Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny.M G2 P2002 Ab000 DENGAN POST CAESAR + IUD


DI BRAWIJAYA PADA RSUD KANJURUHAN KABUPATEN
MALANG TANGGAL 09 JANUARI 2022

Departemen Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Reyan Agil Wijaya

202210461011037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Ny.M G2 P2002 Ab000 DENGAN POST CAESAR + IUD DI BRAWIJAYA
PADA RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG TANGGAL 09
JANUARI 2022

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh:

Nama : Reyan Agil Wijaya


NIM : 202210461011037
Kelompok : 15
Periode Praktik : 09-14 Januari 2023
Ruangan : BRAWJAYA

Telah Disetujui
Pada Tanggal: Januari 2023

Mahasiswa,

(Reyan Agil Wijaya)


NIM. 202210461011037

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Henny Dwi Susanti. S. Kep., M. (Bd. Awaliyah)


Kep., Sp. Kep.Mat)

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I 4
LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................................4
1.3. Konsep Dasar IUD post plasenta...................................................................23
1.3.2. Cara kerja IUD post plasenta........................................................................23
1.3.4. Keuntungan IUD............................................................................................23
1.3.5. Kerugian IUD Post plasenta..........................................................................24
1.3.5. Efek samping dan penanganannya...............................................................24
BAB II 28
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................28
LEMBAR PENGKAJIAN PADA IBU.........................................................................29
ANALISA DATA PASIEN Ny.M.................................................................................36
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas............................................................36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.M..................................................37

3
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Sectio Caesarea (SC)


1.1.1 Definisi Sectio Caesarea (SC)
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan.
Sehingga janin di lahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo,
2018).Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaanutuh serta berat janin di atas
500 gram (Fhadilla Erin Sagita, 2019).
1.1.2 Etiologi SC (Sectio Caesarea)
Menurut (Fhadilla Erin Sagita, 2019) indikasi ibu dilakukan sectio
caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini. Sedangkanindikasi dari janinadalah fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-
tulang panggulmerupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara normal. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran- ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

4
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir,
tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan letak janin
- Kelainan pada letak kepala.
- Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala,
pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
- Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
- Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dandefleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.

5
- Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya
akanberubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
- Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi
kaki.
1.1.3 Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)
Menurut (Agustyani, 2020), klasifikasi sectio caesarea adalah
sebagai berikut :
1. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di
segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan
teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio Caesarea Korporal / Klasik
Pada sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada
korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya
di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen uterus.
3. Sectio Caesarea Ekstra Peritoneal
Sectio caesarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak

6
lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio Caesarea Hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri.
b. Plasenta accrete.
c. Myoma uteri.
d. Infeksi intra uteri berat.

7
1.1.4 Pathway Sectio Caesarea (SC)

8
1.2 Konsep Nifas
1.2.1 Definisi Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Kebidanan
et al., 2021).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal (Fabiana Meijon Fadul, 2019a).
1.2.2 Etiologi Nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsurangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut
involus.
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi implantasi
plasenta. plasenta. Otot rahim terdiri terdiri dari tiga lapis otot
membentuk membentuk anyaman anyaman sehingga pembuluh darah
dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan
post partum (Rr. Catur Leny Wulandari, S.SiT., M.Keb., Bd. Linda
Risyanti, M.Keb., Maharani, S.ST., 2021).
1.2.3 Tanda dan Gejala Nifas
Menurut (Tonasih, SST,M.Kes. Vianty Mutya Sari, SST, 2019) tanda
dan gejala nifas antara lain yaitu :
1. Adanya perubahan fisik
a) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1
minggu kemudian beratnya beratnya sekitar 500 sekitar 500
gram, dan pada akhir minggu akhir minggu kedua menjadi 3
menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi
100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang berkurang banyak

15
hanya saja ukuran selnya yang berubah.Setelah berubah.Setelah
persalinan persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak
pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran,
ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau
sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
b) Serviks (leher Rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3
hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu.
Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan
akan kembali normal dalam 3-4 bulan.
c) Vaginsa
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan
kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
d) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio
pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot
- otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang,
kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi
keputihan.

e) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan
kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk
menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.
f) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga
hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan
menghilang secara perlahan-lahan.
2. Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta plasenta akan menjadi menjadi
nekrotik. nekrotik. Desidua Desidua yang mati akan keluar
bersama-sama bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara

16
darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian
semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6
minggu.
a) Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama
post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang
mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan
plasenta serta serabut desidua dan chorion.
b) Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah,
banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai
hari kesembilan.
c) Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang
mati. Timbulnya setelah hari kesembilan.
1.2.4 Periode Nifas
Menurut (Umi Daimah, S.SiT., M.Kes, Meilina Estiani, SKM.,
2022) nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Peurperium Dini ( Early postpartum postpartum) yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan pada 24
jam pertama postpartum.
2. Peurperium Intermedial ( Immediate postpartum) yaitu kepulihan
menyeluruh alatalat genetalia yang lamanya 6 - 8 minggu.
3. Remote peurperium ( Late Postpartum Postpartum) adalah masa
pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam postpartum
dimana waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan
bertahun - tahun).
1.2.5 Patofisiologi Nifas

17
Menurt (Yesi Putri, SST., 2022) pada masa nifas perubahan-perubahan
yang terjadi antara lain yaitu :
1. Sistem Reproduksi Uterus
Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan bobot atau beratnya hanya 60
gram.
a) Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari covum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Lokia merupakan ekskresi cairan
rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi bassa/alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai
bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami
perubahan karena proses involusi.
b) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, astium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.
c) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perenggangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,
dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
d) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium perenium
sudah mendapatkan mendapatkan kembali kembali sebagaian

18
sebagaian besar tonusnya tonusnya sekalipun sekalipun tetap
lebih kendur pada keadaan sebelum melahirkan.

e) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan
pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu
yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi
si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman,
tentram, hangat akan kasih sayang ibunya.
1.2.6 Pemeriksaan Penunjang Nifas
Menurut (Yunida Turisna Octavia Simanjuntak, 2021) pemeriksaan
penunjang antara lain yaitu :
1. Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
2. Elektrolit sesuai indikasi.
1.2.7 Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif
untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum antara lain yaitu :
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. persalinan. Kemudian
Kemudian boleh miring kekanan kekanan kekiri untuk mencegah
mencegah terjadinya terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada
hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan- jalan dan hari
keempat keempat atau kelima sudah diperbolehkan diperbolehkan
pulang. pulang. Mobilisasi Mobilisasi diatas memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka -
luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan
pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat

19
involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal
dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism

2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama
sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih
terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu
pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain a dilakukan
antara lain adalah kesadaran dalah kesadaran penderita, keluhan
yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi :
a) Fisik : tekanan tekanan darah, nadi dan suhu.
b) Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi kontraksi uterus.
uterus.
c) Payudara Payudara : puting susu, pembengkakan,
pembengkakan, pengeluaran pengeluaran ASI.
d) Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, sanginolenta,
lochia serosa, serosa, lochia alba
e) Luka jahitan episiotomi Luka jahitan episiotomi : Apakah baik :
Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda atau terbuka,
apakah ada tanda-tanda infeksi. infeksi.
5. Informasi kesehatan diberikan saat pulang antara lain yaitu :
a) Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh
pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan
harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein,
cairan, sayuran dan buah-buahan.

20
b) Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga
payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian
dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c) Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah
vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah
buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara
perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap
kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok
memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d) Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam
8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
e) Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum.
Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat
diberikan obat laksans per oral atau perektal.
f) Perawatan Payudara

21
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau
menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya
karena dapat membantu proses involusi serta involusi serta
colostrum colostrum mengandung zat antibody yang
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebala berguna
untuk kekebalan tubuh bayi.
g) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian individu.
Sebagian besar kembalinya besar kembalinya menstruasi
menstruasi setelah 4-6 setelah 4-6 bulan.
h) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat
untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan (Syuhrotut Taufiqoh, 2022).

1.2.8 Pathway Nifas

22
.

1.3. Konsep Dasar IUD post plasenta


1.3.1.Definisi IUD post plasenta
IUD post plasenta merupakan IUD yang dipasang dalam waktu 10
menit pertama setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam atau
persalinan dengan SC (BKKBN, 2014).

1.3.2.Cara kerja IUD post plasenta


IUD post plasenta bekerja secara efektif segera setelah pemasangan
selesai, IUD post plasenta bekerja dengan menghambat perjalanan sperma
menuju ke tuba falopii, mencegah sperma dan sel telur yang sudah matang
bertemu, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri dan
mencegah terjadinya implantasi telur dalam uterus (Saifuddin, 2010).

1.3.3. Waktu pemasangan IUD post plasenta

23
Penggunaan IUD post plasenta dilakukan pada 10 menit pertama
setelah plasenta dilahirkan pada persalinan pervaginam atau persalinan
dengan SC. Keadaan serviks pada saat itu masih berdilatasi sehingga
memudahkan untuk melakukan pemasangan IUD dan mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh ibu (Sofian, 2012)

1.3.4.Keuntungan IUD
IUD post plasenta memiliki beberapa keuntungan (Saifuddin, 2010),
diantaranya yaitu :
a. Risiko terjadinya infeksi rendah, yaitu dari 0,1-1,1 %
b. Kesuburan dapat segera kembali segera setelah pelepasan
c. Efektif dan tidak memberikan efek samping terhadap produksi ASI
d. Kejadian perforasi rendah, yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari
jumlah populasi 1150-3800 wanita
e. Aman untuk wanita yang menderita HIV
f. Kasus perdarahan menurun jika dibandingkan dengan IUD yang
dipasang di waktu menstruasi
g. Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
h. Langsung bisa didapatkan oleh ibu yang melahirkan di tempat
pelayanan kesehatan.

1.3.5.Kerugian IUD Post plasenta


Berikut ini beberapa kerugian yang diperoleh dari pemasangan IUD
post plasenta (Saifuddin, 2010), antara lain :
1. IUD dapat keluar secara spontan dari uterus, hal ini biasanya terjadi
pada pemakaian di bulan pertama
2. Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga
kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya. Pemasangan
dengan waktu yang tepat, yaitu 10 menit setelah plasenta lahir dan
ditunjang dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang sudah terlatih
(dokter atau bidan) dan teknik pemasangannya yang tepat, yaitu sampai
ke bagian puncak rahim juga akan menurunkan angka kegagalan
pemasangan.

24
1.3.5. Efek samping dan penanganannya
a. Amenorea
Lakukan pemeriksaan apakah ibu sedang hamil atau tidak, apabila tidak,
jangan lepaskan AKDR, berikan konseling dan cari tahu penyebab
terjadinya amenorea. Apabila ibu sedang dalam keadaan hamil, maka
jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila kehamilan kurang
dari 13 minggu dan benang AKDR masih terlihat, namun apabila
benang tidak terlihat, atau kehamilan sudah lebih dari 13 minggu maka
jangan lepaskan AKDR (Saifuddin, 2010).
b. Kejang
Lakukan pemeriksaan adanya Penyakit Radang Panggul (PRP) dan
penyebab lain yang dapat menimbulkan kejang, jika ada kemudian
tangani kejang sesuai dengan penyebab timbulnya kejang, jika penyebab
tersebut tidak ditemukan, berikan analgesik yang bertujuan untuk
meringankan kejang, jika pasien mengalami kejang berat, maka lepaskan
AKDR lalu bantu pasien untuk menentukan metode kontrasepsi lain
yang dapat digunakan (Saifuddin, 2010).
c. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/cairan yang dicurigai PRP
Lakukan pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS), kemudian
lepaskan AKDR apabila pada pasien dicurigai menderita gonorhoe atau
infeksi klamidia, dan lakukan pengobatan yang memadai. Obati dan
lepaskan AKDR sesudah 48 jam apabila pasien mengalami PRP, jika
AKDR pasien sudah dikeluarkan, berikan saran penggunaan metode lain
hingga masalah teratasi (Saifuddin, 2010).
d. Benang yang hilang
Terlebih dahulu pastikan apakah pasien dalam keadaan hamil atau tidak
dan apakah AKDR terlepas. Berikan kondom apabila pasien sedang
tidak hamil dan AKDR tidak lepas. Periksa benang AKDR dalam
saluran endoserviks dan kavum uteri setelah haid berikutnya. Segera
rujuk pasien ke dokter dan lakukan pemeriksaan X-ray atau pemeriksaan
ultrasound apabila benang AKDR tidak ditemukan. Apabila tidak hamil
dan AKDR tidak ditemukan, pasang AKDR baru, lalu bantu pasien

25
menentukan metode kontrasepsi lainnya (Saifuddin, 2010).
e. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Terlebih dahulu pastikan apakah terdapat infeksi pelvic dan kehamilan
ektopik. Apabila tidak terdapat kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan serta perdarahan hebat, maka lakukan konseling dan
pemantauan. Untuk mengatasi perdarahan berikan ibuprofen (800 mg,
3x sehari selama seminggu) dan beri tablet zat besi (1 tablet setiap hari
selama 1-3 bulan). Apabila pasien telah menggunakan AKDR lebih dari
3 bulan dan diketahui menderita anemia (Hb < 7g%) sarankan pasien
untuk melepas AKDR dan bantu pasien untuk memilih kontrasepsi lain
yang sesuai. Apabila pasien menghendaki, maka AKDR mungkin
dilepaskan (Saifuddin, 2010).
1.3.1. Efektivitas IUD plasenta
Penggunaan IUD post plasenta diakui menyebabkan ekspulsi lebih
tinggi yaitu 6-10%, untuk mengurangi terjadinya ekspulsi maka
kemampuan penolong meletakkan di fundus sangat berperan besar, selain
itu telah dibuktikan juga bahwa penggunaannya tidak menambah resiko
infeksi, perforasi maupun perdarahan (Affandi, 2011).

1.3.7.Indikasi pemasangan IUD post plasenta


Pemasangan IUD post plasenta dilakukan pada wanita yang memiliki
usia reproduktif, keadaan nulipara, ibu menyusui yang ingin menggunakan
alat kontrasepsi, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang,
setelah ibu melahirkan dan tidak menyusui, tidak menghendaki
penggunaan metode hormonal, setelah abortus dan tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi, risiko rendah dari IMS (Saifuddin, 2010).
1.3.8. Kontra Kontraindikasi pemasangan IUD post plasenta
Kontraindikasi dari pemasangan IUD post plasenta yaitu tidak
diperbolehkan dipasang pada pasien dengan riwayat ketuban pecah lama,
perdarahan post partum, infeksi intrapartum (Affandi, 2011). Pemasangan
juga tidak diperbolehkan pada pasien dengan ruptur uteri, ruptur
membrane yang lama (lebih dari 24 jam), perdarahan antepartum yang
berkelanjutan setelah bayi lahir, gejala PRP atau demam, gangguan

26
pembekuan darah, misalnya Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) yang disebabkan oleh pre eklampsia atau eklampsia, penyakit
trofoblas dalam kehamilan (jinak atau ganas), perdarahan pervaginam
yang belum diketahui penyebabnya, adanya dugaan kanker uterus (TBC
pelvic) dan AIDS tanpa terapi antiretroviral, abnormal uterus (Saifuddin,
2010).
1.3.9.Teknik pemasangan IUD post plasenta
IUD post plasenta dipasang 10 menit setelah plasenta dilahirkan,
pemasangan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan ringed
forceps, penggunaan inserter IUD interval tidak bisa dianjurkan pada
pemasangan IUD post plasenta, karena uterus yang masih lunak sehingga
memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan ringed forceps atau secara manual, selain itu juga karena
ukuran inserter yang pendek, sehingga tidak bisa mencapai fundus
(Saifuddin, 2010).
Berikut ini teknik pemasangan yang dilakukan secara manual pada IUD
post plasenta (Saifuddin, 2010):
a. Gunakan sarung tangan panjang (hingga menutupi siku lengan) yang
steril dengan baju kedap air steril.
b. Pegang IUD dengan menggenggam lengan vertikal antara jari telunjuk
dan jari tengah tangan yang dominan.
c. Visualisasikan serviks dengan bantuan spekulum vagina dan jepit
serviks dengan forsep cincin.
d. Keluarkan spekulum secara perlahan , dengan arah agak tegak lurus
terhadap punggung ibu, masukkan tangan yang memegang IUD ke
dalam vagina dan masuk ke uterus melalui serviks.
e. Lepaskan forsep yang menjepit serviks dan tempatkan tangan yang
tidak dominan pada abdomen untuk menahan uterus dengan mantap.
Stabilisasi uterus dengan penekanan memegang IUD, hal ini bertujuan
untuk membantu pemasang mengetahui ke arah mana tangan yang
memegang IUD diarahkan serta memastikan tangan telah mencapai
fundus.

27
f. Putar tangan yang memegang IUD sebesar 45C setelah mencapai
fundus ke arah kanan untuk menempatkan IUD secara horizontal pada
fundus, merapat ke dinding lateral uterus, lalu keluarkan tangan secara
perlahan
g. Jangan sampai IUD tergeser ketika mengeluarkan tangan.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

28
29
LEMBAR PENGKAJIAN PADA IBU

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

Nama Mahasiswa : Reyan Agil Wijaya NIM : 202210461011037


Tgl Praktek : 9-14 Januari 2023 Tgl Pengkajian: 10 Januari 2023
Ruang Praktek : Brawijaya Rumah Sakit: RSUD Kanjuruhan

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.S
b. No. Rekam Medis : 547254
c. Tanggal Lahir : 09/03/1999
d. Usia : 23 tahun
e. Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
f. Pekerjaan : IRT
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa/indonesia
i. Alamat : Pagelaran
j. No. Telp : 0858567xxxxx

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)


a. Nama : Tn. A
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 26 tahun
d. Pendidikan Terakhir : SMP
e. Pekerjaan : Petani
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa/indonesia
h. Alamat : Pagelaran
i. No. Telp : 0858567xxxxx

III. KELUHAN UTAMA :


Pasien mengatakan ASI keluar tidak lancar

IV. RIWAYAT PERKAWINAN :


Status Menikah : ( √ ) Ya ( ) Tidak ( ) janda
Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 19 tahun
Lama Pernikahan : 4 tahun
Lain-lain, sebutkan : -

30
V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : pasien pernah KB
Metode yang pernah dipakai : kb alami (jamu, kalender, koitus,
interuptus dll)
1. Suntik 3 bulan lama: 3 bulan
2. oral 1 Tahun lama : 1 tahun
b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : … lama : …
(Bln/Thn)
c. Keluhan KB : ( ) Ada, sebutkan … ( ) tidak ada

VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :


HPHT : 30 Maret 2022
No Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Lahir Hidup/
Partus Partus Hami Persalinan Persalinan Mati
l
1. 2020 RSUD - Post op SC Dokter - 3000gram hidup
2. 05/01/2023 RSUD - Post op SC Dokter - 2,400gram hidup
3. - - - - - - - -
4. - - - - - - - -
5. - - - - - - - -
6. - - - - - - - -
7. - - - - - - - -

Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama: 2 tahun

VII. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Tidak ada
VIII. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN,PERSALINAN,
NIFAS DAN GENIKOLOGI TERDAHULU :
Tidak Ada
IX. PEMERIKSAAN UMUM :
a. Status Obstetrik : G2 P2001 Ab000
b. Keadaan Umum : cukup
c. Kesadaran : compos mentis
d. Berat Badan : 43 kg
e. Tinggi Badan : 155 cm
f. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 108 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36 ºC
SPO2 : 99%

X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut :(√ ) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya (√ ) tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya (√ ) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada

31
Sebutkan :

b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (√ ) tidak ada
2. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :

c. Mata :
1. Sklera ikterik : ( ) Ya (√ ) tidak
2. Konjuntiva anemis : ( √ ) Ya ( ) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya (√ ) tidak
2. Polip :( ) Ya (√ ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : ( √ ) bersih ( ) kotor
( ) radang
2. Bibir : ( √ ) lembab ( ) kering
( ) sianosis
3. Caries gigi : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan :

f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya (√ ) tidak
ada
2. Sekresi :( ) Ya (√ ) tidak
ada
3. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan : pendengaran pasien normal

g. Leher :
1. Hiperpigmentasi :( ) Ya (√ ) tidak
ada
2. Kelejar tiroid :( ) membesar (√ ) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

h. Ketiak : :

32
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√ ) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

i. Oksigenasi dan ventilasi :


1. Frekuensi pernafasan (RR) : 20 x/menit
2. Irama nafas : ( √ ) reguler ( )irreguler
3. Suara nafas : ( √ ) vesikuler ( ) ronchi
( ) wheezing
4. Suara jantung S1-S2 : ( √ ) normal ( )murmur
( ) galop
5. Capilary refil : ( √ )< 3 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah : 110/80 mmHg
7. frekuensi nadi : 108 x/menit
8. Irama nadi : ( √ ) reguler ( )irreguler
9. Keluhan : ( ) Ya (√ )tidak ada
Sebutkan :

j. Payudara :
1. Puting : ( √ ) eksverted ( ) datar
( ) inverted ( ) lecet
2. Areola hiperpigmentasi : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
3. Pengeluaran ASI : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
4. Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak simetris
5. Teraba : ( ) ada massa ( √ ) hangat
( √ ) tidak ada massa
6. Keluhan : ( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : payudara, puting dan areola
nampak
bersih
k. Abdomen :
Involusio uteri
1. Tinggi fundus uteri : cm kontraksi : ( ) ya ( ) tidak
2. Diastasis rektus Adominin ( ) < 2 jari / 2cm
3. kandung kemi : tidak terkaji
4. Keluhan : ( ) Ya ( ) Tidak
sebutkan : tidak ada

l. Genetalia :
1. Vagina :(√ ) Ya ( ) Tidak
2. Edema :( ) Ya ( √ ) Tidak
3. Memar :( ) Ya ( √ ) Tidak
4. Hematom :( ) Ya ( √ ) Tidak
5. Perineum :( ) Ya ( √ ) Tidak
Tanda REEDA
R: Kemerahan :( ) Ya ( √ ) tidak
E: Bengkak :( ) Ya ( √ ) Tidak

33
E: Echimosis :( ) Ya ( √ ) Tidak
D: Discharge :( ) Ya ( √ ) Tidak
A: Approximate :( ) Ya ( √ ) Tidak
m. Kebersihan : (✓) Ya ( ) tidak
n. Lochea : (✓) Ya ( ) tidak
Jumlah : kurang lebih 20 cc
Jenis/warna : Rubra/merah
Konsistensi : Kental
Bau : Anyir/amis
o. Hemorrhoid :
Derajat : - , Lokasi :-
Berapa lama : - , Nyeri : ( ) Ya ( ) Tidak
Masalah Khusus :-
Keluhan : ( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : -
m. Extremitas :
a. Ektremitas Atas :
Edema :( ) Ya (✓) tidak
Varises :( ) Ya (✓) tidak
b. Ektremitas Bawah :
Edema : ( ) Ya (✓) tidak
Varises : ( ) Ya (✓) tidak
c. Tanda Hoffman : (✓) + ( ) -
Keluhan : ( ) Ya (✓) tidak ada
Sebutkan : -
1. Masalah khusus
1. Eliminasi :
Dirumah : Pasien mengatakan jarang BAK karena minum hanya
sedikit,
frekuensi BAK 3x/hari dan warna kekuningan, BAB
1x/hari konsistensi kadang lembek/keras dan warna
kecoklatan
Di RS : BAK 3x/hari dengan pispot 2x/hari
Belum BAB saat di RS
2. Istirahat dan kenyamanan :
Dirumah : Pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak 3 hari yang lalu,
sering terbangun saat merasa nyeri pada perut bagian
bawah, setiap jam selalu terbangun, frekuensi tidur >6 jam
setiap malam
Di RS : sering terbangun karena ramai, 4-5 jam setiap malam
3. Mobilisasi dan latihan :
Dirumah : Pasien mengatakan sehari-hari bersih-bersih rumah,
pasien
tidak mengikuti senam hamil
Di RS : pasien tidak beraktivitas, hanya di tempat tidur
4. Nutrisi dan cairan :

34
Dirumah : makan 3x/hari
minum (1500ml)
Di RS : makan 3x/hari (makanan diet dari RS dan makanan luar),
minum 500 ml/hari. Infus RL 20 tpm
5. Keadaan Psikologis :
- Pasien kooperatif dalam berkomunikasi dan pasien menjawab
pertanyaan dengan baik dan sesuai.
- Pasien merasa bingung, khawatir dengan kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi
- Muka pasien tampak gelisah, sulit tidur, tremor, muka tampak
pucat dan kontak mata buruk
6. Kemampuan Menyusui : Tidak lancar

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium : 14-12-2022
NO. JENIS HASIL NILAI
PEMERIKSAAN NORMAL
1. Hemoglobin 9,7 g/dl 11.4 – 15.1
2. Hematokrit 28,1% 38 – 42
3. MCV 72,3 fl 80 – 93
4. MCH 25,1 pg 27 – 31
5. MCHC 34,7 g/dl 32 – 36
6. Eritrosit 3,89 juta/cmm 4.0 – 5.0
7. Lekosit 4,740 sel/cmm 4.700 – 11.300
8. Trombosit 195,000 sel/cmm 142.000 –
424.000
9. Eosinofil 2,0 % 0–4
10. Basofil 1,2 % 0–1
11. Neutrofil 88.8 % 51 – 67
12. Limfosit 1,6 % 25 – 33
13. Monosit 6,4 % 2–5
14. PT 8,2 detik 9.4 – 11.3
15. INR 0,76 2.0 – 3.5
16. APTT 22,6 detik 24.6 – 30.6
17. Gula Darah 70 mg/dl <200
Sewaktu
18. HBS Ag Non Reaktif Non Reaktif

35
a. Foto Thorax, USG (lain-lain, sebutkan) : -
XII. TERAPI (Advice Dokter, dll, sebutkan) :
Pengobatan Rumah Sakit

No. Nama Obat Dosis Cara Aturan


Pemberian Pakai

1. ceftriaxsone 500 mg IV 2x1

2. ketorolak 500 mg Oral 3x1

3. Nifedipine 10 mg Oral 3x1

4. Cairan Infus Ringer Laktat 500 ml IV 20 tpm

Pengobatan Pulang

No. Nama Obat Dosis Cara Aturan


Pemberian Pakai

1. Cefadroxil Monohydrate 500 mg Oral 3x1

2. Asam Mefenamat 500 mg Oral 3x1

3. Nifedipine 10 mg Oral 3x1

XIII. Lain-lain : -

Senin, 09 Januari 2023

(Reyan Agil Wijaya)

36
ANALISA DATA PASIEN Ny.M

DATA MASALAH
DIAGNOSA
(Tanda mayor & PENYEBAB KEPERAWATA
KEPERAWATAN
minor) N

Menyusui tidak efektif b.d


Ketidakadekuatan reflex
DS: Ibu mengatakan
oksitosin d.d Ibu
cemas karena asi tidak
mengatakan cemas karena
keluar
asi tidak keluar, ASI tidak
DO : Ketidakadekua Menyusui tidak menetes/memancar, bayi
tan reflex efektif tidak menghisap terus
- ASI tidak oksitosin menerus karena berada
menetes/memancar D.0029
diruang bayi
- Bayi tidak menghisap
terus menerus karena Kategori : fisiologis
berada diruang bayi
Subkategori : nutrisi dan
cairan
- Leukosit 4,740 Prosedur Resiko infeksi DX : Resiko infeksi d.d
- Telah dilakukan invasif prosedur invasif
tindakan Caesar D.0039
Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan/
proteksi

37
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:

1. Menyusui tidak efektif b.d Ketidakadekuatan reflex oksitosin d.d Ibu


mengatakan cemas karena asi tidak keluar, ASI tidak menetes/memancar,
bayi tidak menghisap terus menerus karena berada diruang bayi
2. Resiko infeksi d.d prosedur invasif

38
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.M

N Diagnosa Hari/ Hari/ Tt


LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tgl Tgl d
1 Menyusui tidak Setelah dilakukan Manajemen nyeri Senin, Manajemen nyeri Senin, S: pasien mengatakan
efektif b.d intervensi selama 1X3 Observasi 09 1. Mengidentifikasi 09 sudah bisa menerapkan
Ketidakadekuatan jam diharapkan status 1. Identifikasi Januar kesiapan dan Januar teknik pijat oksitosin
reflex oksitosin d.d kesiapan dan i 2023 kemampuan i 2023
menyusui (L.03029)
Ibu mengatakan kemampuan 15.00 menerima 17.00 O:
cemas karena asi berkurang dengan menerima informasi 1. Tetesan/pancaran
tidak keluar, ASI kriteria hasil: informasi 2. Mendukung ibu ASI cukup
tidak 1. Tetesan/pancaran 2. Identifikasi mengingatkan meningkat (4)
menetes/memancar, ASI meningkat (5) tujuan atau kepercayaan diri 2. Kecemasan maternal
bayi tidak 2. Kecemasan maternal keinginan dalam menyusui
cukup menurun (4)
menghisap terus menurun (5) menyusui 3. Mengajarkan
menerus karena Terapeutik perawatan
berada diruang bayi 1. Sediakan materi payudara A : masalah teratasi
dan media postpartum (mis. sebagian
pendidikan memerah ASI,
kesehatan pijat payudara, P : menghentikan
2. Jadwalkan pijat oksitosin) impementasi
pendidikan dikarenakan pasien
kesehatan sesuai sudah pulang
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
4. Dukung ibu
mengingatkan
kepercayaan diri

39
dalam menyusui
5. Libatkan sistem
pendukung:
suami, keluarga,
tenaga kesehatan
dan masyarakat
Edukasi
1. Berikan
konseling
menyusui
2. Jelaskan manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
3. Ajarkan 4
(empat) posisi
menyusui dan
peletakan (lacth
on) dengan benar
4. Ajarkan
perawatan
payudara
antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas
yang telah
diberikan
minyak kelapa
5. Ajarkan
perawatan

40
payudara
postpartum (mis.
memerah ASI,
pijat payudara,
pijat oksitosin)
2 Resiko infeksi d.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Senin, Pencegahan Infeksi Senin, S : pasien dan keluarga
prosedur invasif intervensi selama 1X3 Observasi 09 09 pasien mengatakan
jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda Januar 1. Memonitor tanda Januar memahami anjuran
infeksi (L.14137) dan gejala i 2023 dan gejala infeksi i 2023
menurun dengan kriteria infeksi lokal dan 15.00 lokal dan sistematik 18.00 O:
hasil: sistematik 2. Membatasi jumlah 1. Kebersihan tangan
1. Kebersihan tangan Terapeutik pengunjung cukup membaik (4)
membaik (5) 1. Batasi jumlah 3. Mencuci tangan 2. Kebersihan badan
2. Kebersihan badan pengunjung sebelum dan cukup membaik (4)
membaik (5) 2. Berikan sesudah kontak
perawatan kulit dengan pasien dan A : masalah teratasi
pada area edema lingkungan pasien sebagian
3. Cuci tangan 4. Menjelaskan tanda
sebelum dan dan gejala infeksi P : menghentikan
sesudah kontak 5. Mengajarkan cara impementasi
dengan pasien mencuci tangan dikarenakan pasien
dan lingkungan dengan benar sudah pulang
pasien 6. Mengajarkan cara
4. Pertahankan memeriksa kondisi
teknik aseptik luka dan luka
pada pasien operasi
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda
dan gejala

41
infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika
batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka dan
luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

42

Anda mungkin juga menyukai