Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PROFESI NERS

KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S dengan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Placenta

Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo

Disusun oleh :
Sofia Lestari (P07120521105)

Slamet Riyadi (P07120521109)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini dengan baik.
Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Pendidikan Profesi Ners MK Maternitas.

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan banyak


bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko Susilo,


SKM., M. Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. MB.
4. Pembimbing Praktik Maternitas Ibu Dra. Ni Ketut Mendri, S.Kep, Ns,MSc
5. Pembimbing Lahan / CI Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo , Ibu
Yuningtyas Werdi Utami, S. Kep., Ns.
6. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners
Penulis berharap semoga laporan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ny. S dengan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Plasenta Letak
Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo” dapat memberikan
informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman kepada para pembaca.

Yogyakarta, Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tindakan medis membantu persalinan yang dilakukan ketika terdapat
masalah kesehatan pada ibu atau kondisi janin yaitu dengan sectio caesarea(SC). Angka
kejadian tindakan section caesarea di dunia setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Sectio Caesarea (SC) adalah merupakan tindakan pembedahan yang diperlukan untuk
membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal karena adanya masalah
pada kesehatan ibu dan janin. Tindakan ini dilakukan dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina untuk mengeluarkan janin dari Rahim (Ayuningtyas, 2018).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot
janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jumlah persalinan Sectio Caesarea
sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di Negara-negara berkembang. Berdasarkan
survey demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013 angka kematian pada
operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25
kali lebih besar dibandingkan persalinan pervagina. Secara umum jumlah persalinan Sectio
Caesarea di Rumah Sakit pemerintah adalah 20-25%, sedangkan di Rumah Sakit swasta
jumlahnya tinggi yaitu sekitar 30-80% (Sholikha, 2019). Angka persalinan dengan sectio
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran di dunia. Peningkatan
persalinan dengan sectio caesarea di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-2008
yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Standar sectio caesarea di rumah sakit
pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (WHO,
2015).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3% per 100.000 kelahiran
hidup berkirasar antara 15.000 - 15.300 persalinan dilakukan melalui operasi. Provinsi
tertinggi dengan persalinan melalui Sectio Caesarea adalah DKI Jakarta 27,2% per 10.000
kelahiran hidup, Kepulauan Riau 24,7% per 10.000 kelahiran hidup, dan Sumatera Barat
23,1%per 10.000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2018). Menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, angka ibu melahirkan di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebanyak
5.043.078 jiwa dan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
sebanyak 4.351.389 jiwa (Kemenkes RI, 2019).
Persalinan Sectio Caesarea memiliki resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi
dibanding persalinan normal. Penyebab atau masalah yang paling banyak mempengaruhi
adalah pengeluaran darah atau perdarahan dan infeksi yang dialami ibu. Adapun penyebab
dari perdarahan karena dilakukannya tindakan pembedahan jika cabang Arteria Uterine
ikut terbuka dan dapat terjadikarena Atonia Uteri. Infeksi pada ibu Post OperasiSectio
Caesarea dapat dilihat dengan tanda lochea yang keluar banyak seperti nanah dan berbau
busuk, uterus lebih besar dan lembek dari seharusnya dan fundus masih tinggi
(Ramadanty, 2019).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dikemukakan rumusan masalah
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo?”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio
Caesarea Atas Indikasi Placenta Letak Rendah di Bangsal Abimanyu RSUD Nyi
Ageng Serang Kulon Progo

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah
b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea
Atas Indikasi Placenta Letak Rendah
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta Letak Rendah
d. Melaksanakaan implementasi pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta Letak Rendah
e. Melaksanakan evaluasi pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas Indikasi
Placenta Letak Rendah
f. Melaksanakan pendokumentasian pada pasien Ny. S dengan Sectio Caesarea Atas
Indikasi Placenta.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Sectio Caesarea


1. Definisi
Sectio Caesarea adalah melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding perut
dan dinding uterus, dimana setelah enam minggu keadaan uterus akan kembali pada
keadaan sebelum hamil (Hartati dan Maryunani 2015). Sesarea adalah operasi yang
ditujukan untuk indikasi medis tertentu, seperti indikasi bayi maupun indikasi ibu,
tindakan ini berupa operasi dengan membuka dinding rahim dengan sayat pada dinding
perut (Indiarti, 2015). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio
Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Sagita, 2019).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan, dimana janindilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh dan berat janin
lebih dari 500 gram. Indikasi medis dilakuakan Sectio Caesarea ada dua factor yaitu faktor
janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi : bayi terlalu besar,kelainan letak janin,
ancaman gawat janin, janin abnormal.Sedangkan faktoribu meliputi : usia, jumlah anak
yang dilahirkan, keadaan panggul,penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir,
ketuban pecah dini (KPD),dan pre eklamasi(Kusumaningrum, 2017).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Sagita (2019), klasifikasi Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
a. Sectio caeasarea transperitonealis profunda Sectio caeasarea transperitonealis profunda
dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini :
1) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
2) Bahaya peritonitis tidak besar
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sectio Caesarea korporal / klasik
Pada Sectio Caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untukmelakukan Sectio Caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen uterus.
c. Sectio Caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan
ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uteri berat.
d. Sectio Caesarea hysteroctomi Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan
indikasi :
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat
3. Etiologi
Penyebab Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio
Caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
normal. Tulangtulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan
tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.

4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi
dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat,
kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim
tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada
ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban
pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(Ramadanty, 2019).
Sectio Caesareamerupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesareaibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Nanda Nic Noc, 2015).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post Sectio Caesarea, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi. Setelahkelahiran bayi, terjadi adaptasi post partum yang
mengakibatkan perubahan fisiologis laktasi dimana akan muncul perubahan struktur dan
karakter payudara. Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin
sehingga terjadi pembentukan ASI, pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik
menyusui dengan benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Masalah yang sering
muncul dalam kegagalan menyususi adalah payudara bengkak, memerah, saluran susu
tersumbat, mastitits, abses payudara, dan kelainan pada puting susu (puting
tenggelam/datar)sehingga meningkatkan efektifitas ASI, pengeluaran ASI yang tidak
adekuat menimbulkan hisapan menurun sehingga timbullah masalah keperawatan
ketidakefektifan pemberian ASI(Astutik & Kurlinawati, 2017)
5. Pathway
Faktor Ibu Faktor janin
Disfungsi uterus fetal distres
Disfungsi jaringan letak lintang
Distosia jaringan lunak prolapse umnbilikus
Plasenta letak rendah janin besar
Obesitas

Sectio Caesaria

Post Sectio Caesaria

Perdarahan Luka insisi Fisiologi Nifas

Risiko hipovolemik Nyeri akut Risiko Infeksi Sistem Reproduksi

Gangguan mobilitas fisik Laktasi

Peningkatan prolactin

Duktus terisi ASI

ASI keluar ASI tidak keluar/sedikit

Ketidak efektifan menyusui


6. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2015), Manifestasi Klinis Sectio Caesarea,yaitu sebagai berikut :
a. Fetal distress : Kondisi janin yang tidak kondusif untuk memenuhi persalinan
b. His lemah/melemah
c. Janin dalam posisi sungsang/melintang
d. Bayi besar (BBL≥4,2 kg)
e. Plasenta previa : plasenta ada di depan jalan lahir
f. Distosia persalinan : kelainan letak , panggul sempit
g. Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
h. Rupture uteri mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Partus dengan komplikasi
l. Problema plasenta

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nanda (2015) pemeriksaan penunjang pada Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan Darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan
8. Komplikasi
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada pasien Sectio
Caesarea adalah :
a. Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Komplikasikomplikasi lain seperti luka kandung kencing dan embolisme paru. suatu
komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kuatnya perut pada dinding uterus,
sehingga pada kehamilan berikutnya bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea.
b. Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru.
c. Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan
peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.

B. Konsep Dasar Placenta Letak Rendah (Plasenta Previa)


1. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(FKUI,2000).
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup:
a. Perdarahan (hemorrhaging)
b. Usia lebih dari 35 tahun
c. Multiparitas
d. Pengobatan infertilitas
e. Multiple gestation
f. Erythroblastosis
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
h. Keguguran berulang
i. Status sosial ekonomi yang rendah
j. Jarak antar kehamilan yang pendek
k. Merokok
Menurut Hanafiah (2004) klasifikasi plasenta previa dapat dibedakan menjadi 4
derajat yaitu:
a. Total bila menutup seluruh serviks
b. Partial bila menutup sebagian serviks
c. Lateral bila menutup 75% (bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta).
d. Marginal bila menutup 30% (bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir).
3. Faktor Predisposisi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah:
a. Melebarnya pertumbuhan plasenta:
b. Kehamilan kembar (gamelli).
c. Tumbuh kembang plasenta tipis.
d. Kurang suburnya endometrium:
e. Malnutrisi ibu hamil.
f. Melebarnya plasenta karena gamelli.
g. Bekas seksio sesarea.
h. Sering dijumpai pada grandemultipara.
i. Terlambat implantasi:
j. Endometrium fundus kurang subur.
k. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta
previa yaitu:
a. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
b. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
c. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
d. Riwayat seksio sesaria ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta
previa. Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam
rahim. Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau
lebih operasi Caesar.
4. Patofisiologi
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada
trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu
bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya.
Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen
bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan
sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal.
5. Manifestasi klinis
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya

adalah:

a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang
b. Darah biasanya berwarna merah segar.

c. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.

d. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.

e. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banya Komplikasi

Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan


dari adanya plasenta previa pada ibu dapat terjadi:

a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan

b. Anemia karena perdarahan

c. PlasentitisEndometritis pasca persalinan

Pada janin dapat terjadi: Persalinan premature

6. Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan
karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia
post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion
(Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital
dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat
yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita
plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan
plasenta previa (Hanafiah, 2004).

C. Asuhan Keperawatan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan
< 37 minggu.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan Keperawatan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature
i. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan <
37 minggu.
1. Pengkajian
Data Sistem Pengkajian
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
 Rambut dan kulit :
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.
 Wajah
Mata : pucat, anemis
Hidung
Gigi dan mulut
Leher
 Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
 Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meninggI
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
 Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
 Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium
 System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
b. Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin
 Pemeriksaan Diagnostik
 USG untuk diagnosis pasti, yaitu untuk menentukan letak plasenta.
 Pemeriksaan darah: Hb, Ht (Roeshadi, 2004).
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisik : prosedur operasi
(D.0077, hal. 172).
2) Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit : luka
operasi (D.0142, hal.304).
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054, hal.124).
4) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI(D.0029 hal. 75).
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
TAN
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) Setelah dilakukan tindakan perawatan Observasi
Nyeri akut b.d 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Deteksi awal dalam penentuan
agen pencedera menurun. Dengan Kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri intervensi
fisik Kriteria A T  Identifikasi skala nyeri Skala nyeri adalah alat ukur
Keluhan nyeri menurun 3 5 menentukan tingkat keberhasilan
Meringis menurun 3 4 intervensi.
Sikap protektif menurun 3 4  Identifikasi factor yang memperberat
Factor pemberat diminimalkan,
Frekuensi nadi membaik 3 5 dan memperingan nyeri
factor yang memperingan
ditingkatkan.
Terapeutik
Terapi non farmakologis sebagai
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
terapi utama mengurangi nyeri tanpa
mengurangi rasa nyeri (Relaksasi)
efek samping dan pasien bisa
menggunakannya sewaktu-waktu.
 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
tenang, batasi pengunjung Lingkungan yang tidak nyaman
dapat memperberat nyei pasien
 Fasilitasi istirahat tidur
Nyeri dapat menimbulkan gangguan
tidur, jika tidur tidak adekuat pasien
Edukasi akan bertambah nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri pada Melibatkan pasien dan keluarga akan
pasien dan keluarga meningkatkan kepedulian kesehatan
bagi diri pasien sendiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI
Kolaborasi pemebrian analgetik jika
Analgetik bekerja dengan
diperlukan.
mengurangi sinyal rasa sakit yang
dihantarkan oleh otak dan system
saraf terhadap area tubuh sasaran.
2. Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan perawatan Observasi
Risiko infeksi 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Deteksi awal tanda dan gejala
b.d kerusakan menurun. Dengan Kriteria hasil : sistemik
infeksi.
integritas kulit Kriteria A T Terapeutik
Nyeri menurun 3 5  Batasi jumlah pengunjung Mengurangi terjadinya infeksi akibat

Kemerahan menurun 4 5 kontak dengan linkungan luar.

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak


dengan pasien dan lingkungan pasien Cuci tangan dapat memutus rantai
penularan kontak antar petugas dan
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien antar pasien.
beresiko tinggi Luka yang kotor menjadi tempat
perkembangbiakan mikroorganisme
dan dapat menyebabkan infeksi dan
menghambat penyembuhan luka.
Teknik aseptic untuk mencegah
Edukasi
penyebaran mikroorganisme.
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Nutrisi adekuat menigkatkan
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan imunitas tubuh dalam melawan
infeksi.

Perawatan Pasca Seksio Sesaria (I.14567)


Observasi
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor respon fisiologis (mis. Nyeri, Tanda tanda vital sebagai deteksi
perubahan uterus, dan lokhea)
 Monitor kondisi luka dan balutan awal adanya gangguan?infeksi
Terapeutik
 Motivasi mobilisasi dini 6 jam
Deteksi dini jika terjadi infeksi
Edukasi
Mobilisasi dapat memperlancar
 Anjurkan ibu mengkonsumsi nutrisi
aliran darah
TKTP
Nutrisi adekuat meningktkanksi
Kolaborasi imunitas tubuh dalam melawan
Kolaborasi pemberian antibiotik infeksi

Antibiotic bekerja membunuh


bakteri penyebab infeksi.

3. Gangguan Mobilitas Fisiki (L.05042) Dukungan Mobilitas (I.05173)


mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan perawatan Observasi
(D.0054) 3x24 jam diharapkan mobilisasi fisik  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan Nyeri dan keluhan lain dapat
Gangguan meningkat. Dengan Kriteria hasil : fisik lainnya membuat pasien enggan mobilisasi
mobilitas fisik Kriteria A T  Identifikasi toleransi fisik melakukan Deteksi dini penyebab gangguan
berhubungan Pergerakan ektremitas 3 5 pergerakan mobilisasi
dengan nyeri meningkat  Monitor kondisi umum selama melakukan Deteksi keluhan saat mobilisasi
Rentang gerak (ROM) 3 5 mobilisasi dapat menentukan tingkat mobilisasi
meningkat Terapeutik secara bertahap
Nyeri menurun 3 5  Fasilitasi melakukan pergerakan Meningkatkan kemampuan
Gerakan terbatas menurun 3 5 mobilisasi pasien
 Libatkan keluarga dalam untuk membantu Keluarga adalah sumber koping dan
pasien dalam meningkatkan pergerakan dukungan utama.
(Suami)
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi Pemberian edukasi dapat membantu

 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus pasien dan keluarga dalam

dilakukan (duduk ditempat tidur) mengambil keputusan yang terbaik

4. Menyusui Status Menyusui (L.03029) Konseling Laktasi (I.03094)


tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
(D.0029) 3x24 jam, diharapkan status menyusui  Identifikasi keadaan emosional ibu saat Deteksi kesiapan ibu dalam
Menyusui tidak membaik. Dengan Kriteria Hasil : akan dilakukan konseling menyusui melakukan laktasi
efektif b.d Kriteria A T  Identifikasi keinginan dan tujuan Deteksi tingkat pengetahuan pasien
ketidakadekuat Tetesan pancaran ASI 3 5 menyusui Deteksi masalah /penghambat
an suplai ASI meningkat  Identtifikasi permasalahan yang ibu alami
Suplai ASI adekuat meningkat 3 5 selama proses menyusui
Kepercayaan diri ibu 4 5 Terapeutik Dengan mendengarkan pasien dapat
meningkat  Gunakan teknik mendengarkan aktif meningkatkan hubungan saling

(dengarkan permasalahan ibu) percaya


 Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang Pujian meningkat semangat untuk
benar kemajuan
Edukasi Pengetahuan dapat meningkatkan
 Ajarkan teknik menyusui yang tepat kemampuan pasien dalam
sesuai kebutuhan ibu (Memerah ASI) mengambil keputusan dan tindakan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil
yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan pasien (Potter &
Perry, 2010).
Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk beradaptasi dalam implementasi
asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat akan terus melakukan
pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan pasien (Nursalam, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi atau tahap penilaian adalah tahap kelima dari proses keperawatan.pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi
seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semua (Debora, 2015).

E. ANALISA JURNAL TERKAIT


1. Judul : Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Mobilisasi Dini Terhadap Pengeluaran
Kolostrum Ibu Post Sectio Caesarea
2. Peneliti : Siti Rofi’ah , Sri Widatiningsih , Chrina Rahayuni
3. Abstrak : Kolostrum merupakan cairan emas yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein
tinggi. Pengeluaran kolostrum dipengaruhi dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin.
Hormon oksitosin dapat dirangsang melalui pijatan pada tulang belakang ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin dan mobilisasi dini
terhadap pengeleluaran kolostrum pada ibu post SC di RSJ Prof Dr. Soerojo
Magelang tahun 2016. Jenis penelitian ini Pre Experimental dengan rancangan post
test only with control design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post SC
pada bulan Maret-April 2016 sejumlah 42 responden. Sampel diambil berdasarkan
tehnik purposive sampling sehingga diperoleh 36 responden. Hasil Penelitian
menyebutkan bahwa rata-rata waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok pijat
oksitosin adalah 8,39 jam dengan rentang waktu 4-13 jam. Sedangkan rata-rata waktu
pengeluaran kolostrum pada kelompok mobilisasi dini adalah 24,72 jam dengan
rentang waktu 15 - 30 jam Pijat oksitosin memiliki pengaruh yang lebih signifikan
terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post SC (p value : 0,0001). Disarankan pada
Direktur RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang agar mengesahkan prosedur tetap intervensi
pijat oksitosin untuk mendampingi prosedur tetap mobilisasi dini bagi ibu post SC
sehingga bidan atu pemberi pelayanan di ruang nifas memberikan intervensi pijat
oksitosin pada ibu nifas post SC. Bagi ibu post SC agar bersedia menerima asuhan
pijat oksitosin untuk memperlancar pengeluaran kolostrrum.
7. Tempat penelitian : RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang
8. Waktu penelitian : Bulan Maret-April 2016
9. Tujuan penelitian : untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin dan mobilisasi dini
terhadap pengeleluaran kolostrum pada ibu post SC di RSJ Prof Dr. Soerojo
Magelang tahun 2016.
10. Analisa penelitian PICO
a. P (Patient, Population, Problem)
 Patient
Kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu post SC dengan kriteria gizi baik (HB
> 11 )sebanyak 36 orang.
Kriteria ekslusi dari penelitian ini ibu post SC dengan HB < 11.
 Problem
Rasa nyeri pada luka bekas sayatan dapat mengganggu kenyamanan ibu
sehingga merasa belum mampu untuk menyusui bayinya. Pemberian ASI
segera setelah lahir merupakan suatu upaya untuk merangsang pengeluaran
ASI. Kolostrum adalah produk ASI yang keluar pertama kali yang penting
diberikan segera pada bayi karena kaya protein dan anti infeksi.
 Population
Semua pasien post SC yang sehat.
b. Intervention
Pijat oksitosin pada ibu post SC dengan sampel 18 orang.
c. Compare
Mobilisasi dini pada ibu post SC dengan sampel 18 orang.
d. Output
Hasil Penelitian menyebutkan bahwa rata-rata waktu pengeluaran kolostrum pada
kelompok pijat oksitosin adalah 8,39 jam dengan rentang waktu 4-13 jam.
Sedangkan rata-rata waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok mobilisasi dini
adalah 24,72 jam dengan rentang waktu 15 - 30 jam Pijat oksitosin memiliki
pengaruh yang lebih signifikan terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post SC
(p value : 0,0001).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS

I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa:
1. Slamet Riyadi
2. Sofia Lestari
Tanggal/Jam Pengkajian: Tempat Pengkajian:
Selasa, 25 Januari 2022 Bangsal Abimanyu
Pukul 16.00 WIB RSUD Nyi Ageng Serang
Kulon Progo
A.
B.
C.
D.
Tanggal Masuk : 24 Januari 2022
Tanggal/Jam Pengkajian : 25 Januari 2022 jam 15.00 WIB
No. Medical Record : 0014XXX
Ruang Rawat : Bangsal Abimanyu
Diagnosa Medik : Sectio Caesarea a.i Placenta Letak Rendah
Yang mengirim/merujuk : Puskesmas Sentolo II
Alasan Masuk : Perut bagian bawah kencang dan nyeri

A. Identitas

Pasien Penanggung jawab


Nama Ny. S Tn. Sunarto

Umur 26 tahun 26 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan SLTA SLTA

Pekerjaan Karyawan Swasta Sopir

Alamat Gunung Pentul Karangsari Banaran Demangrejo Sentolo


Pengasih

Tanggal partus 25 Januari 2022 pukul


08.33 WIB
Jenis partus Sectio Caesaria dengan
placenta letak rendah

Hubungan Suami
dengan pasien

B. Tahap Antisipatori
1. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri punggung dan nyeri luka operasi di perut. Pasien
juga mengatakan ASI belum keluar dan belum nyaman saat menyusui karena
sakit punggung dan perutnya.
Alasan Masuk RS
Pasien datang ke poli kebidanan RSUD Nyi Ageng Serang karena di rujuk
dari PKM Sentolo II dengan rencana Sectio Caesaria dengan indikasi placenta
letak rendah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu. Selama hamil
pasien rutin periksa kehamilan di puskesmas dan rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keturunan kembar : Ada/tidak ada
Penyakit menular/keturunan : Ada/tidak ada

Genogram (min.3 generasi)

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Garis tinggal satu rumah
: Garis berhubungan

d. Riwayat Obstetri dan ginekologi


1) Riwayat Menstruasi
Menarche: 12 tahun
Lama haid: 6-7 hari (teratur)
Siklus haid: 28 hari hari
Sifat darah : warna merah kecoklatan , bau normal
Ganti pembalut dalam 24 jam: 4-5 kali/hari
Keluhan selama haid: nyeri haid hari pertama
HPHT : 3 Mei 2021
2) Taksiran persalinan : 10 Februari 2022
Status : Menikah
Umur waktu menikah pertama kali : 19 tahun
Frekuensi menikah :2 kali
Lama menikah dengan suami yang sekarang : 1 tahun
3) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil : kondom
Waktu dan lama penggunaan : 7 tahun
Masalah saat penggunaan :tidak ada
Kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan : kondom dan kalender
Berapa anak yang direncanakan keluarga : 2 anak
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No. Usia BBL H/M Jenis Penolong Komplikasi
(tahun) (gram) Persalinan
1. 19 3.700 Hidup Sectio RSUD Tidak ada
Caesaria Wates
2. 21 - Meninggal RSUD Abortus
Wates
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Apakah hamil yang diingikan : iya
2) Anak mahal atau tidak ? : tidak
3) Apakah jenis kelamin sesuai yang diinginkan : iya
4) HPHT : 03-05- 2021
5) Taksiran Partus : 10-02-2022
6) Umur kehamilan : 37 minggu 4 hari
7) BB sebelum hamil : 52 kg
8) Penambahan BB selama hamil : 14,5 kg
9) Riwayat ANC
Pasien mengatakan selama hamil kontrol > 3 kali di SpOG, keluhan
yang dirasakan sering sakit perut bawah. Pasien sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe dari dokter. Saran dari
tenaga kesehatan yaitu untuk makan makanan bergizi, tidur yang
cukup dan jangan asal makan.
c. Riwayat persalinan sekarang
Persalinan sekarang secara Sectio Caesaria dengan indikasi
placenta letak rendah dengan usia kehamilan 37 minggu + 4 hari. Operasi
dilaksanakan hari ini Selasa, 25 Januari 2022 pukul 08.33 WIB.
Jenis Persalinan : SC (Sectio Caesarea)
Ditolong Oleh : Dokter
Jenis Kelamin Bayi : Perempuan
Panjang dan Berat Badan : 51 cm dan 3560 gram
Apgar Skor : 8/9
Keadaan air ketuban : jernih
Jumlah air ketuban : tidak terkaji
Komplikasi persalinan :
Ibu : tidak ada
Bayi : tidak ada
3. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
a. Nutrisi
Saat hamil : Pasien mengatakan makan 3 x sehari tidak suka nasi diganti
dengan umbi-umbian, sering ngemil dan pasien kadang merasakan mual,
muntah terutama di trimester pertama dan ketiga.
Saat sekarang : Pasien mengatakan makan 3 x sehari, makanan yang
disediakan dari Rumah Sakit selalu habis, makanan makanan dari rumah,
dan tidak ada makanan pantangan..
b. Eliminasi
Eliminasi urin
Frekueni BAK : terpasang kateter
Jumlah urin : 600 cc
Warna : kuning kemerahan
Bau : khas urine
Eliminasi fekal
Pasien mengatakan belum BAB selama di RS
c. Oksigenasi
 Sistem pernafasan
Inspeksi hidung : hidung tanpak simetris
Palpasi hidung : tidak ada benjolan dihidung
Inspeksi dada :
Saat bernapas tidak ada pembesaran sebelah (simetris)
Dada kanan dan kiri terlihat simetris
Pernapasan normal
Auskultasi dada : suara napas vesikuler
Palpasi dada : taktil fremitus teraba dibagian depan maupun
belakang
Perkusi dada : terdengar suara sonor pada bagian paru
Respiratory rate (RR) : 20 x/menit
 Sistem kardiovaskuler
Auskultasi jantung : bentuk simetris dan tidak ada pembesaran
Perkusi jantung : terdengar suara dall/redup
Denyut nadi/menit : 108 x/menit
 Riwayat penyakit pernafasan dan kardiovaskuler : tidak ada
d. Aktifitas istirahat
Sebelum melahirkan
Pasien mengatakan membatasi aktivitas yang berat-berat
Pasien mengatakan seminggu sekali jalan pagi
Setelah melahirkan
Pasien mengatakan aktivitas sedikit terbatas karena nyeri pada luka operasi
Pasien mengatakan belum bisa berjalan atau olahraga lainnya

Pengkajian nyeri :
O : Pasien mengatakan nyeri dirasakan sejak setelah operasi section
caesaria pada hari ini tanggal 25 Januari 2022, saat ini nyeri dirasakan
terus menerus.
P : Pasien mengatakan nyeri bekas sayatan operasi Sectio caesaria dan
suntikan bius dirasakan semakin hebat jika berubah posisi dari terlentang ke
posisi miring.
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa senat senut (nyeri tumpul) di punggung
dan luka bekas sayatan operasi di perut.
R : Pasien mengatakan nyeri terasa di punggung dan luka bekas sayatan
operasi di perut.
S : Pasien mengatakan skala nyeri 6 dari 10
T : Pasien mengatakan jika terasa nyeri akan mendesah “mengaduh-aduh”
dan memanggil suami untuk mengipasi badannya.
U : Pasien mengatakan pernah merasakan nyeri sebelumnya saat operasi
section caesaria anak pertama 7 tahun yang lalu.
V : Pasien mengatakan berharap nyerinya segera teratasi dan dapat segera
bisa leluasa merawat bayinya.
e. Pola tidur
Sebelum melahirkan
Pasien mengatakan kebiasaan sebelum tidur yaitu berdzikir
Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari karena sering BAK
Pasien mengatakan tidur malam ±6 jam dan tida bisa tidur siang
Setelah melahirkan
Pasien mengatakan sudah tidak terbangun pada malam hari
Pasien mengatakan tidur malam ±8 jam dan tidur siang 1 jam
f. Pengkajian keseimbangan cairan dan elektrolit
Pasien mengatakan minum ± 2000-2500 ml/hari (±8 gelas), tidak ada tanda
gejala kekurangan cairan dan tidak ada edema.
g. Pengkajian respon-respon fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit
patologis, fisiologis dan kompensasi
1) Payudara
Payudara bersih dan simetris
Pengeluaran colostrum sedikit
Aerola kehitaman
Puting susu menonjol
Tidak ada pembengkakan payudara
Masalah/keluhan : ASI belum keluar
2) Abdomen dan involusi uterus
Bentuk simetris dan tidak ada pembesaran
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus keras
Kandung Kemih penuh / Tidak
Luka operasi : terdapat luka operasi SC, keadaan luka operasi : bersih
/ kering
Masalah/keluhan : nyeri dibagian luka operasi
3) Perineum
Kebersihan genitalia : masih terdapat darah
Keutuhan perineum : utuh
4) Lochea
Lochea rubra, berwarna merah. Pasien mengatakan 3 kali mengganti
pembalut dalam satu hari.
h. Pengkajian fungsi sensorik
1) Indera penglihatan
Mata pasien sedikit sembab, conjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak terdapat lingkaran hitam disekitar mata, tidak ada keluhan, fungsi
penglihatan baik.
2) Indera penciuman
Tidak ada sekret yang keluar dari hidung, tidak ada keluhan atau
masalah.
3) Indera pengecapan
Tidak ada stomatis, membran mukosa bibir lembab, tidak pucat.
4) Indera pendengaran
Bentuk telinga normal, simetris kanan kiri, daun dan lubang telinga
bersih, tidak keluar cairan, fungsi pendengaran pasien baik.
5) Indera perabaan
Tidak ada gangguan pada indra peraba, berfungsi dengan baik.

i. pengkajian mekanisme dan fungsi regulasi


1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 103/68 mmHg
Frekuensi nadi : 108 x/m
Frekuensi nafas : 20 x/m
Suhu : 36,5C
j. Seksualitas
Pasien mengatakan sejak 3 bulan sebelum persalinan tidak melakukan
hubungan seksual karena perut bagian bawah nyeri dan sudah mengetahui
jika placenta terletak di bawah, takut jika terjadi perdarahan.
E. Tahap Formal
Aspek Psikososial Ibu
a. Adaptasi psikologis ibu
Fase letting go : pasien sudah bisa menerima tanggung jawab dan peran
sebagai ibu dibuktikan dengan mau memeluk dan menyusui bayinya
walaupun masih nyeri area operasinya.
b. Konsep diri
 Pasien mengatakan puas dengan persalinannya yang selamat bayi
yang dilahirkan juga sehat.
 Pasien mengatakan sangat senang dan bahagia mempunyai bayi dan
bisa berperan sebagai ibu dari 2 orang anak.
 Pasien mengatakan bahagia dan bangga bisa melahirkan dan
membuat bahagia suaminya.
 Perubahan yang dirasakan setelah mengalami persalinan, sebagai
ibu dari dua anak kelak harus bersikap adil memberikan kasih
sayang untuk anak-anaknya.
 Pasien mengatakan hal terpenting saat ini adalah memulihkan diri
dengan cepat makan cukup agar bisa segera sehat dan bisa
memberikan yang terbaik buat anak-anaknya.
 Kesesuaian antara harapan dan kenyataan : sudah sesuai harapan.

F. Tahap Informal
1. Fleksibilitas
No Kegiatan Ya Tidak
1. Apakah ibu mulai menyentuh bayinya? √
2. Apakah ibu mulai menyusui bayinya? √
3. Apakah ibu merawat tali pusat bayinya? √
4. Apakah ibu mengganti popok bayinya? √
5. Apakah ibu memandikan bayinya? √
6. Apakah ibu bisa menenangkan bayinya? √
7. Apakah ibu mulai menggendong √
bayinya?

2. Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi, pasien sudah


bisa merawat bayinya karena anak kedua.
3. Pengalaman melahirkan, pasien mengatakan persalinannya secara
operasi Caesar semua.
4. Kecemasan : pasien tidak tampak cemas
5. Depresi : pasien tidak depresi, terlihat pasien tenang dan bahagia
dengan bayinya.
6. Konflik peran : pasien tidak merasa terjadi konflik peran karena
walaupun bekerja bisa membagi waktu dalam merawat anaknya
yang dibantu oleh ibu dan keluarganya.
G. Tahap Personal
1. Maternal role
a. Pasien tampak percaya diri sebagai ibu tampak dengan tidak
takut/ragu-ragu dalam merawat bayinya.
b. Pasien mengatakan puas dengan perannya saat ini sebagi ibu
dua orang anak.
c. Bonding Attachmen---Score gray
Score Memandang Berkata Melakukan
bonding sesuatu
Sangat Sangat Berbicara Mengulurkan
positif, gembira, langsung pada tangan ingin
sesuai bahagia , bayinya, memegang
antusias memperlihatkan bayinya,
reaksi positif memeriksa
bayinya,
melakukan
kontak mata
dengan
bayinya

2. Dukungan Sosial
Pasien mengatakan mendapatkan banyak dukungan dari saudara
dan temannya dibuktikan dengan banyak yang menghubungi
memberikan semangat dan selamat. Pasien mengatakan terkait
informasi tentang kehamilan dan persalinan serta perawatan bayi
didapatkan dari kader, puskesmas dan media sosial.
3. Fungsi keluarga
Pasien mengatakan keluarga baik dari keluarga pasien maupun
suami sangat mendukung dan menantikan kelahiran bayinya.
Keluarga juga terlibat dalam merawat anaknya yang dirumah.
H. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,6 g/dL 12.0-16.0
Eritrosit 4.10 10^6µL 4.00-5.40
Lekosit 8.65 10^3µL 4.50-11.50
MCV 75.2 fL 80.0-94.0
MCH 25.9 pg 26.0-32.0
MCHC 34.4 g/dL 32.0-36.0
Trombosit 301x10^3µL 150-450
Netrofil 67,5% 50.0-70.0
Limfosit 22.9 % 18.0-42.0
Sweb Antigen SARS Negatif
COV-2
(Sumber : Rekam medik 0014XXX)

1. Program terapi dokter :


Obat parenteral
 Ketorolac 30mg/8jam/IV
 Cefotaxime 1gr/12jam/IV
 Injeksi Asam Tranexamat 500mg/8jam/IV

II. ANALISA DATA


Data Masalah Penyebab
Tanggal : 25-01-2022 Nyeri Akut (D.0077) Agen pencedera fisik
Pukul : 16.30
DS :
 Pasien mengatakan nyeri pada
luka operasi
 Pasien mengatakan nyeri
punggung saat bergerak
DO :
 Pasien tampak meringis
 Sesekali pasien tampak
meringis
 Pasien tampak takut
melakukan pergerakan karena
nyeri
 Terdapat luka post-op SC ±
10 cm
 Skala nyeri 5 (sedang)
 Tanda-tanda vital :
TD : 107/63 mmHg
N : 68 X/M
RR : 22 x/m
S : 37 C
Tanggal : 25-01-2022 Risiko Infeksi (D.0142) Kerusakan integritas kulit
Pukul : 16.30
DS :
 Pasien mengatakan nyeri pada
luka operasi
 Pasien mengatakan nyeri
punggung terutama saat
berubah posisi

DO :
 Terdapat luka post-op SC ± 10
cm dibagian bawah abdomen
yang tertutup perban
 Balutan luka bersih dan kering
Tanggal : 25-01-2022 Gangguan mobilitas fisik Nyeri
Pukul : 16.30 (D.0054)
DS :
 Pasien mengatakan nyeri saat
bergerak
 Pasien mengatakan
aktivitasnya perlu dibantu
DO :
 ADL dibantu
 Gerakan pasien terbatas
 Skala nyeri 5 (sedang)
 pasien tampak lemah
Tanggal : 25-01-2022 Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan suplai ASI
Pukul : 16.30 (D.0029)
DS :
 Pasien mengatakan belum
menyusui bayinya
 Pasien mengatakan ASI belum
keluar
DO :
 Payudara teraba lembek
 Tampak ASI yang keluar
sedikit
 Payudara saat ditekan
colostrum +
 ASI tidak menetes/ memancar

III. PRIORITAS MASALAH


a. Nyeri akut berhungan dengan agen pencedera fisik : prosedur operasi (D.0077, hal.
172).
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054, hal.124).
c. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI(D.0029
hal. 75).
d. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit : luka operasi (D.0142,
hal.304).
IV. INTERVENSI
Nama Pasien/No RM : Ny. S/0014XXX Bangsal : Abimanyu

Hari/ DIAGNOSA PERENCANAAN


tanggal KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL
Jam
25 Januari Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
2022 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan perawatan 2 x 24 Observasi
Jam 16.30 pencedera fisik, ditandai jam diharapkan tingkat nyeri menurun.  Identifikasi lokasi, karakteristik, Deteksi awal dalam penentuan
WIB dengan : Dengan Kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intervensi
DS : Kriteria A T intensitas nyeri
 Pasien mengatakan Keluhan nyeri menurun 5 2  Identifikasi skala nyeri
Skala nyeri adalah alat ukur
nyeri pada luka Meringis menurun 3 4
menentukan tingkat
Kelompok operasi Frekuensi nadi membaik 3 5
21 keberhasilan intervensi.
 Pasien mengatakan  Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan Factor pemberat diminimalkan,
nyeri punggung saat
nyeri factor yang memperingan
bergerak
Sofia Slamet
ditingkatkan.
DO :
 Pasien tampak Terapeutik Terapi non farmakologis
meringis  Berikan teknik nonfarmakologis sebagai terapi utama

 Sesekali pasien untuk mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri tanpa efek

tampak meringis (Relaksasi) samping dan pasien bisa


 Pasien tampak takut menggunakannya sewaktu-
melakukan  Ciptakan lingkungan yang waktu.
pergerakan karena nyaman dan tenang, batasi Lingkungan yang tidak nyaman
nyeri pengunjung dapat memperberat nyei pasien

 Terdapat luka post-


 Fasilitasi istirahat tidur Nyeri dapat menimbulkan
op SC ± 10 cm
gangguan tidur, jika tidur tidak
 Skala nyeri 5 adekuat pasien akan bertambah
Edukasi nyeri.
(sedang)
 Jelaskan strategi meredakan nyeri Melibatkan pasien dan keluarga
 Tanda-tanda vital : akan meningkatkan kepedulian
pada pasien dan keluarga
TD : 107/63 mmHg kesehatan bagi diri pasien
 Ajarkan teknik nonfarmakologis sendiri.
N : 68 X/M
untuk mengurangi rasa nyeri
RR : 22 x/m
KOLABORASI
S : 37 C
Kolaborasi pemebrian analgetik
jika diperlukan. Analgetik bekerja dengan
mengurangi sinyal rasa sakit
yang dihantarkan oleh otak dan
system saraf terhadap area
tubuh sasaran.
25 Januari Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilitas (I.05173)
2022 fisik (D.0054) Setelah dilakukan tindakan perawatan 2 x24 Observasi
Jam 16.30 Gangguan mobilitas fisik jam diharapkan mobilisasi fisik meningkat.  Identifikasi adanya nyeri atau Nyeri dan keluhan lain dapat
WIB berhubungan dengan Dengan Kriteria hasil : keluhan fisik lainnya membuat pasien enggan
Kriteria A T  Identifikasi toleransi fisik
nyeri, ditandai dengan : melakukan pergerakan mobilisasi
DS : Pergerakan meningkat 3 5  Monitor kondisi umum selama Deteksi dini penyebab
 Pasien mengatakan Nyeri menurun 5 2 melakukan mobilisasi gangguan mobilisasi
Kelompok nyeri saat bergerak Gerakan terbatas menurun 3 5 Terapeutik Deteksi keluhan saat mobilisasi
21 dapat menentukan tingkat
 Pasien mengatakan  Fasilitasi melakukan pergerakan
aktivitasnya perlu mobilisasi secara bertahap

dibantu  Libatkan keluarga dalam untuk Meningkatkan kemampuan


Sofia Slamet
DO : membantu pasien dalam mobilisasi pasien
meningkatkan pergerakan (Suami) Keluarga adalah sumber koping
 ADL dibantu
Edukasi dan dukungan utama.
 Gerakan pasien
terbatas  Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Skala nyeri 5
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang Pemberian edukasi dapat
(sedang)
harus dilakukan (duduk ditempat membantu pasien dan keluarga
 pasien tampak lemah dalam mengambil keputusan
tidur)
yang terbaik
25 Januari Menyusui tidak efektif Status Menyusui (L.03029) Konseling Laktasi (I.03094)
2022 (D.0029) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Jam 16.30 Menyusui tidak efektif b.d 3x24 jam, diharapkan status menyusui  Identifikasi keadaan emosional ibu Deteksi kesiapan ibu dalam
WIB ketidakadekuatan suplai membaik. Dengan Kriteria Hasil : saat akan dilakukan konseling melakukan laktasi
ASI, ditandai dengan : Kriteria A T menyusui Deteksi tingkat pengetahuan
DS : Tetesan pancaran ASI meningkat 3 5  Identifikasi keinginan dan tujuan pasien
 Pasien mengatakan Suplai ASI adekuat meningkat 3 5 menyusui Deteksi masalah /penghambat
Kelompok
21 belum menyusui Kepercayaan diri ibu meningkat 4 5  Identtifikasi permasalahan yang ibu
bayinya alami selama proses menyusui Dengan mendengarkan pasien
 Pasien mengatakan Terapeutik dapat meningkatkan hubungan
Sofia Slamet
ASI belum keluar  Gunakan teknik mendengarkan saling percaya
DO : aktif (dengarkan permasalahan ibu) Pujian meningkat semangat

 Payudara teraba  Berikan pujian terhadap perilaku untuk kemajuan

lembek ibu yang benar Pengetahuan dapat


Edukasi meningkatkan kemampuan
 Tampak ASI yang
keluar sedikit  Ajarkan teknik menyusui yang pasien dalam mengambil

 Payudara saat tepat sesuai kebutuhan ibu keputusan dan tindakan

ditekan colostrum + (Memerah ASI)


 Ajarkan IMD (inisiasi menyusui
 ASI tidak menetes/
dini ).
memancar

25 Januari Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
2022 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 Observasi
Jam 16.30 kerusakan integritas kulit, jam diharapkan tingkat infeksi menurun.  Monitor tanda dan gejala infeksi
Deteksi awal tanda dan gejala
WIB ditandai dengan : Dengan Kriteria hasil : local dan sistemik
infeksi.
DS : Kriteria A T Terapeutik
 Pasien mengatakan Nyeri menurun 3 5  Batasi jumlah pengunjung Mengurangi terjadinya infeksi
nyeri pada luka Kemerahan menurun 4 5 akibat kontak dengan linkungan
Kelompok operasi luar.
21
 Pasien mengatakan  Cuci tangan sebelum dan sesudah
nyeri punggung kontak dengan pasien dan Cuci tangan dapat memutus
terutama saat lingkungan pasien rantai penularan kontak antar
Sofia Slamet
berubah posisi petugas dan antar pasien.
 Pertahankan teknik aseptic pada Luka yang kotor menjadi tempat
DO : pasien beresiko tinggi perkembangbiakan
 Terdapat luka post- mikroorganisme dan dapat
op SC ± 10 cm menyebabkan infeksi dan
dibagian bawah menghambat penyembuhan
abdomen yang luka. Teknik aseptic untuk
Edukasi
tertutup perban mencegah penyebaran
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Balutan luka bersih mikroorganisme.
 Ajarkan cara mencuci tangan
dan kering
dengan benar
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Nutrisi adekuat menigkatkan
 Anjurkan meningkatkan asupan
imunitas tubuh dalam melawan
cairan
infeksi.

Perawatan Pasca Seksio Sesaria


(I.14567)
Observasi
Tanda tanda vital sebagai
 Monitor tanda-tanda vital
deteksi awal adanya gangguan?
 Monitor respon fisiologis (mis.
Nyeri, perubahan uterus, dan infeksi
lokhea)
 Monitor kondisi luka dan balutan
Deteksi dini jika terjadi infeksi
Terapeutik
 Motivasi mobilisasi dini 6 jam Mobilisasi dapat memperlancar

Edukasi aliran darah

 Anjurkan ibu mengkonsumsi Nutrisi adekuat meningktkanksi


nutrisi TKTP imunitas tubuh dalam melawan
infeksi
Kolaborasi
Antibiotic bekerja membunuh
Kolaborasi pemberian antibiotik
bakteri penyebab infeksi.
V. IMPLEMENTASI EVALUASI
Nama Pasien/No RM : Ny. S/0014XXX Bangsal : Abimanyu

Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Rabu, 26 Januari 2022 1. Nyeri akut  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Rabu, 26 Januari 2022 jam 17.00 WIB
jam 17.00 WIB berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
S:
agen pencedera fisik nyeri
 Pasien mengatakan masih nyeri pada
 Mengidentifikasi skala nyeri
luka operasi, pasien berusaha untuk
 Mengidentifikasi factor yang
melakukan pergerakan
memperberat dan memperingan nyeri
O:
 Memberikan teknik nonfarmakologis
 Pasien tampak sesekali meringis,
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik
pasien tampak melakukan
Relaksasi napas dalam)
pergerakan dimulai dari peregangan
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
kaki dan miring kanan dan miring
(pengaturan suhu ruangan,
kiri
pencahayaan,dan kebisingan)
 Skala nyeri 4
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Tanda-tanda vital
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis
TD : 103/68mmHg
untuk mengurangi rasa nyeri
N : 108 x/m
 Mengelola injeksi ketorolac 30 mg IV
RR : 20 x/m
S : 36,5 C
SpO2 : 98%
A: Masalah Nyeri akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi skala nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
(pengaturan suhu ruangan,
pencahayaan,dan kebisingan)
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Perawat

Sofia
Rabu, 26 Januari 2022 2. Risiko infeksi b.d  Memonitor tanda dan gejala infeksi Rabu, 26 Januari 2022 jam 17.30 WIB
jam 17.00 WIB kerusakan integritas local dan sistemik S:
kulit  Melakukan vulva hygiene  Pasien mengatakan masih nyeri pada
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah luka operasi, Pasien mampu
kontak dengan pasien dan lingkungan menyebutkan ciri luka yang tidak
pasien sehat karena infeksi seperti luka tak
 Mempertahankan teknik aseptic pada kunjung sembuh, terdapat pus, terasa
pasien beresiko tinggi panas, dan terjadi pembengkakan.
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi O :
pada pasien dan keluarga  Terdapat luka post-op SC ± 10 cm
 Mengajarkan cara mencuci tangan dibagian bawah abdomen yang
dengan benar tertutup perban, Balutan luka bersih
 Menganjurkan pasien untuk dan kering
meningkatkan asupan nutrisi  Vulva pasien sudah dibersihkan,
 Menganjurkan pasien meningkatkan masih perdarahan.
asupan cairan A : Masalah Risiko Infeksi Teratasi
 Memonitor tanda-tanda vital sebagian

 Memonitor respon fisiologis P : Intervensi Dilanjutkan

 Skala nyeri 4 1. Monitor tanda-tanda infeksi


2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Kontraksi uterus baik
tindakan
 Lokhea rubra
3. Monito tanda-tanda vital
 Memonitor kondisi luka dan balutan
 Motivasi mobilisasi dini 6 jam
Perawat
 Menganjurkan ibu mengkonsumsi
nutrisi TKTP

Sofia
Rabu, 26 Januari 2022 3. Gangguan mobilitas  Mengidentifikasi adanya nyeri atau Rabu, 26 Januari 2022 jam 18.30 WIB
jam 18.00 WIB fisik berhubungan keluhan fisik lainnya
S:
dengan nyeri  Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan  Pasien mengatakan masih merasa

 Memonitor kondisi umum selama nyeri pada luka operasi

melakukan mobilisasi  Pasien mengatakan masih takut


 Memfasilitasi melakukan pergerakan untuk bergerak karena nyeri, pasien
 Melibatkan keluarga dalam untuk berusaha untuk miring kanan dan kiri
membantu pasien dalam dengan bantuan suami
meningkatkan pergerakan (Suami) O:
 Menjelaskan tujuan dan prosedur  ADL pasien dibantu perawat,
mobilisasi maupun suami pasien dalam hal
 Mengajarkan mobilisasi sederhana makan, mandi dan bergerak, Skala
yang harus dilakukan (mulai dari mika nyeri 2, pasien tampak lemah
miki, setengah duduk sampai  Pasien sudah mulai berani
duduk,berdiri dan berjalan) melakukan pergerakan dimulai dari
peregangan kaki hingga miring
kanan dan miring kiri
A: Masalah Gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
(pengaturan suhu ruangan,
pencahayaan,dan kebisingan)
4. Motivasi untuk mobilisasi bertahap
Perawat

Slamet

Rabu, 26 Januari 2022 4. Menyusui tidak efektif  Mengidentifikasi keadaan emosional Rabu, 26 Januari 2022 jam 18.30 WIB
jam 18.30 WIB berhubungan dengan ibu saat akan dilakukan konseling
S:
ketidakadekuatan menyusui
 Pasien mengatakan ASI keluar hanya
suplai ASI  Mengidentifikasi keinginan dan tujuan
sedikit
menyusui
O:
 Mengidenttifikasi permasalahan yang
 Payudara teraba keras, tampak ASI
ibu alami selama proses menyusui
yang keluar sedikit, payudara saat
 Menggunakan teknik mendengarkan
ditekan ASI hanya menetes tidak
aktif (dengarkan permasalahan ibu)
 Memberikan pujian terhadap perilaku memancar
ibu yang benar A: Masalah menyusui tidak efektif teratasi
 Mengajarkan teknik menyusui yang sebagian
tepat sesuai kebutuhan ibu , inisiasi P : Intervensi dilanjutkan
menyusui dini 1. Berikan pujian terhadap perilaku ibu
yang benar
2. Motivasi untuk sering menyusui
bayinya
3. Anjurkan kompres hangat pada
payudara

Perawat

Sofia
VI. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien/No RM : Ny. S/0014XXX Bangsal : Abimanyu

HARI/TANGGAL/ DX.KEP JAM PELAKSANAAN EVAUASI SOAP


SHIF
Kamis, 27 Januari 1. Nyeri akut 09.00  Mengidentifikasi lokasi, Kamis, 27 Januari 2022
2022 berhubungan karakteristik, durasi, frekuensi, Pukul : 14.15
Pagi dengan agen kualitas, intensitas nyeri S:
pencedera fisik  Mengidentifikasi skala nyeri  Pasien mengatakan nyeri pada luka
 Memberikan teknik operasi berkurang, pasien berusaha
nonfarmakologis untuk untuk melakukan pergerakan,
mengurangi rasa nyeri (Teknik pasien mengatakan mampu
Relaksasi napas dalam) mengurangi nyeri dengan
 Memfasilitasi istirahat dan tidur melakukan teknik relaksasi napas
(pengaturan suhu ruangan, dalam saat area luka operasi terasa
pencahayaan,dan kebisingan) nyeri
 Mengajarkan teknik O :
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri  Pasien tampak sesekali meringis,
pasien sudah mulai berani
melakukan pergerakan, pasien
sudah bisa duduk, namun pusing
saat mencoba untuk berdiri
 Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,3 C
SpO2 : 98%
A : Masalah Nyeri akut teratasi
Kriteria A T C
Keluhan nyeri menurun 5 2 2
Meringis menurun 3 4 5
Frekuensi nadi membaik 3 5 5

P : Intervensi dipertahankan
Perawat

Slamet
Kamis, 27 Januari 2. Risiko infeksi 09.15  Memonitor tanda dan gejala infeksi Kamis, 27 Januari 2022
2022 berhubungan local dan sistemik Pukul : 14.20
Pagi dengan kerusakan  Membatasi jumlah pengunjung S:
integritas kulit  Mencuci tangan sebelum dan  Pasien mengatakan nyeri pada luka
sesudah kontak dengan pasien dan operasi berkurang, Pasien mampu
lingkungan pasien menyebutkan ciri luka yang tidak
 Mempertahankan teknik aseptic sehat karena infeksi seperti luka tak
pada pasien beresiko tinggi kunjung sembuh, terdapat pus, terasa

 Menjelaskan tanda dan gejala panas, dan terjadi pembengkakan.

infeksi pada pasien dan keluarga  Keluarga pasien mampu

 Mengajarkan cara mencuci tangan menyebutkan contoh lauk pauk yang

dengan benar tinggi kalori dan protein seperti ikan,

 Menganjurkan pasien untuk telur, daging ayam tanpa kulit, tahu,


meningkatkan asupan nutrisi tempe, kacang, dan susu rendah
 Menganjurkan pasien lemak.
meningkatkan asupan cairan O:
 Memonitor tanda-tanda vital  Terdapat luka post-op SC ± 10 cm
 Memonitor respon fisiologis dibagian bawah abdomen yang

 Skala nyeri 2 tertutup perban, Balutan luka bersih

 Kontraksi uterus baik dan kering

 Lokhea rubra  Sudah dilakukan perawatan luka


dang anti verban tidak tampak tanda-
 Memonitor kondisi luka dan
tanda infeksi di area luka operasi,
balutan
luka baik dan bersih
 Motivasi mobilisasi dini 6 jam
A : Masalah Risiko Infeksi Teratasi
 Menganjurkan ibu mengkonsumsi
Kriteria A T C
nutrisi TKTP
Nyeri menurun 5 2 2
Kemerahan menurun 4 5 5

P : Intervensi dipertahankan
Perawat

Slamet
Kamis, 27 Januari Gangguan 10.00  Mengidentifikasi adanya nyeri atau Kamis, 27 Januari 2022
2022 mobilitas fisik keluhan fisik lainnya Pukul : 13.50
Pagi berhubungan  Memonitor kondisi umum selama S :
dengan nyeri melakukan mobilisasi  Pasien mengatakan nyeri pada luka
 Memfasilitasi melakukan operasi berkurang, pasien mampu
pergerakan menyebutkan tujuan mengapa ia
 Melibatkan keluarga dalam untuk disarankan memaksimalkan
membantu pasien dalam kemampuan untuk mobilisasi
meningkatkan pergerakan (Suami) misalnya belajar duduk hingga
Mengajarkan mobilisasi sederhana berdiri dengan pegangan di tempat
yang harus dilakukan (mulai dari tidur atau dengan bantuan suami,
mika miki, setengah duduk sampai untuk memaksimalkan kemampuan
duduk,berdiri dan berjalan) diri dan menambah semangat hidup
 Tingkat kemandirian pasien
bergantung pada bantuan keluarga
terutama untuk mobilisasi dan
mandi, dan memakai baju dapat
dilakukan secara mandiri oleh
pasien.
O:
 Pasien mampu bergeser posisi di
atas tempat tidur dengan
bertumpuan pada kedua tangannya,
pasien mampu duduk sampai
berdiri, mobilisasi pasien dengan
bantuan keluarga (suami)
A: Masalah Gangguan mobilitas fisik
teratasi
Kriteria A T C
Pergerakan ektremitas 3 5 5
meningkat
Nyeri menurun 3 5 5
Gerakan terbatas 3 5 5
menurun

P : Intervensi dipertahankan
Perawat

Slamet
Kamis, 27 Januari Menyusui tidak efektif 10.20  Mengidentifikasi keinginan dan Senin, 20-09-2021
2022 berhubungan tujuan menyusui Pukul : 14.00
Pagi Ketidakadekuatan  Mengidenttifikasi permasalahan S :
suplai ASI yang ibu alami selama proses  Pasien mengatakan ASI sudah keluar
menyusui O:
 Menggunakan teknik  Payudara teraba lembek, ASI
mendengarkan aktif (dengarkan tampak keluar saat payudara di
permasalahan ibu) tekan, ASI keluar saat disusui
 Memberikan pujian terhadap bayinya.
perilaku ibu yang benar A: Masalah menyusi tidak efektif teratasi
 Mengajarkan teknik menyusui Kriteria A T C
yang tepat sesuai kebutuhan ibu Tetesan pancaran ASI 3 5 5
(Memerah ASI) meningkat
 Menganjurkan pasien untuk Suplai ASI adekuat 3 5 5
kompres hangat pada payudara meningkat
Kepercayaan diri ibu 4 5 5
meningkat

P : Intervensi dipertahankan

Perawat

Sofia
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Siti Rofi’ah.dkk (2016) ,


didapatkan hasil bahwa pijat oksitosin lebih signifikan dalam pengeluaran
kolostrum pada pasien post SC dibandingkan dengan mobilisasi dini. Pada
asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny S tidak dilakukan pijat oksitosin
karena sudah diterapkan mobilisasi dini dan inisiasi menyusui dini sehingga
kolostrum sudah keluar.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan empat diagnosa yang ditegakkan asuhan keperawatan dapat


diperoleh perkembangan berdasarkan hasil evaluasi, maka dari itu dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan
adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya.

Pada Diagnosa Pertama Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik,
masalah Nyeri Akut tertasi dengan kriteria hasil terkaji, pasien mengatakan nyeri
pada area operasi berkurang skala 2 (1-10), mobilisasi baik dari duduk sampai
berjalan, pasien mampu meredakan nyeri dengan teknik relaksasi napas dalam
yang diajarkan.

Pada Diagnosa Kedua Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas


kulit/jaringan, masalah teratasi dengan kriteria hasil terkaji, Pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi berkurang, Pasien mampu menyebutkan ciri luka yang
tidak sehat karena infeksi, luka tertutup perban, Balutan luka bersih dan kering,
tidak ada tanda-tanda infeksi di area luka operasi.

Untuk Diagnosa ketiga Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


masalah teratasi dengan kriteria hasil terkaji, nyeri pada luka operasi berkurang,
pasien mampu menyebutkan tujuan mengapa ia disarankan memaksimalkan
kemampuan untuk mobilisasi, Pasien mampu bergeser posisi di atas tempat tidur
dengan bertumpuan pada kedua tangannya, pasien mampu duduk sampai berdiri,
mobilisasi pasien dengan bantuan keluarga (suami)

Diagnosa ke empat Menyusui tidak efektif berhubungan dengan


Ketidakadekuatan suplai ASI Payudara teraba lembek, ASI tampak keluar saat
payudara di tekan, ASI menetes saat diperah.
DAFTAR PUSTAKA

Asih & Risneni. (2016). Faktor – faktor yang berhubungan dengan persalinan
Sectio Caesarea di RSUD Dr. H Abdul Meoloek Provinsi Lampung.
Poltekkes : Lampung.
Astuti dan Kurniawati. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin dan Memerah ASI
terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea, Jurnal
Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan Indonesia, Vol 2 No 1 hal 1-7,
diakses pada tanggal 15 Januari 2018.
Fhadilla Erin Sagita. 2019. “Asuhan Keperawatan Ib
u Post Partum Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruangan Rawat Inap
Kebidanan Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi.” 1(1): 1–13.
Gravett, C. et al., 2016. Non-reassuring fetal status: Case definition & guidelines
for data collection, analysis, and presentation of immunization safety data.
Elsevier Sponsored Documents, Volume 34, pp. 1-3.
Hartati dan Maryunani (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Sectio
Caesarea (Pendekatan Teori Model Selfcare dan Comfort). Jakarta: TIM
Indiarty. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Ny Dengan Post Sectio Caesarae
Atas Indikasi Placenta Previa di Ruang Bougenvile RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Riset Kesehatan Dasar,
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Kemenkes RI. (2019). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Kusumaningrum, Ratih. (2017). Asuhan Keperawatan Penerapan Terapi Murotal
AlQur’an Untuk Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea Di Rsud Kebumen. Karya Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan.
Gombong : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
Manuaba, I., Manuaba, C., Manuaba, F. & Ayu, C., 2019. Kegawat Daruratan
Pada Neonatus. In: N. Z. Astuti, D. L. Purba, S. Handayani & R.
Damayanti, eds. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. 1 ed.
Jakarta: EGC, pp. 841-843.
Muctar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Muhammad. (2016). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan


Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi
Surakarta Tahun 2014. Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nursalam (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakata : Nuha Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan pengembangan
Kesehatan.
Ramandanty, P. Freytisia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi
Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rsud A.W Sjahranie Samarinda. Karya
Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Kalimantan Timur : Politeknik
Kesehatan Kalimantan Timur.
Solehati, T & Kosasih CE. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama
Solikhah, U. 2019. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan dan
Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
https://www.neliti.com/publications/170352/pengaruh-pijat-oksitosin-dan-
mobilisasi-dini-terhadap-pengeluaran-kolostrum-ibu

WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.
Williams, J. W., 2014. Intrapartum Assessment. In: G. Cunningham, K. Leveno,
S. Bloom & Catherine, eds. William Obstetric. 24 ed. United States:
McGrawHill Education, pp. 141, 491-497.
World Health Organization (WHO). (2015). The Global Numbers and Costs of
Additinally Needed and Unnecessary Caesarean Sections Performed per
Year : Overuse as a Barrier to Universal Covereage. Health Systems
Financing. WHO.

Anda mungkin juga menyukai