Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOTERAPI I

NAUSEA & VOMITING

Disusun oleh:

Kelompok 3

Anggota :Lintang Nur anggraeni 132210101039


Aries Syafitri Puspitasari 142210101015
Risa Riski Maulida 142210101033
Alfiatur Rohmah 142210101049
Intan Fahri Savitri 142210101069
Indah Setyowati 142210101089
Dila Audilia Rahmat 142210101107
Mata Kuliah : Farmakoterapi I
Kelas :A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2016
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Mual berasal dari bahasa Latin naus (kapal), merupakan sensasi yang sangat
tidak enak pada perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan untuk muntah, untuk
segera muntah.Penyebab mual dan muntah disebabkan oleh pengaktifan pusat muntah di
otak.
Muntah merupakan aktivitas / kontraksi langsung otot perut, dada dan GI yang
mengarah ke pengeluaran isi perut melalui mulut. Muntahadalahaksidari
pengosonganlambungsecarapaksadanmerupakansuatucaraperlindunganalamiahdaritubuh.
2. ETIOLOGI
Mual muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
a. Gangguan GI track
Adanya agen yang menyerang atau mengiritasi lapisan lambung, seperti
infeksi bakteri H. Pylori, gastroentritis, keracunanmakanan , agen iritan lambung
(alkohol, rokok, dan obat NSAID). Penyakit peptic ulcer dan GERD juga dapat
menyebabkan mual muntah.
b. Sinyaldari otak
 Luka pada kepala, pembengkakan otak (gegar otak atau trauma
kepala), infeksi(meningitisatau encephalitis),tumor, ataukeseimbangan abnormal
dari elektrolitdan air dalam aliran darah.
 Noxious stimulus: bau-bau atau suara-suara
 Kelelahan karena panas, terik matahari yang ekstrem, atau dehidrasi.
c. Terkait dengan penyakit lain
Misalnya pada pasien diabetes dapat mengalami gastroparesis, yaitukondisi
dimana lambung gagal mengosongkan diri secara tepat dan kemungkinan disebabkan
generized neuropathy (kegagalan dari syaraf untuk mengirim sinyal yang tepat ke
otak).
d. Obat dan perawatan medis
 Terapi radiasi: mual dan muntah dihubungkan dengan terapi radiasi.
 Efek samping obat, seperti pada obat nyeri narkotik, anti-inflamasi
(prednisone dan ibuprofen), dan antibiotik yang dapat menyebabkan mual dan
muntah.
e. Kehamilan
Muntah pada kehamilan terutama pada trisemester pertama yang disebabkan
oleh perubahan hormon dalam tubuh.
3. MANIFESTASI KLINIK
Muntahumumnyadidahuluioleh rasa mual (nausea) danmemilikitanda-tandaseperti
: pucat, berkeringat, air liurberlebihan, takikardi, pernafasantidakteratur, rasa
tidaknyaman, sakit kepala. Jika mual muntah berlangsung terus-menerus maka akan
mengakibatkan berat badan menurun, demam, dehidrasi. Gejalamuntahjuga tergantung
pada beratnya penyakit pasien mulaidarimuntah ringan sampai parah.
4. PATOFISIOLOGI
Terdapat tigafase emesis, yaitu:
 Nausea, berupakebutuhanuntuksegeramuntah atau mual
 Retcing , yaitu gerakanyangdiusahakanototperutdan dada sebelummuntah
 Vomiting atau muntah, yaitu pengeluaranisilambung yang
disebabkanolehretroperistalsis GI.
Muntah di pacuolehimpulsaferenkepusatmuntahpada medulla
oblongata.Impulsditerima daripusatmuntah di medulla berupasinyal melalui CTZ
(chemoreceptor trigger zone). CTZterletak di daerah postrema ventrikel otak, merupakan
kemosensor utama bagi emesis dan biasanya terkait dengan muntah akibat rangsangan
kimiawi.
5. TERAPI
Tujuanterapi antiemetik
adalahuntukmencegahataumenghilangkanmualdanmuntah, tanpamenimbulkanefeksampi
ng.
Terapi non farmakologi:
 Pasiendengankeluhansederhana,
menghindarimakanantertentuataumoderasi asupanmakananyanglebih baik.
 Pasiendengangejalapenyakitsistemiksebaiknyamengobatikondisi yang mendasarinya.
 Antisipasi mualataumuntahpada pasienterapi kankerdengan memberi profilaksis
antiemetik.
 Intervensiperilakudantermasukrelaksasi, biofeedback, self-hypnosis.
Terapifarmakologi
Faktorpemilihanterapi :
 Gejalaberdasarkanetiologi
 Frekuensi, durasi, and tingkatkeparahan
 Kemampuanpasienpadapenggunaan obat secara oral, rektal, injeksiatau transdermal
 Obat telahberhasildigunakansebagai antiemetiksebelumnya
Obat-obat yang dapat digunakan yaitu:
a. Antasida
Dapatdiberikandalamdosis tunggalataukombinasi, terutama yang
mengandung magnesium hydroxide,aluminum hydroxide, calcium carbonate.
Kerjanya yaitu denganmembantumenetralisasiasam lambung. Dosis
untukmembantumemulihkanmualdanmuntahakutatauintermitten yaitu 15 sampai
30 mL dari produk dengan dosis tunggal atau kombinasi.
b. Antihistamine–Antikolinergik
Obatantiemetikdarikategoriantihistamin-antikolinergik
inibekerjadenganmenghambatberbagaijaluraferenviseral yang
merangsangmualdanmuntah di otak.Efeksamping yang dapat ditimbulkan yaitu
mengantuk, gelisah, penglihatankabur, mulutkering, retensiurin, dantakikardia,
terutamapadapasienusialanjut.
c. Butyrophenones
Duasenyawabutyrophenone yang memilikiaktivitas antiemetikadalah
haloperidol dandroperidol.
Keduanyabekerjadenganmemblokirstimulasidopaminergik di CTZ.
Meskipunsetiapagenefektifdalammengurangi mualdanmuntah, haloperidol
tidakdianggapsebagaiterapilinipertamauntukmualdanmuntahtanpakomplikasitetapi
digunakanuntuk perawatankeadaanpaliatif.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroidtelahmenunjukkanefikasi antiemetiksejakadanyapasien yang
menerima prednisone sebagaiprosedurawalpenangananpenyakit Hodgkin
untukmengurangimualdanmuntah.Methylprednisolone
jugatelahdigunakansebagaiantiemetik. Deksametasontelah terbukti
efektifdalampengelolaanmualdan
muntah akibatkemoterapidanpascaoperasibaiksebagaiobattunggalmaupundalamko
mbinasidengan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
STUDI KASUS

NAUSEA DAN VOMITING

Ny. EY, 25 tahun, BB 65 kg, memeriksakan kehamilan pertamanya ke Puskesmas terdekat.


Kunjungan ke Puskesmas ini adalah ketiga kalinya. Satu minggu lalu pasien mendapatkan
piridoksin untuk mengatasi keluhan mual-muntah di trimester pertama kehamilannya. Pasien
kembali ke dokter untuk menanyakan apakah ada obat yang lebih manjur untuk mual-
muntahnya. Selama beberapa hari terakhir, keluhannya malah semakin menjadi-jadi.
Pemeriksaan dokter menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi ringan dan penurunan berat
badan pasien.

Pertanyaan:
1. Mengapa dan bagaimana mual-muntah terjadi pada kehamilan?
Sebagian besar kejadian mual muntah pada kehamilan berlangsung sejak usia kehamilan
9-10 minggu atau pada kehamilan trimester pertama. Sebagian kecil kejadian ini dapat
berlanjut sampai usia kehamilan 20-24 minggu. Etiologi dari mual dan muntah selama
kehamilan belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa usulan terkait dengan faktor
penyebabnya yaitu :
a. Faktor hormonal
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah hormone yang dihasilkan selama
kehamilan. HCG berfungsi untuk mencegah involusi korpus luteum pada ovarium, yang
berfungsi sebagai tempat pembentukan progesteron yang utama pada kehamilan 6-8
minggu pertama. Hormon HCG ini bekerja pada chemoreseptor trigger zone pada pusat
muntah sehingga dapat memicu mual muntah pada kehamilan.
Selain itu, produksi hormon progesteron yang tinggi dapat mengakibatkan
penurunan kadar motalin, yaitu suatu peptida yang memiliki efek pada perangsangan otot-
otot halus. Penurunan motalin tersebut mengakibatkan motilitas saluran gastrointestinal
menurun, pemanjangan waktu pengosongan lambung, dan menurunnya gerakan
peristaltik yang menyebabkan mual.
b. Infeksi Helicobacter pylori
Kejadian peningkatan infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) telah diamati pada
wanita dengan hiperemesis gravidarum (HG) dan sekarang dianggap berperan dalam
patogenesisnya. Frigo et al. menemukan bahwa 90,5% dari wanita dengan HG positif
terinfeksi H. plyori,dibandingkan dengan 46,5% dengan kontrol. Infeksi H. pylori pada
kehamilan dapat terjadi karena perubahan yang diinduksi hormon steroid dalam pH
lambung dan / atau peningkatan kerentanan akibat perubahan di humoral dan imunitas
termediasi sel. Namun, tidak ada bukti jelas bahwa kehamilan merupakan predisposisi de
novo dari infeksi H. pylori. Sebaliknya, H. pylori dapat memperburuk perubahan hormon
yang mempengaruhi saraf dan fungsi elektrik dari lambung dan dengan demikian dapat
meningkatkan risiko mual dan muntah bagi perempuan yang terinfeksi.
c. Dismotilitas Gastrointestinal
Perubahan tekanan relaksasi dalam lower sfingter esofagus (LES) dan gerakan
peristaltik esofagus telah dikaitkan dengan mual muntah pada kehamilan. Meskipun
perubahan ini biasanya lebih terkait dengan mulas pada kehamilan, penyakit
gastroesophageal reflux (GERD) dapat menyebabkan gejala atipikal seperti mual dan
berkontribusi pada NVP. Estrogen dan progesteron adalah mediator yang diduga
menyebabkan dismotilitas esofagus pada kehamilan dimana estrogen berfungsi sebagai
primer dan progesteron menyebabkan relaksasi LES.
d. Faktor psikososial
Studi awal mengusulkan bahwa NVP mungkin merupakan penyakit psikosomatik,
dimana mual muntah merupakan akibat dari konflik intrapsikis. Beberapa berspekulasi
bahwa NVP adalah manifestasi dari upaya bawah sadar wanita hamil untuk menolak
kehamilan yang tidak diinginkan, hasil studi telah menemukan bahwa wanita dengan
NVP pada trimester pertama lebih cenderung tidak menginginkan kehamilan atau
kehamilan tersebut tidak direncanakan. HG (hiperemesis gravidarum ) juga telah
dikaitkan dengan gangguan psikologis, yaitu kecenderungan neurotik, histeria, penolakan
kehamilan serta depresi dan stres psikologis, yang mungkin dapat memperburuk gejala
fisik.
2. Apa sajakah tanda-tanda dehidrasi ringan, sedang, dan berat pada kehamilan?
Simptom Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Kesadaran Baik, sadar Normal, lelah, Lesu, lunglai, atau idak
gelisah sadar
Denyut jantung Normal Normal - meningkat Takikardi, brakikardi
pada kasus berat
Kekuatan nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tidak
teraba
Pernafasan Normal Normal-cepat Dalam
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Turgor kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali ˃ 2 detik
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum normal Haus, ingin minum Tidak dapat minum
banyak atau malas minum
Urin Normal Berkurang Minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, sianosis
Penurunan < 3% berat badan 3-9% berat badan ˃ 9% berat badan
berat badan

3. Apakah kondisi pasien membahayakan kehamilan pasien? Mengapa?


Ya, dari gejala yang ditimbulkan kemungkinan mengarah pada hiperemesis
gravidarum. Prawirohardjo (1997) menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga menyebabkan tubuh penderita lemas.
Penurunan barat badan terjadi karena tubuh kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) dan
tubuh tidak memiliki cukup nutrisi untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Jika keadaan
ini terus berlanjut dan tidak diatasi dengan akan berdampak buruk pada ibu dan bayi.
Menurut Prawirohardjo (1997), Faktor psikologik juga merupakan faktor predisposisi
dari penyakit ini. Keadaan mual-muntah yang tidak kunjung sembuh dan terjadinya
penurunan berat memungkinkan pasien mengalami depresi yang dapat menyebabkan konflik
mental yang akhirnya memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar.
Jika muntah yang berat terjadi pada awal kehamilan, kemungkinan muntah akan
berlangsung lama dibandingkan dengan mual yang tidak disertai dengan muntah, dan tampak
berhubungan dengan berat badan bayi lahir redah (BBLR). Wanita yang mengalami
hiperemesis gravidarum berat, dengan penurunan berat badan lebih dari 7 kg, memiliki
kemungkinan mengalami keguguran, kelahiran bayi preterm, kelahiran mati, pertumbuhan
terhambat, apgar score menit ke-5 kurang dari 7 dan kematian ibu (Ogunyemi, 2007; Quinlan
& Hill, 2003).
4. Jelaskan bagaimanakah tata laksana terapi yang aman dan efektif untuk Ny. EY (tujuan
terapi, terapi farmakologis dan non farmakologis)?
Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola makan dan pola hidup sampai
penggunaan supplement vitamin, terapi antiemetic, sampai pada hospitalisasi. Penatalaksaan
umum dimulai dari terapi nonfarmakologi dan juga terapi obat-obatan jika mual dan muntah
tidak dapat diatasi.
a. Terapi non farmakologis
 Pengobatan psikologis
Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan hiperemsis gravidarum.
Bantuan moral dengan meyakinkan wanita bahwa gejala-gejala yang terjadi wajar
dalam kehamilan muda dan akan hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4
bulan sangat penting artinya (Prawirohardjo, 1997).
Penderita hiperemesis gravidarum harus didukung secara psikologis, termasuk
penentaraman hati, mungkin konseling keluarga dan individu, dan mengurangi
pekerjaan harian dan rangsangan lingkungan (Mesics, 2008).
 Makan porsi kecil tapi sering
Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil tapi
sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari makanan yang mungkin akan
memicu atau memperparah gejala (Williams, 2006). Rekomendasi umum yang dapat
dipilih adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak,
menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet besi
(Mesics, 2008). Mesics (2008) juga merekomendasikan makan dalam porsi kecil tapi
sering setiap 2 sampai 3 jam, minum minuman mengandung gas diantara makanan
lebih baik daripada dengan makanan untuk menghindari distensi lambung: makan
rendah lemak, tinggi protein, menghindari makanan berminyak dan makanan asin
untuk rasa.

 Perubahan tingkah laku

Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita


hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari
udara segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera
setelah makan, dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics,
2008)
Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi
pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang
menusuk hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum
atau bahan kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk
menghindari mual (Mesics, 2008).
 Penggunaan akupresure dan jahe
Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-terapi alternatif
antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan bubuk jahe yang diberikan 250 mg
3-4 kali sehari. Smith, et al. (2006) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa
digunakan adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe memiliki
keuntungan sebagai sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan variasi mual dan
muntah dalam kehamilan. Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1-2 gr/hari
peroral 3-4 dibagi perdosis selama 3 minggu.
 Pemijatan
Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan dopamine dan
menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum untuk relaksasi dan
penurunan stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan pada tangan
dan kaki atau pada seluruh tubuh (Mesics, 2008). Mesics (2008) juga menyebutkan
bahwa pemijatan taktil dapat membantu untuk meningkatkan relaksasi, melapangkan
pikiran dan memberikan pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat berfungsi
kembali. Pemijatan taktil merupakan terapi alternatif dan saling melengkapi untuk
hiperemesis gravidarum.
b. Terapi farmakologis
Tujuan dari perawatan hiperemesis gravidarum adalah mengurangi mual dan
muntah, menggantikan cairan dan elektrolit, meningkatkan gizi dan berat badan ibu.
 Hospitalisasi
Jika mual dan muntah yang dialam diikuti oleh dehidrasi, diperlukan perawatan
di rumah sakit untuk rehidrasi dan penggantian vitamin dan mineral yang disebut
sebagai terapi antiemetik. Setelah ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu
perawatan di rumah, salah satunya adalah obat-obatan per oral (Mesics, 2008). Dalam
keadaan muntah yang berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis
gravidarum (Mansjoer, 2001).
 Pemberian obat-obatan
o Piridoksin tetap diberikan sebagai vitamin untuk mengatasi keluhan mual-muntah
o Penambahan antagonis histamine1-reseptor seperti dimenhydrinate (50 sampai 100
mg secara oral atau rektal setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan),
diphenhydramine (25 sampai 50 mg secara oral atau 10 sampai 50 mg secara
intravena [IV] setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan), atau meclizine (25 mg per
oral setiap 4 sampai 6 jam) dianjurkan.
o Antagonis dopamin juga dapat ditambahkan jika gejala terus menerus
(metoclopramide 5 sampai 10 mg IV setiap 8 jam; promethazine 12,5-25 mg IV
setiap 4 jam sesuai kebutuhan; proklorperazin 5 sampai 10 mg oral setiap 6 jam
sesuai kebutuhan).
o Pasien dengan Naucea and Vomiting of Pregnancy (NVP) persisten atau yang
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi harus menerima penggantian cairan intravena
dengan tiamin.
o Kortikosteroid harus dicadangkan untuk pasien dengan NVP refraktori atau
hiperemesis gravidarum; methylprednisolone 16 mg oral / IV setiap 8 jam selama
3 hari diikuti dengan penurunan berkala selama 2 minggu. rejimen ini dapat
diulang jika perlu, tetapi pengobatan tidak boleh melebihi total 6 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh Edition. United


States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Noel M. Lee, Sumona Saha. 2011. Nausea and Vomiting of Pregnancy. USA : University of
Wisconsin School of Medicine and Public Health, Division of Gastroenterology and
Hepatology, UW Medical Foundation Centennial Building, 1685 Highland Avenue, Room
4224, Madison, WI 53705.
Leksana, Eri. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Prawirohardjo, S. 1997.Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBPSP.
MacGibbon, K. 2008.Hyperemesis GravidarumSurvival
Guide.http://www.helpher.org/downloads/survival-guide.pdf.
Mesics, S. 2008. Hyperemesis
Gravidarum.http://www.guidelines.gov/summary/summary.aspx?doc_id=10939.
Ogunyemi, D.A. 2007. Hyperemesis Gravidarum.
http://www.emedicine.com/MED/topic1075.htm.
Quinlan, J.D., & Hill, A. 2003. Nausea and Vomiting of
Pregnancy.http://www.aafp.org/afp/20030701/121.
Williams. 2006. Williams Obstetrics, 21 Ed, Vol 2. Jakarta: EGC
Smith, et al.. 2006. Treatment Option for Nausea and Vomiting During
Pregnancy.Pharmacotherapy: 26(9) 1273-1287.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I, Setiowulan, W. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai