Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Fadilah Rahayu (2216003)
2. Nadia Nasution (2216023)
3. Devi Damayanti (2216009)
4. Ifdaul Khawari (2216027)
5. Ummul Hasanah (2216029)
6. Siti Nurhalizah (2216026)
7. Khoiriah Lubis (2216007)

Dosen Pembimbing :
Nikmah Choiriah, SST., M.Kes

STIKes NAMIRA MADINA


TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Kasus tentang Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya kelak.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta teman-teman yang
sudah memberikan konstribusinya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan malakah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang Deteksi Dini Komplikasi
Pada Masa Nifas.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Panyabungan, 07 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
2.1 Pengertian Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas ...............................2
2.2 Tujuan Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas.....................................2
2.3 Macam-Macam Komplikasi Yang Sering Timbul
Pada Masa Nifas Dan Upaya Penanganannya..............................................2
2.4 Pendarahan Infeksi Masa Nifas....................................................................9
2.5 Sakit Kepala, Nyeri Episgrastik, Penglihatan Kabur...................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Simpulan.......................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi
seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada
saat ini organ- organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak
tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya
justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu
serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan
atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada
masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya
merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa
kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan
baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan
ibu. Banyak kemungkinan untuk timbul masalah atau penyulit pada masa nifas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan deteksi dini komplikasi pada masa nifas?
2. Apa tujuan dari deteksi dini komplikasi pada masa nifas?
3. Bagaimana macam-macam komplikasi yang sering timbul?
4. Bagaimana pendarahan infeksi masa nifas?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang
artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat
setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan
fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

2.2 Tujuan Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas


a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif 7
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
f. Konseling tentang KB
g. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita
(Rini and Kumala 2017)

2.3 Macam – Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas
Dan Upaya Penanganannya
2.3.1 Pendarahan Post Partum
Pendarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi pada

2
jalan lahir yang volumenya lebih dari 500 ml dan berlangsung dalam 24 jam
setelah bayi lahir. Menurut waktu terjadinya, pendarahan post partum di
bagi menjadi 2 tahap, yaitu :
a. Post partum dini (Early post partum) di sebut juga perdarahan post
partum primer. Perdarahan pada post partum primer terjadi dalam 24
jam pertama setelah bayi lahir.
b. Post partum lanjut (Late post partum) disebut juga perdarahan post
partum sekunder. Terjadi setelah24 jam pertama sejak bayi lahir.

2.3.2 Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah.
Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi,
anemia, dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah
spontan atau akibat trauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali
terjadi selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematoma
vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.
Penyebab hematoma adalah:
1. Pelahiran operatif
2. Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak dijahit selama injeksi
lokal atau pudendus, atau selama penjahhitan episiotomy atau laserasi
3. Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau
episiotomy
4. Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung, atau
kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut
5. Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus
selama masase

2.3.3 Infeksi Nifas


Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan
alat alat genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman – kuman dapatterjadi
dalam kehamilan, waktu persalinandan nifas.

3
Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan
merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai
dengan suhu 38°C atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pasca- persalinan dalam 10 hari
pertama masa nifas.
Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu
tubuh, malaise umum, nyeri, dan lochea berbau tidak sedap. Peningkatan
kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi
kultur laboratorium dan sensifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan
penanganan memerlukan diskusi serta kolaborasi dengan dokter
konsultan anda.
Tempat-Tempat Infeksi Pada Masa Nifas
Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang
jauh lebih umum terjadi setelah pelahiran SC daripada pelahiran
pervaginam, adanya laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genetalia
dapat terkena infeksi setelah melahirkan. Selain itu, juga terdapat
penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi local dan menyebar melalui
jalur sirkulasi vena dan limfanik sehingga mengakibatkan infeksi bakteri
di tempat yang lebih jauh. Area perluasaan infeksi puerperium melalui
selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, tromboflebitis panggul atau
femoral, dan bacteremia.

Jenis – Jenis Infeksi


a. Infeksi pada Vulva, Perineum, Vagina, Serviks
Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan karena
masuknya kuman - kuman kedalam luka episiotomy atau abdomen pada
waktu persalinan dan nifas, dengan tanda-tanda infeksi jaringan sekitar
b. endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis
infeksi endometritis ialah infeksi yang paling sering. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya melalui luka bekas insersio plasenta, dan
dalam waktu yang singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

4
c. parametritis
Parametritis meruoakan peradangan pada parametrium yang merupakan
lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis disebut juga sellulitis
pelvika.
d. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam
perut (peritoneum). Peritoneum juga berfungsi untuk melindungi organ di
dalam perut. Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa
menyebabkan infeksi seluruh sistem tubuh yang membahayakan nyawa.
e. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin
(racun). Racun ini yang kemudian menghasilkan gangguan saraf yang
ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.

2.3.4 Subinvolusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg
6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut
sub-involusi.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
reproduksi pada masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif.
Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang
lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery)
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).

2.3.5 Masalah Payudara


a. Bendungan Asi

5
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan
air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting
susu (Buku Obstetri Williams). Pada versi lain bendungan air susu
diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005:700).
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada
payudara. Hal ini merupakan kondisi yang alamiah. Bendungan
payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiakan diri untuk laktasi.
Penyebab terjadinya bendungan ASI :
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
4. Puting susu terbenam
5. Puting susu terlalu panjang

Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui bayinya :


1. Susukan bayi sesering mungkin
2. Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian kiri dan kanan
3. Kompres hangat payudara sebelum menyusui
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5. Sangga payudara
6. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya

Bila ibu tidak menyusui :


1. Sangga payudara
2. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit

6
3. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara

b. Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis disebabkan
oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting
susu atau melalui peredaran darah. Keadaan ini bisa menjadi fatal bila
tidak diberikan tindakan yang tepat. Abses payudara, penggumpalan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari
mastitis.
Tanda gejala mastitis adalah :
1. Peningkatan suhu yang cepat (39,5°C sampai 40°C)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Menggigil
4. Sakit kepala
5. Nyeri hebat
6. Bengkak
7. Area payudara keras

Tindakan:
1. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhan akan
berkurang
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5. Ibu harus didorong menyusui bayinya
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan

c. Abses Payudara
Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan

7
baik, sehingga memperberat infeksi. Abses payudara merupakan
komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul
pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya
pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting
susu.
Tanda dan gejala abses payudara adalah:
1. Discharge putting susu
2. Demam
3. Menggigil
4. Pembengkakan payudara
5. Nyeri yang sangat hebat
6. Massa besar dan keras
7. Kulit berwarna kemerahan dan kebiruan mengindikasikan abses
berisi pus.

Penanganan abses payudara adalah:


1. Diperlukan anestesi umum (ketamin)
2. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya
tidak memotong saluran ASI
3. Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
4. Pasang tampon dan drain
5. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
6. Sangga payudara
7. Kompres dingin
8. Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
9. Ibu didorong tetap memberikan ASI
10. Lakukan evaluasi setelah pemberian pengobatan selama 3 hari

2.3.6 Tromboflebitis
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di
permukaan atau di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada

8
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat
akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah
disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.

9
2.3.7 Masalah Psikologis pada Masa Nifas
a. Post Partum Blues : merupakan problem psikis sesudah melahirkan
seperti kemunculan kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan
mengalami baby blues atau post natal syndrome yang terjadi pada hari
ke-4 -10 pasca persalinan. Adapun gejalanya yaitu reaksi depresi, sedih,
disporia. Sering menangis ,mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan,
cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan
nafsu makan ,kelelahan, mudah sedih, cepat marah, mood mudah
berubah, cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira. Perasaan
terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya, perasaan bersalah, dan
sangat pelupa.
b. Depresi Post Partum : merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan
merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban terhadap tangung
jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan
untuk menghilangakan perasaan itu. Depresi post partum dapat
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi
lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping
itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.
c. Psikosa Post Partum: Merupakan gangguan jiwa yang berat yang
ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan
(sense of reality) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan.
Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab
organic maupun emosional (fungsional) dan menunjukkan gangguan
kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan
itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu.

2.4 Pendarahan Infeksi Masa Nifas (Postpartum)

10
Infeksi postpartum adalah berbagai infeksi yang terjadi setelah seseorang
melahirkan melalui vagina, operasi caesar, atau saat menyusui. Komplikasi
persalinan ini bisa juga disebut sebagai infeksi pascapersalinan atau infeksi masa
nifas.
Sejumlah infeksi yang umum terjadi di antaranya infeksi lapisan rahim
(endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi
pada luka sayatan operasi caesar.
Infeksi postpartum dapat terjadi kapan saja selama masa nifas. Namun,
kemungkinan besar kondisi ini terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama
setelah melahirkan. Gejala yang paling umum dari infeksi pascapersalinan
adalah nyeri. Itulah sebabnya kondisi ini sulit dibedakan dengan nyeri
postpartum.
Infeksi lebih sering terjadi bila ibu melahirkan di tempat yang kebersihannya
tidak terjaga. Dikutip dari StatPearls, kondisi ini memengaruhi 5–7% wanita
selama enam minggu setelah melahirkan. Operasi caesar umumnya lebih berisiko
daripada persalinan normal (melalui vagina).
2.4.1 Tanda dan gejala infeksi postpartum
Kebanyakan infeksi ditandai dengan demam sekitar 38° Celcius,
menggigil, atau kurang enak badan. Namun, terkadang gejala-gejala
tersebut tampak kurang jelas.
Dilansir dari laman March of Dimes, berikut adalah tanda dan gejala
infeksi lainnya yang perlu ibu waspadai.
 Nyeri perut bawah.
 Demam rendah.
 Kelelahan.
 Sakit kepala.
 Keputihan dan lokia (darah nifas) yang berbau busuk.
 Merasa sulit dan nyeri saat buang air kecil.
 Pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara.
 Nyeri pada bekas sayatan operasi caesar atau episiotomi.

11
2.4.2 Penyebab infeksi postpartum
Infeksi postpartum disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam
tubuh ibu saat melahirkan, seperti Streptococcus dan Staphylococcus.
Kondisi ini sering kali muncul pada rahim setelah persalinan. Rahim bisa
terinfeksi bila kantong ketuban terinfeksi oleh bakteri yang berasal dari
vagina, kulit, atau lingkungan.
Berikut adalah penyebab infeksi postpartum berdasarkan jenisnya.
1. Endometritis : Anda berisiko mengalami infeksi endometrium atau
endometritis bila menjalani operasi caesar. Risiko infeksi juga lebih
tinggi bila persalinan Anda menghabiskan waktu lama atau ada
jangka waktu yang cukup lama antara pecahnya kantong ketuban dan
persalinan.
2. Mastitis : Peradangan payudara atau mastitis disebabkan oleh
jaringan yang luka atau infeksi. Biasanya, kondisi ini terjadi pada ibu
menyusui dalam dua bulan pertama setelah melahirkan. Mastitis
umumnya muncul pada salah satu payudara. Awalnya, payudara
akan tampak memiliki luka lecet, berwarna kemerahan, atau terasa
hangat saat disentuh.
3. Infeksi sayatan : Bekas luka sayatan operasi caesar juga berisiko
terinfeksi. Sekitar 16% wanita yang melalui operasi ini mengalami
infeksi dalam satu minggu setelah persalinan.
4. Infeksi saluran kemih : merupakan salah satu jenis infeksi postpartum
atau masa nifas yang bisa terjadi setelah melahirkan. Kondisi ini
pada umumnya terjadi bila seorang wanita memakai kateter urine
maupun menerima bius epidural selama proses persalinan.

2.4.3 Faktor risiko infeksi postpartum


Secara umum, wanita yang menjalani operasi caesar (C-section)
berisiko 5–10 kali lebih tinggi untuk mengalami infeksi daripada mereka
yang melahirkan normal. Berikut ini beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko wanita untuk terkena infeksi postpartum.
 Anemia.

12
 Kegemukan dan obesitas.
 Bacterial vaginosis (infeksi bakteri pada vagina).
 Menjalani pemeriksaan vagina selama persalinan.
 Melakukan persalinan dalam waktu yang lama.
 Jeda antara ketuban pecah dan persalinan terlalu panjang.
 Pertumbuhan bakteri Streptococcus golongan B yang berlebih pada
vagina.
 Terdapat sisa plasenta dalam rahim setelah persalinan.
 Perdarahan berlebih setelah persalinan (perdarahan postpartum).

2.4.4 Komplikasi infeksi postpartum


Infeksi postpartum bisa berbahaya, terutama bila tidak terdeteksi dan
diobati sesegera mungkin. Komplikasi infeksi yang umumnya terjadi
adalah abses dan sepsis.
Abses merupakan kantong berisikan nanah. Abses dapat terbentuk di
dalam rahim, saluran tuba falopi, atau ovarium setelah infeksi bakteri.
Sepsis merupakan infeksi bakteri dalam aliran darah. Kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh sekaligus dan
berpotensi mengancam nyawa. Kedua komplikasi tersebut membuat
pemulihan pascabersalin jadi lebih sulit dan lama dari biasanya. Oleh
karena itu, segeralah berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter bila
Anda merasakan gejala yang mengarah pada infeksi postpartum.

2.4.5 Diagnosis infeksi postpartum


Infeksi postpartum didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan ibu yang melahirkan. Dokter umumnya akan bertanya
terlebih dahulu mengenai gejala yang Anda alami dan faktor-faktor lainnya
yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selanjutnya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
mendeteksi tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri tekan, dan
kemerahan pada kulit.

13
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat melakukan beberapa
pemeriksaan medis seperti berikut ini.
 Tes darah: pengambilan sampel darah untuk mendeteksi infeksi bakteri.
 Tes urine (urinalisis): pengambilan sampel urine untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi saluran kemih.
 Swab vagina: pemeriksaan swab (usap) cairan vagina untuk
mengumpulkan dan mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan
infeksi.
 USG atau MRI: tes pencitraan untuk mencari abses pada organ dalam
tubuh atau komplikasi lain

2.5 Sakit Kepala, Nyeri Episgrastik, Penglihatan Kabur


Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang sebabnya.
Apabila tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang
memerlukan penanganan khusus, kerokan dapat menghentikan perdarahan. Pada
tindakan ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi.
2.5.1 Sakit kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia,
jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke,koagulopati
dan kematian.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Sakit kepala yang menetap
3. Tidak hilang dengan istirahat
4. Depresi post partum
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema
pada otak dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala,
kejang) dan gangguan penglihatan.
Gejala :

14
1. Tekanan darah naik atau turun
2. Lemah
3. Anemia
4. Napas pendek atau cepat
5. Nafsu makan turun
6. Kemampuan berkonsentrasi kurang
7. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak
seorang pun mengerti
9. Serangan cemas
10. Merasa takut
11. Berpikir obsesif
12. Hilangnya rasa takut
13. Control terhadap emosi hilang
14. Berpikir tentang kematian

Penanganan
1. Informed consent
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
3. Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi
1x/hari
4. Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik
5. Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
6. Ukur keseimbangan cairan
7. Persiapan rujukan
8. Periksa Hb
9. Periksa protein urine
10. Observasi tanda-tanda vital
11. Lebih banyak istirahat

15
2.5.2 Nyeri epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut,
dapat disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa
khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam
dada seperti jantung, paru dan lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada
triwulan ke-3 kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit
lanjutan preeklamsia, yakni gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf
pusat, yakni terjadinya kejang hingga koma, nyeri frontal, gangguan
penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia. Hipertensi
biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena terjadi
reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan.
Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang,
reimplantasi tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade
pembuluh darah setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis
hipertensi dapat dibuat jika kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau
lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg
atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau
menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema
ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya
preeklamsia. Edema juga terjadi karena proteinuria berarti konsentrasi
protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24
jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1g/liter
atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau
midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan

16
kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang
cukup serius.

Tanda dan Gejala


1. Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah,
2. 65 persen dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan
muntah
3. 31 persen dengan sakit kepala.

Penanganan :
1. Informed consent
2. Mengobservasi TTV
3. Persiapan rujukan
4. Pemeriksaan darah rutin
5. Tes fungsi hati.
6. Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
7. Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti
dengan infus 2 g per jam.
8. Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10%
i.v.
9. Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di
atas 160/110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis
inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target
tercapai atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.

2.5.3 Penglihatan kabur


Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda
preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) ,
berkunang-kunang.

17
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan
tanda-tanda yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam
retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan penglihatan
ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan
ambliopia pada penderita preeklamsia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau
dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat,
waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke
jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan akibat hipoksia.
Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium,
kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal.
Gula darah, bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum
pada preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau
anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan
osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan
kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan kadar tersebut lebih
meningkat lagi pada preeklamsia.

Tanda dan Gejala :


1. Peningkatan tekanan darah yang cepat
2. Oliguria
3. Peningkatan jumlah proteinuri

18
4. Sakit kepala hebat dan persisten
5. Rasa mengantuk
6. Penglihatan kabur
7. Mual muntah
8. Nyeri epigastrium
9. Hiperfleksi

Faktor resiko :
1. Primigravida
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hipertensi esensial
4. Wanita dengan kehamilan kembar
5. Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
6. Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
7. Riwayat keluarga eklamsi

Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi

Penanganan :
1. Informed consent
2. Segera rawat
3. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya
4. Persiapan rujukan
Jika pasien tidak bernafas :
1. Bebaskan jalan nafas

19
2. Berikan oksigen
3. Intubasi jika perlu

Jika pasien tidak sadar atau koma :


1. Bebaskan jalan nafas
2. Baringkan pada satu sisi
3. Ukur suhu
4. Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
5. Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
6. Jika kejang :
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah
7. Bebaskan jalan nafas
8. Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah

Wanita yang baru melahirakan sering mengeluh sakit kepala hebat


atau penglihatan kabur. Penanangan terhadap gangguan ini:
1. Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah dan pernafasan
2. Jika ibu tidak bernafas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker
dan balon. Lakukan intubasi jika perlu, dan jika pernafasan dangkal
periksa dan beri jalan nafas beri oksigen 4-6 liter per menit.
3. Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan nafas, baringkan
miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
(sumber: Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Bahiyatun,
S.Pd, S.Si.T.2009.Jakarta:EGC)

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi
pada masa nifas antara lain perdarahan post partum, hematoma, infeksi pada
masa nifas, subinvolusi, masalah payudara (bendungan ASI, masititis dan abses
payudara), tromboflebitis, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan
kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi.
Bidan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada
masa nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi
komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi bidan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan
kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban seorang bidan.

3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah
komplikasi- komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah
satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti.
Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam
kehidupan secara nyata.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Fadlun dan achmad feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Kementrian Kesehatan. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta : WHO, KEMENKES, IBI
Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
GOSYEN PUBLISING Mochtar, Rusman. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta :
EGC
Oxorn, Harry, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Prawirohardjo,sarwono. 2009. Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Pritchard, Maedonal Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya :
Airlangga University
Saifudin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
Sukrisno,adi. 2010. Asuhan kebidanan IV ( Patologi Kebidanan ). Jakarta :
Trans Info Media
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
http://www.alodokter.com/peritonitis diakses pada 07 Oktober 2017 pukul 20.00
WIB

22

Anda mungkin juga menyukai