Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Disusun Oleh :

Nama : Alfriani Farawella

NIM : 70300115071

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
A. Defenisi
Fraktur adalah terpututsnya kontiniutas tulang dan di tentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang di sertai stress yang
lebih besar dari yang dapat di absopsinya. Fraktur dapat di sebabkan oleh
pukulan lansung oleh gaya meremuk gerakan punter mendadak dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah jaringan sekitarnya juga
akan terpengaruh sehingga mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan keotot dan sendi dislokasi sendi fruktur tendon, kerusakan saraf
dan kerusakan pembuluh darah.organ tubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang di sebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. (Suzanne C.
2002)
B. Etiologi

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan


punter mendadak, bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang/ ( Numa,Ningsih Lukman,2009).

1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering berisfat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan daapat
berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan (Rosyidi,2013)
C. Klasifikasi

Menurut beberapa ahli klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi dua yaitu

1. Fraktur tertutup (fraktur simpel) adalah fraktur yang tidak


menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak tembus oleh fragmen
tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
kedaan jaringan lunak sekitar truma, yaitu (Rosyidi,2013)
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: Fraktur dengan abrasi dangkal ataun memar kulit dan
jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks/ Compound) adalah
fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke
patahan tulang.
Secara klinis patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat
(Pusponegoro A.D.,2007), yaitu:
a. Derajat I: Terdapat luka tembus kecil seujung jarum, luka ini di
dapat dari tusukan fragmen-fragmen tulang dari dalam.
b. Derajat II: Luka lebih besar disertai dengan kerusakan kulit
subkutis. Kadang-kadang ditemukan adanya benda-benda asing
di sekitar luka.
c. Derajat III: Luka lebih besar dibandingkan dengan luka pada
derajat II. Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai
tondon dan otot-otot saraf tepi.

Pada luka derajat I biasanya tidak mengalami kerusakan kulit,


sehingga penutupan kulit dapat ditutup secara primer. Namun pada
derajat II, luka lebih besar dan bila dipaksakan menutup luka secara
primer akan terjadi tegangan kulit. Hal ini akan mengganggu
sirkulasi bagian distal. Sebaiknya luka dibiarkan terbuka dan luka
ditutup setelah 5-6 hari. Untuk fiksasi tulang derajat II dan III
paling baik menggunakan fiksasi eksterna. Fikasasi eksterna yang
sering dipakai adalah Judget, Roger, Anderson, dan Methyl
Methacrylate ( Ningsih, Nurna Lukman.2012).

D. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai dan gaya pegas


untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat di serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang mrmbungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medulla tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya
respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Numa
Ningsih,Lukman.2012).
E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya
fungsi,deforrmitas,pemendekan ekstermitas,krepitus, pembengkalan
local,dan perubahan warna.gejala umum fraktur menurut Reeves (2001)
adalah rasa sakit,pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
di mobilitasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan
antarfragmen tulang.
b) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat di gunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba)ekstermitas yang bias di ketahui dengan
membandingkan ekstermitas normal.
c) Pada fraktur tulang panjang, terjadipemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas bawah dan
tempat fraktur
d) Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya.
e) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
bias baru terjadi setelah beberapa jam atauhari setelah
cedera.(Numa Ningsih,Lukman ,2012)
F. Penatalaksanaan
a. Perawatan pasien pada pasien fraktur, yaitu (Suzanne C. 2002)
Perawatan pasien fraktur tertutup
Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali ke
aktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan
pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin memerlukan
waktu sampai berbulan-bulan. Pasien diajari bagaimana mengontrol
pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan trauma
jaringan lunak. Mereka di dorong untuk aktif dalam batas
imobilisasi fraktur. Tirah baring diusahakan seminimal mungkin.
Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang
sehat dan untuk meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk
pemindaham dan untuk menggunakan alat bantu seperti tongkat,
walker. Pasien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat
tersebut dengan aman.
b. Perawatan pasien fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka
terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera
tulang) terdapat risiko infeksi- osteomielitis, gas gangrene, dan
tetanus. Tujuan penanganan adalah meminimalkan kemungkinan
infeski luka, jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat
penyembuhan jaringan lunak dan tulang.
Pasien dibawa ke ruangan operasi, dimana luka
dibersihakan, didebridemen (benda asing dan jaringan mati
diangkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka untuk biakan dan
kepekaan. Fragmen tulang mati biasanya diangkat. Mungkin perlu
dilakukan graft tulang untuk menjembatani defek, namun harus
yakin bahwa jaringan resipien masih sehat dan mampu
memfasilitasi penyatuan.
G. Komplikasi
Komplikasi Awal
a) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias di tandai dengan tidak adanya
nadi,CRT,menurun, Sianosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dinginpada ekstermitas yang di sebabkan oleh tindakan
emergensi splinting
b) Kompartement sindrom
Kompartement sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot,tulang,saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut.
c) Fat Embolism sindrom
Fat Embolism sindrom adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang
d) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi di mulai pada kulit dan masuk ke
dalam.ini biasanya kasus fraktur terbuka

Komplikasi Dalam Waktu Lama


a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsulidasi (
bergabung) sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk
menyambung.
b) Nonunion
merupakan kegagalan fraktur berkonsulidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
c) Malunion
merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion di
lakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang
baik.(Rosyidi,2013)
DAFTAR PUSTAKA

Suzanne C, Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC


Nurna Ningsih,Lukman.2012.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskoluskeletal.Jakarta:Salemba Medika
Rosyidi,kholid.2013.Muskuloskeletal.Jakarta:CV.Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai