KEPERAWATAN MATERNITAS
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S dengan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Placenta
Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo
Disusun oleh :
Sofia Lestari (P07120521105)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini dengan baik.
Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Pendidikan Profesi Ners MK Maternitas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tindakan medis membantu persalinan yang dilakukan ketika terdapat
masalah kesehatan pada ibu atau kondisi janin yaitu dengan sectio caesarea(SC). Angka
kejadian tindakan section caesarea di dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Sectio Caesarea (SC) adalah merupakan tindakan pembedahan yang diperlukan untuk
membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal karena adanya masalah
pada kesehatan ibu dan janin. Tindakan ini dilakukan dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina untuk mengeluarkan janin dari Rahim (Ayuningtyas, 2018).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot
janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah persalinan Sectio Caesarea
sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di Negara-negara berkembang. Berdasarkan
survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013 angka kematian pada
operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25
kali lebih besar dibandingkan persalinan pervagina. Secara umum jumlah persalinan Sectio
Caesarea di Rumah Sakit pemerintah adalah 20-25%, sedangkan di Rumah Sakit swasta
jumlahnya tinggi yaitu sekitar 30-80% (Sholikha, 2019). Angka persalinan dengan sectio
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran di dunia. Peningkatan
persalinan dengan sectio caesarea di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-2008
yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Standar sectio caesarea di rumah sakit
pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (WHO,
2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3% per 100.000 kelahiran
hidup berkirasar antara 15.000 - 15.300 persalinan dilakukan melalui operasi. Provinsi
tertinggi dengan persalinan melalui Sectio Caesarea adalah DKI Jakarta 27,2% per 10.000
kelahiran hidup, Kepulauan Riau 24,7% per 10.000 kelahiran hidup, dan Sumatera Barat
23,1%per 10.000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2018). Menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, angka ibu melahirkan di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebanyak
5.043.078 jiwa dan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
sebanyak 4.351.389 jiwa (Kemenkes RI, 2019).
Persalinan Sectio Caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi
dibanding persalinan normal. Penyebab atau masalah yang paling banyak mempengaruhi
adalah pengeluaran darah atau perdarahan dan infeksi yang dialami ibu. Adapun penyebab
dari perdarahan karena dilakukannya tindakan pembedahan jika cabang Arteria Uterine
ikut terbuka dan dapat terjadikarena Atonia Uteri. Infeksi pada ibu Post OperasiSectio
Caesarea dapat dilihat dengan tanda lochea yang keluar banyak seperti nanah dan berbau
busuk, uterus lebih besar dan lembek dari seharusnya dan fundus masih tinggi
(Ramadanty, 2019).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dikemukakan rumusan masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo?”
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Placenta Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi
Ageng Serang Kulon Progo
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea
Atas Indikasi Placenta Letak Rendah
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta Letak Rendah
d. Melaksanakaan implementasi pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta Letak Rendah
e. Melaksanakan evaluasi pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah
f. Melaksanakan pendokumentasian pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi
dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat,
kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim
tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada
ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(Ramadanty, 2019).
Sectio Caesareamerupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesareaibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Nanda Nic Noc, 2015).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post Sectio Caesarea, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi. Setelahkelahiran bayi, terjadi adaptasi post partum yang
mengakibatkan perubahan fisiologis laktasi dimana akan muncul perubahan struktur dan
karakter payudara. Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin
sehingga terjadi pembentukan ASI, pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik
menyusui dengan benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Masalah yang sering
muncul dalam kegagalan menyususi adalah payudara bengkak, memerah, saluran susu
tersumbat, mastitits, abses payudara, dan kelainan pada puting susu (puting
tenggelam/datar)sehingga meningkatkan efektifitas ASI, pengeluaran ASI yang tidak
adekuat menimbulkan hisapan menurun sehingga timbullah masalah keperawatan
ketidakefektifan pemberian ASI(Astutik & Kurlinawati, 2017)
5. Pathway
Faktor Ibu Faktor janin
Disfungsi uterus fetal distres
Disfungsi jaringan letak lintang
Distosia jaringan lunak prolapse umnbilikus
Plasenta letak rendah janin besar
Obesitas
Sectio Caesaria
Peningkatan prolactin
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nanda (2015) pemeriksaan penunjang pada Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan Darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan
8. Komplikasi
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada pasien Sectio
Caesarea adalah :
a. Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Komplikasikomplikasi lain seperti luka kandung kencing dan embolisme paru. suatu
komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kuatnya perut pada dinding uterus,
sehingga pada kehamilan berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea.
b. Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru.
c. Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan
peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.
adalah:
a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
b. Darah biasanya berwarna merah segar.
d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
e. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banya Komplikasi
6. Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan
karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia
post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion
(Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital
dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat
yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita
plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan
plasenta previa (Hanafiah, 2004).
C. Asuhan Keperawatan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan
< 37 minggu.
I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa:
1. Slamet Riyadi
2. Sofia Lestari
Tanggal/Jam Pengkajian: Tempat Pengkajian:
Selasa, 25 Januari 2022 Bangsal Abimanyu
Pukul 16.00 WIB RSUD Nyi Ageng Serang
Kulon Progo
A.
B.
C.
D.
Tanggal Masuk : 24 Januari 2022
Tanggal/Jam Pengkajian : 25 Januari 2022 jam 15.00 WIB
No. Medical Record : 0014XXX
Ruang Rawat : Bangsal Abimanyu
Diagnosa Medik : Sectio Caesarea a.i Placenta Letak Rendah
Yang mengirim/merujuk : Puskesmas Sentolo II
Alasan Masuk : Perut bagian bawah kencang dan nyeri
A. Identitas
Hubungan Suami
dengan pasien
B. Tahap Antisipatori
1. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri punggung dan nyeri luka operasi di perut. Pasien
juga mengatakan ASI belum keluar dan belum nyaman saat menyusui karena
sakit punggung dan perutnya.
Alasan Masuk RS
Pasien datang ke poli kebidanan RSUD Nyi Ageng Serang karena di rujuk
dari PKM Sentolo II dengan rencana Sectio Caesaria dengan indikasi placenta
letak rendah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu. Selama hamil
pasien rutin periksa kehamilan di puskesmas dan rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keturunan kembar : Ada/tidak ada
Penyakit menular/keturunan : Ada/tidak ada
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Garis tinggal satu rumah
: Garis berhubungan
Pengkajian nyeri :
O : Pasien mengatakan nyeri dirasakan sejak setelah operasi section
caesaria pada hari ini tanggal 25 Januari 2022, saat ini nyeri dirasakan
terus menerus.
P : Pasien mengatakan nyeri bekas sayatan operasi Sectio caesaria dan
suntikan bius dirasakan semakin hebat jika berubah posisi dari terlentang ke
posisi miring.
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa senat senut (nyeri tumpul) di punggung
dan luka bekas sayatan operasi di perut.
R : Pasien mengatakan nyeri terasa di punggung dan luka bekas sayatan
operasi di perut.
S : Pasien mengatakan skala nyeri 6 dari 10
T : Pasien mengatakan jika terasa nyeri akan mendesah “mengaduh-aduh”
dan memanggil suami untuk mengipasi badannya.
U : Pasien mengatakan pernah merasakan nyeri sebelumnya saat operasi
section caesaria anak pertama 7 tahun yang lalu.
V : Pasien mengatakan berharap nyerinya segera teratasi dan dapat segera
bisa leluasa merawat bayinya.
e. Pola tidur
Sebelum melahirkan
Pasien mengatakan kebiasaan sebelum tidur yaitu berdzikir
Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering BAK
Pasien mengatakan tidur malam ±6 jam dan tida bisa tidur siang
Setelah melahirkan
Pasien mengatakan sudah tidak terbangun pada malam hari
Pasien mengatakan tidur malam ±8 jam dan tidur siang 1 jam
f. Pengkajian keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien mengatakan minum ± 2000-2500 ml/hari (±8 gelas), tidak ada tanda
gejala kekurangan cairan dan tidak ada edema.
g. Pengkajian respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit
patologis, fisiologis dan kompensasi
1) Payudara
Payudara bersih dan simetris
Pengeluaran colostrum sedikit
Aerola kehitaman
Puting susu menonjol
Tidak ada pembengkakan payudara
Masalah/keluhan : ASI belum keluar
2) Abdomen dan involusi uterus
Bentuk simetris dan tidak ada pembesaran
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus keras
Kandung Kemih penuh / Tidak
Luka operasi : terdapat luka operasi SC, keadaan luka operasi : bersih
/ kering
Masalah/keluhan : nyeri dibagian luka operasi
3) Perineum
Kebersihan genitalia : masih terdapat darah
Keutuhan perineum : utuh
4) Lochea
Lochea rubra, berwarna merah. Pasien mengatakan 3 kali mengganti
pembalut dalam satu hari.
h. Pengkajian fungsi sensorik
1) Indera penglihatan
Mata pasien sedikit sembab, conjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak terdapat lingkaran hitam disekitar mata, tidak ada keluhan, fungsi
penglihatan baik.
2) Indera penciuman
Tidak ada sekret yang keluar dari hidung, tidak ada keluhan atau
masalah.
3) Indera pengecapan
Tidak ada stomatis, membran mukosa bibir lembab, tidak pucat.
4) Indera pendengaran
Bentuk telinga normal, simetris kanan kiri, daun dan lubang telinga
bersih, tidak keluar cairan, fungsi pendengaran pasien baik.
5) Indera perabaan
Tidak ada gangguan pada indra peraba, berfungsi dengan baik.
F. Tahap Informal
1. Fleksibilitas
No Kegiatan Ya Tidak
1. Apakah ibu mulai menyentuh bayinya? √
2. Apakah ibu mulai menyusui bayinya? √
3. Apakah ibu merawat tali pusat bayinya? √
4. Apakah ibu mengganti popok bayinya? √
5. Apakah ibu memandikan bayinya? √
6. Apakah ibu bisa menenangkan bayinya? √
7. Apakah ibu mulai menggendong √
bayinya?
2. Dukungan Sosial
Pasien mengatakan mendapatkan banyak dukungan dari saudara
dan temannya dibuktikan dengan banyak yang menghubungi
memberikan semangat dan selamat. Pasien mengatakan terkait
informasi tentang kehamilan dan persalinan serta perawatan bayi
didapatkan dari kader, puskesmas dan media sosial.
3. Fungsi keluarga
Pasien mengatakan keluarga baik dari keluarga pasien maupun
suami sangat mendukung dan menantikan kelahiran bayinya.
Keluarga juga terlibat dalam merawat anaknya yang dirumah.
H. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,6 g/dL 12.0-16.0
Eritrosit 4.10 10^6µL 4.00-5.40
Lekosit 8.65 10^3µL 4.50-11.50
MCV 75.2 fL 80.0-94.0
MCH 25.9 pg 26.0-32.0
MCHC 34.4 g/dL 32.0-36.0
Trombosit 301x10^3µL 150-450
Netrofil 67,5% 50.0-70.0
Limfosit 22.9 % 18.0-42.0
Sweb Antigen SARS Negatif
COV-2
(Sumber : Rekam medik 0014XXX)
DO :
Terdapat luka post-op SC ± 10
cm dibagian bawah abdomen
yang tertutup perban
Balutan luka bersih dan kering
Tanggal : 25-01-2022 Gangguan mobilitas fisik Nyeri
Pukul : 16.30 (D.0054)
DS :
Pasien mengatakan nyeri saat
bergerak
Pasien mengatakan
aktivitasnya perlu dibantu
DO :
ADL dibantu
Gerakan pasien terbatas
Skala nyeri 5 (sedang)
pasien tampak lemah
Tanggal : 25-01-2022 Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan suplai ASI
Pukul : 16.30 (D.0029)
DS :
Pasien mengatakan belum
menyusui bayinya
Pasien mengatakan ASI belum
keluar
DO :
Payudara teraba lembek
Tampak ASI yang keluar
sedikit
Payudara saat ditekan
colostrum +
ASI tidak menetes/ memancar
Sesekali pasien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri tanpa efek
25 Januari Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
2022 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 Observasi
Jam 16.30 kerusakan integritas kulit, jam diharapkan tingkat infeksi menurun. Monitor tanda dan gejala infeksi
Deteksi awal tanda dan gejala
WIB ditandai dengan : Dengan Kriteria hasil : local dan sistemik
infeksi.
DS : Kriteria A T Terapeutik
Pasien mengatakan Nyeri menurun 3 5 Batasi jumlah pengunjung Mengurangi terjadinya infeksi
nyeri pada luka Kemerahan menurun 4 5 akibat kontak dengan linkungan
Kelompok operasi luar.
21
Pasien mengatakan Cuci tangan sebelum dan sesudah
nyeri punggung kontak dengan pasien dan Cuci tangan dapat memutus
terutama saat lingkungan pasien rantai penularan kontak antar
Sofia Slamet
berubah posisi petugas dan antar pasien.
Pertahankan teknik aseptic pada Luka yang kotor menjadi tempat
DO : pasien beresiko tinggi perkembangbiakan
Terdapat luka post- mikroorganisme dan dapat
op SC ± 10 cm menyebabkan infeksi dan
dibagian bawah menghambat penyembuhan
abdomen yang luka. Teknik aseptic untuk
Edukasi
tertutup perban mencegah penyebaran
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Balutan luka bersih mikroorganisme.
Ajarkan cara mencuci tangan
dan kering
dengan benar
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Nutrisi adekuat menigkatkan
Anjurkan meningkatkan asupan
imunitas tubuh dalam melawan
cairan
infeksi.
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi skala nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
(pengaturan suhu ruangan,
pencahayaan,dan kebisingan)
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Perawat
Sofia
Rabu, 26 Januari 2022 2. Risiko infeksi b.d Memonitor tanda dan gejala infeksi Rabu, 26 Januari 2022 jam 17.30 WIB
jam 17.00 WIB kerusakan integritas local dan sistemik S:
kulit Melakukan vulva hygiene Pasien mengatakan masih nyeri pada
Mencuci tangan sebelum dan sesudah luka operasi, Pasien mampu
kontak dengan pasien dan lingkungan menyebutkan ciri luka yang tidak
pasien sehat karena infeksi seperti luka tak
Mempertahankan teknik aseptic pada kunjung sembuh, terdapat pus, terasa
pasien beresiko tinggi panas, dan terjadi pembengkakan.
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi O :
pada pasien dan keluarga Terdapat luka post-op SC ± 10 cm
Mengajarkan cara mencuci tangan dibagian bawah abdomen yang
dengan benar tertutup perban, Balutan luka bersih
Menganjurkan pasien untuk dan kering
meningkatkan asupan nutrisi Vulva pasien sudah dibersihkan,
Menganjurkan pasien meningkatkan masih perdarahan.
asupan cairan A : Masalah Risiko Infeksi Teratasi
Memonitor tanda-tanda vital sebagian
Sofia
Rabu, 26 Januari 2022 3. Gangguan mobilitas Mengidentifikasi adanya nyeri atau Rabu, 26 Januari 2022 jam 18.30 WIB
jam 18.00 WIB fisik berhubungan keluhan fisik lainnya
S:
dengan nyeri Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan Pasien mengatakan masih merasa
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
(pengaturan suhu ruangan,
pencahayaan,dan kebisingan)
4. Motivasi untuk mobilisasi bertahap
Perawat
Slamet
Rabu, 26 Januari 2022 4. Menyusui tidak efektif Mengidentifikasi keadaan emosional Rabu, 26 Januari 2022 jam 18.30 WIB
jam 18.30 WIB berhubungan dengan ibu saat akan dilakukan konseling
S:
ketidakadekuatan menyusui
Pasien mengatakan ASI keluar hanya
suplai ASI Mengidentifikasi keinginan dan tujuan
sedikit
menyusui
O:
Mengidenttifikasi permasalahan yang
Payudara teraba keras, tampak ASI
ibu alami selama proses menyusui
yang keluar sedikit, payudara saat
Menggunakan teknik mendengarkan
ditekan ASI hanya menetes tidak
aktif (dengarkan permasalahan ibu)
Memberikan pujian terhadap perilaku memancar
ibu yang benar A: Masalah menyusui tidak efektif teratasi
Mengajarkan teknik menyusui yang sebagian
tepat sesuai kebutuhan ibu , inisiasi P : Intervensi dilanjutkan
menyusui dini 1. Berikan pujian terhadap perilaku ibu
yang benar
2. Motivasi untuk sering menyusui
bayinya
3. Anjurkan kompres hangat pada
payudara
Perawat
Sofia
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
P : Intervensi dipertahankan
Perawat
Slamet
Kamis, 27 Januari 2. Risiko infeksi 09.15 Memonitor tanda dan gejala infeksi Kamis, 27 Januari 2022
2022 berhubungan local dan sistemik Pukul : 14.20
Pagi dengan kerusakan Membatasi jumlah pengunjung S:
integritas kulit Mencuci tangan sebelum dan Pasien mengatakan nyeri pada luka
sesudah kontak dengan pasien dan operasi berkurang, Pasien mampu
lingkungan pasien menyebutkan ciri luka yang tidak
Mempertahankan teknik aseptic sehat karena infeksi seperti luka tak
pada pasien beresiko tinggi kunjung sembuh, terdapat pus, terasa
P : Intervensi dipertahankan
Perawat
Slamet
Kamis, 27 Januari Gangguan 10.00 Mengidentifikasi adanya nyeri atau Kamis, 27 Januari 2022
2022 mobilitas fisik keluhan fisik lainnya Pukul : 13.50
Pagi berhubungan Memonitor kondisi umum selama S :
dengan nyeri melakukan mobilisasi Pasien mengatakan nyeri pada luka
Memfasilitasi melakukan operasi berkurang, pasien mampu
pergerakan menyebutkan tujuan mengapa ia
Melibatkan keluarga dalam untuk disarankan memaksimalkan
membantu pasien dalam kemampuan untuk mobilisasi
meningkatkan pergerakan (Suami) misalnya belajar duduk hingga
Mengajarkan mobilisasi sederhana berdiri dengan pegangan di tempat
yang harus dilakukan (mulai dari tidur atau dengan bantuan suami,
mika miki, setengah duduk sampai untuk memaksimalkan kemampuan
duduk,berdiri dan berjalan) diri dan menambah semangat hidup
Tingkat kemandirian pasien
bergantung pada bantuan keluarga
terutama untuk mobilisasi dan
mandi, dan memakai baju dapat
dilakukan secara mandiri oleh
pasien.
O:
Pasien mampu bergeser posisi di
atas tempat tidur dengan
bertumpuan pada kedua tangannya,
pasien mampu duduk sampai
berdiri, mobilisasi pasien dengan
bantuan keluarga (suami)
A: Masalah Gangguan mobilitas fisik
teratasi
Kriteria A T C
Pergerakan ektremitas 3 5 5
meningkat
Nyeri menurun 3 5 5
Gerakan terbatas 3 5 5
menurun
P : Intervensi dipertahankan
Perawat
Slamet
Kamis, 27 Januari Menyusui tidak efektif 10.20 Mengidentifikasi keinginan dan Senin, 20-09-2021
2022 berhubungan tujuan menyusui Pukul : 14.00
Pagi Ketidakadekuatan Mengidenttifikasi permasalahan S :
suplai ASI yang ibu alami selama proses Pasien mengatakan ASI sudah keluar
menyusui O:
Menggunakan teknik Payudara teraba lembek, ASI
mendengarkan aktif (dengarkan tampak keluar saat payudara di
permasalahan ibu) tekan, ASI keluar saat disusui
Memberikan pujian terhadap bayinya.
perilaku ibu yang benar A: Masalah menyusi tidak efektif teratasi
Mengajarkan teknik menyusui Kriteria A T C
yang tepat sesuai kebutuhan ibu Tetesan pancaran ASI 3 5 5
(Memerah ASI) meningkat
Menganjurkan pasien untuk Suplai ASI adekuat 3 5 5
kompres hangat pada payudara meningkat
Kepercayaan diri ibu 4 5 5
meningkat
P : Intervensi dipertahankan
Perawat
Sofia
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Diagnosa Pertama Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
masalah Nyeri Akut tertasi dengan kriteria hasil terkaji, pasien mengatakan nyeri
pada area operasi berkurang skala 2 (1-10), mobilisasi baik dari duduk sampai
berjalan, pasien mampu meredakan nyeri dengan teknik relaksasi napas dalam
yang diajarkan.
Asih & Risneni. (2016). Faktor – faktor yang berhubungan dengan persalinan
Sectio Caesarea di RSUD Dr. H Abdul Meoloek Provinsi Lampung.
Poltekkes : Lampung.
Astuti dan Kurniawati. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin dan Memerah ASI
terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea, Jurnal
Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia, Vol 2 No 1 hal 1-7,
diakses pada tanggal 15 Januari 2018.
Fhadilla Erin Sagita. 2019. “Asuhan Keperawatan Ib
u Post Partum Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruangan Rawat Inap
Kebidanan Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi.” 1(1): 1–13.
Gravett, C. et al., 2016. Non-reassuring fetal status: Case definition & guidelines
for data collection, analysis, and presentation of immunization safety data.
Elsevier Sponsored Documents, Volume 34, pp. 1-3.
Hartati dan Maryunani (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Sectio
Caesarea (Pendekatan Teori Model Selfcare dan Comfort). Jakarta: TIM
Indiarty. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Ny Dengan Post Sectio Caesarae
Atas Indikasi Placenta Previa di Ruang Bougenvile RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Riset Kesehatan Dasar,
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Kemenkes RI. (2019). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Kusumaningrum, Ratih. (2017). Asuhan Keperawatan Penerapan Terapi Murotal
AlQur’an Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea Di Rsud Kebumen. Karya Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan.
Gombong : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Manuaba, I., Manuaba, C., Manuaba, F. & Ayu, C., 2019. Kegawat Daruratan
Pada Neonatus. In: N. Z. Astuti, D. L. Purba, S. Handayani & R.
Damayanti, eds. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. 1 ed.
Jakarta: EGC, pp. 841-843.
Muctar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.
Williams, J. W., 2014. Intrapartum Assessment. In: G. Cunningham, K. Leveno,
S. Bloom & Catherine, eds. William Obstetric. 24 ed. United States:
McGrawHill Education, pp. 141, 491-497.
World Health Organization (WHO). (2015). The Global Numbers and Costs of
Additinally Needed and Unnecessary Caesarean Sections Performed per
Year : Overuse as a Barrier to Universal Covereage. Health Systems
Financing. WHO.