Oleh :
ALIFIA CANDRA PURIASTUTI
011513243050
Laporan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Penyulit, Post Sc Atas Indikasi Bekas
SC + DM Gestasional di Ruang Merpati IRNA Obgyn RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Periode Praktek Klinik 7 – 26 September 2015.
Mengetahui,
Kepala Ruang Merpati, Pembimbing Klinik,
Pembimbing Akademik,
Menyetujui,
Pembimbing Akademik
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
post secsio sesarea atas indikasi diabetes melitus gestasional sesuai dengan
manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar nifas.
2. Menjelaskan konsep dasar seksio sesarea.
3. Menjelaskan konsep dasar diabetes melitus gestasional.
4. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif.
5. Menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial.
6. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan.
7. Melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan perencanaan.
8. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan.
9. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan dengan SOAP
1.3 Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
2. Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang bermutu
Fase dan ringkasan proses fisiologis Durasi fase Implikasi utuk penatalaksanaan luka
I. RESPONS INFLAMASI AKUT 0-3 hari Fase ini merupakan bagian yang
TERHADAP CEDERA esensial dari proses penyembuhan
Hemostasis vasokonstriksi dan tidak ada upaya yang dapat
sementara dari pembuluh darah menghentikan proses ini, kecuali
yang rusak terjadi pada saat jika proses ini terjadi pada
sumbatan trombosit dibentuk dan kompartemen tertutup di mana
diperkuat juga oleh serabut fibrin struktur-struktur penting mungkin
untuk membentuk sebuah bekuan. tertekan (mis, luka bakar pada
Respons jaringan yang rusak : leher). Meski demikian, jika hal
jaringan yang rusak dan sel mast tersebut diperpanjang oleh adanya
melepaskan histamin dan mediator jaringan yang mengalami
lain, sehingga menyebabkan devitalisasi secara terus menerus,
vasodilatasi dari pembuluh darah adanya benda asing, pengelupasan
sekeliling yang masih utuh serta jaringan yang luas, trauma
meningkatnya penyediaan darah ke kambuhan, atau oleh penggunaan
daerah tersebut, sehingga menjadi yang tidak bijaksana preparat topikal
merah dan hangat. Permeabilitas untuk luka, seperti antiseptik,
kapiler-kapiler darah meningkat dan antibiotik, atau krim asam, sehingga
cairan yang kaya akan protein penyembuhan diperlambat dan
mengalir ke dalam spasium kekuatan regangan luka menjadi
interstisial, menyebabkan edema tetap rendah. Sejumlah besar sel
lokal dan mungkin hilangnya fungsi tertarik ke tempat tersebut untuk
di atas sendi tersebut. Leukosit bersaing mendapatkan gizi yang
polimorfonuklear (polimorf) dan tersedia. Inflamasi yang terlalu
makrofag mengadakan migrasi ke banyak dapat menyebabkan
luar dari kapiler dan masuk ke granulasi yang berlebihan pada Fase
dalam daerah yang rusak sebagai III dan dapat menyebabkan jaringan
reaksi terhadap agens kemotaktik parut hipertrofik. Ketidaknyamanan
yang dipacu oleh adanya cedera. karena edema dan denyutan pada
tempat luka juga menjadi
berkepanjangan.
II. FASE DESTRUKTIF Polimorf dan makrofag mudah
Pembersihan terhadap jaringan mati dipengaruhi oleh turunnya suhu pada
yang mengalami devitalisasi dan tempat luka, sebagaimana yang
bakteri oleh polimorf dan makrofag. dapat terjadi bilamana sebuah luka
Polimorf menelan dan yang basah dibiarkan tetap terbuka,
menghancurkan bakteri. Tingkat pada daat aktivitas mereka dapat
aktivitas polimorf yang tinggi turun sampai nol. Aktivitas mereka
hidupnya singkat saja dan dapat juga dihambat oleh agens
penyembuhan dapat berjalan terus kimia, hipoksia, dan juga perluasan
tanpa keberadaan sel tersebut. limbah metabolik yang disebabkan
Meski demikian, penyembuhan karena buruknya perfusi jaringan.
berhenti bila makrofag mengalami
deaktivasi. Sel-sel tersebut tidak
hanya mampu menghancurkan
bakteri dan mengeluarkan jaringan
yang mengalami divitalisasi serta
fibrin yang berlebihan, tetapi juga
mampu merangsang pembentukkan
fibroblas, yang melakukan sintesa
struktur protein kolagen dan
menghasilkan sebuah faktor yang
dapat merangsang angiogenesis
(Fase III).
III. FASE PROLIFERATIF 3-24 hari Gelung kapiler baru jumlahnya
Fibroblas meletakkan substansi sangat banyak dan rapuh serta
dasar dan serabut-serabut kolagen mudah sekali rusak karena
serta pembuluh darah baru mulai penanganan yang kasar, mis,
menginfiltrasi luka. Begitu kolagen menarik balutan yang melekat.
diletakkan, maka terjadi Vitamin C penting untuk sintesis
peningkatan yang cepat pada kolagen. Tanpa vitamin C, sintesis
kekuatan regangan luka. Kapiler- kolagen berhenti, kapiler darah baru
kapiler dibentuk oleh endotelial, rusak dan mengalami perdarahan,
suatu proses yang disebut serta penyambuhan luka terhenti.
angiogenesis. Bekuan fibrin yang Faktor sistemik lain yang dapat
dihasilkan pada Fase I dikeluarkan memperlambat penyembuhan pada
begitu kapiler baru menyediakan stadium ini termasuk defisiensi besi,
enzim yang diperlukan. Tand-tanda hipoproteinemia, serta hipoksia.
inflamasi mulai berkurang. Jaringan Fase proliferatif terus berlangsung
yang dibentuk dari gelung kapiler secara lebih lambat seiring dengan
baru, yang menopang kolagen dan bertambahnya usia.
sunbstansi dasar, disbeut jaringan
granulasi karena penampakannya
yang granuler. Warnanya merah
terang.
IV. FASE MATURASI 24-365 hari Luka masih sangat rentan terhadap
Epitelialisasi, kontraksi dan trauma mekanis (hanya 50%
reorganisasi jaringan ikat : Dalam kekuatan regangan normal dari kulit
setiap cedera yang mengakibatkan diperoleh kembali dalam tiga bulan
hilangnya kulit, sel epitel pada pertama). Epitelialisasi terjadi
pinggir luka dan dari sisa-sisa sampai tiga kali lebih cepat di
folikel rambut, serta glandula lingkungan yang lembab (di bawah
sebasea dan glandula sudorifera, balutan oklusif atau balutan
membelah dan mulai bermigrasi di semipermeabel) daripada di
atas jaringan granula baru. Karena lingkungan yang kering. Kontraksi
jaringan tersebut hanya dapat luka biasanya membantu, yakni
bergerak di atas jaringan yang menurunkan daerah permukaan luka
hidup, maka mereka lewat di bawah dan meninggalkan jaringan parut
eskar atau dermis yang mengering. yang relatif kecil, tetapi kontraksi
Apabila jaringan tersebut bertemu berlanjut dengan buruk pada daerah
dengan sel-sel epitel lain yang juga tertentu, seperti di atas tibia, dan
mengalami migrasi, maka mitosis dapat menyebabkan distorsi
berhenti, akibat inhibibisi kontak. penampilan pada cedera wajah.
Kontraksi luka disebabkan karena Kadang, jaringan fibrosa pada
miofibroblas kontraktil yang dermis menjadi sangat hipertrofi,
membantu menyatukan tepi-tepi kemerahan, dan menonjol, yang
luka. Terdapat suatu penurunan pada kasus ekstrim menyebabkan
progresif dalam vaskularitas jaringan parut keloid tidak sedap
jaringan parut, yang berubah dalam dipandang.
penampilannya dari merah
kehitaman menjadi putih. Serabut-
serabut kolagen mengadakan
reorganisasi dan kekuatan regangan
luka meningkat.
2.5.5 Intervensi
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaannya sehingga dapat membuat ibu
dan keluarga menjadi tenang
2. Jelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu
R/: Informasi dari tenaga kesehatan akan membuat ibu tenang
3. Observasi tanda – tanda vital
R/: Tanda – tanda vital merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keadaan
ibu
4. Observasi TFU, kontraksi uterus, dan pengeluaran lokea setiap hari
R/:
TFU merupakan salah satu indicator untuk mengetahui bahwa proses
involusio berlangsung normal, normalnya TFU mengalami penurunan 1
cm/ hari yang teraba keras dan bundar
Dengan mengobservasi kontraksi uterus dapat mengetahui apakah uterus
berkontraksi dengan baik atau tidak, karena apabila uterus kurang
berkontraksi akan menyebabkan perdarahan dan memperlambat proses
involusi.
Perubahan warna, bau, jumlah dan perpanjangan lokea merupakan
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh involusio yang kurang baik.
5. Pemenuhan Kebutuhan nutrisi dan hidrasi
R/ Bila kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi maka ibu akan tetap mempunyai tenaga dan
untuk proses laktasi.
6. Anjurkan Ibu untuk mobilisasi secara bertahap
R/: Dengan mobilisasi lokea akan keluar dengan lancar dan mencegah terjadinya
perdarahan serta mempercepat proses involusi uterus.
7. Berikan HE tentang personal hygiene
R/: Diharapkan ibu secara mandiri mampu menjaga kebersihan dirinya sehingga
terhindar dari infeksi
8. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan Sp.PD dalam pemberian obat – obatan
R/: Terapi yang benar akan mempercepat kesembuhan pasien
9. Kolaborasi dengan petugas gizi mengenai diit
R/: Diit pada ibu riwayat DM diperlukan agar masa nifas dapat berjalan dengan
baik
2.5.6 Implementasi
-
2.5.7 Evaluasi
-
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Data Subyektif
1. Identitas
Nama klien : Ny. “D” Nama suami : Tn. “T”
Usia : 28 tahun Usia : 30 tahun
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : PNS
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kedung Asem - Surabaya
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kakinya masih terasa tebal dan menggigil
3. Riwayat Obstetri
N Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas KB K
o Sua Anak UK Pnyl Penol. Jeni Tmp Pnylt Seks BB Hidup Keada ASI et
mi Ke t s t PB Mati an
1 I 1 9 - Sp.OG SC RDD Fetal L 2400 H baik 1 Sunti
S distress 46 3 thn tahu k3
n bln
2 N I F A S I N I
III. Analisa
P 2002 3 jam Post SC + IUD dengan DM gestasional dengan potensial hipoglikemi dan
gangguan aktivitas
IV. Penatalaksanaan
Tanggal 10 – 9 -2015
WAKTU PENATALAKSANAAN TTD
Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan Alifia
11.30 dan asuhan yang akan diberikan, ibu mengerti
kondisi kesehatannya
Menjelaskan kepada ibu penyebab dari keluhan Alifia
yang dirasakan oleh ibu dan memberikan suhu
panas dari luar (mematikan AC dan memberi
selimut), ibu mengerti bahwa keluhannya adalah
efek samping dari anastesi yang telah diperoleh ibu
Memberikan terapi sesuai advice dokter, ibu Alifia
11.45 mendapatkan infus RL + 2 amp oxytocin 500 cc
dilanjutkan Inf RD5 500 cc/24 jam
Memberikan health education mengenai: Alifia
mobilisasi bertahap
12.00 nutrisi dan diit bertahap
ibu mengerti dan mampu mengulangi penjelasan
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu yaitu diit TKTP,
ibu habis 1 porsi
Memberikan terapi sesuai advice dokter, ibu Alifia
mendapatkan injeksi
14.00 Ketorolac 1 amp
Alinamin 1 amp
Ranitidin 1 amp
Melaksanakan advice dokter untuk pengambilan Alifia
darah untuk pemeriksaan darah lengkap
CATATAN PERKEMBANGAN I
Pada 11 September 2015 pukul 09.00
Oleh : Alifia Candra P.
Tempat : Ruang Merpati – IRNA Obgin RSUD dr. Soetomo Surabaya
Subyektif
Ibu masih merasa nyeri pada luka jahitan operasi saat melakukan mobilisasi, skala 2
Sejak 10 September 2015 pukul 16.00 dilakukan rawat gabung dengan bayinya
ASI belum lancar dan ibu ingi menyusui bayinya
Obyektif
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital :
TD : 90/60 mmHg Nadi : 98 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt Suhu : 36,5 oC
Payudara : putting susu menonjol, bersih, konsistensi lunak, pengeluaran colostrum
sedikit
Abdomen : terdapat luka operasi secsio sesaria tertutup kasa dan bersih, TFU teraba 3
jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Genitalia :loche rubra ¼ pembalut, tidak berbau
Advice dokter :
Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
Tablet Sulfat Ferrosus 2 x 1
Hasil laboratorium darah 10 – 9 – 2015
Hb = 12,8 mg/dL Leukosit = 28,8 103 mg/dL
Platelet = 293.000
Analisa
P 2002 Hari ke-1 Post SC + IUD atas indikasi DM Gestasional dengan potensial
hipoglikemi
Penatalaksanaan
Tanggal 11 – 9 -2015
WAKTU PENATALAKSANAAN TTD
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang Alifia
09.15 akan diberikan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga mengerti
Melakukan perawatan payudara kepada ibu, ibu Alifia
menyetujuan dilakukan perawatan payudara
Membimbing cara meneteki yang benar, ibu dapat Alifia
09.45
melaksanakan
Memberikan health education mengenai makanan Alifia
makanan bergizi, ibu mengerti
Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan memberikan diit Alifia
12.00
TKTP, ibu habis 1 porsi
Memberikan terapi sesuai dengan advice dokter ibu Alifia
14.00
mendapatkan terapi : asam mefenamat 500 mg
CATATAN PERKEMBANGAN II
Pada 12 September 2015 pukul 09.00
Oleh : Alifia Candra P.
Tempat : Ruang Merpati – IRNA Obgin RSUD dr. Soetomo Surabaya
Subyektif
Ibu tidak ada keluhan
Obyektif
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital :
TD : 100/70 mmHg Nadi : 88 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt Suhu : 36,7 oC
Payudara : produksi ASI lebih lancar
Abdomen : terdapat luka operasi secsio sesaria tertutup kasa dan bersih, TFU teraba 3
jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Genitalia :loche rubra ¼ pembalut, tidak berbau
Analisa
P 2002 Hari ke-2 Post SC + IUD atas indikasi DM Gestasional dengan potensial
hipoglikemi teratasi sebagian
Penatalaksanaan
Tanggal 12 – 9 -2015
WAKTU PEANATALAKSANAAN TTD
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang Alifia
09.15
akan diberikan kepada ibu, ibu mengerti kondisi dirinya.
Memberikan health education mengenai perawatan masa Alifia
nifas dirumah, ibu mengerti.
Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan pemberian diit Alifia
12.00
TKTP, ibu habis 1 piring
14.00 Memberikan terapi sesuai dengan advice dokter ibu Alifia
mendapatkan terapi : Asam mefenamat 500 mg
Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Ibu mengatakan bayinya mendapatkan foto terapi 2 x 24 jam
Obyektif
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 90 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt Suhu : 36,5 oC
Pemeriksaan Fisik
Payudara : payudara teraba lunal, produksi ASI lebih lancar
Abdomen : terdapat luka operasi secsio sesaria tertutup kasa dan bersih, TFU teraba 3
jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Genitalia :loche rubra sedikit, tidak berbau
Pemeriksaan Gula Darah 13 – 9 – 2015
GDP = 75 GD 2J PP = 48
Analisa
P 2002 Hari ke-4 PSC + IUD atas indikasi DM Gestasional dengan potensial hipoglikemi
teratasi sebagian
Penatalaksanaan
Tanggal 14 – 9 -2015
WAKTU PENATALAKSANAAN TTD
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang Alifia
09.15
akan dibrikan kepada ibu, ibu mengerti kondisi dirinya.
Melakukan perawatan luka jahitan operasi, luka jahitan Alifia
09.40 operasi ibu bersih dan kering verban diganti dengan perban
anti air
Melaksanakan advice dokter untuk melakukan tes Gula Alifia
10.00 darah ulang, ibu menolak dilakukan dan telah
menandatangani form penolakan tindakan
Melaksanakan discharge planning : Alifia
Memberikan terapi oral untuk di rumah
11.00
Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu lagi
Ibu mengerti penjelasan petugas
Memberikan health education : Alifia
makanan bergizi bagi ibu menyusui
tanda bahaya masa nifas
Ibu mengerti dan mampu mengulang informasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “D” P 2002, 3 jam Post SC +
IUD atas indikasi DM Gestasional didapatkan :
Ibu berada pada masa kritis terjadinya perdarahan pasca persalinan (< 24 jam post
partum). Dimana dalam masa ini potensial terjadinya atonia uteri maupun penyebab
perdarahan lainnya. Ibu yang bersalin secara sesar, proses involusi uterus sedikit terganggu
karena uterus kurang dapat berkontraksi secara spontan. Oleh karena itu pada pasien – pasien
post sesar diberikan oksitosin drip setelah persalinan. Asuhan yang diberikan pun sebaiknya
berfokus pada observasi perubahan tanda – tanda vital, jumlah perdarahan dan pemberian
laktasi awal.
Pada Ny. “D” juga telah diberikan KB pasca bersalin yaitu IUD. Pemasangan IUD
dapat dilaksanakan setelah plasenta lahir baik pada persalinan normal maupun persalinan
sesar. Tujuan umum dari KB pasca salin adalah untuk menurunkan angka kematian ibu, salah
satunya dalam komponen terlalu dekat dari empat terlalu (Syaifudin, 2010). Sesuai dengan
teori tersbut, pemasangan IUD pada Ny. “D” juga bertujuan untuk menjarangkan kehamilan.
Pada pengkajian data subyektif keluhan utama yang didapatkan adalah ibu merasa
kakinya tebal, sulit digerakkan dan menggigil. Ibu yang melahirkan secara sesar, akan
menggunakan anstesi sebelum dilakukan pembedahan. Anastesi yang digunakan dalam
operasi sesar adalah anastesi spinal (SAB (sub-arachnoid block)) menginjeksikan anastesi
local kedalam cairan serebrospinal, hal ini dapat dicapai hanya dengan pungsi subaraknoid
lumbal. Efek samping yang mungkin timbul antara lain : gatal – gatal, mual, muntah,
gemetar, penurunan panas tubuh dan hipotensi. Shivering atau penurunan panas tubuh
disebabkan karena sekresi katekolamin ditekan sehingga produksi panas oleh metabolism
berkurang. Terjadinya vasodilatasi pada anggota tubuh bawah merupakan predisposisi
terjadinya hipotermi. Sehingga rasa menggigil yang dirasakan oleh ibu merupakan efek
samping yang normal terjadi setelah proses anastesi (Ivan, 2012). Penatalaksanaan yang
diberikan untuk mengatasi keluhan ibu bertujuan unuk menghindari ibu hipotermi dan
memberikan suhu hangat dari luar.Efek samping pasca anastesi pun menjadi pertimbangan
tahapan mobilisasi dan diit secara bertahap.
Pengaruh DM terhadap nifas lebih sering mengakibatkan infeksi nifas yaitu berkaitan
dengan proses penyembuhan luka. Secara fisiologis, pada hari ke 0 – 3 terjadi respon
inflamasi akut terhadap luka operasi. Penurunan suplai oksigen dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka, salah satu penyebab penurunan oksigen dengan adanya gangguan
kardiovaskuler mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan. Hal tersebut tersebut secara
khusus bermakna pada saat sirkulasi perifer terganggu. Pada diabetes terdapat kerusakan
katup pada vena – vena profunda dan vena yang mengalami perforasi (Sandhi, 2009). Untuk
menghindari terjadinya infeksi luka operasi pada ibu dengan DM gestasional, maka diberikan
penatalaksanaan dengan pemberian asupan nutrisi yang tinggi protein.
Kebutuhan kalori dan protein menjadi lebih tinggi daripada orang normal ketika
terdapat luka yang besar. Asam amino diperlukan untuk sintesis protein yang berperan di
dalam respon imun. Defisiensi protein tidak hanya memperlambat penyembuhan, tetapi juga
mengakibatkan luka tersebut sembuh dengan regangan yang menyusut. Konsumsi vitamin
dan mineral yang cukup juga diperlukan untuk penyembuhan yang optimal. Kondisi ini
ditambah dengan ibu sedang dalam masa laktasi dimana kebutuhan kalori meningkat 3x lipat
dari sebelum hamil.
Melalui asuhan yang berkesinambungan yang dapat dievauasi melalui catatan
perkembangan, proses penyembuhan luka operasi pada ibu tidak mengalami masalah. Namun
tetap perlu di berikan HE kepada ibu mengenai pola nutrisi, personal hygiene, dan tanda
bahaya masa nifas yang dapat dilakukan ibu setelah ibu berada di rumah.
Diabetes mellitus gestasional merupakan penyakit diabetes yang dialami ibu selama
masa kehamilan, baik sebelum ataupun setelah kehamilan kadar glukosa ibu kembali normal.
Diagnosa diabetes gestasional melalui tes TTGO 100 gram. Yaitu didapati nilai gula darah 1
jam setelah pemberian gula 100 gram sebesar 298 mg/dL dan 2 jam setelah pemberian 171
mg/dL. Dalam Prawirohardjo (2010) menyebutkan nilai normal gula darah setelah 1 jam dan
2 jam pemberian gula 100 gram adalah < 165 mg/dL dan < 145 mg/dL. Maka sesuai dengan
teori bahwa Ny. “D” dengan DM gestasional melalui pemberian TTGO 100 gram. Namun,
menurut Sinclair (2009), untuk diagnosis postif, harus ada dua kali atau lebih nilai positif dari
tes TTGO, yaitu melalui tes TTGO 50 gram menghhasilkan nilai positif kemudian
dilanjutkan tes TTGO 100 gram. Hasil tes TTGO ini juga tidak ditunjang dengan hasil
laboratorium pemeriksaan gula darah.
Tingginya kadar glukosa ibu selama kehamilan kemudian tiba – tiba menurun setelah
persalinan dapat menyebabkan hipoglikemia pada ibu. Sehingga masalah potensial bagi ibu
adalah terjadinya hipoglikemi. Hal ini di evaluasi melalui catatan perkembangan yakni pada
hari ke-3 kadar gula ibu menjadi normal dan ibu tidak menunjukkan gejala hipoglikemia.
Penatalaksanaan diberikan untuk mencegah ibu hipoglikemia yaitu dengan pemberian diit
TKTP dan HE tentang kebutuhan nutrisi ibu menyusui.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8
minggu (Sofian, 2013). Menurut Saifuddin (2008), masa nifas di mulai sejak 1 jam
setelah lahirnya placenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
2. Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding depan perut.
3. Pengaruh DM terhadap nifas lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan
menghambat penyembuhan luka.
4. Asuhan yang dilakukan bertujuan untuk memandirikan klien dalam menghadapi masa
nifas dengan penyulit diabetes dan mencegah komplikasi nifas yang terjadi akibat
diabetes.
5. Asuhan berkesinambungan yang diberikan didokumentasikan dengan SOAP
5.2 Saran
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan dapat
menambah kajian baru serta dapat dijadikan rujukan untuk penyusunan laporan yang
akan datang
2. Bagi tempat praktik
Dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan dan selalu berperan aktif terhadap proses penelitian dan pendidikan.
3. Bagi mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk
menyusun laporan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ivan. 2012. Spinal Anastesia. Diakses pada 15 September 2015 Pkl. 05.00 http://ivan-
atjeh.blogspot.co.id
Manuaba, IBG, Chandranita M dan Fajar 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB
untuk pendidikan bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS
Sandhi, Ayu. 2009. Faktor yang Menghambat Penyembuhan Luka. Diakses pada 15
September Pkl. 05.25 http://tandakehidupan.blogspot.co.id
Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC