Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

POST NATAL CARE

Dosen Pengampu : NS Cut Mutiya Bunsal, S.Kep, M.Kep

Mata Kuliah: Keperawatan Maternitas

Disusun oleh kelompok 4:

Yuliarahma Rauf (220101052)

Nur Hovifahh Sukarno (220101077)

Feldya R. A Rambitan (220101128)

Sela S Jabu (220101089)

Azmy Nurrahmani R (220101012)

Bunyamin M Rasay (220101060)

Julianti Maseke (220101025)

PROGRAM STUDI NERS


FAKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Post Natal Care” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit PNC di kehidupan sehari-hari
bagi para pembaca dan juga bagi penulis .

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu NS Cut Mutiya Bunsal,
S.Kep, M.Kep, selaku Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan untuk pembuatan tugas yang
akan datang. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Manado, 26 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Masa Nifas........................................................................................03


B. Adaptasi Fisik dan Psikologi Pasca Melahirkan............................................03
C. Proses Laktasi.................................................................................................14
D. Asuhan Teori Keperawatan............................................................................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post Natal care atau Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
(Anggraini, Yetti. 2010 “Asuhan Kebidanan masa nifas”) Post partum atau masa nifas
disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang
artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. (Anggraini, Yetti. 2010 “Asuhan
Kebidanan masa nifas” ) Persalinan Sectio Caesar adalah suatu persalinan buatan di
mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram (Boyle, 2009
“Pemulihan luka”) Sectio caesarea dilakukan apabila ibu tidak memungkinkan untuk
melakukan persalinan pervagina.
Yang disebabkan oleh abnormalitas pada bayi atau ibu yang memiliki komplikasi
kelahiran Setelah persalinan sectio caesarea, ibu akan mengalami hambatan dalam
bergerak yang disebabkan oleh tindakan pembedahan sectio caesarea yang
mengakibatkan putusnya kontinuitas jaringan yang merangsang area sensorik yang
menimbulkan rasa nyeri, sehingga ibu lebih memilih untuk tidak beregerak agar nyeri
pada luka operasi tidak bertambah, yang membuat ibu tidak bisa melakukan Activity
Daily Leaving secara mandiri salah satunya yaitu kebutuhan Personal Hygiene seperti
mandi, oral hygien, eliminasi dan berhias sehingga membutuhkan bantuan baik dari
perawat maupun keluarga. Personal Hygiene juga sangat penting mengingat ibu
mempunyai luka operasi pada dinding perut, sehingga harus dilakukan perawatan diri
secara rutin agar tidak menyebabkan infeksi pada luka bekas operasi. Jika ditinjau
dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan.
Kebersihan seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka, karena
kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri kurang karena sebaik
apapun proses penyembuhan dilakukan jika kebersihan diri kurang maka akan tetap

1
menghambat proses penyembuhan luka. Menurut survei Antarpansus (2015), di
Indonesia ada 305 kasus ibu meninggal akibat melahirkan dari setiap 100.000
kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu membuat indonesia gagal mencapai
target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Saat MDGs berakhir pada 2015,
angka kematian ibu di Indonesia ditargetkan 102 dari 100.000 kelahiran. Penyebab
Kematian ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara umunya disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan, perdarahan, gangguan sistem peredaran darah, infeksi, gangguan
metabolisme dan penyebab lainnya (retensi urin, asma bronkial, febris, post sectio
caesarea, sesak nafas, dekompresi cordis, plasenta previa, komplikasi tbc, gondok,
gondok beracun, TBC). Berdasarkan masa/fase kehamilan saat meninggal, kasus
kematian ibu di Sulawesi Tenggara adalah pada masa nifas sebanyak 54% kasus.
Masa nifas adalah masa yang paling beresiko paling tinggi dalam fase seorang ibu
hamil, banyak faktor yang dapat menjadi penyebab baik berupa faktor tunggal
maupun komplikasi. (Profil Kesehatan SULTRA, 2017)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan dengan masa nifas
2. Bagaimana manajemen laktasi
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen laktasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 140 hari (Fitri, 2017).Waktu mulai tertentu setelah melahirkan
seorang anak, dalam bahasa latin disebut puerperium. Secara etimologi, puer berarti
bayi dan parous adalah melahirkan (Dewi dan Sunarsih, 2011). Jadi puerperium
adalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan masa pulih
kembali, dengan maksud keadaaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum hamil.
(Andina “Ásuhan Kebidanan Nifas Dan Mneyusui Teori Dalam Praktik Kebidanan
Profesional” hal 7)

B. Adaptasi Fisik dan Psikologi Pasca Melahirkan


1. Adaptasi fisik pasca melahirkan (Ani Ratnawati, 2021. “Asuha Keperawatan” hal.87-
104)
a) Periode pemulihan awal
Segera setelah melahirkan perawat akan mengamati dengan cermat kondisi
fisik ibu untuk menilai pemuli- hannya. Kegiatan yang dilakukan perawat
antara lain memeriksa suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan pernafasan, dan
tekanan darah. Perawat juga memonitor jumlah dan karakter fochia (darah
yang keluar), ukuran kekecangan, dan posisi rahim, fungsi kandung kemih
serta anus. Jika ibu mendapatkan pembiusan, perawat akan memeriksa
kembali sensasi dan gerakan pada kaki. Beberapa hal yang terjadi saat
pemulihan di periode awal, yaitu:
1. Rahim, Rahim mengalami involusi. Hal-hal yang terjadi pada
involusi:
 Perubahan rahim

3
 Rahim kembali ke ukuran sebelum hamil lima atau enam minggu
sesudah mela- hirkan. Segera setelah plasenta keluar, berat rahim 1
- 1 ½ kg dan bagian puncak rahim (fundus) teraba dari pusar.
 Selama dua hari pasca melahirkan, rahim tetap sama ukurannya
(kira-kira sebesar jeruk bali) dan terasa kencang serta keras.
 Untuk membantu pengerasan rahim dan mencegah keluarnya darah
dalam jumlah banyak dari daerah plasenta perawat akan membantu
memijat rahim dan me- rangsangnya untuk berkontraksi
 Menyusui kan membantu menjaga rahim tetap keras.
 Satu minggu setelah bayi lahir, maka berat rahim berkisar 0,5 -
0,75 kg.
 Sesudah dua minggu, rahim terletak di da- lam panggul dan
beratnya adalah 0,25 kg.
 Pada akhir minggu ke-5 atau enam berat rahim 60-200 gram dan
hampir kembali ke ukuran sebelum hamil.
 Lochia, Lochia atau cairan yang mengandung darah selama
involusi akan mengalir dari rahim dan keluar dari vagina. Beberapa
hal yang terjadi pada lochia pasca melahirkan, yaitu:
 Selama beberapa hari pertama pasca mela- hirkan, aliran lochia
yang berwarna merah umumnya cukup banyak.
 Ibu yang mengeluarkan beku darah seperti jeli, khususnya pada
hari-hari pertama sesudah melahirkan adalah normal.
 Lochia seringkali mempunyai bau seperti "ikan" yang kuat.
 Jumlah aliran lochia dapat berubah sesuai dengan aktivitas dan
posisi tubuh ibu. Lochia umumnya lebih banyak keluar jika ibu
berganti posisi seperti berdiri atau duduk sehabis berbaring saat
menyusui atau baung air besar. Lochia akan keluar lebih banyak
karena gerak berlebihan. Jika demikian, sebaiknya ibu beristirahat
dan mengurangi aktvitas.
 Dalam waktu sepuluh hari, lochia akan berkurang dan menjadi
berwarna pink pucat atau berbau tidak sedap.
 Selama beberapa minggu kemudian, lochia akan menjadi berwarna
putih kekuningna, putih atau coklat.

4
 Lochia dapat terus ada hingga enam sampai delapan minggu.

2. Leher rahim dan vagina


Dengan tuntasnya involusi, leher rahim akan kembali hampir ke ukuran
sebelum hamil (lubang luar leher rahim tetap agak lebar). Vagina
perlahan- lahan akan mendapatkan kembali tonusnya dan labia akan
tetap agak lebih kendur, besar dan lebih gelap dibandingkan sebelum
kehamilan.
3. Payudara
Pasca melahirkan, payudara ibu akan membeng- kak dan terasa nyeri.
Penyebab pembengkakan payudara ini adalah karena ASI tidak disusui
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus. Hal
ini mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini
sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Di sisi
lain, rasa nyeri pada payudara ibu juga muncul karena tersumbatnya
saluran susu. Sumbatan ini terjadi akibat komplikasi bengkaknya
payudara pasca melahirkan (postpartum).
Perubahan payudara pada ibu pasca melahirkan akan berbeda pada ibu
yang menyusui dan ibu yang tidak menyusui, yaitu:
 Ibu yang menyusui, Pada ibu menyusui perubahan payudara
sebagai berikut:
 Untuk 24 jam - 72 jam pertama sesudah melahirkan payudara akan
mengeluarkan kolostrum, suatu cairan kuning jernih
yangmerupakan susu pertama untuk bayi.
 Air susu yang lebih matang akan muncul antara hari kedua sampai
kelima. Pada saat ini, payudara akan membesar (penuh, keras,
panas, dan nyeri), yang dapat me- nimbulkan kesulitan dalam
menyusui.
 Menyusui dengan interval waktu yang se- ring akan mencegah
pembengkakan payu- dara atau membantu meredakannya.
 Ibu yang tidak menyusui Perubahan payudara pasca melahirkan
pada ibu tidak menyusui antara lain:

5
 Payudara ibu yang tidak menyusui kemung- kinan akan mengalami
perubahan awal yang sama dengan pada ibu yang menyusui.
 Mengikat payudara, memberikan konpres es, dan menghindan
stimulasi pada payudara adalah cara-cara efektif untuk mengurangi
produksi air susu dan mening katkan kenyamanan.
4. Perubahan hormonal
Perubahan hormonal yang terjadi sesudah melahirkan antara lain:
 Setelah melahirkan, tubuh ibu akan mengalami perubahan yang
mendadak dan dramatis dalam produksi hormon. Saat plasenta
dikeluarkan, kadar estrogen dan progesteron akan turun mendadak
dan tetap rendah sampai indung telur mulai memproduksi hormon-
hormon ini lagi.
 Jika ibu menyusui, maka produksi hormon- hormon lain (misalnya
prolaktin dan oksitosin) akan meningkat dan tetap tinggi sementara
kadar estrogen dan progesteron tetap rendah, sampai ibu berhenti
menyusui bayinya.
5. Perubahan perut dan kulit
Beberapa perubahan perut dan kulit yang terjadi pasca ibu melahirkan:
 Sehabis melahirkan, otot-otot perut menjadi kendur dan dibutuhkan
waktu enam minggu atau lebih agar otot kembali ke tonus semula.
Olahraga akan mempercepat proses ini.
 Garis regangan akan semakin samar, tetapi tidak seluruhnya hilang.
 Jika ibu hamil mengalami peningkatan pigmen- tasi kulit, keadaan
ini akan hilang.
 Setiap peningkatan pertumbuhan rambut pada perut akan
menghilang perlahan-lahan
 Jika ibu mengejan kuat saat melahirkan, ada kemungkinan
mengalami pecah pembuluh darah di mata dan di muka serta leher:
Pembuluh darah pecah ini disebut "perdarahan petekie" yang
merupakan akibat dari perubahan yang cepat dan besar pada
tekanan darah selama dan di antara waktu mengejan. Keadaan ini
tidak serius dan akan hilang dalam waktu satu hingga dua minggu.
6. Nyeri punggung dan panggul

6
Nyeri punggung dan panggul yang dialami ibu pasca melahirkan, yaitu:
 Nyeri punggung bagian bawah banyak dilami ibu pasca melahirkan.
 Wanita yang pernah mengalami cedera atau patah tulang ekor
(koksigeus) sebelum mela- hirkan atau yang bayinya cukup besar
akan mengalami sakit atau nyeri tekan, serta lecet pada daerah
tersebut sehabis melahirkan.
 Keluarnya bayi melalui panggul dapat menye- babkan tulang ekor
melenting atau bahkan patah kembali. Perawat dapat menganjurkan
ibu untuk meminum ibuprofen, memberi kompres es atau panas
pada daerah tersebut dan duduk diganjal bantal berbentuk donat
yang dipompa setengah akan membantu. Tulang ekor akan pulih
sendiri, tetapi memerlukan waktu bebe- rapa minggu hingga
beberapa bulan.
 Wanita yang mendapatkan bius epidural atau spinal akan
mengalami sakit punggung yang sulit dihilangkan selama beberapa
hari atau minggu pertama sesudah melahirkan. Panggulnya juga
akan terasa sakit. Keadaan ini diduga disebabkan oleh pemilinan
punggung bagian bawah atau peregangan panggul dan sendi
panggul yang berlebihan selama persa- linan dan melahirkan
(sewaktu ibu dalam keadaan kebas). Ibuprofen dapat diberikan pada
ibu untuk mengurangi nyeri panggul.
 e) Perawat dapat membantu ibu yang mengalami nyeri agar dapat
berguling atau berjalan.
7. Perubahan Sirkulasi
Perubahan sirkulasi yang terjadi pasca melahirkan:
 Kehilangan sejumlah darah adalah akibat alami dari melahirkan.
Jumlah rata-rata darah yang dikeluarkan selama melahirkan lewat
vagina yang tidak terkomplikasi adalah satu mangkuk.
 Jika ibu mengalami epistomi atau robekan yang cukup besar, maka
ibu akan kehilangan banyak sarah.
 Ibu akan terus kehilangan sejumlah darah melalui pengeluaran
lochia sampai beberapa minggu, tetapi hal ini tidak berbahaya.

7
 Pada awal periode pasca melahirkan, ibu akan kehilangan cairan
ekstra yang terakumulasi selama kehamilan melalui air kemih yang
dikeluarkan dalam jumlah banyak di siang hari dan keringat yang
cukup banyak, khususnya di malam hari. Akibatnya, ibu akan
kehilangan cairan sebanyak 2,5 kg selama minggu pertama sesudah
melahirkan.
b) Perawatan Mandiri Ibu Pasca Melahirkan
Perawatan mandiri pasca melahirkan yang dianjur- kan untuk ibu, antara
lain:
 Istirahat dan tidur
Kelelahan dan kurang tidur merupakan tan- tangan besar bagi
pemulihan fisik dan emosi. Mencari waktu untuk tidur tampaknya
merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan ibu. Pastikan bahwa
ibu bisa tidur dan beristirahat lebih diutamakan daripada tugas-tugas
rumah tangga yang kurang penting.
 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan pasca melahirkan:
 Jika ibu melahirkan normal, maka olahraga pasca melahirkan
yang ringan dapat dimulai dan dilakukan dalam waktu satu atau
dua hari kemudian. Ibu juga boleh menunggu hingga beberapa
minggu kemudian
 Anjurkan ibu untuk memulai olahraga ringan dan dilakukan
secara perlahan-lahan dan nya- man untuk dirinya.
 Aktivitas dinilai berlebihan jika menyebabkan ibu stres atau
memperbayak perdarahan.
 Ibu dianjurkan untuk mengikuti petunjuk perawat mengenai
olahraga dan aktivitas lain, seperti mengemudi, naik tangga, dan
meng- angkat barang.
 Perawatan perineum
Perawatan perineum dianjurkan, khususnya bagi ibu yang mendapat
jahitan untuk menutup epistomi atau robekan, atau jika perineum
sangat lecet atau bengkak. Tujuan dasar dari perawatan perineum
adalah untuk mengurangi rasa nyeri, mempercepat penyembuhan, dan

8
mencegah infeksi. Jahitan ibu akan hilang dalam waktu dua hingga
empat minggu, sedangkan jaringan biasanya pulih dalam waktu empat
sampai enam minggu, meskipun ibu mungkin merasa tidak nyaman
untuk beberapa waktu. Ketidak nyamanan selama berhubungan
seksual dapat berlangsung selama beberapa bulan. Jika ketidak
nyamanan tetap ada, maka perawat dapat melakukan tindakan:
 Perawat akan memberikan kompres es pada perineum segera
setelah ibu melahirkan untuk mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan. Kompres es digunakan secara berkala selama
beberapa hari.
 Ibu dianjurkan untuk melakukan senam kon- traksi dasar panggul
(Kegel dan Super Kegel) untuk meningkatkan sirkulasi pada
perineum, mempercepat penyembuhan, dan mengurangi
pembengkakan. Selain itu, tujuannya untuk membantu
mengembalikan kekuatan dan tonus otot pada dasar panggul.
 Ibu dianjurkan sebelum berkemih untuk mem- bersihkan diri
dengan menyiramkan air hangat ke daerah perineum ke arah anus.
 Ibu dianjurkan untuk tidak memakai tampon atau pembalut
sebelum pengecekan pasca melahirkan.
 Ibu tidak boleh mencuci (douching) vagina.
 Ibu dianjurkan untuk selalu mengusap atau mengeringkan dari
depan ke belakang untuk mencegah infeksi perineum akibat
organisme di daerah anus.
 Pemberi perawatan akan meresepkan atau memberi ibu preparat
untuk diulaskan pada perineum guna meningkatkan kenyamanan.
 Anjurkan ibu untuk melakukan basuh rendam untuk dapat
membantu mengurangi nyeri perineum. Caranya, ibu duduk dalam
baskom bersih berisi air hangat selama sepuluh sampai dua puluh
menit. Setelah basuh rendam, ibu harus berbaring selama 15 menit
atau lebih untuk mengurangi pembengkakan perineum yang
disebabkan oleh air hangat. Jika ibu menginginkan dapat
menggunakan air dingin untuk basuh rendam. Air dingin ini
menyejukkan dan tidak memperbesar pembengkakan.

9
 Ibu dapat menggunakan bantal dari plastik berbentuk donat untuk
tempat duduk. Bentuk donat mengangkat peribeum dari permukaan
tempat ibu duduk. Ibu dapat membuat sendiri bantal donat dengan
menggulung handuk mandi yang panjang dan membentuk koil
gulungan dalam bentuk sepatu kuda. Ibu duduk dengan bokong
didukung handuk. Duduk pada bantal yang dirancang untuk
menyusui atau menopang bayi juga membantu meningkatkan
kenyamanan.
 Duduk kadang-kadang menimbulkan rasa sakit untuk ibu yang
mendapatkan jahitan. Jika ibu duduk pada permukaan keras, maka
sebaiknya ibu duduk pada sisi bokong terlebih dahulu, kemudian
dengan kedua sisi. Cara ini membantu menekan luka irisan dan
tidak begitu sakit. Ibu sebaiknya mencoba duduk di permukaan
yang keras maupun lembut dan gunakan pilihan yang terasa
nyaman.
 Anjurkan ibu untuk berbaring dan istirahat sesering mungkin pada
minggu pertama atau kedua sesudah melahirkan. Sebab, jika ibu
duduk atau berdiri, maka gaya tarik bumi akan meningkatkan
pembengkakan.

Fungsi buang air besar dan berkemih:

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat buang air besar dan berkemih,
yaitu:
 Pada mulanya ibu sulit berkemih karena tonus perut yang kendur
atau nyeri dan bengkak di sekitar saluran kemih yang disebabkan
oleh lecet selama melahirkan atau pemasangan kateter kandung
kemih. Maka, jika ibu men- dapatkan kesulitan, usahakan untuk
relaks, minum banyak cairan, menyiram perineum dengan air
hangat dapat membantu memulai aliran air kemih. Selain itu,
anjurkan ibu untuk berkemih di tempat mandi pancuran. Jika tidak
dapat berkemih, maka ibu perlu kateterisasi untuk mengosongkan
kandung kemih.

10
 Ibu kadang mengalami sembelit sesudah mela- hirkan karena otot
perut kendur atau nyeri pada perineum, epistomi atau wasir.
Suplemen zat besi dan obat pereda nyeri golongan perut kendur
atau nyeri pada perineum, epistomi atau wasir. Suplemen zat besi
dan obat pereda nyeri golongan narkotik dapat menyebabkan
sembelit. Jika ibu mengalami sembelit, maka anjurkan :
a. Makan buah-buahan segar maupun kering, sayur, sereal utuh,
serta banyak minum.
b. Berjalan-jalan, senam otot perut, dan segera ke belakang jika
ibu merasakan dorongan untuk buang air besar dan tidak
menundanya akan membantu pengem- balian fungsi buang air
besar yang normal.
c. Berikan pelunak tinja dan jelaskan peng- gunaannya untuk ibu
yang pulang dari tempat melahirkan.
 Sarankan ibu untuk mendukung perineum sangat lembut dengan
menekan tisu toilet pada daerah jahitan akan membantu
mengurangi rasa nyeri saat mengejan untuk buang air besar.
Penggunaan pendukung semacam ini juga membantu
menghilangkan ketakutan jika ibu melukai dirinya sendiri sewaktu
meregang.
 Mengatasi wasir
Wasir umum terjadi selama kehamilan dan bahkan lebih umum lagi
dalam waktu satu bulan atau lebih sesudah melahirkan. Beberapa cara
untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat wasir dan mempercepat
penyembuhannya menurut Simkin, dkk. (2008):
 Hindari sembelit
 Anjurkan ibu untuk latihan kontraksi dasar panggul atau kegel
dengan penekanan pada otot-otot di sekitar anus.
 Anjurkan ibu untuk melakukan basuh rendam.
 Perawatan bedah kadang diperlukan untuk kasus ekstrim.
 Nutrisi
Setelah ibu melahirkan anjurkan untuk memper- hatikan nutrisi sebagai
berikut:

11
 Anjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat seperti yang
dilakukan selama kehamilan.
 Untuk menurunkan beberapa kilogram ekstra yang tetap ada
sesudah melahirkan, anjurkan ibu untuk tidak melakukan diet
ekstrim. Sebagian besar wanita yang baru melahirkan akan
kehilangan berat badannya secara perlahan-lahan dalam periode
beberapa bulan tanpa perlu upaya khusus. Jika ibu memilih untuk
menurunkan berat badan secara sengaja, penurunan berat badan 0,5
- 1 kg per minggu adalah batas maksimal yang disarankan untuk
sebagian besar wanita.
 Anjurkan diet ibu mengandung banyak serat sehingga tidak
mengalami sembelit
 Anjurkan untuk tetap mengonsumsi vitamin dan suplemen zat besi,
seperti sebelum hamil.
 Bantuan dari keluarga
Sesudah melahirkan, realitanya bahwa ibu tida mampu melakukan
segala sesuatu seperti sebelumnya akan sangat mengganggu.
Beberapa wanita yang bangga akan kemadiriannya umumnya sulit
meminta bantuan. Meskipun demikian, mene- rima bantuan yang
ditawarkan keluarga akan mempercepat pemulihan serta memberikan
ibu lebih banyak kesempatan untuk beristirahat dan tidur: Bantuan
yang diberikan keluarga, antara lain membersihkan rumah, memasak
atau pun hanya sekadar menjaga bayi ketika ibu mandi atau ber-
istirahat.
2. Adabtasi Psikologis Pasca Melahirkan (Ani Ratnawati, 2021. “Asuha Keperawatan”
hal.87-104)
Kelahiran bayi akan menyebabkan perubahan yang mendadak dalam keseimbangan
yang tertata pada kehidupan ibu baik secara fisik maupun emosional. Untuk
sementara, hidup yang tertata rapi akan terganggu oleh kehadiran bayi. Beberapa hal
yang harus diperhatikan ibu pasca melahirkan, yaitu :
a. Adaptasi pasca melahirkan
Adaptasi pasca melahirkan disebut juga pemulihan pasca melahirkan
berarti bahwa ibu kembali ke pola yang lebih dapat diramalkan. Ibu dapat

12
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, secara umum merasa rileks dan
bisa memulai untuk menikmati minat lamanya. Selain itu, tubuh telah
mengalami penyembuhan dan ibu merasa mampu memahami dan
memenuhi kebutuhan bayi.
b. Kapan ibu kembali "Normal"?
Sebagian besar ibu pasca melahirkan bertanya apa- kah akan bisa
menjalani kehidupan seperti semula. Diperlukan waktu untuk pemulihan
fisik pasca mela- hirkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan gaya hidup
baru bersama bayi. Pemulihan dan adaptasi akan dipercepat tergantung
pada beberapa faktor, misalnya kasih sayang dan pengetahuan ibu
bertakitan dengan pengasuhan bayi, kesehatan fisik dan mental, kondisi
kekeuangan, kesehatan dan watak bayi serta dukungan keluarga dan
teman-teman. Biasanya periode ketidakseimbangan pasca melahirkan
terjadi hingga 4 minggu, periode adaptasi antara 4 - 12 minggu, dan
setelah 12 minggu akan mendapatkan keseimbangan baru.
c. Penyesuaian seksual
Beberapa wanita dan pria ingin kembali melakukan hubungan seksual
sesegera mungkin sesudah melahirkan. Sementara yang lainnya lebih suka
menunggu atau bahkan merasa takut. Tentu saja, perineum yang nyeri,
adanya bayi yang banyak menyita waktu, kurangnya bantuan, dan
kelelahan ekstrim akan memengaruhi ibu untuk rileks dan menikmati
hubungan seks.
Beberapa dokter menyarakan ibu pasca melahirkan untuk menunda
hubungan seksual hingga enam minggu, tetapi hal ini merupakan anjuran
yang kurang tepat. Hubungan seksual lebih aman jika luka jahitan telah
sembuh, rabas vagina berkurang dan ibu siap melakukannya.
d. Menyesuaikan diri terhadap perang orangtua
Menjadi orangtua dimulai dengan melahirkan dan akan berlangsung
seumur hidup. Hal-hal yang perlu diperhatikan ibu dan pasangannya,
yaitu:
 Ibu dan pasangan harus mengembangkan hubungan yang
menyenangkan dengan bayi yang baru lahir.

13
 Saling mendukung dalam perawatan bayi, misalnya mengganti popok
atau menenangkan bayi menangis.
 Ibu dan pasangan harus menyadari tujuan dan perasaannnya sebagai
orangtua si bayi, misalnya jika salah satu pihak merasa tidak
bersemangat untuk merawat bayi. Perlu diingatkan bahwa proses
kesadaran sebagai orangtua, bukan hanya semalam namun merupakan
proses yang berkesinambungan.
 Ingatkan bahwa menjadi orangtua bukanlah kete- rampilan naluriah,
melainkan dipelajari. Walaupun ibu belum mempunyai banyak
pengalaman dalam merawat bayi dan anak kecil, namun ibu dapat
belajar tentang kemampuan bayi, kebutuhan dan perkembangannya
dari banyak sumber seperti buku, internet dan lain-lain.
 Ibu dan pasangan harus menyadari bahwa mereka cukup stres
menghadapi bayi yang baru lahir, maka dianjurkan untuk saling
berbagi pekerjaan rumah akan dapat mempererat hubungan keluarga.
 Untuk orangtua yang sudah mempunyai anak, kadang-kadang merasa
bersalah karena merasa mengabaikan anak pertama. Tentu saja,
hubungan yang ekslusif yang dimiliki ibu dengan anak pertama akan
berubah. Meskipun demikian, ada pengaruh positif dari saudara
kandungnya terhadap keluarga. Anak pertama akan memperkaya
kehidupan adiknya sementara adik akan memperkaya kehidupan selu-
ruh keluarga.

C. Proses Laktasi (Andina “Ásuhan Kebidanan Nifas Dan Mneyusui Teori Dalam
Praktik Kebidanan Profesional” hal 63-77)
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Laktasi atau menyusul
mempunyal dua pengertlan, yaltu produksl ASI (refleks prolaktin) dan pengeluaran
ASI oleh oksltosin (reflek aliran atau let down reflect).
a. Produksi ASI (Refleks Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dipengaruhi
oleh hormon pertumbuhan (growth hormone). Seiring dengan usia wanita yang mulai
memasuki pubertas (usia 9 hingga 12 tahun), maka sel-sel payudara akan dipicu untuk

14
berproliferasi lebih pesat (contohnya: maturase alveolus) oleh hormon-hormon
estrogen dan progesterone Selama masa kehamilan, konsentrasi hormon estrogen
yang tinggi menyebabkan perkembangan duktus yang ekstensif sementara kadar
progesteron yang tinggi merangsang pembentukan lobulus dan alveolus. Peningkatan
konsentrasi hormon prolaktin juga ikut berperan dalam menginduksi enzim-enzim
yang diperlukan untuk menghasilkan susu dan memperbesar payudara ibu, Hormon
prolaktin ini adalah hormon yang disekresikan oleh hipotisis anterior Produksi ASI
dan payudara yang membesar selain disebabkan oleh hormon prolaktin iuga
disebabkan oleh roduksi ASI dan payudara yang membesar selain disebabkan oleh
hormon prolaktin juga disebabkan oleh Human Chorionic Somatomammotropin
(HCS) atau Human Placental Lactogen (hPL), yaitu hormon peptida yang di
keluarkan oleh plasenta. Human Placental Lactogen (hPL) memiliki struktur kimia
yang mirip dengan prolaktin. Pada trimester pertama kehamilan, plasenta ini ibarat
pabrik kimia yang memroduksi hormon-hormon wanita dan kehamilan dimana
hormon-hormon yang dihasilkan akan mempunyai perannya masing-masing seperti:
1. Mengubah tubuh agar dapat mempertahankan kehamilan.
2. Mempersiapkan laktasi.
3. Menjaga kesehatan organ-organ produksi.
4. Menjaga fungsi plasenta agar janin hidup dan cukup mendapatkan makanan.

Kendati hormon prolaktin ini meningkat selama masa kehamilan, tetapi ASI belum
keluar karena kadar hormon estrogen dan progesteron mencegah laktasi dengan cara
menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Hormon estrogen dan
progesteron tersebut masih bekerja sesuai perannya untuk mengembangkan duktus
das berusaha menghambat kinerja prolaktin sampai bayi lahir dan benar- benar
memerlukan susu, Estrogen dan progesteron diproduksi di otak korpus luteum di
ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal dan pada kehamilan juga diproduksi
di plasenta. Kadar keduanya akan menurun saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan karena plasenta dan korpus luteum.

Sel yang terbentuk dalam ovari dan bertanggungjawab untuk pengeluaran hormon
progesteron semasa kehamilan awal untuk menyokong kehamilan. Fungsinya,
menjadi produsen hormon tersebut telah lepas dan kurang berfungsi. Hasilnya akan
terjadi sekresi ASI karena tingginya kadar hormon prolaktin yang berfungsi untuk
menghasilkan susu serta estrogen yang menjadi penghambat efek stimulatorik

15
prolaktin sudah hilang. Rangsangan payudara sampal pengeluaran ASI disebut dengan
refleks produksi ASI (refleks prolaktin). Semakin sering Ibu menyusui, semakin
banyak pula produksi ASI, begitu pula berlaku sebaliknya. Kadar prolaktin pada ibu
menyusul akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak
dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada hisapan bayi.
Namun, pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3, sedangkan ibu menyusui
meningkatnya prolaktin.

a. Faktor Meningkatnya Prolaktin


 Stres/pengaruh psikis
 Anestesi
 Operasi
 Rangsangan puting susu
 Hubungan kelamin
 Konsumsi obat-obat tranquizer hipotalamus
b. Faktor Penghambat Prolaktin
 Gizi buruk pada ibu menyusui
 Konsumsi obat-obat seperti ergot dan i-dopa
Prolaktin mempunyai fungsi lain, yaitu menekan fungsi Indung telur
(ovarium) dan akibatnya danat memperlambat kembalinya fungsi
kesuburaan dan haid
b. Engeluaran ASI (Oksitosin) atau Refleks Aliran (Let Down Reflect)
Pengeluaran ASI (Oksitosin) adalah refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan hisapan bayi. Bersamaan dengan mekanisme
pembentukan prolaktin pada hipofisis anterior yang telah dijelaskan sebelumnya,
rangsangan yang berasal dari hisapan bayi pada puting susu tersebut dilanjutkan ke
hipofisis posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveolus akan berkontraksi dan mendorong ASI yang telah terbuat
masuk ke duktus laktiferus kemudian masuk ke mulut bayi. Pengeluaran oksitosin
selain dipengaruhi oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus
laktiferus. Bila duktus laktiferus melebar, maka secara reflektoris oksitosin di
keluarkan oleh hipofisis.
a. Faktor-faktor peningkatan let down reflect:
16
 Melihat bayi.
 Mendengarkan suara bayi.
 Mencium bayi.
 Memikirkan untuk menyusui bayi.

b. Faktor-faktor penghambat let down reflect:


 Stres, seperti: keadaan bingung atau pikiran kacau.
 Takut dan cemas.Perasaaan stres ini akan menyebabkan blocking
terhadap mekanisme let down reflect. Stres akan memicu pelepasan
hormon epinefrin atau adrenalin yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah pada alveolus sehingga oksitosin yang seharusnya dapat
mencapai targetnya yaitu sel-sel miopitel di sekitar alveolus agar
berkontraksi dan mendorong ASI yang telah terbuat masuk ke duktus
laktiferus menjadi tidak terlaksana. Akibatnya adalah akan terjadi
penumpukan air susu di dalam alveolus yang secara klinis tampak
payudara membesar.
c. Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:
 Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya dan bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
 Refleks Menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Agar puting mencapal palatum, maka sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada
dibawah areola, tertekan antara gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI
keluar.
 Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
c. Komposisi Gizi Asi
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi

17
bayi. Beberapa hal berikut adalah pengetahuan mengenai ASI dan komposisi gizi
yang ada di dalamnya.

a. ASI
 ASI berbeda dengan susu sapi.
 Komposisi cairan tersebut mempunyai keseimbangan biokimia yang
sangat tepat untuk pertumbuhan bayi, sehingga tidak mungkin ditiru
oleh buatan manusia..
 ASI herbeda dari satu ibu ke ibu lain.
b. Komposisi ASI
 ASI kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan pada hari 1-3, berwarna
kekuningan dan agak kental, bentuk agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel epitel. Manfaat kolostrum adalah sebagai berikut
Sebagai pembersih selaput usus Bayi Baru Lahir (BBL), sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan. Mengandung kadar protein
yang tinggi terutama gamma globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi
 Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.ASI
peralihan, yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari ke-4 sampai hari ke-10.
 ASI mature, yaitu dihasilkan mulai hari ke-10 sampai seterusnya.
d. Manfaat Memberi Asi
Di banding dengan yang lain ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi.
2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
3. Mengandung berbagai zat antibodi sehingga mencegah ter- jadi infeksi.
4. Tidak mengandung laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.
5. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam
keadaan segar serta bebas dari kuman.

18
D. Asuhan Teori Keperawatan

Asuhan Teori Keperawatan Pada Masa Post Partum


( Mitayani, 2012 ”Asuhan Keperawatan Maternitas” hal 122-123)

A. Pengkajian
a. Temperature
Periksa 1 kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan RS, suhu tubuh
akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan.
b. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama atau sampai stabil, kemudian
setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi Kembali normal pada 1 jam
berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
c. Pernafasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan Kembali normal setelah 1 jam post
partum.
d. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30
menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit
meningkat karena Upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal
Kembali setelah 1 jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan cairan
inravena.
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama kemudian setiap 30 menit,
fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm di bawah atau pada
umbilicus. Bila uterus lunak, dilakukan masase hingga keras dan pijatan
hingga berkontraksi ke pertengahan.
g. System gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar Kembali normal.
h. Kehilangan berat badan

19
Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang
4-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang
750 g darah dan cairan amnion lebih kurang 1.000 g sisanya berat badan bayi.
i. Lokea
Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan
cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih, tidak
berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
k. System musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot. Pada periode post partum penurunan tonus otot jelas
terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus
abdomenis memisah.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang khas bagi Wanita selama periode ini:
1. Resiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma.
2. Resiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan.
3. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan afterpain.
4. Kurangnya perawatan diri: mandiri/kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan.
5. Resiko kurangnya volume cairan yag berhubungan dengan pembatasan masukan
selama proses persalinan
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri.
a. Masase lembut secara interitem fundus uteri dapat membantu mengeluarkan
darah dan bekuan yang menunmpuk, sehingga uterus dapat berkontraksi
Kembali.
b. Kaji jumlah darah yang keluar yang terdapat pada pembalut. Pembalut yang
basah keseluruhannya mengandung sekitar 100 ml darah. Kehilangan 100 ml
darah setiap 15 menit dipertimbangkan selama aliran yang hebat.
c. Pantau tanda-tanda vital dan observasi warna kulit, apakah ibu mengalami
sianosis.
20
d. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam
uterus.
e. Bila perdarahan terjadi tiba-tiba kemungkinan laserasi pada serviks atau
vagina.
f. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus
kemungkinan dilakukan Tindakan perbaikan dengan operasi.
2. Resiko retensi urine yang berhubungan dengan trauma persalinan
Kandung kemih yang penuh menekan uterus ke atas dan ke samping. Posisi
yang demikian dapat mengganggu kontraksi uterus, sehingga mengarah pada
terjadinya hemoragia. Hal ini menambah ketidaknyamanan dan dapat
mengakibatkan atonia uteri dinding kandung kemih, retensi urine, dan bahkan
infeksi.
Akibat terjadinya trauma dan pembengkakan yang terjadi pada ibu mungkin
didapati adanya kesulitan berkemih. Air hangat di pancurkan di atas vulva dan air
dibiarkan mengalir akan membantu relaksasi sfingter. Bila gagal, maka dianjurkan
kateterisasi.
3. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan nyeri persalinan (afterpain)
dan trauma jalan lahir.
Selama beberapa hari setelah melahirkan, kontraksi uterus mungkin akan sangan
kuat dan menyakitkan, terutama pada multiparah. Intervensi keperawatannya
meliputi hal-hal berikut ini:
a. Menjelaskan fisiologi afterpain normal pada ibu.
b. Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur.
c. Tutupi abdomen ibu dengan selimut.
d. Berikan analgetic sesuai resep dokter.
e. Berikan dorongan untuk melakukan Teknik relaksasi yang dipelajari pada
periode prenatal.

Episiotomy dan hemoroid dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.


Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Memberikan dorongan pada ibu untuk berbaring pada posisi miring sambil
gunakan kantong es selama 2 jam.
b. Menggunakan salep seperti yang diresepkan.
c. Berikan analgetic seperti yang diresepkan.

21
d. Ajarkan ibu untuk melakukan Teknik relaksasi.
4. Kurangnya perawatan diri: mandi/kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan selama proses persalinan.
Oleh karena keletihan atau efek analgetic selama melahirkan, ibu tidak dapat
membersihkan atau menghangatkan diri sendiri. Ketika perawat membasuh wajah
ibu dan lengannya serta menyelimutinya dengans elimut yang hangat, ibu merasa
diperhatikan dan merasa aman serta memungkinkan ia beristirahat dengan lebih
nyaman.
5. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan cairan selama
persalinan.
Oleh karena cairan per-oral biasanya dibatasi selama persalinan, banyak ibu
merasa haus dan membutuhkan cairan segera setelah melahirkan. Biasanya air
putih dalam jumlah sedang di anjurkan untuk diberikan. Namun, minum yang
terlalu banyak dan terlalu cepat dapat menyebabkan muntah. 1 jam pertama
setalah melahirkan biasanya ibu dapat menyesuaikan diet ringan tanpa kesulitan.
Sebagai Tindakan kewaspadaan, catatan asupan dan pengeluaran yang akurat
harus diperhatikan.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 140 hari (Fitri, 2017).Waktu mulai tertentu setelah melahirkan
seorang anak, dalam bahasa latin disebut puerperium. Secara etimologi, puer berarti
bayi dan parous adalah melahirkan (Dewi dan Sunarsih, 2011). Jadi puerperium
adalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan masa pulih
kembali, dengan maksud keadaaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum hamil.
(Andina “Ásuhan Kebidanan Nifas Dan Mneyusui Teori Dalam Praktik Kebidanan
Profesional” hal 7)
B. Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak jauh dari kesalahan oleh
karena itu saran dan kritik yang dapat membangun semangat kami sangat kami
harapkan, dengan adanya makalah ini juga kami berharap dapat menjadi acuan
sebagai sumber informasi mengenai PNC.

23
DAFTAR PUSTAKA
Ana Rahmawati, 2021. Asuhan Keperawatan Maternitas. Penerbit:Pustaka Baru
Press. Yogyakarta
Andina Vita Sutanto. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Penerbit: Pustaka Baru Press. Yogyakarta
Mitayani, 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Penerbit:Salemba Medika. Jakarta
Selatan

24

Anda mungkin juga menyukai