kelahiran perabdomen yang
aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan meskipun
rongga rahim terinfeksi.
b) Insisi memanjang, cara membuka abdomen dan menyingkap uterus
sama seperti insisi melintang. Insisi memanjang dibuat dengan skapel
dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada
bayi.
3. Sectio Caesarea Histerektomi
Menurut Porro, dilakukan secara Histerektomi Supravaginal untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi, yaitu :
a) Sectio Caesarea disertai infeksi berat
b) Sectio Caesarea dengan atonia uteri dan pendarahan.
c) Sectio Caesarea disertai uterus Convelaire (solusio plasenta).
d) Sectio Caesarea disertai tumor pada otot rahim.
e) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
f) Pada kasus-kasus tertentu kanker cervix/ovarium.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Operasi tipe ini tidak banyak dilakukan lagi karena perkembangan
antibiotika, tersedianya darah, perawatan prenatal yang lebih baik,
penurunan insidensi kasus yang terlantar dan untuk menghindarkan
kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari sectio
caesarea ini adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang
terdapat di luar uterus.
E. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectio
caesarea, bahkan sekarang Sectio caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan
(Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis
dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi,
distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien
tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup
dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi
F. Resiko Kelahiran Sectio Caesarea
Melahirkan dengan cara Sectio caesarea sudah populer. Namun demikian,
demikian, secara obyektif kita perlu menimbang untung dan ruginya adapun resiko
Sectio caesarea adalah :
1) Resiko jangka pendek
a) Terjadi infeksi
Infeksi luka akibat persalinan Sectiocaesarea beda dengan luka persalinan
normal . luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka
Cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit
perut sampai dinding Rahim, yang setelah operasi selesai, masing-masing
lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan. Apabila
penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah menginfeksi
sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin dilakukan
penjahitan ulang. Kesterilan yang tidak terjaga akan mengundang bakteri
penyebab infeksi. Apabila infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan
akan menjalar ke organ tubuh lain, bahkan organ-organ penting seperti
otak, hati dan sebagainya bisa terkena infeksi yang berakibat kematian.
Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada Rahim.
Infeksi Rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya,
misalnya mengalami pecah ketuban. Ketika dilakukan operasi, Rahim pun
terinfeksi. Apa lagi juka antibiotiik yang digunakan dalam operasi tidak
cukup kuat. Infeksi bisa dihindari dengan selalu memberikan informasi
yang akurat kepada dookter sebelum keputusan tindakan cesar diambil.
b) Kemungkinan terjadi keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena
pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel
meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya
kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada
sayatan bekas operasinya. Keloid hanya terjadi pada wanita yang memiliki
jenis penyakit tertentu.
Cara mengatasinya adalah dengan memberikan informasi tentang
segala penyakit yang iibu derita sebelum kepastian tindakan Sectio caesarea
dilakukan. Jika memang harus menjalani Sectio caesarea padahal ibu punya
potensi penyakit demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya
diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau Langsung diminum
sebelum atau sesudah Sectio caesarea.
Perdarahan berlebihan Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang
perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Misalnya plasenta
lengket tak mau lepas. Bukan tak mungkin setelah plasenta terlepas akan
menyebabkan perdarahan. Darah yang hilang lewat Sectio caesarea sebih
sedikit dibandingkan lewat persalinan normal. Namun dengan tekhnik
pembedahan dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga
sangat minim sekali. Darah yang keluar saat Sectiocaesarea adalah darah
yang memang semestinya keluar dalam persalinan normal. Keracunan darah
pada Sectiocaesarea dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami
infeksi.. ibu yang di awal kahamilan mengalami infeksi Rahim bagian
bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Apabila ketuban
pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk
karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah sehingga
operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh.
2) Resiko jangka panjang
Resiko jangka panjang dari Setio caesarea adalah pembatasan kehamilan. Dulu,
perempuan yang pernah menjalani Setiocaesarea hanya boleh melahirkan 3 kali.
Kini, dengan tekhnik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan
lebih dari itu, bahkan sampai 4 kali. Akan tetapi tentu bagi keluarga zaman
sekarang pembatasan itu tidak terlalu bermasalah karena setiap keluarga
memang dituntut membatasi jumlah kelahiran sesuai progam KB nasional.
(Indiarti dan Wahyudi, 2014).
G. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah


komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio
Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan
ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii
(Anggi, 2011).Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi
yaituinfeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak
factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan
dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes
mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya,
infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka
panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat
tidak terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten
terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka
dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan
subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen.
Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan
karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka
akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran
luka tersebut. (Valleria, 2012).

H. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin


2) Pemantauan EKG
3) JDL dengan diferensial
4) Elektrolit
5) Hemoglobin/Hematokrit
6) Golongan Darah
7) Urinalis
8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10) Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, S.A. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan Bayi.
Jogjakarta: Diglossia Media
Asamoah, et.al.. 2011. Distribution of Causes of Maternal Mortality among Different
Socio-demographic Groups in Ghana; A Descriptive Study. BMC Public
Health, 11: 159
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu, dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Depkes
RI Ensor, T., Cooper, S., Davidson, L, Fitzmaurice, A. and Graham, W.J. 2010. The
Impact of Economic Recession on Maternal, and Infant Mortality: Lessons
from History. BMC Public Health, 10: 727 Gondo, H.K. 2010. Pro I Operasi
Sectio Caesarea di SMF Obstetri, dan Ginekologi RSUP Sanglah, Denpasar
Bali Tahun 2001, dan 2006. CDK. 37 (2)
Irwan B. 2009. Prevalensi Dan Determinan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Perkampungan Nelayan (Studi Kasus di Kelurahan Mangkang Wetan
Semarang). Jurnal Kemas, 4 (2): 159 - 169
Kulas, T. 2008. Modified Misgav Ladach Method For Cesarean Section: Clinical
Experience. Gynecol Obstet Invest, 65(4):222-226
Lang, J. and Rothman, K.J. 2011. Field Test Results of The Motherhood Method to
Measure Maternal Mortality. Indian J Med Res, 133: 64-69
Lia, X., Zhua, J., Dai, L., Li, M., Miao, L., Liang, J. and Wang, Y. 2010. Trends in
Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and Rural China,
1996–2005.
J. Perinat. Med. 39: 35–41 Patricia, Faas - Fehervary. 2005. Caesarean Section On
Demand: Influence of Personal Birth Experience and Working Environment
On Attitude of German Gynaecologists. European Journal of Obstetrics and
Gynecology Reproductive Biology, 122(2): 162-166
Todman D. 2007. A History of Caesarean Section: From Ancient World to The
Modern Era. Australian and New Zealand Journal of Obstet 21
Isti Mulyawati, Mahalul Azam, & Dina Nur Anggarini Ningrum / KEMAS 7 (1)
(2011) 14-21 and Gynaecol, 47(5): 357-361 Utomo, I.D. and McDonald, P.
2009. Adolescent

Anda mungkin juga menyukai