DISUSUN OLEH :
Nim : P07124418034
DOSEN PEMBIMBING:
TA.2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan
penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................……………………………. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Kesimpulan ........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), dan
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Perawatan payudara yang kurang atau sama sekali tidak dilakukan maka akan
mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga terjadi bendungan ASI. Selain itu, penggunaan bra
yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus (Vivian dan Tri, 2011).
Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan ibu akan berimbas juga
pada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya, karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas 2 bayi pun
akan meningkat ( Ari Sulistyawati, 2009).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitr 60% kematian ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Oleh karena itu, peran
dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan
mencegah beberapa kematian ini (Vivian dan Tri, 2011).
B.Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan komplikasi/gangguan masa nifas
b. Apa yang dimaksud dengan gangguan traktus urinaria
c. Apa yang dimaksud dengan kelainan pada uterus (subinvolusi).
d. Apa yang dimaksud dengan perdarahan nifas sekunder
e. Apa yang dimaksud dengan Erosi serviks post partum
C.Tujuan
a. Untuk mengetahui komplikasi/gangguan masa nifas
b. Untuk mengetahui gangguan traktus urinaria
c. Untuk mengetahui kelainan pada uterus (subinvolusi).
d. Untuk mengetahui perdarahan nifas sekunder
e. Untuk mengetahui Erosi serviks post partum
BAB II
PEMBAHASAN
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu
38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan diukur per oral sedikitnya 4
kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam
masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab ekstragenital.
Sebagai bidan, Anda harus mengetahui beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan
infeksi pada ibu nifas seperti : kurang gizi atau malnutrisi ,anemia, masalah kebersihan, dan
kelelahan.
Proses persalinan merupakan proses yang fisiologis dialami oleh hampir semua wanita,
begitu pula masa nifas. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai enam minggu setelah melahirkan. Masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Nugroho et al., 2014).
Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai dan berakhir setelah kira-kira 6-8
minggu hingga organ reproduksi kembali dalam keadaan normal seperti sebelum hamil (Saleha,
2009). Komplikasi dapat terjadi pada ibu post partum seperti traktus urinaria,kelaiana pada
uterus (subinvolusi),perdarahan nifas sekunder, atau erosi servik post partum dll.(Bobak, 2005)
Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter
yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai penampungan sementara; dan
urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium urethra eksterna. Patologi saluran
kencing dapat berupa penyakit Infeksi, Peradangan, Vaskular,Gangguan Kongenital dan
Herediter, Ginjal Polikistik, Metabolik. InfeksiTraktus Urinarius dapat disebabkan Batu,
Neoplasma, Fibrosis retroperitoneal, Uretritis, Prostatitis dan Sistitis (Infeksi Vesika Urinaria)
(Pearce, 2008).
Penatalaksanaan masalah yang berkaitan dengan gangguan pada saluran kemih adalah
tindakan operatif. Tindakan operatif diperlukan untuk agar tidak terjadi kondisi yang semakin
parah. Pemberian tindakan operatif berkaitan pada sisten perkemihan mayoritas dikarenakan
adanya batu pada saluran tersebut. Kasus yang disebabkan batu ginjal dan saluran kemihbanyak
terdapat di daerah panas, terutama Asia tenggara, di USA sendiri prevalensi batu ginjal dan
saluran kemih 10-15% sedangkan di Indonesia jumlahnya jauh lebih banyak (Sony, 2017).
Untuk angka kejadian 1 diantara 10 penduduk, seringkali tidak menimbulkan gejala, 1-2 kasus
diantara 100 penduduk timbul keluhan nyeri hebat. Laki-laki lebih sering mengalami
dibandingkan wanita (Sony, 2017).
Kelainan pada uterus Masa post partum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai
pulihnya alat-alat reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar 40 hari
(KBBI, 1990). Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8
minggu.
2.) Peurperium intermedial : yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia eksterna dan interna
yang lamanya kurang lebih 6-8 minggu.
3.) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Periode pasca partum ialah
masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil . Periode ini kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
Immediate post partum
Ada beberapa macam kelainan pada uterus, beberapa diantaranya dapat di deteksi secara
dini karena memiliki tanda dan gejala khusus dan dapat ditanggulangi secara bertahap,
diantaranya adalah:
1.Sub Involusio
Penyebab:
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-kira 4-6 minggu postpartum.
Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis dari yang diperkirakan/penurunan
fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra kebentuk serosa,lalu kebentuk
kochia alba
Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum/lebih dari 2
minggu postpartum. Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan. Leukore dan lochia
berbau menyengat,bisa terjadi jika ada infeksi. Pucat,pusing,dan tekanan darah rendah. Bisa
terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyk ( > 500 ml ) Nadi
lemah,gelisah ,letih,ekstrimitas dingin.
Terapi:
a) Pemberian Antibiotika
b) Pemberian Uterotonika
c) Pemberian Tansfusi
d) Dilakukan kerokan bila dsebabkan karena tertinggalnya sisa-sia plasenta.
Penatalaksanaan:
Definisi dari Perdarahan postpartum adalah Perdarahan yang volumenya melebihi 400-
500 cc, kondisi dalam persalinan menyebabkan sulit untuk menentukan jumlah Perdarahan yang
terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur. Pada
periode pasca persalinan, sulit untuk menentukan terminologi berdasarkan batasan kala
persalinan yang terdiri dari kala I hingga kala IV (Prawirohardjo, 2009:523).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah bayi lahir
per vaginam atau lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan
menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan
perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, hiperapnea, tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100x/ menit, kadar Hb
< 8 g/dL (Joseph dan Nugroho, 2011:164).
Etiologi
Penyebab perdarahan post partum sekunder menurut (Joseph dan Nugroho, 2011:165) , (Harry
dan William, 2010:461) dan Retensio sisa plasenta
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada
daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-
kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan
oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh
permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut
serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan
endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan
terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
a) Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level
estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama
kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan
menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita
yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan aka
menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam
Rahim
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti
menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah
terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level
keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma
(hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)
· Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus
stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari hasil pembahasan didapatkan bahwa Proses persalinan merupakan proses yang
fisiologis dialami oleh hampir semua wanita, begitu pula masa nifas. Masa nifas adalah masa
dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai enam minggu setelah melahirkan. Masa
setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho et al., 2014).
Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali dalam keadaan normal seperti sebelum hamil
(Saleha, 2009). Komplikasi dapat terjadi pada ibu post partum seperti gangguan traktus
urinaria,kelaiana pada uterus (subinvolusi),perdarahan nifas sekunder, atau erosi servik post
partum dll.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho T.Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 nifas ypjakarta: Nuha Medika 2014