TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang menetap. Pada waktu anda membaca tekanan darah bagian
atas adalah tekanan darah sistolik, sedangkan bagian bawah
adalah tekanan diastolik. Tekanan sistolik (bagian atas) adalah
tekanan puncak yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi dan
memompakan darah melalui arteri. Sedangkan tekanan diastolik
(angka bawah) adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah
dalam arteri. Secara sederhana seseorang disebut hipertensi
apabila tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah yang ideal
adalah 120/80 mmHg (Sunardi, 2000).
1
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar misalnya
120/80 mmhg, angka 120 menunjukkan nilai tekanan darah sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung
berada dalam keadaaan relaksasi diantara dua denyutan. Ini adalah
tekanan minimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin dari hasil
pemeriksaan tekanan darah sebagai tekanan bawah yang niulainya
lebih kecil,misalnya 120/80 mmhg, angka 80 menunjukkan nilai
tekanan darah diastolic.
2.2.2 Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak
diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang
khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien
ini dapat disembuhkan secara potensial (Dosch, 2001 dalam DEPKES,
2006).
2
patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran
bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik
mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi
keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-
mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan
nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah (lihat tabel). Hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer
(sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan
renovaskuler, serta akibat obat.
3
Tabel. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
4
antara faktor-faktor risiko tertentu (Yogiantoro, 2006).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal,
jantung koroner, diabetes, kelainan sistem syaraf pusat. Jumlah
kejadiannya mencapai ± 10% (Sunardi, 2000).
5
2.2.4 Cara Pengukuran Tekanan Darah
Tabel 2 Rekomendasi untuk Tindak Lanjut Tekanan Darah Pengukuran Pertama
Pasien di ukur dalam posisi duduk atau berbaring dengan lengan sejajar
jantung. Rabalah denyut nadi radialis pada sisi ipsilateral dan kembangkan karet
sfigmomanometer secara bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg di atas titik
dimana denyut nadi radialis menghilang. Auskultasi pada arteri brakialis dan
kempiskan karet kurang lebih dua mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi
yang terdengar (korotkoff 1) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik
di mana bunyi pulsasi menghilang (korotkoff 5) yaitu tekanan diastolik.
Ukurlah tekanan darah minimal dua kali dengan jarak dua menit dan pastikan
tidak ada perbedaan antara kedua lengan. Jika terdapat perbedaan, lengan yang
mempunyai angka yang lebih tinggi digunakan sebagai patokan. Semua orang
dewasa harus mengukur tekanan darahnya secara teratur setidaknya setiap lima
tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada pada nilai batas,
pengukuran perlu dilakukan setiap tiga sampai12 bulan (Gray, 2005).
6
2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi
Dari beberapa sumber kepustakaan yang diperoleh penulis, maka
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi adalah sebagai
berikut
1. Umur
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup
tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar diatas usia 65 tahun
(Depkes, 2006). Yogiantoro (2006) menyebutkan bahwa individu berumur
55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi. Menurut
Krummel (2004) memaparkan bahwa tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai
usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
7
dibandingkan dengan yang berusia ≤ 40 tahun. Berarti diketahui bahwa
meningkatnya umur seseorang akan diikuti dengan meningkatnya kejadian
hipertensi.
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Namun
setelah memasuki menepouse, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat (Depkes, 2006). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh
hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit
kardiovaskuler. Kadar hormon ini akan menurun setelah menepouse (Gray,
2005).
8
tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kejadian hipertensi. Demikian juga Herke (1995) tidak dapat membuktikan
bahwa perempuan mempunyai risiko hipertensi yang lebih besar daripada
laki-laki, walaupun secara presentase diperoleh hipertensi lebih tinggi pada
perempuan.
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga mempertinggi risiko terkena penyakit hipertensi,
terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik
ini juga diperngaruhi faktor-faktor lingkungan lain. Faktor genetik
juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membran sel (Depkes, 2006). Hipertensi cenderung merupakan penyakit
keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya
pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan
kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005).
9
penelitian Hasirungan (2002) pada lansia dikota Depok usia 55
sampai ≥70 tahun diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
riwayat keluarga sakit dengan hipertensi.
10
yang didapatkan hanya kegembiraan saja, sementara kebugarannya
tidak diperoleh. Akibatnya, walaupun seseorang sudah merasa
olahraga, tubuhnya tidak sesehat yang diharapkan (Cahyono, 2008).
Pemilihan jenis olahraga juga perlu diperhatikan, karena tidak semua jenis
olahraga memberikan efek baik bagi tubuh. Terdapat dua jenis olah raga,
yaitu:
1. Olahraga isotonik (sering disebut olah raga aerobik), contohnya
jenis olahraganya adalah joging, berenang, naik sepeda, dansa dan
maraton. Olahraga ini lebih memanfaatkan gerakan kaki daripada
lengan. Olahraga aerobik memiliki efek terbesar pada kesegaran
fisik dan kesehatan, karena meningkatkan ketahanan kardio-
respirasi.
2. Olahaga yang bersifat isometrik (gerak badan statik), lebih
banyak melibatkan lengan daripada kaki, misalnya angkat beban.
Olahraga ini kurang menguntungkan pada sistem kardio-
respirasi. Olahraga isometrik, lebih mengutamakan ketahanan
dan kakuatan otot (Cahyono, 2008).
11
obesitas dan apabila asupan garam bertambah maka akan menambah
risiko timbulnya hipertensi (Sutanto, 2010).
5. Merokok
Winniford (1990) memaparkan bahwa rokok mengandung nikotin
yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah sistolik dan
diastolik. Peningkatan denyut jantung pada perokok terjadi pada menit
pertama merokok dan sesudah 10 menit peningkatan mencapai 30%.
Sedangkan tekanan sistolik meningkat mancapai 10%. Diketahui pula
bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung melalui mekanisme sebagai berikut: pertama, merangsang saraf
simpatis untuk melepaskan nonepinefrin melalui saraf adrenergi dan
meningkatkan katekolamin yang dikeluarkan melalui medula adrenal.
Kedua, merangsang khemoreseptor di arteri karotis dan aorta bodies
dalam meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Ketiga, secara
langsung terhadap otot jantung.
12
(CO), merupakan gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen. Gas CO yang dihisap menurunkan
kapasitas sel darah merah untuk mengangkut oksigen, sehingga sel-sel
tubuh akan mati. Di tubuh perokok, tempat untuk O2 ditempati oleh CO,
karena kemampuan darah 200 kali lebih besar untuk mengikat CO
ketimbang O2. Akibatnya otak, jantung dan organ vital tubuh lainnya akan
kekurangan oksigen. Jika jaringan yang kekurangan oksigen adalah otak,
maka akan terjadi stroke (kelumpuhan). Bila yang kekurangan oksigen
adalah jantung, maka akan terjadi serangan jantung. Zat kimia dalam
tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga arteri
rentan terhadap penumpukan plak (Depkes, 2008).
13
Mangku Sitepoe (1997) dalam Suheni (2007), merokok sebatang
setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan
menambah detak jantung lima sampai 20 kali permenit.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh
petugas U.S Army Medical Corp terhadap enam pria yang merokok
(perokok berat) menunjukkan bahwa penyempitan sementara pada
arteri setelah merokok. Kecepatan denyut nadi kembali normal lima
sampai 15 menit setelah merokok, tetapi pembatasan arteri vaskular
bertahan selama setengah sampai satu jam, dalam sejumlah kasus lebih
lama lagi (Marvyn, 1987).
Setiap tahun tidak kurang dari tiga koma lima sampai lima juta jiwa
melayang akibat merokok (sekitar 10.000 orang/hari). Di Negara
Cina dilaporkan dari 300 juta populasi laki-laki berusia 0-29 tahun,
200 juta di antaranya memiliki kebiasaan merokok (Cahyono, 2008).
Dalam penelitian Sanusi (2002) diketahui terdapat hubungan yang
bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Namun,
14
dalam penelitian Hasirungan (2002) didapatkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian hipertensi.
6. Obesitas
Menurut Hull (1996), penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
berat badan dan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan
ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penurunan berat badan dan
pengobatan berat badan merupakan pengobatan yang efektif untuk
hipertensi.
15
Berikut ini adalah klasifikasi status gizi berdasarkan IMT:
Tabel 3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Indonesia
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan
tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua
lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
untuk mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan palpasi leher untuk
mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipotiroid
atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan
funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina
merupakan jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan
seksama. Seiring dengan peningkatan derajat beratnya hipertensi dan
penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan
peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema.
Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung
16
ke-2 karena penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung
kiri dapat dideteksi dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral.
2.2.7 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (Curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon.
17
ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan
arteri sistemik.
18
nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi
berkaitan dengan overload garam dan air.
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Murwani(2009) diantaranya yaitu :
a. Pada ginjal : hematuria, kencing sedikit.
b. Pada otak : stroke, euchephalitis.
c. Pada mata : retinopati hipertensi.
d. Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikal kiri dengan/tanpa payah
jantung, infark jantung.
a) Identitas
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun keatas),
19
tanggal pengkajian, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor register
b) Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, pada kasus
dispnea.
c) Riwayat kesehatan
hipertensi sekunder.
20
d) Riwayat Psikososial
e) Riwayat spiritual
f) ADL
1. Nurisi
21
2. Eliminasi
3. Personal hygine
4. Istirahat tidur
Aktivitas istirahat
22
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Sistem pengelihatan
konjungtiva.
3. Sistem pendengaran
4. Sistem wicara
23
5. Sistem pernafasan
6. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
b. Sirkulasi jantung
24
Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung dalam keadaan
jantung.
7. Sistem hematologi
pembuluh darah.
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala dan
patologis negative.
9. Sistem pencernaan
daerah abdomen.
sistem endokrin.
25
11. Sistem urogenital
Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya udema pada
2.2.11 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi menurut
Mutakin(2013) adala mencegah terjadinya morbilitas dan mortalitas
penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah
140/90 MmHg.
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Modifikasi Gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan non farmakologi yang
dapat mengurangi hipertensi sebagai berikut :
Teknik – teknik mengurangi stress
Penurunan berat badan
Pembatasan alcohol tembakau dan natrium
Olahraga/ltihan(menikatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
Penggunaan obat – obatan tradisional seperti daun salam, seledri,
daun alpokat, mentimun dan lain – lain.
26
b. Penatalaksanaan Medis
1. Golongan Diuretik
a. Hidroklorotiasid 25 mg(HCT)
– Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
– Dosis : 1-2 X 25-50 mg.
– Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,
hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram otot,
muntah dan disines.
– Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom
Steven Johnson).
– Catatan :
terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih
banyak efek sampingnya dari pada efektifitasnya.
Untuk menghindari efek hipokalemi maka diberikan
asupan Kalium 1 X 500 mg, atau memperbanyak makan
pisang.
b. Furosemid 40 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
– Dosis : 1-2 X 40-80 mg.
– Efek samping : sama dengan HCT.
– Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom
Steven Johnson).
27
3. Golongan Blok Ganglion
a. Klonidin 0,15 mg
– Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.
– Dosis : 2-3 X 0,15-1,2 mg
– Efek samping : mulut kering, kelelahan, mengantuk,
bradikardi, impotensi, gangguan hati dan depresi.
– Kontra indikasi : hepatitis akut, sirosis hepatis, depresi.
b. Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg.
– Indikasi : hipertensi sedang sampai berat.
– Dosis : 1-2 X 0,1-0,25 mg
– Efek samping : bradikardi, eksaserbasi asma, diare,
penambahan berat badan mimpi buruk, depresi.
– Kontra indikasi : asma, depresi.
28
– Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual,
muntah, diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder
and elbow pain.
– Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.
b. Nifedipin 10 mg
– Indikasi : hipertensi ringan sampai berat.
– Dosis : 3 X 10-20 mg
– Efek samping : sama dengan diltiasem.
– Kontra indikasi : sama dengan diltiasem.
29
No Diagnosa NOC NIC Rasional
30
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Medication Management
12. Menghindari
kesalahan dalam
pemberian obat
13. Verifikasiresepatau
obatsebelum memberikanobat
13. Memastikan tidak
14. Monitortanda-tanda terjadi kesalahan
vitaldanlaboratoriumnilaisebel dalam pemberian obat
um pemberianobat, yang 14. Informasi yang tepat
sesuai membantu dalam
15. Bantupasien dalamminum obat keefektifan intervensi
31
tanda dan gejala (efek informasi untuk
samping) membantu dalam
menentukan pilihan/
keefektifan intervensi
32
badan menunjukkan
kebutuhan nutrisi
14. Monitor tipe dan jumlah yang tidak adekuat
aktivitas yang biasa dilakukan 14. Aktivitas yang baik
dapat meningkat
intake masukan
15. Monitor lingkungan selama nutrisi
makan 15. Lingkungan yang
nyaman
meningkatkan nafsu
16. Monitor kulit kering dan makan
perubahan pigmentasi 16. Kulit kering
menunjukkan
kurangnya cairan
17. Monitor turgor kulit dalam tubuh
17. Menentukan
18. Monitor mual dan muntah intervensi lebih
lanjut
18. Mual muntah
menurunkan
pemasukan dann
19. Monitor makanan kesukaan memerlukan
intervensi
20. Monitor kalori dan intake 19. Meningkatkan
nuntrisi pemasukan oral
20. Mengidentifikasi
kekurangan nutrisi
33
secara berlebihan yang berlebih terutama
dari sisi psikologis
Outcomes: pasien
34
14. Bantu pasien/keluarga untuk 14. Identifikasi dini
mengidentifikasi kekurangan terhadap kelemahan
dalam beraktivitas fisik pada pasien
membantu menemukan
terapi yang tepat pada
15. Sediakan penguatan positif pasien
bagi yang aktif beraktivitas
15. Penguatan positif
yang adekuat
berpengaruh terhadap
16. Bantu pasien untuk pemberian motivasi
mengembangkan motivasi diri dan dalam beraktifitas
penguatan optimal
16. Motivasi dan
penguatan yang baik
berpengaruh terhadap
17. Monitor respon fisik, emosi, dorongan pasien
mengikuti terapi fisik
sosial dan spiritual
yang akan dilakukan
17. Respon fisik yang
pasif menandakan
keadaan fisik pasien
lemah dan harus
dilakukan tindakan
keperawatan
Kandungan mineral yang ada pada daun salam membuat peredaran darah menjadi
lebih lancar dan mengurangi tekanan darah tinggi Daun salam juga mengandung
minyak esensial eugenol dan metal kavikol, serta etanol yang berperan aktif
sebagai anti jamur dan bakteri. (Savitri, 2016). Minyak atsiri (seskuiterpen,
35
lakton,dan fenol), yang dapat digunakan untuk mengobati diare, diabetes, maag,
hipertensi, kolesterol, migren, gatal- gatal (pruritis), kudis, eksim, dan
menghilangkan mabuk alkohol (Astawan, 2016). Menurut Peres, at all (2009),
Quarcertin yang terkandung dalam flavonoid memberikan pengaruh sebagai
vasodilator, antipletelet dan antipoliferative dan menurunkan tekanan darah, hasil
dari oksidasi dan perbaikan terhadap organ tubuh yang sudah rusak akibat dari
hipertensi.
Morfologi Tanaman
Deskripsi daun salam: Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar
tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan,
bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai
elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata,
panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin
berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas
berbau harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari
ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter
8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya
agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat (Putra, 2013).
Daun salam untuk obat sakit Asam Urat. Siapkan 10 lembar daun salam
yang masih segar, lalu cuci hingga bersih, kemudian rebus menggunakan 4
gelas air dan tunggu hingga mendidih dan air yang tersisa tinggal 2 gelas.
Saring airnya dan minum.
Daun salam sebagai obat sakit maag (gastritis). Siapkan sekitar 15-20
lembar daun salam yang masih segar, kemudian cuci hingga bersih dan
rebus menggunakan 0,5 liter air hingga mendidih selama 15 menit.
Setelah mendidih, beri gula enau secukupnya. Tunggu hingga agak dingin
dan minum airnya.
36
Daun salam untuk mengobati Kencing Manis / Diabetes Mellitus. Siapkan
sekitar 7-15 lembar daun salam yang masih segar. Rebus dengan 3 gelas
air hingga mendidih dan tunggu hingga air yang tersisa tinggal 1 gelas.
Peras dan saring airnya, lalu minum 2x sehari tiap sebelum makan
trunkus pulmonalis) setiap menit. cardiac output (CO) merupakan hasil dari
stroke volume (SV) dikali heart rate (HR). stroke volume (SV) adalah volume
darah yang keluar dari ventrikel dalam 1 kali kontraksi, heart rate HR adalah
banyaknya detak jantung setiap menit. Renin mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I dan angiotensin converting enzim (ACE) mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II yang akan mempengaruhi tekanan darah pada renin
angiotensin aldosterone pathway. Terjadi vasodilatasi arteriol dan bila produksi
renin dan ACE menurun sehingga tekanan darah akan turun (Tortora &
Derrickson, 2009).
37
d) Tunggu beberapa saat sampai air menjadi 150 ml.
e) Setelah dingin, air rebusan daun salam siap diminum.
f) Air rebusan daun salam diminum sehari 2 kali sebelum makan. Keterangan:
Diminum 2 kali sehari sebelum makan pagi dan sore hari (Nisa, 2012).
38
Hasil Penelitian Jurnal
Telaah Jurnal I
a. Judul Jurnal :
Pengaruh Rebusan Daun Salam ( Syzigium Polyanthum Wight Walp)
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipetensi di Sungai Bungkal, Kerinci
2016.
Judul jurnal tersebut telah menggambarkan tujuan utama penelitian
dan mampu menarik minat pembaca, namun tidak memberikan
informasi mengenai waktu penelitian.
b. Penulis
Penulis jurnal ini adalah Putri Dafriani dari STIKES Syedza Santika
Padang dengan alamat email : putridafrianiabd@gmail.com
Informasi tentang penulis sudh dicantumkan beserta
korespondensi, penulis juga sudah mencantumkan alamat email
untuk memudahkan korespondensi.
39
kelompok intervensi dan 10 orang kelompok control. Pengumpulan data
dalam penelitian ini tidak disebutkan alat dan bahan yang digunakan pada
saat penelitian. Pasien diberikan daun salam sebanyak 2 kali sehari.
Hasil penelitian ini bahwa pemberian air rebusan daun salam dapat
menurunkan tekanan darah, karena daun salam mengandung senyawa
flavonoid yang berpengaruh sebagai vasodilator prmbuluh darah
pembuluh darah. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 10 responden kelompok
intervensi yang mengkonsumsi air rebusan daun salam 2 kali sehari
sebanyak setengah gelas (120 ml) pada hari-I sebanyak 10 % dari
responden mengalami penurunan tekanan darah, pada hari ke-2 sebanyak
50%, pada hari ke-3 hingga hari ke-5 sebanyak 100 % mengalami
penurunan tekanan darah. Ramuan tradisional yang berasal dari tanaman
yang umumnya digunakan dalam kehidupan sehari – hari sebagai bumbu
dapur, daun salam dapat diperoleh dengan mudah sehingga tidak
membebani penderita untuk menyediakannya dan mengolahnya untuk
mengatasi hipertensi, hal ini sesuai juga dengan teori Winasis (2015),
bahwa daun salam dapat mengatasi penyumbatan pembuluh darah dan
menurut Purwanto (2016), daun salam berguna sebagai antihipertensi.
Perubahan tekanan darah yang signifikan ini juga dipengaruhi oleh tingkat
kepatuhan responden dalam mengkonsumsi air rebusan daun salam
(Syzigium Polianythum) sehingga efek farmakologis yang bermanfaat
bagi kesehatan seperti yang diharapkan dapat berpengaruh pada tekanan
darah responden. Daun salam juga diketahui mengandung minyak atsiri
yang menghasilkan aroma khas yang memberikan efek relaks, hal ini juga
diasumsikan dapat menurukan stress pada klien yang juga menjadi faktor
pendorong timbulnya hipertensi pada responden.
Hal ini membuktikan bahwa air rebusan daun salam yang diberikan
kepada responden mengandung mineral dan senyawa flavonoid yang
mampu melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada
dinding- dinding arteriole sehingga tekanan darah dapat mengalami
40
penurunan ke level awal (Perez,2009). Tekanan darah yang mengalami
penurunan, juga disertai dengan penurunan pembebanan pada jantung dan
pembebanan kerja pada organ-organ tubuh., dengan demikian jantung dan
organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan normal melakukan aktivitas
metabolisme mengurangi resiko komplikasi akibat hipertensi yang
menetap.
41
Telaah Jurnal II
d. Judul Jurnal :
Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi, Pare 2013.
Judul jurnal tersebut telah menggambarkan tujuan utama, tempat
dan waktu penelitian sehingga mampu menarik minat pembaca dan
memberikan informasi secara lengkap.
e. Penulis
Penulis jurnal ini adalah Anas Tamsuri dan Afif Yunia Nur Chamida dari
dosen Akper Pamenang Pare dan Perawat Puskesmas Pare.
Informasi tentang penulis sudah dicantumkan namun alamat
korespondensi, dan alamat email belum di cantumkan untuk
memudahkan korespondensi.
42
Gang 4 / jalan Rinjani RT: 20, 21, 22 , RW 06 Kelurahan Pare Kecamatan
Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013 sebanyak 12 orang sesuai dengan
kriteria penelitian. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan
dalam bentuk Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan pada kriteria penelitian. Waktu penelitian dimulai dari tanggal
7 Desember 2012 sampai dengan tanggal 20 Desember 2012. Pada
penelitian ini untuk mengetahui variabel independen yaitu daun salam
digunakan alat ukur berupa gelas 250 cc (gelas belimbing) dan 0,7gr daun
salam. Sedangkan untuk mengetahui variabel dependen yaitu hipertensi
atau tekanan darah tinggi digunakan alat ukur lembar observasi,
pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan tensimeter, stethoscope
dan hasil wawancara pasien sebagai data umum pasien. Responden
dilakukan pre test dari rumah ke rumah sebelum pemberian rebusan daun
salam yaitu pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat ukur
tensi meter air raksa dan stethoscope , hasilnya dicatat dilembar observasi.
Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data pasien hipertensi yang
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian.
43
memanfaatkan air rebusan karena mengandung senyawa yang
menunjukan bahwa flavonoid menurunkan tekanan darah tinggi karena
Flavonoid dapat menurunkan SVR (systemic vascular resistance)
sehingga menyebabkan vasodilatasi dan juga mempengaruhi kerja ACE
yang dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi
44
Telaah Jurnal III
g. Judul Jurnal :
Uji Efektivitas Daun Salam (Sizygium polyantha) sebagai Antihipertensi
pada Tikus Galur Wistar, Universitas 2017.
Judul jurnal tersebut telah menggambarkan tujuan utama, tempat
dan waktu penelitian sehingga mampu menarik minat pembaca dan
memberikan informasi secara lengkap.
h. Penulis
Penulis jurnal ini adalah Tasya Putri Atma Utami dan Dyah Wulan
Sumekar Fkultas Kedokteran Universitas Lampung.
Informasi tentang penulis sudah dicantumkan namun alamat
korespondensi, dan alamat email belum di cantumkan untuk
memudahkan korespondensi.
45
beberapa saat sampai air menjadi 150 ml; (6) setelah dingin air rebusan
dapat diminum; (7) air rebusan salam diminum 2 hari sekali sebelum
makan. Keterangan lain yaitu diminum 2 kali sehari sebelum makan pagi
dan sore.17 Pada penelitian yang telah dilakukan, bahwa simplisia disaring
dengan menggunakan etanol 96 %. Etanol merupakan pelarut yang aman
untuk menyaring berbagai zat. Penelitian dilanjutkan secara in vivo pada
tikus wistar jantan, kemudian dilakukan langsung dengan mengukur
tekanan darah langsung pada ekor. Dengan demikian dapat diketahui efek
antihipertensi secara langsung terhadap ekstrak etanol daun salam.
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kandungan fenolik total dan
flavonoid total dalam ekstrak etanol tersebut. Kandungan fenolik dan
flavonoid ditentukan untuk mengetahui hubungan kandungan fenolik dan
flavonoid terhadap efek antihipertensinya. Kandungan senyawa dalam
ekstrak daun salam ditetapkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
Dengan bukti ilmiah yang cukup, diharapkan ekstrak daun salam layak
dikembangkan sebagai obat alternatif atau obat pilihan sebagai terapi
hipertensi dan obat yang ada. 18 Keamanan daun salam telah diujikan
ketoksikan akutnya dengan ekstrak kering daun mimba (Azadirachta
indica) dan daun salam (Sizygium polyantha) pada mencit betina jalur
Balb/c, bahwa secara histopatologis tidak menunjukkan efek toksisitas
pada jantung, paru, usus, limpa, dan ginjal. 19
Ringkasan Daun salam (Sizygium polyantha) merupakan tanaman yang
dapat digunakan sebagai terapi herbal dalam menangani hipertensi.
Kandungan utamanya yaitu flavonoid yang telah dipercayai berperan
sebagai antioksidan serta mampu mengontrol HDL kolesterol. Hal ini telah
dibuktikan oleh peneliti sebelumnya yang diujikan pada tikus Wistar
dengan metode maserasi yang dilarutkan dengan etanol 96%. Setelah
didapatkan hasil ekstraknya maka dianjurkan untuk dapat meminum air
rebusan daun salam sebanyak 2 kali sehari sebelum makan pada saat pagi
dan sore.
46
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun salam (Sizygium
polyantha) memang telah dipercayai memiliki khasiat sebagai terapi
hipertensi. Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti bahwa terdapat nilai
efektivitas yang tinggi pada daun salam.
1. PENGERTIAN
47
2. TUJUAN
Mampu melakukan pengobatan rebusan daun salam untuk mengatasi
penyakit hipertensi
3. MANFAAT
Beberapa manfaat daun salam untuk mengobati penyakit secara alami
dapat kita peroleh dengan resep sebagai berikut:
a. Menurunkan tekanan darah, enzim pencernaan sehingga
nafsu makan meningkat (stomakika), meningkatkan haluaran urine
(diuretika), memelihara elastisitas pembuluh darah (antihipertensi),
mengurangi rasa sakit pada penyakit arthritis rheumatoid.
b. Daun salam untuk obat sakit Asam Urat. Siapkan 10
lembar daun salam yang masih segar, lalu cuci hingga bersih,
kemudian rebus menggunakan 4 gelas air dan tunggu hingga
mendidih dan air yang tersisa tinggal 2 gelas. Saring airnya dan
minum.
c. Daun salam sebagai obat sakit maag (gastritis). Siapkan
sekitar 15-20 lembar daun salam yang masih segar, kemudian cuci
hingga bersih dan rebus menggunakan 0,5 liter air hingga mendidih
selama 15 menit. Setelah mendidih, beri gula enau secukupnya.
Tunggu hingga agak dingin dan minum airnya.
d. Daun salam untuk mengobati Kencing Manis / Diabetes
Mellitus. Siapkan sekitar 7-15 lembar daun salam yang masih
segar. Rebus dengan 3 gelas
4. SASARAN
Penderita Hipertensi
5. KONTRA INDIKASI
Ibu hamil
6. BAHAN DAN ALAT
a. Bahan
Daun salam 10- 15 lembar
Air 300 ml
48
b. Alat
Teko/ panci
Kompor
Gelas
7. LANGKAH-LANGKAH
a. Persiapan pasien
1) Infomend conscent
2) Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
b. Prosedur
pelaksanaan
1) Siapkan 10-15 lembar daun salam yang sudah dicuci bersih
2) Masukkan daun salam yang sudah dicuci bersih kedalam
teko/ panci yang sudah berisi air 300ml
3) Masak daun salam dengan api sedang tunggu sampai air
menyusut hingga 150ml
4) Diamkan hingga hangat
5) Lalu minum
6) Air rebusan daun salam diminum sehari 2 kali sebelum
makan.
Catatan : Pagi & sore
49