Di susun oleh:
Agung Andriyanto
NIM 132.0002B
35
Di susun oleh:
Agung Andriyanto
NIM 132.0002B
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho, rahmat,
dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah seminar ini dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.D DENGAN DIAGNOSA P2002 SC
hari ke 0 a/i POST DATE + BSC di ruang F1 RUMKITAL DR. RAMELAN
SURABAYA makalah ini merupakan salah satu bentuk tugas DIII Keperawatan.
36
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER LUAR
LEMBAR PENGESAHAN .i
KATA PENGANTAR
.........ii
DAFTAR ISI .iii
Bab I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
..1
1.2
Rumusan masalah
..3
1.3
Tujuan
..3
37
1.4
manfaat
..4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health Organization) melalui pemantauan ibu meninggal
diberbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal
disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes,2002)
38
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan
maternal.kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDGs,
adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriansz.G.2006). Di Negara-negara sedang
berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % -0,7 %, sedangkan dinegara-negara maju
angka tersebut lebih kecil yaitu 0.05 %-0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah,2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (prawirohardjo,2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga
diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut Sectio Caesarea
(mochtar.R,1998).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik section caesarea, yaitu transperitonealis, corporal
(klasik), dan ekstraperitoneal. Section caesarea adalah lahirnya janin, plasenta, dan selaput
ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim
Kasus-kasus yang harus dirujuk bidan adalah riwayat bedah sesar, perdarahan
pervaginam, persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah
disertai dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), ketuban pecah
pada persalinan kurang bulan (kehamilan kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda
gejala infeksi, pre-eklampsia /hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm /lebih, gawat
janin, primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih 5/5, persentasi bukan
belakang kepala, persentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemelli, tali pusat
menumbung dan syok (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Membuat keputusan klinik dihasilkan
melalui serangkaian proses dan menggunakan informasi dari hasil dan dipadukan dengan kajian
teoritis dan interpensi berdasarkan bukti pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai
tahapan dan terfokus pada pasien (Varney,1997).
Di beberapa daerah di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih
tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan
pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian
ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan
penderita (Abram Siregar, 2002).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan sebanyak 1.575 kasus.
Dari jumlah ibu nifas post SC dengan indikasi CPD (Chepalopelvic Disproporti) atau panggul
sempit sebanyak 46 kasus (3,49 %) (laporan medic RSUD Abepura,2008).
39
7. Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan post SC indikasi post
term
4. MANFAAT
a. bagi penulis
dapat menerapkan manajemen keperawatan pada pasien yang membutuhkan
pelayanan sesuai dengan ilmu yang didapat.
b. bagi Rumah Sakit
dapat menambah pengetahuan bagi perawat dan dapat meningkatkan mutu dan
kualitas dalam melakukan asuhan keperawatan
c. bagi institusi (pendidikan)
40
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR NIFAS
2.1.1 Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali
seperti semula sebelum hamil,yang berlangsung selama 6 minggu atau kurang lebih 40 hari
(Prawirohadjo,2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil (mochtar,1998).
2.1.2 Klasifikasi nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode:
a. puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
41
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna
42
Segera setelah postpartum serviks agak menganga seperti corong karna korpus uteri
mengadakan kontraksi. Sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara
serviks dan korpus uteri berbentuk seperti cincin. Warna serviks merah kehitaman karena
pembuluh darah.
Segera setalah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari saja dan
setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri.
6. Vagina dan pintu keluar panggul
Membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukuranya secara perlahan menecil. Pada
minggu ke-3 postpartum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac
mirtiformis.
7. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir berangsur ciut kembali. Ligmentum latum dan rotundum lebih
kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998)
2.1.5 aspek-aspek klinik masa nifas
1. suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380 C.
Bila terjadi peningkatan lebih dari 2 hari berturut-turut, kemungkinan terjadi
infeksi.kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri ikutan (after pain)
terutama pada multi para,masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan
endometrium serta sisa dari implantasi plasenta yang disebut lochea
2. pengeluaran lochea terdiri dari:
a. lochea rubra :hari ke-1 sampai 2 Terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban,sel-sel
desidua,sisa verniks koseosa,lanugo, dan mekonium.
b. Lochea sanguinolenta:hari ke-3 sampai 7 Terdiri dari darah bercampur lendir warna
kecoklatan.
c. Lochea serosa : hari ke-7 sampai 14 Berwarna kekuningan
d. Lochea alba: hari ke-14 sampai selesai nifas Merupakan cairan putih. Lochea yang berbau
busuk dan terinfeksi disebut dengan lochea purulen.
3. perubahan payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvik, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih
besar,kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya laktasi.
Hari ke-2 postpartum sejumlah kolostrum cairan yang disekresi oleh payudara selama 5 hari
pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Kolostrum banyak
mengandung protein yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan
lemak sedikit.
4. raktus urinarius
Buang air sering sulit selama dua jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala
dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 sampai 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar penurunan hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
5. Sistem kardiovaskuler
43
44
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor penyebab
kehamilan postterm adalah :
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan
endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan
persalinan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebabnya.
3. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan postterm
mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan
anak perempuannya mengalami kehamilan postterm.
2.2.4 Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah:
1. Terhadap Ibu
Persalinan postterm dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin
besar, moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan
letak, inersia uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan postpartum. Hal
ini akan menaikkan angka mordibitas dan mortalitas (Prawirohardjo, 2006).
a. Trauma langsung persalinan pada jalan lahir:
- Robekan luas
- Fistula rekto-vasiko vaginal
- Ruptura perineum tingkat lanjut
b. Infeksi karena terbukanya jalan halir secara luas senghingga mudah terjadi kontaminasi
bacterial.
c. Perdarahan:
- Trauma langsung jalan lahir
- Atonia uteri
- Retentio Plasenta
2. Terhadap Janin
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia, hipoksia, hipovolemia, asidosis,
hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai kematian dalam rahim.
a. Asfiksia karena terlalu lama terjepit
b. Truma akibat tindakan oprasi yang di lakukan pervaginam dengan bentuk trias komplikasi:
- Infeksi
- Asfiksia
- Trauma langsung dan perdarahan
2.2.5 Tanda Bayi Postmatur
Tanda postmatur dapat di bagi dalam 3 stadium (Prawirohardjo, 2008) :
1. Stadium I
45
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan
mudah mengelupas.
2. Stadium II
keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh
mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada
saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan
mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi
lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan
pembilasan trakhea.
Menurut Manuaba 2007, tanda bayi postmatur adalah:
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
d. Verniks kaseosa di badan berkurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
2.2.6 Patofisiologi
Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas
lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi
tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki.
Kuku biaanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi
postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium.
Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing
belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41
dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada kehamilan yang
mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada apgar skor dan gas darah tali pusat yang
abnormal pada bayi ini, bahwa terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm.
Janin posterm mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak terganggu.
Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas
gestasi antara 38 dan 42 minggu.
Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan diameter tali
pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin intrapartum,
terutama bila disertai dengan ologohidramnion.
Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah melewati 42
minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang
sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada sindrom
aspirasi mekonium.
46
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi
dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam
ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak
muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
2.3.4
49
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi
post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu
dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa
mati, sedangkan pengaruhnya anestesi
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus
uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan
karena kerja otot nafas silia yang
menutup.
Anestesi
ini
juga
mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah
makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan
peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme
sehingga
tubuh
memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas
yang
menurun
maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang
ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo,
2002)
50
51
d. Injeksi
53
54
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar
dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan
cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.
8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium
yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.
2. Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Diagnosa yang mungkin muncul:
1) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
cara menyusui yang bernar.
2) Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
5) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1.
Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
cara menyusui yang benar
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien menunjukkan
respon breast feeding adekuat dengan indikator:
1. klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui
2. klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara
55
Health Education:
1. Berikan informasi mengenai :
- Fisiologi menyusui
- Keuntungan menyusui
- Perawatan payudara
- Kebutuhan diit khusus
- Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui
2. Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan
secara teratur
3. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyimpan, cara
transportasi sehingga bisa diterima oleh bayi
4. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian
Asi eksklusif
5. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi
payudara
6. Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi dan mendukung klien dalam
pemberian ASI
7. Diskusikan
tentang
sumber-sumber
yang
dapat
memberikan
informasi/memberikan pelayanan KIA
2.
Nyeri akut b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nteri
berkurang dengan indicator:
1. Pain Level,
2. Pain control,
3. Comfort level
4. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
5. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
6. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
7. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
8. Tanda vital dalam rentang normal
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
56
57
5.
6.
7.
8.
9.
BAB III
59
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
Tanggal masuk
Ruang / kelas
Pengkajian tanggal
: 22-11-2015
: F1/1
: 23-11-2015
I.
IDENTITAS
Nama pasien
: Ny.D
Umur
: 35 tahun
Suku / bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
Pendidikan
pekerjaan
Alamat
Status perkawinan
: Islam
: S1
: Akuntan
: Babadan
: 7 tahun menikah
STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Jam masuk
Kamar no.
Jam pengkajian
: 02.55
: 3.3
: 16.00
Nama Suami
Umur
Suku / bangsa
: Tn. W
: 38 Tahun
: Jawa /
Indonesia
: Islam
: SMA
: TNI-AL
: Babadan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
60
Pada tgl 23-11-2015 jam 08.45 bayi lahir dengan SC berjenis kelamin perempuan, BBL
4200 gr, PB 54 cm, LK 37 cm, LL 14 cm, LD 38 cm, air ketubah cukup dan jernih, apgar
score 8-9, dan tangis kuat. Saat lahir bayi di beri salep mata, vitamin K dan imunisasi HB
0 dan bayi di rawat di ruang NICU.
II.
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
A. Riwayat Menstruasi
Menarce
: umur 11 thn
Banyaknya
: 1 softex
HPHT
: 07-02-2015
HPL
: 23-11-2015
siklus
lamanya
Keluhan
: teratur
:7-8 hari
: tidak ada keluhan
Tahun
1. 2010 37 mgu
2. 2015 42 mgu
SC Dokter SC Dokter -
BB
PJ
L 3200 50
P 4200 54
C. Genogram
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
___
61
Nutrisi
perlu dikonsumsi
Senam nifas
nifas
KB
Menyusui
dengan benar
tidak
ada
: IUD
3. Riwayat Kesehatan
Pengobatan yang pernah dialami ibu
: tidak menderita penyakit
apapun
Pengobatan yang didapat
: tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Diabetes Mellitus
: tidak ada
Penyakit jantung
: tidak ada
Hipertensi
: tidak ada
Penyakit lainnya : sebutkan
: tidak ada penyakit keturunan
4. Riwayat Lingkungan
Kebersihan
:
SMRS : lingkungan pasien bersih
MRS : tempat tidur di bersihkan oleh keluarga, dan di bantu oleh perawat
Bahaya
:
SMRS : lingkungan sekitar pasien tidak ada bahaya.
MRS : pasien menghindari aktifitas agar perutnya tidak
nyeri
Lainnya, sebutkan : tidak ada
5. Aspek Psikososial
a. Persepsi ibu setelah bersalin
:
ibu merasa bahagia atas kelahira anak kedua
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan seharihari? ya
Bila ya, bagaimana lebih menjaga keadaan bayinya
c. Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin :
merawat bayinya dengan baik dan keadaan ibu pulih normal
d. Ibu tinggal dengan siapa
: suami dan anak
e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu
: suami, anak dan keluarga
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini :
keluarga sangat senang atas kelahiran anak kedua, suami sangat membantu aktifitas ibu
g. Kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu : ya
62
1)
2)
3)
4)
MRS
pasien puasa
tidak ada
tidak ada
B. Pola eliminasi
1) BAK
: SMRS
Frekuensi
: 5-6x/hari
2) BAB
Warna
Keluhan
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
Keluhan
MRS
urine produksi 250cc
saat pengkajian
: kuning jernih
kuning jernih
: tidak ada gangguan miksi, tidak ada keluhan pasien
menggunakan kateter
: SMRS
: 1x/hari
: Kuning kecoklatan
: Khas
: Lembek
: tidak ada keluhan
MRS
Belum BAB
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada keluhan
MRS
1x/hari diseka
ya memakai
2) Oral Hyiene
Frekuensi
Waktu
: SMRS
: 3x/hari secara mandiri
: pagi, sore, malam
MRS
1x/hari mandiri
pagi hari
3) Cuci Rambut
Frekuensi
Shampoo
: SMRS
: 1minggu 3x
: ya menggunakan shampoo
MRS
tidak cuci rambut
tidak ada
: SMRS
: 6-7 jam/hari
: mencuci kaki dan berdoa
: tidak ada keluhan
2-3 jam
berdoa
tidak insomnia
: SMRS
tidak ada
istirahat
tidak ada
tidak ada
tidak ada
63
: berkumpul keluarga
istirahat dan
menonton tv
5) Keluhan dalam aktifitas
: nyeri saat miring kanan kiri pasien tampak
memegangi area yang nyeri, tampak berhati-hati untuk melakukan aktivitas,
aktivitas pasien di bantu oleh keluarga dan perawat, dan pasien tidak boleh boleh
duduk sampai dengan 12 jam post operasi (sampai dengan pengaruh SAB selesai
jam 21.00)
F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Merokok
: pasien tidak merokok
2) Minum keras
: pasien tidak minum alkohol
3) Ketergantungan obat
: pasien tidak mengalami ketergantungan obat
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: baik
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Respirasi
: 22x/menit
Berat badan
: 84 kg
Skala nyeri
: 4 dari 1-10
kesadaran
Nadi
suhu
tinggi badan
64
Pernafasan
Jalan nafas
Suara nafas
: elastis, baik
: sawo matang
: tidak ada
: kesulitan karenya nyeri post operasi
: tida da
: 4444 5555
5555 5555
DATA PENUNJANG
65
Result
H
30.3
1.7
0.8
H
17.8
L
8.5
4.1
H
87.4
3.74
L
10.4
L
29.8
L
79.6
27.8
34.9
H
16.2
47.1
386
7.2
14.9
0.278
53
13.6
59
Unit
10^3/uL
10^3/Ul
10^3/uL
10^3/uL
%
%
%
10^6/uL
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
%
fL
10^3/uL
fL
%
10^3/uL
%
Mg/dL
Ref. Range
4.0-10.0
0.8-4.0
0.1-1.5
2.0-7.0
20.0-40.0
3.0-15.0
50.0-70.0
3.50-5.00
11.0-15.0
37.0-47.0
80.0-100.0
27.0-34.0
32.0-36.0
11.0-16.0
35.0-56.0
150-400
6.5-12.0
9.0-170
0.108-0.282
30-90
11.0-45.0
76-110
IV.
DATA TAMBAHAN
Tgl 23-11-2015
a. Inj. Alin F 3x1 (iv)
b. Inj. Vit. C 3x1 (iv)
c. Inj. Ketorolac 3x1 (iv)
66
ANALISA DATA
Nama klien
Umur
: NY.D
: 35 tahun
Ruangan/kamar : F1/3
No. register
: 75.xx.xx
67
Masalah
Nyeri akut
Penyebab
Agen injuri fisik (luka
insisi operasi)
Resiko infeksi
43
Data
No.
1
DS
Pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi
P : luka operasi perut
bawah
Q : nyeri sengkring sengkring
R : nyeri saat begerak
dan berjalan
S : 4 dari 1 - 10
T : 3 menit, nyeri hilang
timbul
DO :
- Pasien tampak
memegangi area
yang sakit
- Pasien tampak
berhati- hati
untuk melakukan
aktivitas
- Pasien tampak
menyeringai
sedang
melakukan
aktivitas
- TFU : 2 jari di
bawah pusat
- UC : keras
- Tidak ada
perdarahan pada
luka
- Kesadaran
compos mentis
- GCS 456
- Observasi TTV
TD : 110/80mmHg
s/n : 36,5c/84x/mnt
RR : 22x/mnit
DS :
2.
Pasien mengatakan ada
luka jahitan pada perut
.A
bagian bawah
DO :
- Terlihat balutan opsite
- luka post operasi
sepanjang 10cm
- tidak ada perdarahan
dan rembesasan pada
luka
- tidak ada tanda
43
DS :
Pasien mengatakn tidak
bisa melakukan aktifitas
DO :
- aktivitas pasien d
bantu keluarga dan
perawat
- pasien bedrest dan
miring kanan kiri
- SAB sampai dengan
jam 21.00
- observasi TTV
TD : 110/80mmHg
S/N : 36.5/84x/menit
RR : 22 x /Menit
3.
PRIORITAS MASALAH
Nama klien
Umur
: Ny. D
: 35tahun
No.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
Ruangan/kamar : F1 / 3.3
No. register
: 75.xx.xx
Tanggal
Ditemukan
Teratasi
23-11-2015
25-11-2015
Nama
Perawat
(kelompok a5)
23-11-2015
24-11-2015
(kelompok a5)
23-11-2015
24-11-2015
(kelompok a5)
Hambatan mobilitas
fisik b/d nyeri daerah
luka operasi
43
No
.
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervinsi
Rasional
1. Untuk mengetahui kondisi
pasien
2. Untuk mengurangi rasa
nyeri yang di rasakan klien
3. Memberikan kenyamanan
klien
4. Untuk merelaksaasi dan
memfasilitasi istirahat bag
pasien
5. Mengetahui tingkat nyeri
pasien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
6. Obat-obatan analgesic dapat
membantu
mengurangi
nyeri
1. Untuk menentukan tindakan
selanjutnya
dan
mengevaluasi tindakan
2. Mengurangi aktivitas yang
ridak di perlukandan energy
terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas
3. Thap-tahapan
yang
diberikan membantu proses
aktivitas secara berlahan
3.
4.
5.
1.
3.
4.
2.
5.
WAKTU
(tgl & jam)
23-11-2015
21.00
CATATAN PERKEMBANGAN
(SOAP)
Dx 1
S:
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 4 dari 1 - 10
T : 3 menit, nyeri hilang timbul
O:
- Keadaan umum pasien
baik
- Pasien tampang
memegangai arek yang
sakit ketika bergerak
- Pasien tampak
menyeringai
- Pasien tampak tenang
Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
S/N : 36,3C/ 80x/menit
RR : 20x/menit
TFU : 2 jaro di bawa pusat
UC: teraba keras
Perdarahan : tidak ada
TT
WAT
A5
1,3
19.10
19.20
19.30
20.00
20.05
20.10
- Vit. C 1 amp
Ketoroloc 1 amp
Mengobseravasi TTV
- TD : 110/80 mmHg
- S/N : 36,3C/ 80x/menit
- RR : 20x/menit
- TFU : 2 jaro di bawa pusat
- UC: teraba keras
- Perdarahan : tidak ada
Mengobservasi perubahan nyeri
- P : luka operasi perut bawah
- Q : nyeri sengkring sengkring
- R : nyeri saat begerak dan
berjalan
- S : 4 dari 1 10
- T : 3 menit, nyeri hilang timbul
Mengambil hasil laboratorium
- Leukosit 20.3 10^3/uL
- Hemoglobin 10.4 g/dL
- Hematokrit 29,8 %
- Trombosit 356 10^3/uL
Mengobservasi keterbatasan gerak
- Pasien tampak bedrest dan miring
kanan kiri
Mendengarkan adanya bising usus pasien
- Hasil sudah ada
- Menganjurkan pasien minum
sedikit-sedikit
Mengobservasi tanda-tanda infeksi
1,2,3,4,5,6
Dx 2
S:
A5
A5
A5
A5
A5
Dx 3
S:
Pasien mengatakan adanya luka
jahitan operasi
O:
- Tidak ada tanda infeksi
dan inflamasi
- Tidak ada perdarahan
A5
A5
A5
A5
1,2,3
1,2,3
20.30
21.00
21.10
21.30
1,2
21.35
21.40
21.50
22.00
Hasil laboratorium
Leukosit 20.3 10^3/uL
Hemoglobin 10.4 g/dL
Hematokrit 29,8 %
- Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
S/N : 36,3C/ 80x/menit
RR : 20x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilajutkan 1,2,3,4,5
A5
A5
A5
A5
A5
24-11-2015
07.00
Dx 1
S:
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 4 dari 1 - 10
T : 3 menit, nyeri hilang timbul
O:
- Keadaan umum pasien
baik
- Pasien tampak
memegangai arek yang
sakit ketika bergerak
- Pasien tampang
menyeringai
- Pasien tampak tenang
A5
22.10
22.20
22.25
1,3
05.00
05.30
06.00
06.05
06.15
A5
A5
A5
Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg
S/N : 36,5C/ 80x/menit
RR : 20x/menit
A: masalah belum teratas
P : lanjutkan intervensi 1,2,,4,5,6
Dx 2
S:
Pasien mengatakan belum
mampu berjalan-jalan, hanya
terbatas miring kanan dan kiri
A5
O:
A5
A5
A5
A5
A5
Dx 3
S:
Pasien mengatakan adanya luka
jahitan operasi
A5
06.30
A5
O:
-
A5
1,2,3
1,2,3
24-11-2015
07.00
07.10
1,2,3
07.15
1,2
07.20
1,2,3
07.30
1,2,3
07.40
A5
A5
A5
A5
24-11-2015
14.00
Dx 1
S:
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 3 dari 1 - 10
T : 2 menit, nyeri hilang timbul
O:
- Keadaan umum pasien
baik
- Pasien tampang
memegangai arek yang
sakit ketika bergerak
- Pasien tidak tampak
A5
07.40
08.00
1,2,3
09.40
1,3
11.20
11.30
11.45
12.00
A5
A5
A5
A5
A5
menyeringai
- Pasien tampak tenang
Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
S/N : 36C/ 80x/menit
RR : 22x/menit
TFU : pertengahan pusat
UC: teraba keras
Perdarahan : tidak ada
A : masalah belum teratas
P : lanjutkan intervensi 1,2,5,6
Modifikasi terapi sesuai advis
dokter terapi injeksi diganti terapi
oral
- Asmef 3x1
- SF 1x1
Modifikasi diit sesuai kolaborasi
dengan ahli gizi diit nasi halus
TKTP
Dx 2
S:
A5
A5
A5
12.50
13.05
tidur
Mengobservasi tanda-tanda infeksi
- Tidak ada kemerahan pada luka
- Tidak ada pus pada luka
- Tidak ada rembesan pada luka
- Tidak ada tanda inflamasi pda
luka
Kaji respon pasien ketika melakukan
latihan aktifitas berdiri
- Pasien tampak berhati-hati dan
menahan nyeri
A5
Dx 3
S:
A5
1,2,3
1,2,3
14.00
14.20
A5
A5
A5
Dx 1
S:
A5
14.30
14.50
1,2,3
1
15.00
15.05
1,3
18.00
18.20
18.30
19.00
A5
A5
A5
A5
A5
A5
A5
A5
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 3 dari 1 - 10
T : 2 menit, nyeri hilang timbul
O:
- Keadaan umum pasien
baik
- Pasien tampang
memegangai arek yang
sakit ketika bergerak
- Pasien tampak tenang
Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
S/N : 36,7C/ 82x/menit
RR : 20x/menit
A : masalah belum teratas
P : lanjutkan intervensi 1,2,5,6
Dx 2
S:
Pasien mengatakan mengatakan
mampu duduk tanpa bantuan
O:
- Pasien tampak berhati-hati
dan menahan nyeri ketika
A5
19.25
20.00
tidur
Kaji respon pasien ketika melakukan
latihan aktifitas berdiri
- Pasien tampak berhati-hati dan
menahan nyeri
Mengobservasi tanda infeksi
- Tidak ada kemerahan
- Tidak ada rembesan
duduk
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,3,5
A5
Dx 3
S:O:
-
A5
1,2,3
1,2,3
2
1
21.00
21.10
21.15
21.20
A5
A5
A5
A5
A5
25-11-2015
07.00
Dx 1
S:
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 2 dari 1 - 10
T : 1 menit, nyeri hilang timbul
O:
A5
1
1,3
21.30
21.40
05.00
06.00
06.20
- Asmof
1 tablet
Mengobservasi perubahan nyeri
- P : luka operasi perut bawah
- Q : nyeri sengkring sengkring
- R : nyeri saat begerak dan
berjalan
- S : 2 dari 1 10
- T : 1 menit, nyeri hilang timbul
Mengajarkan tehnik distraksi pengalihan
nyeri dengan melihat tv dan
mendengarkan musik
Mengobseravasi TTV
- TD : 110/80 mmHg
- S/N : 36,4C/ 82x/menit
- RR : 22x/menit
Mengobservasi keterbatasan gerak
- Pasien mampu miring kanan kiri,
mampu duduk di tempat tidur dan
mampu berdiri di sekitar tempat
tidur
Kaji respon pasien ketika melakukan
latihan aktifitas berjalan
- Pasien tampak berhati-hati dan
menahan nyeri
A5
A5
A5
A5
A5
Dx 2
S:
Pasien mengatakan mampu
berdiri tanpa bantuan
O:
- Pasien tampak berhati-hati
dan menahan nyeri ketika
miring kanan kiri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1,5
A5
1,2,3
1,2,3
25-11-2015
07.00
07.30
1,3
11.00
11.30
11.35
12.00
A5
A5
A5
A5
A5
A5
25-11-2015
15.30
Dx 1
A5
S:
Pasien mengatakan
P : luka operasi perut bawah
Q : nyeri sengkring - sengkring
R : nyeri saat begerak dan
berjalan
S : 1 dari 1 - 10
T : nyeri hilang timbul
O:
- Keadaan umum pasien
baik
- Pasien tampak tenang
- Pasien tampak berhati-hati
dan tidak menahan nyeri
Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
S/N : 36,3C/ 80x/menit
RR : 20x/menit
TFU : 2 jari di atas simpisis
UC: keras
Perdarahan : tidak ada
A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Dx 2
S:
A5
12.10
bantuan
Kaji respon pasien ketika melakukan
latihan aktifitas berjalan
- Pasien tampak berhati-hati dan
tidak menahan nyeri
A5
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebaiknya, pasien segera diberikan terapi yang adekuat. Dalam pemeriksaan
dan penatalaksanaan yang telah direncanakan pasien segera dilakukan agar
kondisinya tidak semakin memburuk. Dan untuk Profesi keperawatan perlu
mengembangkan sistem pendokumentasian keperawatan dengan menggunakan
sistem informasi manajemen.
58
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan
masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta :
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
59