OLEH
KELOMPOK 1
Maria Goretti Mikku Ate (2018610002)
Yulita Ina Kii (2018610009)
Serliana Bani (2018610003)
Amris. H. L. Awang (2017610002)
Ardianus Krismun (2017610007)
Erikson W. Hanggoka (2018610004)
Astrid S. Pabala (2018610011)
Bobby N. L. D. Oliviera (2017610020)
Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya, serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan LP DAN ASKEP
PNC ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pratik klinik 1.
Dengan selesainya LP DAN ASKEP ini kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan, kami
menyadari bahwa masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari
pembaca untuk penyempurnaannya. Semoga dapat memberikan manfaat bagi paca
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.3 Manfaat...........................................................................................................5
B. Etiologi PNC....................................................................................................7
F.pemeriksaan penunjang………………………………………………..10
G. penatalksanaan PNC
ASKEP PNC
Pengkajian
Analisa data
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
4.1 Kesimpulan....................................................................................................11
4.2 Saran………………………………………………………………….....
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil dan berakhir selama kira-kira 6-8 minggu. Akan
tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti semula dalam waktu 3
bulan. Masa nifas dengan riwayat episiotomi potensial terjadi infeksi nifas dan
angka kematian terbesar di Indonesia disebabkan oleh infeksi.Seorang wanita
dapat meninggal karena persalian pasca persalinan dalam waktu 1 jam setelah
melahirkan oleh karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama
kala III dan kala IV persalinan sangat penting. Memperkirakan kehilangan darah
hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu setelah melahirkan. Upaya
yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering
selama kala IV dan menilai kehilangan darahya dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan
dan menilai tonus uterus.
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi pada
kehamilan dan persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, 2/3 kematian
terjadi dalam 4 minggu setelah persalian dan 60% kematian BBL terjadi waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi
dalam masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.Sebagian besar kejadian
kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalian dan
terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalian
diselesaikan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal
selama 2 jam pertama pasca persalian,mungkin ibu tidak akan mengalami
perdarahan pasca persalinan.
1.3 TUJUAN
1. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar
rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004). Post partum
adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (mitayani, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika
alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’ yang artinya bayi dan ‘parous’
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam
24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Vivian, 2011).
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih
kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu
setelahnya.
B. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin
(Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang
Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer