Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA

DENGAN DIABETES MELITUS

A.Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal ditempat dibawah suatu atap dalam kesadaran saling
ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Saluicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989).

2.  Struktur Keluarga
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
berbagai generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal  : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan  : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri.

3.  Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
a. Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek,
keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi dsb.
b. Keluarga berantai (seriel family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
c. Keluarga duda/janda (single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
d. Keluarga berkomposisi (composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
e. Keluarga kabitas (cohabitation)
Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

4.   Peranan Keluarga
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidikan, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga. Sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengaruh dan pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.Disamping itu juga ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

5.  Fungsi keluarga
a.  Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b.  Fungsi psikologis


1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memerikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga

c.  Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d.  Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e.  Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan keterampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6.  Fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarga


a.   Asih
Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepala anggota
sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya
b.   Asuh
Adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesalahannya selalu
terpelihara, sehingga diharapkan menjadi mereka anak-anak yang sehat, baik fisik,
sosial, mental dan spiritual.
c.   Asah
Adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa
yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
7.  Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan
dalam membentuk rumah tangga.
2) Tahap menjelang kelahiran anak; fungsi keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi
keluarga yang merupakan saat-saat yang dinantikan.
3) Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberi
kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orang tuanya dan kondisinya masih lemah.
4) Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan
sosialnya, tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, agama,
sosial budaya dan sebagainya.
5) Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah mendidik anak,
mengajari anak mempersiapkan masa depannya.
6) Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah yang paling rawan sebab anak akan
mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya.
7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya melepas anak ke masyarakat.
8) Tahap berdua kembali; sebagian anak besar dan menempuh kehidupan keluarga
sendiri-sendiri, tinggallah suami isteri berdua saja.
9) Tahap masa tua; tahap ini masuk ke dan tahap lanjut usia dan kedua orang tua bersiap
diri untuk meninggalkan dunia pelayanan.

8.  Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 yaitu:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya   masing-
masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang luas.
8. Membangun dorongan dan semangat para anggota keluarga.

B. Perawatan Kesehatan Keluarga


a.  Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga menurut Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1978)
adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan
melalui perawatan sebagai sasaran (Nasrul effendi, 1995 : 183).

b.  Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga


Sedang tujuan dari perawatan kesehatan keluarga adalah:
1) Memungkinkan keluarga untuk mengelola masalah kesehatannya dan mempertahankan
fungsi keluarga.
2) Melindungi dalam memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan masyarakat.
c.   Alasan  Utama Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
Adapun alasan mengapa keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan adalah:
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu              (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para
anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang paling efektif dan mudah untuk berbagai upaya
kesehatan masyarakat.

d.  Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
1)  Keluarga yang mempunyai anggota keluarga dalam usia subur dengan masalah sebagai
berikut:
a) Sosial ekonomi rendah.
b) Keluarga kurang mampu menanggulangi masalah kesehatan.

2)  Keluarga  dengan resiko tinggi kebidanan (waktu hamil)


a) Usia < 16 tahun, > 35 tahun.
b) Gizi kurang dan anemia.
c) Primipara dan multipara.
d) Hypertensi.
e) Riwayat persalinan dengan komplikasi.

3)   Keluarga dengan anak resiko tinggi.


a) Lahir prematur dan berat badan < 2500 gram.
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) Ibu < gizi / anemia.
e) ASI kurang.
f) Ibu mempunyai penyakit yang mempengaruhi kehamilannya.

4)   Keluarga yang mempunyai masalah dalam hubungan keluarga.


a) Anak yang tidak dikehendaki.
b) Tidak ada penyesuaian pendapat, perselisihan, ketegangan.
c) Anggota keluarga sakit / mabuk.

5)   Keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita penyakit kronik seperti TBC,
Kusta, Hipertensi, dll.

6)   Keluarga dengan anggota keluarga yang berusia > 60 tahun.


7)  Kelompok khusus.
a) Panti Asuhan.
b) Panti Werda.

e.  Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga


Prinsip-prinsip dalam perawatan kesehatan keluarga, yaitu:
1) Bekerja bersama keluarga.
2) Dimulai sesuai kemampuan keluarga.
3) Menerima dan mengakui struktur keluarga.
4) Menekankan pada kemampuan keluarga.
5) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
6) Sehat merupakan tujuan utama.
7) Asuhan keperawatan sebagai sarana peningkatan kesehatan keluarga.
8) Melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
9) Kegiatan bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
10) Memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin.
11) Sasaran adalah keluarga secara keseluruhan.
12) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
13) Kegiatan utama adalah penyuluhan dan asuhan keperawatan dasar / perawatan di
rumah.
14) Di utamakan keluarga dengan resiko tinggi.

f.  Langkah-Langkah Perawatan Keluarga


Langkah-langkah dalam perawatan kesehatan keluarga:
Mengadakan hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga yaitu memulai kontak,
menyampaikan minat, menyatakan kesediaan, mempertahankan komunikasi untuk :
1) Melaksanakan penjajakan I, yaitu pengumpulan data.
2) Menggolongkan dan menganalisa masalah kesehatan keluarga yaitu ancaman
kesehatan, tidak atau kurang sehat.
3) Melaksanakan penjajakan II yaitu menentukan masalah keperawatan atau diagnosa
keperawatan.
4) Menentukan prioritas masalah dan menentukan masalah yang akan dicapai lebih
dahulu.
5) Membuat perencanaan: menentukan sasaran dan tujuan, menentukan pendekatan dan
tindakan keperawatan, menentukan kriteria dan standar evaluasi.
6) Melaksanakan implementasi atau pelaksanaan rencana keperawatan.
7) Melaksanakan evaluasi.
8) Meninjau kembali masalah keperawatan, yaitu catatan perkembangan.
B.   Konsep Dasar Diabetes Melitus
1.    Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative  (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 : 1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus sebagai suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah
cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup 
(Fauzi, 2014 : 70)
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah
suatu  penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.

2.    Klasifikasi Diabetes Melitus


Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau
diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1
sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini
sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-
anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73).
b. Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit
diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90 %
hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering
diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah
secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).   
c. Diabetes jenis lain
Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),
yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)

3.    Etiologi
a.    Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas untuk
memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin.  Beberapa penyebab
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah
sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :
1)  Keturunan atau genetik
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut
akan beresiko terkena diabetes.
2)    Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya
sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel
yang memproduksi insulin.
3)     Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam
pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin besar
kemungkinan seseorang menderita diabetes.

b.     Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)


Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup.
Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya
hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin
untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa
penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1)     Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes
tipe 2 lebih tinggi.
2)     Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat
memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang
menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga
dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3)     Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh
pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi
energi.
4)     Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi
tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-
habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.

c.     Pada diabetes jenis lain


Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat, hormon atau
hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).

4.    Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat
produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine
(glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis
osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan
kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan
syok.
Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu metabolism
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan
kurangnya sel untuk mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat
meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum
meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan
ketoasidosis. (Nurarif, 2013)

5.  Tanda dan gejala


a.   Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1)  Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas
dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
2)   Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak
dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula
darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan
sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat
berfungsi
3)   Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang
banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada
kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
4)   Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering
dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.

b.  Gejala kronik yang sering timbul adalah :


a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
c. Rasa tebal di kulit
d. Kram
e. Mudah lelah dan marah
f. Mudah ngantuk
g. Mata kabur
h. Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
i. Seksual menurun
j. Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi BB lahir lebih dari 4 kg.

6.   Pemeriksaan Diagnostik
a.  Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah
setelah puasa.
1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan orang
terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam.
1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl (Fauzi, 2014 : 77-
78).

b.    Tes toleransi glukosa (TTG)


Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang
menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.

c.    Tes Glukosa Urine


Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak khas
untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa
Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.
Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+)
mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif +      (1+): sesuai dengan
0,5–1% glukosa
Kuning keruh Positif ++    (2+): sesuai dengan
1–1,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++  (3+): sesuai dengan
2–3,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan
> 3,5 % glukosa

d.   Tes HbA1C atau tes A1C


Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan salah satu pemeriksaan
darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah.  Hasil pemeriksaan A1C
memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini
dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk
melakuakan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani.
Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar
gula darah tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh
karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C.
Bila kadar gula darah tinggi dalam satu  beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi
pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
(sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula
darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-
86).
Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah
HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345

        Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%.
Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1C  ditargetkan kurang
dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya
komplikasi,  demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).

7.   Komplikasi
a.   Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik
Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013 : 87-
106).
1. Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada
perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah
abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan
bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus
selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system
pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50
mg/100ml lebih dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh
iritabilitas progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
2. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisensi insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan
penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi diabetes.
3. Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa
minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi insulin namun
relative defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari
mengalami DM atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang
mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya seperti  infeksi (pneumonia,
sepsis, infeksi gigi).

b.   Komplikasi Kronis
1)   Komplikasi makrovaskuler
a)   Penyakit Arteri Koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah satu
komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2.
Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh control
glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi
insulin, hiperinsulinemia, hiperamilinemia, disliedemia, gangguan system koagulasi dan
hiperhomosisteinimia.
b)    Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun
pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler.  Pasien
yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh serebral atau pembentukan
emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan
terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan
iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.
c)    Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat
dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung mengalami
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien
dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi perifer
dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif
arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren
yang berakibat amputasi pada pasien DM.
2)    Komplikasi mikrovaskuler
a)    Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya retinopati
diabetik.
b)    Nefropati diabetik
Nefropati diabetik  merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga
hingga enam bulan. Penyandang DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda penyakit
renal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita
penyakit renal setelah menderita 10 tahun kemudian.
c)    Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita DM tanpa
penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106-120)

8.    Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan gizi
dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam pengelolaan diabetes
dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi), perencanaan makanan, latihan jasmani
dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang. (Waspadji dan sukardji,  2004 : 5)
a. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes sehingga pasien
dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.
b. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh
darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun pada susunan saraf (neurofati)
sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.
Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa mempertahankan
control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya kadar glukosa dan lemak
darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes adalah sebagai berikut :
1) Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl
Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl
dan HbA1c : 4 -6,5.
2) Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl
Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl
dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.
a.   Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi diabetes
adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan
diabetes yang diberikan pada setiap pasien diabetes. Diasamping kepada pasien diabetes,
edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan
pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak adalah
sebagai berikut :
1) Apakah diabetes itu?
2) Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes dan upaya-upaya
menekannya.
3) Pengelolaan diabetes secara umum.
4) Perencanaan makan dan latihan jasmani
5) Obat-obat hipoglikemik
6) Komplikasi diabetes
7) Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik
8) Pemeliharaan kaki.

b.      Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut (Waspadji dan
sukardji,  2004 : 6) :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal.
2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan
janinnya.
3) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.
Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :
1) Berat badan idaman : (tinggi badan - 100) - 10%
2) Berat badan kurang  : < 90 %BB idaman
3) Berat badan normal  : 90 – 110 % BB idaman
1) Berat badan lebih     : 110- 120 % BB idaman
2) Gemuk             : >120 %
Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT (Indeks 
Masa Tubuh)
IMT  = Berat Badan (kg)
            Tinggi Badan (m) ²
a) IMT  yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25
b) Berat badan lebih bila IMT antara 25-30
c) Obesitas bila IMT lebih dari 30
1)      Menghitung Kebutuhan Kalori
Sebelum menghitung kebutuhan kalori  yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih
dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang.  Yang paling mudah
dengan rumus Brocca :
 

 Berat badan idaman = 90% X (tinggi badan dalam cm – 100 ) X 1 kg

 
(Waspadji dan sukardji,  2004 : 7).
Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan <160 cm atau
              Perempuan < 150 cm, Berlaku rumus :

     Berat badan idaman : (tinggi badan dalam cm – 100 ) X 1 kg


 

Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ringan Sedang Berat
Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik
Memancing Bersepeda Bersepeda
Kerja Lab Bowling Memanjat
Kerja sekertaris Jalan cepat Menari
Mengajar Berkebun Lari

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes :
1.Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan
sejumlah kalori :
a. Berat badan idaman dalam kg X 30 KKal untuk laki-laki
b. Berat badan idaman dalam kg X 25 KKal untuk perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat
table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat.
1)      Kerja ringan            : tambah 10% dari kalori basal
2)      Kerja sedang           : tambah 20 % dari kalori basal
3)      Kerja berat              : tambah 40-100 dari kalori basal
2.Tambahkan kalori sekitar 20-30 % pada keadaan sebagai berikut :
1)      Pasien kurus
2)      Pasien masih tumbuh kembang
3)      Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung pada tingkat kegemukannya.
3. Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada table
itu bahwa seseorang dengan beerat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30
KKal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman.
Dengan cara ini perlu ditambah-tambahkan lagi.
Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb:
·         Pasien kurus                : 2300-2500 Kkal
·         Pasien berat normal     : 1700-2100 Kkal
·         Pasien gemuk              : 1300-1500 Kkal
Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa kerja santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 20-25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
(Waspadji dan sukardji,  2004 : 5-12)
Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama    :…………..
DATA
TB :…..cm  à BB ideal = 90% (TB – 100) kg =…..kg ……………..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB – 100 kg)
BB aktual = ……..kg  à Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = ……….kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg …(b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ……..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b =…………x………                    =………..kalori (c)
Koreksi :
           Umur . 40 thn à -5% x c = -5% x ………    = -……...kalori
           Aktivitas : ringan : + 20% x c= +20% x…... = +……..kalori
                             Sedang : +30% x c= +30% x …. = + …….kalori
         Berat badan : gemuk à -20% x c = -20% x ….= ….kalori
                               
Kurus à +20% x c = +20% x…=…...kalori
                                Total kebutuhan                         =……kalori
                                DIET : DM ……kalori
(Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)

2)      Komponen gizi pada diabetes


Menurut Waspadji dan sukardji, 2004, diantaranya
Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang
berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang
berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih
baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah
Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300   mg / hr untuk membantu
mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum  yang berhubungan dengan
proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita diabetes
Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) dapat
membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis dapat dijumpai
dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut. 

3)      Pemanis pada diabetes


Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylitol,s akarin,
siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa dan fruktosa. Oleh karena
itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari. Yang lain tidak ada atau sangat
sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan
siklamat sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah
terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu
masakan (Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).

c.       Latihan jasmani
Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang
teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang
teratur pada diabetes antara lain adalah
1)      Memperbaiki metabolisme
2)      Meningkatkan kerja insulin
3)      Membantu menurunkan BB
4)      Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5)      Mengurangi penyakit kardioaskule.
Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes meliputi :
1)    Continuous
Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa istirahat
selama 30 menit.
2)    Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis atau
badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.
3)    Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4)    Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga sedang.
5)    Endurence
Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)

d.      Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur; namun
pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik
oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan
gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam bentuk golongan :
1.    Golongan sulfonilurea
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan utama pada
pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang
berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga sulfonilurea yang waktu
kerjanya panjang (klorpropamid, glibenklamid) sebaiknya dihindari.
2.    Golongan biguanid (Metformin)
Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan puncak glikemik sesudah
makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki ambilan glukosa
perifer, juga menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan
pemberiannya pada setiap mulai makan.
3.    Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)
Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi. Efektif untuk
menurunkan absorpsi glukosa.
4.    Insulin
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat badan
menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja utama insulin yaitu
menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik dan terjadi
penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)
C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti
2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
sebagai berikut (Suprajitno, 2004):
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh dari
pengkajian
a.    Berkaitan dengan keluarga
1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga
b.    Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1)   Fisik
2)   Mental
3)   Emosi
4)   Sosio
5)   Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas keluarga
dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini yang
perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan,
meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi
serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota
keluarga.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap upaya
kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk
melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
c.    Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat,
penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara perawatannya)
2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota keluarga
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang
mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik,
dukungan psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan
bantuan kesehatan.
d.    Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan
rumah.
2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan keluarga.
e.    Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat, perlu dikaji tentang:
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang dapat
dijangkau keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan melayani.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas
dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apakah
penyebabnya?

Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga
yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
penyakit Diabetes Mellitus.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes
Melitus.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat
terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan
penyakit Diabetes Mellitus.

2. Menentukan Diagnosa Keperawatan


Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah dengan
menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya,
1978.
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
·       Tidak/kurang sehat 3
·       Ancaman kesehatan 2 1
·       Krisis 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


·       Dengan mudah 2
·       Hanya sebagian 1 2
·       Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk diubah
·       Tinggi 3
·       Cukup 2 1
·       Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
·       Masalah berat harus ditangani 2
·       Masalah yang tidak perlu segera 1 1
ditangani
·       Masalah tidak dirasakan 0

Skoring
1)      Tentukan skor untuk setiap kriteria
2)      Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3)      Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4)      Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi
pada criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a.   Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus  yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes
Melitus.
Sasaran        : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal     dan mengerti
tentang penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan         : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali
kunjungan rumah.
Kriteria         : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar         : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi     : 
1) Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b.      Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit


Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran         : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan          : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria         : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar         : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:   
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus .

c.    Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran         : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan          :  Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit Diabetes Melitus.
Standar         :  Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

d.  Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran         :  Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit DM.
Tujuan          : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar         :  Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
Diabetes Melitus .
Intervensi     : 
1)   Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes
Melitus misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
2)    Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e.       Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan


dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya
segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Sasaran         :  Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.     
Tujuan          :  Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria         :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar         :  Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi     : 
Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan Diabetes Melitus.

4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi


Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus,
yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes
Mellitus
1) Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.
2) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.
3) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.
2) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :
1) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.
2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes
Mellitus, yaitu :
1) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2) Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
3) Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.
1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan Diabetes Mellitus.

5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
adalah:
a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana


Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes
Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2,
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta. 
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MELITUS
(STASE KEPERAWATAN KELUARGA)

Disusun oleh:
MANDA SURYANI
NPM : 17350067

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai