Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA Ny. D DENGAN POST OP SECTIO


CAESARIA DI RUANG KANA RSUD
WONOSARI

Tugas Mandiri
“Stase Keperawatan Maternitas”

Disusun Oleh :
Kinita La Adu Wali
NIM : 24.18.1261

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Maternitas
pada Ny. D dengan Post Op Sectio Caesaria di Ruang Kana RSUD Wonosari”
guna memenuhi tugas Mandiri Stase Keperawatan Maternitas STIKes Surya
Global Yogyakarta 2019

Yogyakarta, Mei 2019

Diajukan Oleh :
Kinita La Adu Wali
NIM : 24.18.1261

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(RR Viantika Kusumasari, S.Kep., Ns., M.Kep) (Yustrianingsih, S.ST)


LAPORAN PENDAHULUAN
POST OP SECTIO CAESARIA

A. Konsep Dasar Sectio Caesaria


1. Pengertian Post Partum
Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah p
lacenta lahir dan berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Siti Saleha,2009).
Post Partum (puerpurium) adalah masa yang dimulai setetelah p
artus selesai dan berakhir kira-kira setelah enam minggu, tetapi seluruh
organ genitalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam waktu
tiga bulan (Winkjosastro,2006).
Post Partum (masa nifas) adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Doengoes,2001).

2. Pengertian Sectio Caesaria


Sectio caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui
pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dila
hirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram (Sarwono, 2009).
Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang
menembus abdomen seorang Ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi)
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Yusmiati, 2007).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.
Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar, 1998).
Dengan demikian perawatan pada Ibu nifas dengan post operasi
sectio caesarea adalah perawatan pada Ibu pada masa setelah
melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi Ibu
kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

3. Etiologi Sectio Caesarea


Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

4. Jenis-Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
a) Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi
memanjang pada corpus uteri. Dilakukan dengan
membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih memanjang
 Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih
tertarik.
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal
karena tidak ada reperitonial yang baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi
rupture uteri spontan.
 Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih
sering terjadi dibandingkan dengan luka SC
profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC
klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
 Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri,
dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC
jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka
dipasang akor sebelum menutup luka Rahim
b) Sectio caesarea profunda (Ismika Profunda) :
dengan insisi pada segmen bawah uterus.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf
pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah.
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang
baik.
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali
untuk menahan isi uterus ke rongga perineum.
 Perdarahan kurang
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan
ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
 Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah
sehingga dapat menyebabkan arteri uteri putus
yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
 Keluhan utama pada kandung kemih post
operatif tinggi.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis.
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)

5. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan
dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadangkadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya
anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu
jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas
yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

6. Pathway
Indikasi Sectio Caesarea
CPD, PEB, KPD, Bayi Kembar, Faktor Hambatan Jalan Lahir,
Kelainan Letak Janin, Kelainan pada letak kepala (Letak kepala
tengadah, Presentasi muka, Presentasi dahi), dan Letak Sungsang

Post Anestesi Sectio Caesare Adaptasi Post Partum

Luka Post Operasi Kurang Informas


Perekamanan Penurunan
Pengetahuan
Medula Kerja PONS
Oblongata
Jaringan Jaringan
Resiko Menyusui
Penurunan Terbuka Terputus
Tidak Efektif
Penurunan Kerja Otot-Otot
Reflek Batuk Eleminasi
Proteksi Merangsang
Kurang Respon Nyeri
Akumulasi Konstipasi
Sekret
Invasi Nyeri
Bakteri
Ketidakefektifan
Nyeri Akut
Bersihan Jalan
Resiko
Nafas
Infeksi

Kurang
Pegetahuan
7. Komplikasi
a. Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan,
dengan adanya antibiotika dan dengan persediaan darah yang
cukup, seksio sesaria sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu.
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang baik dan
tenaga-tenaga kompeten kurang dari 2 per 1000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
untuk melakukan pembedahan dan lamanya persalinan
berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita
dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memikul resiko
yang lebih besar dari pada seorang wanita lain yang mengalami
seksio sesaria elektif karena disproporsi sefalopelvik. Demikian
pula makin lama persalina berlangsung makin meningkat bahaya
infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :
1) Infeksi Puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu
selam beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat
seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi post
operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah ada gejala-
gejala infeksi intra partum, atau adafaktor-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama
khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama seksio sesaria klasik dalam hal ini
lebuh berbahaya dari pada seksio sesaria transperitonealis
profunda.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,
embolisme paru- paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa
ini leih banyak ditemukan sesudah seksiosesaria klasik.
b. Pada Anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan
seksio sesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan
untuk melakukan seksio sesaria. Menurut statistic di Negara-
negara pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian
prenatal pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7 %.

8. Penatalaksanaan
a. Perawatan selama kelahiran sesarea (pre Op)
1) Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur
rambut pubis, memasang kateter untuk mengosongkan
kandung kemih, dan memberi obat preoperative sesuai resep.
Antasida seringkali diberikan untuk mencegah aspirasi
akibat secresi asam lambung kedalam paru- paru klien.
2) Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan
hidrasi dan menyediakan suatu saluran terbuka (openline)
untuk pemberian darah/ obat yang diperlukan.
3) Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis.
4) Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus
bersama wanita tersebut selama mungkin untuk memberikan
dukungan emosional secara berkelanjutan.
5) Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur,
mengkaji persepsi wanita dan pasangan atau suaminya
tentang kelahiran sesarea. Ketika wanita mengungkapkan
perawat dapat mengidentifikasi gangguan potensial konsep
diri selama periode pasca partum.
6) Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat mengajari
wanita tersebut tentang harapan pasca operasi, cara
merdakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan napas dalam.
7) Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi
wanita tersebut diatas meja operasi. Adalah penting untuk
mengatur posisi wanita tersebut sehingga uterus berada pada
posisi lateral untuk menghindari penekanan pada vena cava
inferior yang dapat menurunkan perfusi plasenta.
8) Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat
yang melakukan resusitasi neonatus karena bayi ini dianggap
beresiko sampai ada bukti kondisi fisiologis bayi stabil
setelah lahir.
b. Perawatan pasca partum (post Op)
1) Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan
meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca
operasi dan pasca melahirkan dan derajat nyeri.
2) Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita
tersebut diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi.
3) Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam
sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus dan
jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan dan haluaran.
4) Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi
dan melakukan napas dalam serta melatih gerakan kaki.
Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat diberikan.
5) Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat
didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus
halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri.
6) Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti
mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen dan tehnik relaksasi.
7) Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang
menghasilkan gas dan minuman berkarbonat bisa
mengurangi nyeri yang disebabkan gas.
8) Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum,
perawatan payudara dan perawatan higienis rutin termasuk
mandi siram setelah balutan luka diangkat.
9) Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital,
insisi, fundusuterus, dan lokia. Bunyi napas, bising usus,
tanda homans, eliminasiurine serta defekasi juga dikaji.
10) Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran
dan penjelasan tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa
orang tua akan marah, frustasi atau kecewa karena wanita
tidak dapat melahirkan pervagina. Beberapa wanita
mengungkapkan perasaan seperti harga diri rendah atau citra
diri yang negative. Akan sangat berguna bila ada perawat
yang hadir selama wanita melahirkan, mengunjungi dan
membantu mengisi “kesenjangan” tentang pengalaman
tersebut.
11) Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan
fisik, pembatasan aktifitas, perawatan payudara, aktifitas
seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan tanda-tanda
komplikasi serta perawatan bayi.

9. Tanda-tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah Pemulangan


Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan
kesehatan :
a. Demam lebih dari 38 ºC
b. Nyeri saat buang air kecil
c. Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi normal
d. Luka terbuka
e. Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi
f. Nyeri abdomen yang parah

10. Penatalaksanaan Pasca tindakan (Medis)


a. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
b. Jika masih terdapat perdarahan :
1) Lakukan massage uterus
2) Beri oksitosin 10 unit
3) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV (garam
fisiologik/ringer laktat) 60 tetes permenit, ergometsin 0,2 mg
IM dan prostaglandin
c. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic kombinasi sampai
klien bebas demam selama 48 jam :
1) Ampisilin 2g IV setiap 6 jam
2) Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
3) Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
4) Beri analgesik jika perlu.

11. Pemerisaan Penunjang


a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan
dan presentasi janin
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu :
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga :
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien
dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter
yang sebelumnya telah terpasang.
e. Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas h) Pola sensori
dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum
akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola
kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
i. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
j. Pola keyakinandan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa
nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
2. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :
a. Keadaan umum Keadaan umum biasanya lemah.
b. Tingkat Kesadaran
Apatis.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg
Nadi : Nadi meningkat > 80x/menit.
Suhu : Suhu meningkat >37,5 C.
Respirasi : Respirasi meningkat

3. Pemeriksaan Head To Toe


Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :
a. Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
b. Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.
c. Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar
atau merah pucat, sklera putih atau kuning.
d. Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
e. Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.
f. Lidah : Bersih atau kotor.
g. Bibir : Lembab atau kering.
h. Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid atau tidak.
i. Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan
luka operasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya,
bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
j. Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi
intercosta, pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,
bagaimana irama dan frekuensi pernapasan.
k. Payudara : Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau
tidak, pengeluaran ASI.
l. Genetalia : Ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea dan
bagaimana warnanya.
m. Ekstermitas : Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan).
b. Resiko infeksi berhubungan tindakan infasive, insisi post
pembedahan.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan melahirkan caesarea.
d. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret akibat penurunan reflek batuk.
f. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI.

5. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan).
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam,
diharapkan klien dapat mengontrol nyeri (Pain Control).
Kriteria Hasil :
 Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
 Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, dan tindakan pencegah nyeri.
 Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri (Pain Level) :
 Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.
 Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan
lamanya episode nyeri.
 Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal.
 Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
Manajemen nyeri (Pain Management) :
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : Lokasi,
karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
 Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya:
Nafas dalam, teknik distraksi, atau massage).
 Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang
telah digunakan.
 Tingkatkan istirahat yang cukup.
Pemberian analgetik (Analgetic Administration) :
 Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan
sebelum pengobatan.
 Berikan obat dengan prinsip 6 benar.
 Cek riwayat alergi obat.
b. Resiko infeksi berhubungan tindakan infasive, insisi post
pembedahan.
Tujuan :
Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi, setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam resiko infeksi dapat
diatasi.
Kriteria Hasil :
(Immune Status) :
 Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
 Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
 Nadi normal (70-80x/menit).
 Tekanan darah normal (120/70 mmHg)
Intervensi :
Pengendalian infeksi (Infection Control) :
 Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, keadaan
luka post operasi, kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
 Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya :
usia lanjut, status imun menurun, dan malnutrisi).
 Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi.
 Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan melahirkan caesarea.
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan caesarea. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan klien dapat :
Kriteria Hasil :
Knowledge : disease process :
 Klien mengatakan paham tentang perawatan melahirkan
caesarea.
 Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
 Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat tentang perawatan melahirkan caesarea.
Intervensi :
Teaching : disease process :
 Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi, dan
pentingnya diet nutrisi.
 Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
 Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu,
berubah dari merah ke coklat sampai putih.
 Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai
diizinkan oleh dokter.
 Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual
bila menyusui.
d. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
masalah konstipasi dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
Bowel elimination :
 Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari.
 Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
 Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi.
 Feses lunak dan berbentuk.
Intervensi :
Bowel Training :
 Monitoring tanda dan gejala konstipasi.
 Monitoring bising usus.
 Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi.
 Ajarkan klien untuk konsumsi makanan yang berserat tinggi.
 Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi konstipasi.
e. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret akibat penurunan reflek batuk.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, klien
menunjukkan bersihan jalan nafas efektif dengan status pernafasan
adekuat.
Kriteria Hasil :
Respiratory status (Airway Patency) :
 Klien mudah untuk bernafasan.
 Tidak ada sianosis, tidak ada dispneu.
 Saturasi O2 dalam batas normal.
 Jalan nafas paten.
 Mengeluarkan sekresi secara efektif.
 Klien mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam
rentang normal.
 Klien mempunyai fungsi paru dalam batas normal.
Intervensi :
Airway Management :
 Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
 Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi atau tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan.
 Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suksion sesuai
kebutuhan.
 Atur posisi klien untuk mengurangi dyspneu.
 Monitor status respirasi dan oksigenasi sesuai kebutuhan.
 Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
cairan.
f. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
klien dapat :
Breastfeding Maintenance :
 Kemantapan pemberian ASI : bayi perlengkatan bayi yang
sesuai pada dan proses menghisap dari payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian
ASI.
 Kemantapan pemberian ASI : IBU : kemantapan ibu untuk
membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusu dari
payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu
pertama pemberian ASI.
 Pemeliharaan pemberian ASI : keberlangsungan pemberian
ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi/toddler.
Intervensi :
Breasteding Irrigation :
 Evaluasi pola menghisap/menelan bayi.
 Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui.
 Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi
(misalnya reflex rooting, menghisap dan terjaga).
 Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan menghisap secara
efektif.
 Pantau ketrampilan ibu dalam menempelkan bayi keputing.
 Pantau integritas kulit puting ibu.
 Evaluasi pemahaman tentang sumbatan kelenjar susu dan
mastitis.
 Pantau kemampuan untuk mengurangi kongesti payudara
dengan benar.
 Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G et al. 2016. Nursing Interventions Classifikation (NIC). Yogyakarta :


Mocomedia.
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Suarilah, Ira., Wahyuni, Erna D & Falupi, Ryan R.2013.Guided Imagery And
Music (GIM) Menurunkan Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio caesarea
Berbasis Adaptasi Roy. Program Study Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga.
Suliatik. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partumsectio Caesarea Dengan
Nyeri Akut Di Ruang Melati 1 Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/repo/disk1/30/01-gdl-suliatikni-
1498-1-ktiayon-s.pdf diakses tanggal 26 April 2019
Yuli Aspiani, Reni. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi
NANDA, NIC dan NOC. Jakarta Trans Info Media.

https://docplayer.info/34947733-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-
ibu-dengan-post-op-sectio-caesaria.html diakses tanggal 26 April 2019

http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/566/1/NURKHAYAT%20ISMAIL%20NIM.
%20A01401941.pdf diakses tanggal 26 April 2019

https://www.slideshare.net/menantisenjadihati/laporan-pendahuluan-sc-sectio-
caesaria diakses tanggal 26 April 2019

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/127/jtptunimus-gdl-totokanton-6303-2-
babiip-u.pdf diakses tanggal 26 April 2019

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/516/1/KTI%20ASTRY%20LM%20fix.pdf
diakses tanggal 26 April 2019

Anda mungkin juga menyukai