Anda di halaman 1dari 17

PERAWATAN VULVA HYGINE PADA IBU POST PARTUM

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Lulu ulyati (p07120118067)


2. Nadya puspa wardani (p071201180
3. Ryan akbar hidayat (p071201180
4. Sri intan dewi lestari (p071201180

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PERAWATAN VULVA
HYGINE PADA IBU POST PARTUN”. Tujuan pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Maternitas serta menambah pengetahuan kami
tentang bagaimana konsep dari perawatan vulva

Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun


penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu segala
saran dan kritik yang diberikan akan disambut dengan kelapangan hati guna
perbaikan pada masa yang akan datang. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada ibu RIDA WATI SULAEMAN S.Kp., M.,Kes. selaku dosen mata kuliah
yang telah membimbing penulis selama proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi nilai
tambah bagi semua yang memanfaatkannya.

Mataram, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Definisi vulva hygine ........................................................................ 3


B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan wanita merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa.
Kenyataan menunjukan bahwa umur hidup bangsa Indonesia semakin
meningkat sejalan degan peningkatan kualitas kesehatan yang berarti temasuk
pula wanita. Khususnya untuk kesehatan reproduksi, kesehatan wanita
memegang peranan yang sangatlah penting dalam pembentukan generasi yang
berkualitas dalam segi fisiknya, maka tak berlebihan bahwa kesehatan
reproduksi mendapat perhatian khusus (Akhyar, 2008).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas
(puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus
yang artinya melahirkan atau berarti masase sesudah melahirkan(Sarwono,
2010).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi petugas kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi pada masa nifas, seperti sepsispuerperalis. Jika
ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor tiga setelah perdarahan dan hipertensi sehingga sangat tepat
jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan
bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan
maksimal dari ibunya.
Vulva hygiene adalah membersihkan daerah kemaluan dan sekitarnya
pada wanita.Daerahnya meliputi daerah genital dan perineal. Membersihkan
daerah genital tidak hanya dilakukan ketika mandi tetapi hendaknya juga
dilakukan setelah selesai buang air kecil. Hal ini dilakukan karena daerah
tersebut merupakan sumber bakteri baik dari dalam maupun dari luar. Bakteri
dari luar ada karena daerah tersebut cenderung lembab. Adanya bakteri di
daerah tersebut merupakan risiko terjadinya infeksi. Dengan demikian asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bayi
ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama (Supriadi, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vulva hygine ?
2. Apa saja tinjauan alat reproduksi wanita?
3. Apa manfaat dari vulva hygine ?
4. Apa tujuan dari vulva hygine ?
5. Bagaimana cara membersihkan vulva post partum ?
6. Bagaimana prilaku vulva hygine ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari vulva hygine
2. Menetahui apa saja tinjauan alat reproduksi
3. Mengetahui apa manfaan dari vulva higine
4. Mengetahui tujuan dari vulva hygine
5. Mengetahui cara membersihkan vulva hygine
6. Mengetahui prilaku dari vulva hygine
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Vulva Hygiene


Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan dan mencegah infeksi.Vulva hygiene adalah tindakan membersihkan
daerah kewanitaan yaitu.bagianvulva dan di daerah sekitarnya, yang mana adalah
untuk pemenuhan kebutuhan yang bertujuan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi oleh vulva dan anuspada ibu yang dalam masa antara kelahiran
plasenta sampai dengan kembalinya organ generic seperti pawa waktu sebelum
hamil (Ayu, 2010).
Pada masa post partum seorang ibu sangat rentan terhadap terjadinya
infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi.Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungannya. Sering melakukan vulva hygiene akan meningkatkan kenyamanan
dan mencegah infeksi, tindakan yang paling sering dilakukan adalah
menggunakan air yang di alirkan dapat pula ditambahkan antiseptic atas vulva
setelah berkemih atau defikasi, hindari penyemprotan langsung, ajarkan ibu untuk
membersihkan sendiri (Ayu, 2010)
Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menggunakan adanya
kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi.Bila ada laserasi jalan lahir atau
luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-
baiknya penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya satu jam
postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum.
Umumnya ibu sangat lelah setelah melahirkan, karena ia harus cukup dalam
pemenuhan istirahatnya (Sarwono, 2010). Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan
untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian ibu boleh miring
kiri dan kanan, untuk mencegah thrombosis.Pada hari kedua bantulah ibu
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang (Sarwono,2010).
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100cc,
maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,
tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. Sebab-sebab ibu postpartum
mengalami sulit berkemih yaitu berkurangnya tekanan intraabdominal,otot-otot
perut masih lemah, edema dan uretra, dinding kandung kemih kurang sensitif
(Sarwono, 2010).

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per
oral atau per rektal.Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB,
maka dilakukan klisma (Handayani,2010).

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.Oleh


karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Handayani, 2010).

B. Tinjauan alat reproduksi


Tinjauan Tentang Alat Reproduksi Wanita Secara umum alat reproduksi
wanita terbagi atas dua bagian yaitu terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat
kelamin bagian dalam.Alat kelamin wanita terdiri dari bagian-bagian di bawah ini
(Manuaba, 2009).

a) Alat Kelamin Bagian Luar

Menurut Sarwono (2007), Alat kelamin bagian luar terdiri dari beberapa bagian
yaitu:

1) Vagina (Saluran Senggama)


Vagina merupakan saluran maskulo membranasea (otot
selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian
ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot
dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih.Selaput vagina
tidak mempunyai lipatan sirkule (berkerut) yang disebut rugae.
Dinding depan vagina tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan
yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim. Sebagian dari
rahim yang menonjol pada vagina disebut porsio (leher rahim).
Vagina (saluran senggama) mempunyai fungsi penting sebagai
jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran
untuk mengalirkan lender dan darah menstruasi.
2) Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir dengan berat sekitar 3 gram,
terletak di panggul kecil di antara rectum (bagian usus sebelum
dubur) dan di depannya terletak kandung kemih.Bagian bawahnya
disangga oleh ligament yang kuat sehingga bebas untuk tumbuh
dan berkembang saat kehamilan. Lapisan otot rahim terdiri dari
tiga lapis yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang
sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan
selama 9 bulan.Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan
mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir.
3) Tuba Fallopi
Tuba pallopii berasal dari ujung ligamentium, berjalan ke
arah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Tuba pallopii bukan
merupakan saluran lurus tetapi mempunyai bagian yang lebar
sehingga membedakannya menjadi empat bagian. Ujungnya
terbuka dan mempunyai fimbriae (rumbai rumbai) sehingga dapat
menangkap ovum (telur) saat terjadi pelepasan telur
(ovulasi).Saluran telur ini merupakan hasil konsepsi (hasil
pembuahan) menuju rahim.Tuba pallopii merupakan bagian yang
paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba pallopii sangat
vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa
dan ovum, tempat terjadinya pembuahan (ferlititas), menjadi
saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.
4) Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul dan
digantungkan ke rahim oleh ligamentum ovarium propriumdan ke
dinding panggul oleh ligamentuminfundibulo pelvikum. Indung
telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama
sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengaturan proses
menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setian bulan
silih berganti kanan dan kiri.Saat telur (ovum) dikeluarkan wanita
disebut dalam masa subur.Masa menopause semua telur
menghilang.
5) Parametrium (Penyangga Rahim)
Parametrium merupakan lipatan peritoneum dengan
berbagai penebalan yang menghubungkan rahim dengan tulang
panggul.Lipatan atasnya mengandung tuba fallopi dan ikut serta
menyangga indung telur.Bagian ini sensitive terhadap infeksi
sehingga mengganggu fungsinya. Keseluruhan alat reproduksi
wanita berada di rongga panggul. Wanita mempunyai bentuk dan
ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain.
Perubahan ukuran panggul digunakan untuk mengukur umur
kehamilan.

b) Alat Kelamin Bagian Dalam

Menurut Widyastuti (2009), Alat kelamin bagian dalam terdiri dari beberapa
bagian yaitu :

1) Vulva
Vulva adalah suatu daerah yang menyelubungi
vagina.Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris, himen, vestibulum, orificium urethrae eksternum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.
2) Mons Veneris
Mons veneris disebut juga gunung venus, menonjol bagian
depan menutup tulang kemaluan.Bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan
sebagai tanda seksualitas sekunder.
3) Labia Mayora (Bibir Besar Kemaluan)
Labia Mayora berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong
menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia
mayoraterdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar
keringat, bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung
kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung syaraf
sehingga sensitif saat berhubungan seks.Lapisan lemak dengan
bentuk lipatan seperti bibir, terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak serupa
dengan yang ada di mons veneris.
4) Labia Minora (Bibir Kecil Kemaluan)
Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia
mayora.Bagian depannya mengelilingi klitoris.Kedua labia ini
mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat
keinginan seks bertambah.Labia ini analog dengan kulit skrotum
pada pria.Lipatan jaringan tipis sebelah dalam dari labia mayora
dan merupakan jalan masuk ke vagina.Banyak terdapat pembuluh
darah, otot polos dan ujung serabut saraf sehingga merupakan
bagian yang sensitif.
5) Klitoris
Klitoris merupakan bagian yang erektil, seperti venis pada
pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sehingga
sangat sensitif saat berhubungan seks.Organ kecil yang terdiri dari
korpusyang banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual kaitannya
dengan pencapaian orgasme.
6) Vestibulum
Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labiakanan-kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora.Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar bartolin, dan kelenjar sken
(kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat
permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga
memudahkan penetrasi penis).
7) Himen (Selaput Dara)
Himen merupakan selaput tipis yang menutup sebagian
lubang vagina luar.Pada umumnya hymen berlubang sehingga
menjadi saluran aliran darah menstruasiatau cairan yang
dikeluarkan oleh kelenjar Rahim dan kelenjar endometrium
(lapisan dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama
himenakan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan
himen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule
mirtiformis.
8) Perineum
Perineum adalah dareah tepi bawah vulva dengan tepi
depan anus. Batas waktu otot diafragma pevis.

C. Manfaat Vulva Hygiene


Menurut Kusmiran Eni (2011), Perawatanvagina memiliki beberapa manfaat,
antara lain:

a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.


b. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal gatal.
c. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5).
D. Tujuan Vulva Hygiene
Menurut Kusmiran Eni (2011), Ada beberapa tujuan dari vulva hygiene antara
lain :

a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.


b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva
di luar vagina.
c. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal yaitu 3,5-4,5.
d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa.
e. Mencegah timbulnya keputihan.
f. Untuk mencegah infeksi
g. Untuk penyembuhan luka jahitan perineum.
h. Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman
bagi klien.

Indikasi Vulva Higiene

1. Pasien post partum


2. Pasien post partum dengan episiotomy
3. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2 kali/sesudah BAB bila perlu

E. Cara Perawatan Vulva Hygiene


Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan.Hal ini juga berlaku
bagi kesehatan organ-organ seksual.Cara memelihara organ intim tanpa kuman
dilakukan sehari-hari dimulai bangun tidur dan mandi pagi. Alat reproduksi dapat
tekena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak
nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina dengan air kotor,
pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang
berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam
vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal.Keputihan juga bisa timbul
karena pengobatan abnormal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit
menular seksual (Kusmiran Eni, 2011).

Beberapa cara merawat organ reproduksi adalah sebagai berikut


(Kusmiran Eni, 2011) :

1) Mencuci tangan sebelum dan sesuah menyentuh darah kewanitaan.


2) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat
menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatatl. Gunakan pembersih
kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk menghindari irirtasi.
3) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakain sebab jika tidak
dikeringkan menyebabkan celana dalam yang dipakai menjadi basah dan
lembab. Selain tidak nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi
mengundang bakteri dan jamur.
4) Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan daerah di
sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut akan menggumpal di sela-
sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan dan
akan mengundang kuman.
5) Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemana pun pergi, hal ini
menghindari kemungkinan celana dalam menjadi basah.
6) Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap keringat
dengan sempurna.
7) Menghindari pemakaian celana dalam dari satin atau bahan sintetik
lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab.
8) Membersihkan vagina dengan air sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan shower toilet. Semprotlah permukaan luar vagina dengan
pelan dan menggosoknya dengan tangan.
9) Gantilah celah dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali sehari.
10) Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara dua sampai tiga jam.
Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat mengakibatkan
infeksi bakteri, jamur serta jerawat atau bisul pada daerah genitalia. Ini
terjadi karena pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab.
Meskipun lapisan atas pantyliner memiliki daya serap untuk menjaga
higienitas daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar dari pantyliner ini
terbuat dari plastik, seihngga kulit tidak bisa bernafas lega karena
kurangnya sirkulasi udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner.
11) Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon, jeans dan
kulit.
12) Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke belakang. Hal
ini untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.
13) Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara
teratur.
14) Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan.
15) Apabila kita menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk siram
dulu WC tersebut (di-flishing) terlebih dahulu kemaluan.
16) Jangan garuk organ intim segatal apapun. Membilas dengan air hangat
juga tidak disarankan mengingat cara itu justru bisa membuat kulit di
sekitar organ intim bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin
menjadi-jadi. Lebih baik kompres vagina dengan air es sehingga pembuluh
darah di wilayah organ intim tersebut menciut, warna merahnya
berkurang, dan rasa gatal menghilang. Alternatif lain, basuh vagina dengan
rebusan air sirih yang sudah didinginkan. Atau gunakan PK yang
dicampur dengan air dingin. Takarannya 1 sendok teh untuk air satu ember
ukuran sedang. Penggunaan PK dengan dosis tidak tepat bisa membakar
kulit dan membuatnya kering berwarna kecoklatan.
17) Bersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang besar (BAB).
Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air mengalir
yang langsung dari keran. Penelitian menguak air dalam bak/ember di
toilet umum mengandung 70% jamur candida albicans. Sedangkan air
yang mengalir dari keran toilet umum mengandung kurang lebih 10-20%
jenis jamur yang sama.
CARA IBU POST PARTUM MELAKUKAN VULVA HYGIENE SENDIRI.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu adalah
sebagai berikut :

1. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama


ibu membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Dan sebaiknya ibu
membersihkan daerah sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
2. Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari dan disetrika.
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
4. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).

PENATALAKSANAAN PERAWAT

Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan


terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.

PERSIAPAN ALAT

1. Kapas sumblimat
2. Alas pantat
3. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
4. Betadin dan kain kasa
5. Bengkok

Pelaksanaan

1. Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran


2. Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang
akan dilakukan
3. Perawat mencuci tangan
4. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5. Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal
recumbent
6. Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7. Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8. Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva
dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora
kiri, labia mayora kanan, vestibulum, perineum.
9. Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan
kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10. Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah
masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11. Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12. Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13. Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.

Kebersihan vagina juga berkaitan erat dengan trik pembasuhannya. Yang


benar adalah dari arah depan vagina ke belakang anus dan bukan dari arah anus ke
vagina. Setelah dibasuh keringkan organ intim dengan handuk lembut agar tidak
basah. Adapun cara pemeliharaan organ reproduksi adalah sebagai berikut
(Kusmiran Eni, 2011) :

a. Tidak menggunakan benda yang dapat mengotori vagina.


b. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.
c. Tidak menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
d. Pemakaian pembilas vagina secukupnya, tidak berlebihan.

F. Perilaku vulva hygiene


Perilaku adalah totalitas pengahayan aktivitas yang merupakan hasil akhir
jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti
perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, fantasi. Penerimaan perilaku baru
disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif. Seorang ahli
psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulis.

Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku vulva hygine adalah

a. Faktor yang mempermudah adalah faktor utama yang


mempenagruhi perilaku adalah sikap, pengetahuan, konsep diri,
kepercayaan, nilai dan informasi. Selain itu faktor seperti
demografi misalnya status ekonomi, keluarga, juga mempegaruhi
perilaku seseorang.
b. Faktor pendukung, faktor ini menentukan keinginan terlaksana
seperti sarana prasarana, keahlian dan keterampilan.
c. Faktor pendorong yang memperkuat perubahan perilaku vulva
hygiene seseorang dikarenakan adanya perilaku dan sikap orang
lain seperti suami, keluarga, teman dan lingkungan sekitar lainnya
(Notoatmodjo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Adityaningputri. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:


Fitramaya.
Kusmiran Eni, 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :Salemba
Medika. Manuaba, E, I Bagus, G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.EGC, Jakarta.
Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai