Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KRLUARGA


“”

Dosen Pembimbing:
Ratna Dewi , SKM, MPH
Disusun Oleh Kelompok : 7

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TINGKAT II KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mem
berikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suat
u halagan yang berarti. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
“Asuhan Kebidanan pasca persalinan & menyusui” dengan materi “Mengidentifikasi Tanda
bahaya pada masa pasca persalinan”. Dalam menyusun makalah ini, tak lupa penulis juga m
engucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah asuhan kebidanan persalinan d
an bayi baru lahir bunda : Ratna Dewi, SKM, MPH dan kepada teman-teman yang telah men
dukung terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifat nya dapat membangun
guna sempurna nya makalah ini, dan penulis juga mengharapkan semoga makalah ini dapat b
ermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

PAGE \* MERGEFORMAT 26
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1 Pengertian Masa Pasca Bersalin ( Nifas )......................................................................2
2.2 Tahapan Masa Nifas......................................................................................................2
2.3 Identifikasi Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Pasca Persalinan....................................2
2.4 Tatalaksanaan Awal Pada Masa Nifas Dengan Penyulit...............................................16
2.5 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas ( Pendarahan)..........17
2.6 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas ( Kejang )................20
2.7 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas
(Henti Napas/Henti Jantung)..........................................................................................21
2.8 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas (Syok)......................23
2.9 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas
(Penurunan Kesadaran)...................................................................................................24

BAB III PENUTUP.............................................................................................................26


3.1 Kesimpulan....................................................................................................................26
3.2 Penutup..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

PAGE \* MERGEFORMAT 26
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat
dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indon
esia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan, yaitu 102 per 100.
000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masi
h belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti yang diharapkan (Handayani, 2016).
Pada tahun 2019 AKI di Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan, target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hi
dup (Sali, 2019). WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa kematian ibu ada
lah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persa
linan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung setelah persalinan. K
ematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia
15- 49 tahun diseluruh dunia. Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampi
r 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, terutam
a pada masa 2 jam postpartum (2 jam pasca persalinan). Kira- kira 75% kematian ibu 2 diseb
abkan oleh perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca salin) yaitu perdarahan yang
melebihi 500 ml setelah bayi lahir, infeksi (biasanya pasca salin), tekanan darah tinggi saat ke
hamilan (preeklamsia/ eklamsia), partus lama/ macet, aborsi yang tidak aman (Endang, 2019).

1.2 Rumusan masalah.


a. Apa identifikasi dan gangguan pada masa nifas?
b. Bagaimanakah tanda bahaya pada masa pasca persalinan?
c. Bagaimana Tatalaksanaan awal pada masa nifas dengan penyulit?
d. Bagimana Tatalaksanaan awal kasus kegawatdaruratan pada masa nifas (pendarahan,
kejang, henti nafas, penurunan kesadaran, syok, henti jantung)?

1.3 Tujuan.
a. Untuk mengetahui identifikasi dan gangguan pada masa nifas.
b. Untuk mengetahui tanda bahaya pada masa pasca persalinan.
c. Untuk mengetahui Tata laksanaan awal pada masa nifas dengan penyulit.
d. Untuk mengetahui tata laksanaan awal kasus kegawatdaruratan pada masa nifas (pend
arahan, kejang, henti nafas, penurunan kesadaran, syok, henti jantung).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Pasca Bersalin ( Nifas )

PAGE \* MERGEFORMAT 26
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera dimula setelah kel
ahiran bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu terutama ketika sistem rep
roduksi kembali seperti mendekati keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015).
Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 6 minggu (Vivian,
2012:1). Masa nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru lahir karena dalam
masa ini, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik,emosi, dan kondisi psikiologi ibu.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Saleha, 20
09, Wiknjusastro, 2007).
2.2 Tahapan Masa Nifas.
Menurut Sri Astuti (2015) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :
1. Puerperium Dini (Immediate Postpartum) : 0 – 24 jam postpartum.
Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Perdarahan merupak
an masalah terbanyak pada masa ini. Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri da
n berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. Dalam agam
a islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermediate (Early Postpartum) : 1 – 7 hari postpartum.
Yaitu masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal, tidak ad
a perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam,ibu cukup mendapat nutrisi d
an cairan, ibu dapat menyusui dengan 10 baik. Kepulihan menyeluruh alat-alat genet
alia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Puerperium Remote (Late Postpartum) : 1 - 6 minggu postpartum.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Masa dimana perawatan dan pemeriks
aan kondisi sehari-hari, serta konseling KB. Waktu untuk sehat sempurna bisa bermi
nggu-minggu, bulanan, tahunan.

2.4 Identifikasi Tanda-tanda bahaya pada masa pasca persalinan


Tanda bahaya pada masa pasca persalinan
1. HPP ( Antonia uteri, inversion uteri, sisa plasenta, robekan jalan lahir )
2. Infeksi nifas ( Vulvitis, phlebitis, mastitis, sistitis, peritpnitis, endometritis, infeksi luka ja
hitan)
3. Preeklamsi / eklamsi masa nifas
4. Hematoma vulva, vagina dan hemoroid

No Tanda Baha Gejala Subjektif : Penyebab Penatalaksaan


ya Keluhan Objektif
1 Antonia Ute  Tekanan darah ren  Menjalani persalinan  Pijat uterus atau rahi
ri dah. yang sulitdan berlan m, dokter akan mele

PAGE \* MERGEFORMAT 26
 Detak jantung cepa gsung lama,atau berl takkan satu tangan d
t. angsung terlalu cepa i vagina dan meneka
 Pusing atau terasa t nnya melawan rahi
sepertiakan pingsa  Mengalami peregan m, sementara tangan
n. gan rahim secara ber yang lain menekan
 Keringat dingin. lebihan, yang dapat t Rahim melalui peru
 Nyeri, terutama di erjadi akibat kehami t.
bagianpunggung. lan kembar atau air  Obat-obatan uteroto
 Kulit terlihat puca ketuban yang berlebi nik seperti oxytocin
t. han (polihidramnio dan methylergonovi
n) ne.
 Menggunakan oksit  Transfusi darah.
osin untuk induksi p
ersalinan dalam wak
tu yang terlalu lama
2 Inversio Ute  Pendarahan berlebi  Persalinan lama ata  Persiapan operasi cit
ri han dan tidak terko u persalinan tertun o Tindakan operatif
ntrol setelah kelahi da umumnya diperluka
ran bayi  Pembesaran rahim n apabila reposisi m
 Tekanandarah men karena terlalu bany anual tidak berhasil
urun ak cairan ketuban  Stabilisasi hemodina
 Detak jantung men (polydramnios) ata mik dengan resusita
ingkat u anak terlalu besar si cairan
 Rasa nyeri di area  Pemberian oksitosi  Jangan melepaskan
vagina dan perineu n, anestesi umum a plasenta sebelum ute
m tau obat-obatan lai rus dalam posisi nor
 Nyeri pada pungg n selama persalina mal
ung. n  Pemberhentian obat
 Proses induksi kerj uterotonik, karena p
a melalui pengguna osisi relaksasi uterus
an obat-obatan dibutuhkan untuk tin
dakan reposisi
3 Sisa Plasent  Demam  Kontraksi rahim ya  Pemberian obat untu
a  Menggigil ng lemah atau tida k merangsang kontr
 Nyeriyang berlang k teratur aksi rahim dan meng
sung lama  Plasenta yang tumb eluarkan plasenta
 Perdarahan hebat uh terlalu dalam di  Pengambilan plasent
 Keluar cairan dan j dinding rahim a secara manual den
aringan berbau tida  Leher rahim yang gan tangan atau alat
k sedap dari vagina menutup sebelum p khusus di bawah ane
lasenta keluar stesi lokal atau umu
 Faktor risiko sepert m
i usia ibu, kehamila  Pembedahan untuk

PAGE \* MERGEFORMAT 26
n prematur, persali mengangkat plasent
nan lama, atau oper a dan jaringan yang
asi caesar sebelum tertinggal di rahim
ny (kuretase)
 Pemberian antibiotik
untuk mencegah ata
u mengobati infeksi
 Transfusi darah jika
terjadi perdarahan
banyak
4 Robekan Jal  Rasa sakit atau ny  Ukuran atau posisi b  Pemeriksaan dan pe
an Lahir eri di daerah vagi ayi yang tidak sesuai njahitan luka
na dan perineum dengan ukuran atau  Pemberian obat pere
 Perdarahan dari v kelenturan jalan lahi da nyeri dan antibiot
agina r ik untuk mencegah a
 Pembengkakan at  Persalinan yang terla tau mengobati infek
au memar di daer lu cepat, lama, atau s si
ah vagina dan per ulit  Perawatan luka deng
ineum  Penggunaan alat ban an membersihkan, m
 Kesulitan buang a tu persalinan seperti engompres, dan men
ir kecil atau besar vakum atau forsep gganti pembalut sec
 •Infeksi atau bau  Adanya jaringan par ara rutin
tidak sedap dari l ut atau robekan sebe  Menghindari aktivit
uka lumnya di daerah va as yang memberi tek
gina dan perineum anan pada daerah va
 Kurangnya persiapa gina dan perineum s
n atau pemijatan pad eperti duduk, berjala
a daerah vagina dan n, atau berhubungan
perineum sebelum p seksual
ersalinan  Melakukan senam k
egel untuk memperk
uat otot dasar pangg
ul dan meningkatka
n sirkulasi darah
5 Vulvitis  Gatal, nyeri, dan p  Infeksi : bakteri, vi  Pemeriksaan fisik
erih di vulva (bagia rus, jamur, atau par untuk menentukan
n luar organ intim asit, seperti herpes penyebab vulvitis
wanita) genital, kutil kelam  Pemberian obat ses
 Keputihan yang tid in, candidiasis vulv uai dengan penyeb
ak normal (berwar ovaginal, kudis, da ab vulvitis, misaln
na, berbau, atau ke n kutu kemaluan ya obat antiinflama
ntal)  Penyakit kulit, sep si untuk menguran
 Kulit vulva kering, erti psoriasis, liche gi peradangan, oba

PAGE \* MERGEFORMAT 26
bersisik, atau berbi n sclerosus, dan lic t antijamur untuk
ntik putih hen planus mengobati infeksi j
 Bengkak dan keme  Estrogen rendah amur, atau obat ant
rahan di vulva dan  Vulvodinia, yaitu s ivirus untuk mengo
bibir vagina ensasi seperti terba bati infeksi virus
 Lepuhan atau benj kar atau tertusuk di  Pemberian salep at
olan berisi cairan d vulva tanpa penyeb au krim yang meng
i vulva ab yang jelas andung kortikoster
 Nyeri saat berseng  Penggunaan obat-o oid atau anestesi lo
gama dan buang ai batan tertentu, sepe kal untuk mengura
r kecil rti suplemen horm ngi rasa nyeri dan
on dan obat antibio gatal
tik dalam jangka p  Pemberian estroge
anjang n topikal (oles) unt
 Vulva tidak bersih uk mengatasi keker
akibat tidak menja ingan pada vulva a
ga kebersihan kulit kibat estrogen rend
di vulva dan area s ah
ekitarnya  Perawatan luka de
ngan membersihka
n dan mengompres
area yang terkena
 Prosedur bedah unt
uk mengangkat jari
ngan yang terinfek
si atau terkena kan
ker
 Perubahan gaya hi
dup dan pola maka
n untuk mencegah
iritasi dan infeksi u
lang pada vulva, m
isalnya mengonsu
msi makanan berse
rat tinggi, minum a
ir putih yang cuku
p, menghindari pen
ggunaan produk be
rparfum di area kel
amin, mengenakan
pakaian dalam yan
g berbahan katun d
an tidak terlalu ket

PAGE \* MERGEFORMAT 26
at, serta menjaga k
ebersihan organ int
im dengan cara yan
g benar
6 Phlebitis  Rasa sakit, nyeri,  Infeksi oleh bakter  Pemeriksaan fisik
dan bengkak di ar i, virus, jamur, atau dan penunjang ole
ea vena yang men parasit yang masuk h dokter untuk men
galami peradanga ke vena melalui lu entukan jenis dan p
n ka atau kateter enyebab phlebitis
 Kulit kemerahan  Gangguan pembek  Pemberian obat ant
dan hangat di seki uan darah yang me iinflamasi untuk m
tar vena yang terk nyebabkan terbent engurangi peradan
ena uknya gumpalan d gan dan nyeri
 Demam, lemas, d arah dalam vena (tr  Pemberian obat ant
an nyeri otot omboflebitis) ibiotik untuk meng
 Nyeri saat berhub  Kurang bergerak at obati infeksi bakter
ungan seksual ata au berbaring dalam i
u buang air kecil waktu lama yang  Pemberian obat ant
menyebabkan alira ikoagulan untuk m
n darah melambat encegah atau meng
 Faktor risiko sepert obati gumpalan dar
i usia lanjut, merok ah dalam vena
ok, obesitas, varise  Pemberian salep at
s, hamil, kanker, at au krim yang meng
au mengonsumsi pi andung kortikoster
l KB oid untuk mengura
ngi rasa gatal dan k
emerahan
 Pengompresan dae
rah yang terkena d
engan air hangat at
au es batu untuk m
eredakan gejala
 •Penjahitan luka at
au pengangkatan v
ena yang terinfeksi
dengan prosedur b
edah jika diperluka
n
 • Perubahan gaya h
idup dan pola mak
an untuk mencegah
iritasi dan infeksi u

PAGE \* MERGEFORMAT 26
lang pada vena, mi
salnya minum air p
utih yang cukup, m
enghindari rokok d
an alkohol, menge
nakan pakaian dala
m yang berbahan k
atun dan tidak terla
lu ketat, serta menj
aga kebersihan org
an intim dengan ca
ra yang benar
7 Mastitis  Demam  Putting tenggelam  Pengosongan payud
 Suhu tinggi  Teknik menyusui ya ara, serta terapi supo
 Ada kemerahan pa ng tidak benar rtif, seperti beristirah
da payudara  Jarang mengganti B at
 Nyeri payudara H  Kompres payudara.
 Putting pecah-peca Jika gejala mastitis ti
h dak membaik dalam
 Pembengkakan pay 24–48 jam,
udara  dapat diberikan anti
biotik, misalnya cep
halexin atau clindam
ycin.
 Pasien mastitis tidak
perlu berhenti meny
usui, sebab meskipu
n menderita mastitis,
menyusui tidak mem
bahayakan bayi
8 Sistitis  Rasa sakit, perih,  Infeksi bakteri, terut  Minum banyak air p
atau terbakar saat ama Escherichia coli utih untuk membant
buang air kecil (E. coli), yang masu u mengeluarkan bakt
 Frekuensi buang k ke kandung kemih eri dari kandung ke
air kecil meningk melalui uretra (salur mih
at, tetapi jumlah u an kencing)  Mengonsumsi obat p
rine yang keluar s  Cystitis interstisial, ereda nyeri dan antii
edikit-sedikit yaitu peradangan kr nflamasi untuk men
 Urine berwarna k onis pada kandung k gurangi gejala
eruh, berdarah, at emih tanpa penyeba  Mengonsumsi antibi
au berbau tidak se b yang jelas otik sesuai resep dok
dap ter untuk mengobati
 Nyeri di perut ba infeksi bakteri

PAGE \* MERGEFORMAT 26
gian bawah atau p  Menghindari makan
unggung an dan minuman yan
 Demam, lemas, d g dapat mengiritasi k
an nyeri otot andung kemih, seper
 Nyeri saat berhub ti alkohol, kafein, co
ungan seksual kelat, dan makanan
pedas
 Mengompres perut b
agian bawah dengan
air hangat untuk mer
edakan nyeri
 Menjaga kebersihan
organ intim dengan
cara yang benar
 Mengenakan pakaia
n dalam yang berbah
an katun dan tidak te
rlalu ketat
 Mengurangi aktivita
s seksual selama me
ngalami sistisis
9 Peritonitis  Mual dan muntah  Penyakit radang pa  Diagnosis: Dokter
 Demam nggul akan melakukan pe
 Lemas  Peradangan di salu meriksaan fisik da
 Hilang nafsu mak ran pencernaan, se n tes darah serta pe
an perti penyakit Croh ncitraan medis sep
 Diare n erti CT scan untuk
 Sembelit dan tida  Infeksi pada kantu menentukan penye
k bisa buang gas ng empedu, usus k bab peritonitis.
ecil, atau aliran dar  Perawatan penyeba
ah b utama: Jika perit
 Sirosis hati yang di onitis disebabkan o
sertai penumpukan leh infeksi usus bo
cairan di rongga pe cor atau apendisiti
rut (asites) s, tindakan bedah
mungkin diperluka
n untuk mengatasi
masalah tersebut.
 Antibiotik: Pasien
akan diberikan anti
biotik untuk meng
obati infeksi perut.
 Drainase: Jika ada

PAGE \* MERGEFORMAT 26
cairan atau nanah y
ang terakumulasi d
i dalam perut, dokt
er dapat melakukan
prosedur drainase
untuk mengeluarka
nnya.
 Perawatan penduk
ung: Pasien mungk
in memerlukan cair
an intravena, nutris
i, dan perawatan in
tensif untuk menja
ga kondisi tubuhny
a stabil.
10 Endrometrist  Demam  Persalinan dengan  pasien akan diberik
is  Pembengkakan p metode operasi cae an antibiotik (clind
erut sar, karena rahim b amycin, gentamici
 Nyeri di perut ba isa kontak dengan
n, dan ampicillin. )
gian bawah, area udara atau faktor la
panggul, atau dub in di luar tubuh melalui infus
ur  Prosedur medis ya
 Keputihan yang ti ng melibatkan pen
dak normal ggunaan alat yang
 Perdarahan dari v dimasukkan melalu
agina di luar wakt i mulut rahim, sepe
u haid rti histeroskopi, pe
 Nyeri saat buang masangan kontrase
air besar psi spiral, serta kur
 Sembelit et
 Rasa tidak enak b  Ketuban pecah dini
adan dan lemas yang tidak tertanga
ni atau persalinan y
ang lama
 Perdarahan pascap
ersalinan
 Infeksi ketuban (ch
orioamnionitis)
 Biopsi endometriu
m, yaitu pengambil
an sampel jaringan
dari lapisan rahim
 Plasenta atau jarin
gan yang tertinggal
di dalam rahim set
elah melahirkan at
au akibat kegugura

PAGE \* MERGEFORMAT 26
n

11 Infeksi Luka 
Pembengkakan,  Bakteri berpindah ke  Perawatan luka: Be
Jalan Lahir 
Kemerahan, luka jalan lahir yang rsihkan luka denga

Nyeri masih terbuka,merek n hati-hati menggu

Peningkatan Dem a dapat menyebabka nakan cairan antise
am n infeksi. ptik atau larutan ga
 Keluarnya Cairan  Bakteri tersebut bisa ram fisiologis. Gan
Berwarna atau Be berasal dari lingkun ti perban dengan te
rbau gan sekitar, alat med ratur.
is yang digunakan, a  Antibiotik: Jika inf
tau dari kulit dan sal eksi parah, dokter
uran pernapasan ibu mungkin meresepk
 Kurangnya kebersih an antibiotik untuk
an saat merawat luk membantu mengat
a jalan lahir, misalny asi infeksi.
a dengan tangan yan
g tidak dicuci denga
n baik atau alat-alat
yang tidak steril, dap
at menjadi faktor risi
ko infeksi.
 Kondisi kesehatan ib
u atau bayi yang mel
emahkan sistem kek
ebalan tubuh, seperti
diabetes, HIV, atau
kondisi medis lainny
a, dapat meningkatk
an risiko infeksi luk
a jalan lahir.
 Persalinan yang berl
angsung dalam wakt
u yang lama.
 Penggunaan alat-alat
medis, seperti katete
r atau vacuum extrac
tor, selama persalina
n juga dapat mening
katkan risiko infeksi
jika tidak dilakukan
dengan benar.
12 Pre eklampsi  Tekanan darah tin  Plasenta tidak berk  Kolaborasi dengan

PAGE \* MERGEFORMAT 26
a/eklamsia ggi emnang dengan bai dokter
 Urine mengandun k  Pasang Infus RL50
g protein  Kehamilan pertam 0 cc
 Pembengkaan (ed a  Pasang Kateter teta
ema) di kaki  Kehamilan bayi ke p, nilai pengeluara
 Sakit kepala mbar n urine
 Mual dan muntah  Gangguan pada sys  Beri Anti Konvuls
 Nyeri area perut d tem imun tubuh an MgSO4 atau Di
an bahu  Kerusakan pada pe azepam sesuai advi
 Nyeri punggung mbuluh darah s dokter
bawah  Memiliki Riwayat  Oksigen 4-5 1/mnt
 Gangguan pengel preeklamsia sebelu  Jika terjadi Kejang
ihatan mnya lindungi pasien dar
 Hamil di usia >40 i kemungkinan trau
atau <20 tahun. ma
 Baringkan pasien p
ada sisi kiri untuk
menghindari resiko
aspirasi bila perlu
pasang tongue spat
el
 Setelah kejang aspi
rasi mulut dan teng
gorokan jika diperl
ukan
13 Hematoma v  Pembengkakan (e  Cedera pada pemb  Tatalaksana hemat
ulva dema) uluh darah tanpa a oma vulvovaginal
 Rasa sakit luar bi danya laserasi/saya dilakukan berdasar
asa tan pada jaringan s kan ukuran, durasi
 Nyeri hebat ekitar sejak persalinan, d
 pendarahan  Trauma tekanan at an ekspansi Tetapi,
 Tekanan pada per au berhubungan de jika rasa sakitnya p
ineum ,vagina, ur ngan perbaikan rob arah atau hematom
ertra, kandung ke ekan perineum ata a terus membesar,
mih, dan rektrum u episiotomi maka perlu dilakuk
 Tekanan pada Rahi an eksporasi bedah
m
 Timbul segera sete
lah persalinan seles
ai
14 Hematoma  Nyeri dan bengka  Trauma pada  memberi anestesi lo
Vagina k. Anda mungkin persalianan kal kemudian memb
bisa merasakan at  Penenkanan pada uat sayatan kecil pad

PAGE \* MERGEFORMAT 26
au melihat massa saat Tindakan a hematoma dan me
yang ditutupi kuli persalinan nggunakan tabung k
t berwarna ungu a  Ruftur pembuluh ecil untuk mengalirk
tau biru, mirip de darah spontan an darah yang terku
ngan memar.  Hubungan seksual mpul.
 Buang air kecil y yang kuat  Setelah darah hilang,
ang menyakitkan dokter atau ahli med
atau sulit. Jika ma is akan menjahit dae
ssa menekan uretr rah itu vagina
a atau menghalan  diberi antibiotik unt
gi lubang vagina, uk mencegah terjadi
Anda mungkin ak nya infeksi.
an kesulitan buan
g air kecil. Tekan
an ini juga bisa m
embuatnya nyeri.
 Jaringan menonjo
l. Hematoma yan
g sangat besar ter
kadang meluas ke
luar vagina
15 Hemoroid  Munculnya pembe  Tekanan pada Rahi  Penatalaksanaan he
ngkakkan di sekitar m moroid dapat dilak
dubur  Mengejan terlalu ku ukan secara bedah
 Disertai dengan ras at atau berlebihan dan no bedah.
a gatal, nyeri, dan t  Sembelit pasca persa  Penanganan non be
erkadang mengelua lianan dah meliputi sklero
rkan darah.  Meningkatkan horm terapi, Rubber Ban
 Muncul rasa tidak on progesterone d Ligation (RBL),
nyaman dan benjol  Ada Riwayat keturu koagulasi bipolar, s
an nan inar inframerah
 Penatalaksanan be
dah hemoroid adal
ah dengan hemoroi
dektomi. Hemoroi
dektomi adalah op
erasi pengangkatan
hemoroid denganm
cara eksisi yakni d
engan mengangkat
jaringan yang men
galamivarises (pele
baran) yang terjadi

PAGE \* MERGEFORMAT 26
didaerah kanalis an
alis

Secara pengobatan
manual :
 Berendam di air han
gat terutama pada da
erah dubur sebanyak
dua kali sehari
 Mengompres daerah
yang bengkak denga
n kompres es
 Hindari duduk dan b
erdiri telalu lama
 Menggunakan bantal
sebagai alas untuk m
engurangi tekanan p
ada rektum.
 Hindari duduk di per
mukaan yang terlalu
keras.

PAGE \* MERGEFORMAT 26
2.4 Tatalaksanaan awal pada masa nifas dengan penyulit

No PROSEDUR Nilai
1 2 3
1 Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tindakan yang akan
dilakukan, atur posisi untuk mempermudah pemeriksaan, atur pasien
seefesien mungkin.
2 Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada ibu
3 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan
4 Cuci tangan keseluruhan dengan sabun dan air mengalir serta
mengeringkan dengan handuk
5 Minta ibu berbaring terlentang diatas tempat tidur
6 Pemeriksaan umum
Memerikasa TTV :
 Tekanan darah
 Suhu tubuh
 Denyut nadi
 Pernapasan
7 Pemeriksaan pada payudara yang mengalami bendungan ASI
 Melepas pakaian dan meletakkan handuk didada pasien
 Pasien berbaring terlentang dengan lengan kiri diatas kepala,
kemdian palpasi secara lembut dan hati-hati payudara kiri dan
kanan
 Periksa pengeluaran ASI pada payudara pasien
 Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
 Sanggah payudara
 Kompres dengan air dingin pada payudara selama 15 menit secara
bergantian payudara kiri dan kanan
 Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
 Menganjurkan pasien menyusukan sesering mungkin dengan
kedua payudara disusukan
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasikan hasilnya
8 Merapikan pasien dan alat
9 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ,kemudian keringkan
dengan handuk yang bersih
10 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
11 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
12 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

PAGE \* MERGEFORMAT 26
2.5 Tatalaksanaan awal kasus kegawatdaruratan pada masa nifas ( Pendarahan)

Penatalaksanaan awal pendrahan post partum dimulai dengan


1. Melakukan ttv
 Tekanan darah
 Suhu
 Denyut nadi
 Laju pernapasan
2. Pemasangan infus,
3. Penghapusan sisa jaringan plasenta dan perbaikan laserasi genital
4. Pemberian obat uterotonik, Uterotonik (misalnya, oksitosin , prostaglandin, metilergo
novin ),
5. pemijatan uteri,
6. kompresi bimanual,
7. Transfusi darah/cairan kristaloid, Pemberian faktor pembekuan darah, danmengambil
sisa plasenta secara manual serta menejemen trauma.

Tatalaksanaan lanjutan pendrahan post partum


No PROSEDUR Nilai
1 2 3
1 Menyapa pasien, keluarga serta memperkenalkan diri setiap kali
pertama berinteraksi dengan pasien dan keluarga
2 Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga
3 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, dan keringkan dengan
handuk bersih
4 Tindakan penatalaksanaan perdarahan pasca persalina karena atonia
uteri
 Teriak minta tolong (petugas,bidan penanggungjawaban pasien)
 Nilai sirkulasi, jalan napas dan pernapasan pasien-bila ibu tidak
bernapas, segera lakukan tindakan resusitasi
 Mendekati troli emergency ke tempat kejadian emergency
5  Bidan penanggungjawab pasien menyampaikan kepada orng
pertama/dokter jaga tentang kondisi lain yang dapat
mempengaruhi:
 Usia ibu
 Kehamilan keberapa
 Usia kehamilan
 Proses persalinan yang baru saja dialami, termasuk : riwayat
induksi, kelahiran menggnakan alat , persalinan lama atau terlalu

PAGE \* MERGEFORMAT 26
cepat, riwayat ketuban pecah, kelahiran plasenta, jumlah
perdarahan yang terjadi
 Berat lahir bayi
 Tanda-tanda vital selama ini
 Kadar HB saat hamil
 Riwayat HPP/atonia pada kehamilan sebelumnya jika ada
6 Berikan oksigen 4-6L/menit melalui sungkup atau kanula
7 (Orang kedua dibantu orang ketiga-secara melakukan pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan fisik: simultan
• Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
• Hitung frekuensi nadi Hitung frekuensi napas
*Pemeriksaan tekanan darah *menggunakan manset yang sesuai*
8 Bila menemukan tanda-tanda syok, orang pertama segera mengambil
alih situasi dan melakukan tatalaksana syok sesuai daftar tilik syok.
Sementara itu orang kedua dan ketiga secara simultan melakukan:
• Secara simultan lakukan pemijatan uterus (maksimal 15 detik)
• Pastikan kandung kemih kosong dan plasenta telah lahir lengkap

Nilai kontraksi, bila kontraksi uterus tidak baik maka diagnosisnya


Atoni Uteri, segera lakukan KBI. (Bila kontraksi uterus baik,
langsung ke langkah 7.g)

Berikan infus oksitosin 10-20 IU dalam 500 ml cairan kristaloid.


Lanjutkan infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml larutan NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.

Bila oksitosin tidak tersedia atau bila perdarahan tidak berhenti,


berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV lambat, dapat diikuti
pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV
(lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. Jangan berikan lebih dari 5
dosis (1 mg)
Berikan misoprostol 800-1000 ug per rektal/sublingual Jika
perdarahan berlanjut, berikan 1000 mg traneksamat IV (bolus selama
1 menit) asam.
• Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
10 Melakukan pencacatan hasil pemeriksaan awal terarah (quickcheck)
dengan baik dan lengkap 9. Pada saat memasang infus, lakukan juga
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar Hb dan
golongan darah Melakukan Kompresi Bimanual. Dapat dilakukan
oleh orang pertama/dokter atau orang kedua/bidan berlangsung,
uterus tidak Bila perdarahan masih berkontraksi, lakukan Kompresi
Bimanual Interna
11 Ganti dengan sarung tangan penjang steril hingga menutup siku
12 Pastikan kandung kemih kosong
13 Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan menyisihkan
kedua labia minora ke lateral dan tangan dominan secara obstetric
dimasukkan melalui introitus vagina
14 Kepalkan tangan dominan dan letakkan dataran punggung jari

PAGE \* MERGEFORMAT 26
telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior, dorong corpus
depan uteri ke arah kranio-anterior
15 Tapak tangan non dominan menekan bagian belakang korpus uteri
16 Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
17 Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Perhatikan
perdarahan yang terjadi, bila perdarahan berhenti, pertahankan
kompresi hingga kontraksi uterus membaik selama 2 menit
kemudian keluarkan tangan.
18 Bersihkan sarung tangan dan rendam klorin 0,5%
19 Cuci tangan dan lenganm keringkan dengan handuk 10. Jika uterus
tetap tidak berkontraksi setelah kompresi bimanual interna selama 5
menit, lanjutkan kompresi bimanual interna/ eksterna oleh orang lain
sambil menyiapkan rujukan
20 Orang pertama segera menyiapkan rujukan
Perawatan pasca tindakan jika atonia teratasi
a. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (lakukan skintest
terlebih dahulu): Ampisilin 2 g dan metronidazol 500 mg IV
b. Lakukan pengawasan dan pencatatan (orang kedua dan orang
ketiga) tanda vital dengan mengukur tekanan darah, nadi serta
kontraksi uterus dan perkiraan jumlah perdarahan
 setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama
 setiap 30 menit pada 1 jam kedua setiap jam untuk waktu
seterusnya hingga pasien benar-benar dalam keadaan stabil
c. Pasang kateter menetap untuk mengawasi jumlah urin yang
keluar, ukur volume urin tiap 3-4 jam
d. Periksa kadar Hb pasca tindakan
e. Buat laporan tindakan dan catat kondisi pasien pada catatan
medis Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting
yang memerlukan pemantauan ketat
f. Beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan
Persiapan dan Proses Rujukan
 Surat rujukan
 Transportasi
 Pertahankan cairan infus sesuai dengan kondisi pasien dan
lanjutkan resusitasi cairan jika diperlukan
 Lanjutkan pemberian uterotonika selama perjalanan
 Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/SMS
 Petugas kesehatan mendampingi rujukan

PAGE \* MERGEFORMAT 26
2.6 Tatalaksanaan awal kasus kegawatdaruratan pada masa nifas ( kejang )

Penatalaksanaan awal kejang dimulai dengan


1. Pastikan keselamatan: Jaga agar lingkungan sekitar aman untuk menghindari cedera p
ada ibu dan bayi.
2. Panggil bantuan medis: Hubungi layanan darurat atau tenaga medis segera.
3. Jaga jalan napas: Pastikan ibu dapat bernapas dengan bebas. Letakkan ibu dalam posis
i lateral, yaitu berbaring miring ke salah satu sisi.
4. Monitor tanda vital: Awasi tekanan darah, detak jantung, dan tingkat oksigen ibu.
5. Berikan oksigen: Jika tersedia, berikan oksigen dengan masker.
6. Cegah cedera: Jauhkan benda-benda tajam atau berbahaya dari sekitar ibu.
7. Berikan obat sesuai kebijakan medis: Pemberian obat anti-kejang seperti magnesium s
ulfat biasanya dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
8. Pantau janin: Lakukan pemantauan janin untuk memastikan kesehatan bayi.
Tindakan ini harus segera dilakukan untuk mengatasi kegawatdaruratan kejang pada mas
a nifas dan melindungi kesehatan ibu dan bayi.

Tatalaksanaan lanjut kejang


No PROSEDUR Nilai
1 2 3
1 Pastikan bahwa jalan nafas ibu terbuka / bebas
2 Mulai lakukan tindakan resusitasi, bila diperlukan
3 Berikan oksigen 4-6 liter / menit melalui sungkup
4 Pasang infus intravena dengan menggunakan larutan Ringer laktat
5 Lakukan pemeriksaan pembekuan darah
PENGOBATAN ANTI KEJANG (MAGNESIUM SULFAT)
Pemberian Dosis Awal Magnesium Sulfat
6 Cuci tangan menggunakan sabun, air mengalir dan keringkan
7 Beri tahu bahwa ibu akan merasakan panas saat magnesium sulfat
diberikan.
8 Berikan 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml aquades
9 Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
10 Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5
ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan
Pemberian Dosis Rumatan Magnesium Sulfat
11 Berikan 6 g MgSO4 40% (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat
12 Berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir

PAGE \* MERGEFORMAT 26
(bila eklamsia)
Pemantauan
13 Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam (TD, Nadi, Pemapasan, Refleks
patella, dan jumlah urin)
14 Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak didapatkan
refleks tendon patella, dan/atau terdapat oliguria (produksi urin < 0,5
ml/kgBB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4
15 Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan
10%) bolus dalam 10 menit
16 Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia di rujuk, pantau dan
nilai adanya perburukan preeklamsia.
17 Apabila terjadi eklamsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana
kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2g IV perlahan (15-20
menit).
18 Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selam 2 menit.
19 Bereskan alat setelah tindakan, bila digunakan alat suntik sekali
pakai buang dalam tempat sampah yang tahan tusukan
20 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan
handuk kering/pengering udara

2.7 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas (Henti Napas/Hent
i Jantung )
1. Panggil bantuan medis segera (ambulans).
2. Tempatkan ibu pada posisi terlentang di permukaan yang datar.
3. Mulai resusitasi jantung paru (CPR) dengan memberikan 30 kali tekanan dada pada d
ada ibu diikuti dengan 2 kali napas bantuan. Pastikan tekanan dada cukup dalam (sekit
ar 5-6 cm) dan napas bantuan cukup untuk mengangkat dada.
4. Jika tersedia, gunakan defibrilator otomatis eksternal (AED) jika ada indikasi aritmia
yang dapat diatasi dengan defibrilasi.
5. Lanjutkan CPR sampai bantuan medis tiba atau tanda-tanda kehidupan kembali munc
ul.
6. Penting untuk segera menghubungi bantuan medis dan memulai tindakan CPR secepa
t mungkin dalam kasus henti nafas pada masa nifas untuk meningkatkan peluang kese
lamatan ibu.

Tatalaksana lanjut nifas henti jantung:

No Prosedur Nilai
1 2 3
1 Panggil bantuan tim respon awal emergency
2 Lakukan penilaian awal cepat kondisi keadaan umum hemodinamik
dan keadaan yang mendukung kepada penegakan diagnosa
3 Lakukan langkah-langkah penatalaksanaan sesuai dengan algoritme
4 Berikan informasi yang jelas kepada keuarga situasi yang sedang
PAGE \* MERGEFORMAT 26
terjadi serta upaya yang sedang dilakukan oleh tim
Tatalaksanaan
5 Resusitasi jantung paru (RJP) :
30x kompresi
2x bantuan napas

 Metode RJP
 Cek kesadaran ibu
 Panggil bantuan
 Bebaskan jalan napas (head tilt-chin lift)
 Cek nadi (ada/tidak)
 Bila nadi tidak terasa : RJP
 Tekan /kompresi dada di pertemgahan sternum
 Kompresi sebanyak 30 : 2
 Pasang kanul IV No. 16 atau 18

No Prosedur Nilai
1 2 3
Persiapan
1 Memakai alat pelindung diri
2 Memastikan keamanan penolong, korban dan lingkungan
3 Memastikan kesadaran korban dengan cara:
 Menanyakan keadaan korban
 Menepuk bahu korban atau mencubit korban (Sambil menilai
kesadaran, penolong menilai adanya tidaknya nafas).
4 Meminta pertolongan (call for help) jika korban tidak sadar
5 Memperbaiki posisi korban: telentang di tempat datar dan keras
Mengatur posisi penolong: berlutut disamping korban
6 Memeriksa sirkulasi (nadi) dengan cara mempalpasi arteri kerotis (<
10 detik)
7 Memberikan kompresi (pada korban dewasa):
 Meletakkan pangkal telapak tangan menumpuk di atas
 Telapak tangan yang lain tegak lurus pada mid stemum di antara
puting susu
 Kedalaman tekanan 5 cm sebanyak 30 kali dengan kecepatan
100x/menit
8 Membuka jalan napas dengan head tiltchin atau jaw thrust (jika
curiga cedera servikal)
9 Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali (waktu setiap hembusan
1,5-2 detik
10 Sampai terlihat dada korban mengembang) Melakukan kombinasi
kompresi dan ventilasi 30:2 hinggah 5 siklus
11 Melakukan evaluasi setiap 5 siklus (sekitar 2 menit)
12 Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi mlai dengan
kompresi sampai 5 siklus

PAGE \* MERGEFORMAT 26
13 Jika nadi adekuat tapi napas belum adekuat, berikan rescue breathing
1 ventilasi tiap 5 detik dan evaluasi tiap 2 menit
14 Jika nadi dan napas adekuat tapi belu sadar, posisikan korban pada
recovery position (posisi pemulihan)

2.8 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas ( Syok )

1. Cari dan hentikan pendarahan


2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen
3. Naikan kaki ke atas untuk meningkatkan sirkulasi
4. Pasang 2 set infus untuk tranfusi dan obat-obatan IV

Tatalaksana lanjut syok

No Prosedur Nilai
1 2 3
1 Ibu diselimuti dan kakinya diangkat lebih tinggi dari posisi
Jantungnya (300atau bagian kaki diberi 2 bantal)
2 Memulai oksigen pada 4L/menit – 5 L/menit
3 Memasang dua jalur infus dengan jarum ukuran16‐18
4 Mengambil sampel darah untuk tes hemoglobin, pencocokan silang
dan pembekuan darah
5 Memulai infus dengan cairan kristaloid (RL ringer laktat/NaCl)
6 Memasukkan infus 1L pada setiap jalur infus dalam waktu 15‐20
menit (guyur)
7 Memberikan tambahan sedikitnya 2 liter larutan infus ringer laktat
selama satu jam, ukur cairan yang masuk dan keluar (balance cairan
8 Melanjutkan penggantian volume melalui infus sesuai dengan
Jumlah kehilangan darah
9 Menilai kebutuhan transfusi, tanyakan hasil laboratorium Hb, serta
kondisi klinis dan jumlah perdarahan
10 Melakukan kateterisasi kandung kemih -> dawer catheter, menetap

2.9 Tatalaksanaan Awal Kasus Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas (Penurunan Kesad
aran)

1. Mengenali gejala penurunan kesadaran, seperti tidak sadar, tidak responsif, atau tidak
bisa berkomunikasi
2. Memanggil bantuan medis darurat secepat mungkin
3. Memeriksa tanda-tanda vital ibu, seperti denyut nadi, tekanan darah, suhu, dan pernap
asan
4. Memberikan oksigen kepada ibu untuk mencegah hipoksia (kekurangan oksigen)

PAGE \* MERGEFORMAT 26
5. Memberikan cairan infus dan transfusi darah jika perlu untuk mengganti cairan yang h
ilang akibat perdarahan atau dehidrasi
6. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi, seperti antibiotika jika dicurigai ada infeksi,
antikonvulsan jika ada kejang, atau antipiretik jika ada demam
7. Mengangkat kepala ibu sedikit untuk memudahkan pernapasan dan menghindari aspir
asi (masuknya cairan atau benda asing ke dalam saluran napas)
8. Menjaga suhu tubuh ibu agar tetap normal dengan menggunakan selimut atau kipas an
gin
9. Menjaga kebersihan mulut dan gigi ibu dengan membersihkan lidah dan gusi secara te
ratur
10. Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mencari penyebab penurunan k
esadaran, seperti perdarahan, infeksi, preklampsia, eklampsia, emboli paru, atau strok
e
11. Melakukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap (rumah sakit) jika kondisi ibu tidak
membaik atau memburuk
Tatalaksana lanjut penurunan kesadaran
No Prosedur Nilai
1 2 3
1 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2 Laukukan penilaian keasadran (GCS)
3 Periksa Tanda-tanda vital :
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu
Laju pernapasan
4 Perhatikan pola pernapasan
5 Periksa pupil
6 Pemeriksaan neuorologi:
Saraf kranial
Motorik
Sensorik
Koordinasi
Tanda rangsang meningeal
7 Periksa jantung
8 Periksa paru
9 Periksa abdomen
10 Periksa ekstremitas
11 Periksa kulit
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
12 Periksa gula darah
13 Periksa darah lengkap
14 Periksa air seni rutin
15 Periksa tinja rutin
16 Periksa fungsi hati
17 Periksa fungsi ginjal
18 Periksa amonia
19 Periksa elektrolit (Na, Ca, Mg)

PAGE \* MERGEFORMAT 26
20 Periksa tes koagulasi
21 Periksa uji tapis toksikologi
22 Foto dada
TATA LAKSANAAN
23 Pertahankan jalan napas, respirasi dan sirkulasi
24 Pemberian glukosa
25 Pertimbangkan antidotum spesifik
26 Menurunkan peningkatan tekanan intrakranial
27 Memberantas kejang
28 Mengobati infeksi
29 Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
30 Mengatur suhu tubuh
31 Atasi agitasi

PAGE \* MERGEFORMAT 26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyara
kat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AK
I Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan, yaitu 1
02 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Masa nifas (puerperium) dimaknai seba
gai periode pemulihan segera dimula setelah kelahiran bayi dan plasenta serta mencermi
nkan keadaan fisiologi ibu terutama ketika sistem reproduksi kembali seperti mendekati
keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015).

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal ini terjadi karena penulis masih
dalam tahap pembelajaran sehingga diharapkan kritik dan saran oleh pembaca.

PAGE \* MERGEFORMAT 26
DAFTAR PUSTAKA

Modul Daftar-Tilik-Ketrampilan-Klinis_EMAS-3.USAID.
Nuursafa Fitriaz Zahroh, N. F. Z. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
MASA NIFAS Ny. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAYEN II (Doctoral dissertati
on, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Setyarini, D. I., Keb, M., Setyarini, D. I., Keb, M., Suprapti, S. S. T., & Suprapti, S. S.
T. (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Yuliana, W., & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifa
s. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

PAGE \* MERGEFORMAT 26

Anda mungkin juga menyukai