Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

PNC(POST NATEL CARE

OLEH
KELOMPOK 1
Maria Goretti Mikku Ate (2018610002)
Yulita Ina Kii (2018610009)
Serliana Bani (2018610003)
Amris. H. L. Awang (2017610002)
Ardianus Krismun (2017610007)
Erikson W. Hanggoka (2018610004)
Astrid S. Pabala (2018610011)
Bobby N. L. D. Oliviera (2017610020)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya, serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan LP DAN ASKEP
PNC ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pratik klinik 1.
Dengan selesainya LP DAN ASKEP ini kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan, kami
menyadari bahwa masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari
pembaca untuk penyempurnaannya. Semoga dapat memberikan manfaat bagi paca
pembaca.

Malang, April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………. ........4

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................5

1.3 Manfaat...........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

A. Pengertian PNC .............................................................................................6

B. Etiologi PNC....................................................................................................7

C. Patofisiologi PN ……………………………………………………. ........8

D. Manifestasi klinis PNC ...................................................................................9

E. Pathway PNC ..................................................................................................9

F.pemeriksaan penunjang………………………………………………..10

G. penatalksanaan PNC

ASKEP PNC

Pengkajian

Analisa data

Intervensi

Implementasi

Evaluasi
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11

4.1 Kesimpulan....................................................................................................11

4.2 Saran………………………………………………………………….....

11

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil dan berakhir selama kira-kira 6-8 minggu. Akan
tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti semula dalam waktu 3
bulan. Masa nifas dengan riwayat episiotomi potensial terjadi infeksi nifas dan
angka kematian terbesar di Indonesia disebabkan oleh infeksi.Seorang wanita
dapat meninggal karena persalian pasca persalinan dalam waktu 1 jam setelah
melahirkan oleh karena itu penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama
kala III dan kala IV persalinan sangat penting. Memperkirakan kehilangan darah
hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu setelah melahirkan. Upaya
yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering
selama kala IV dan menilai kehilangan darahya dengan cara memantau tanda
vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan
dan menilai tonus uterus.
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi pada
kehamilan dan persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, 2/3 kematian
terjadi dalam 4 minggu setelah persalian dan 60% kematian BBL terjadi waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi
dalam masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.Sebagian besar kejadian
kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalian dan
terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalian
diselesaikan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal
selama 2 jam pertama pasca persalian,mungkin ibu tidak akan mengalami
perdarahan pasca persalinan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.Apa yang dimaksud dengan postnatal care ?

2. Bagaimana asuhan kebidanan postnatal care?

3. Bagaimana penyusunan dokumentasi pada postnatal care fisiologis yang

4.menggunakan metode SOAP ?

2 4.Bagaimana contoh pendokumentasian kasus pada postnatal care fisiologis

3 menggunakan metode SOAP ?

1.3 TUJUAN

4 1. Mengetahui maksud yang dimaksud dengan postnatal fisiologis


5 2. Mengetahui asuhan kebidanan postnatal care

6 3. Mengetahui cara penyusunan dokumentasi pada postnatal care fisiologis


yang

7 menggunakan metode SOAP

8 4. Mengetahui contoh pendokumentasian kasus pada postnatal care fisiologis


dengan

9 menggunakan metode SOAP


BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar
rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004). Post partum
adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (mitayani, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika
alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan
anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’ yang artinya bayi dan ‘parous’
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam
24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Vivian, 2011).
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih
kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu
setelahnya.

A. Masalah dalam Post Partum


1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita
keluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor yang disebabkan
oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan, keluhan ini bertambah berat
oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine
dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit, dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
section Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia
(biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap sampai beberapa
minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat
dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2009).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan
menetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada
25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50%
dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat
bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan
darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–
obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–
minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja
yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu
bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan
depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya
proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan
sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan sosial
ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan
adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri,
2009).

B. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.

C. Fisiologi Post Partum


1) Perubahan Fisik pada Post Partum
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu:
involusi uterus, lochea, dan laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat
menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman
sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian
terhindari dari perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan
ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur
akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula
dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein
yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat
hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
(Manuaba, 1999).
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari
tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut:
 Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan
hitam, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo,
sisa mekonium, sisa darah.
 Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur
darah.
 Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
 Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
 Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak
dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli
dan jaringan lemak bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,
hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental.
Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung
antibodi sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan
laktoferin, ASI masa transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai
hari kesepuluh, dan ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2) Perubahan Psikososial pada Post Partum


a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada
perubahan tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman
persalinan. Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selera makan
ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya
untuk menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan
tanggung jawab terhadap bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam
perawatan bayi baru lahir. Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah
melahirkan.
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu
menerima tanggung jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus
beradaptasi terhadap otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin
(Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

F. Konsep Pengkajian Post Partum


1. Pengkajian
A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama,
pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat
penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,
lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami
operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular
dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus
IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan
jalan lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada
kandung kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan

3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ibu
tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,


penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang
kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak
tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri
nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh


terhadap bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan
dapat berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya
dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat
keperawatan memutuskan rantai penularan
3. Menganjurkan ibu menganti penyakit
softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin
4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah
waktunya reproduksi dari kelembaban
5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering
tanda dan gejala infeksi berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh


Maria A. Jakarta: EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta. EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta. TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta.
MediAction
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-
a.html diakses pada 05-04-2017
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/
diakses pada 05-04-2017
https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-
PARTUM-NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017

Anda mungkin juga menyukai