Anda di halaman 1dari 31

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL

NY. D USIA 27 TAHUN P1A0 6 JAM POSTPARTUM

DI PMB HASTIN SRI WURYANDARI

Disusun Oleh:

Nama : Rika Very Septianingrum

NIM : P27224018043

Kelas : DIII Kebidanan Semester VI

Tanggal Pengkajian/Pemberian Asuhan : Minggu, 21 Maret 2021

Disetujui oleh:

Pembimbing Lapangan

Tanggal:____________________

Di:________________________ (Hastin Sri Wuryandari, SST)

NIP. 19781214 200604 2 006

Dosen Pembimbing

Tanggal:___________________

Di:________________________ (Dr. Sri Wahyuni, M.Mid)

NIP. 19740827 199803 1 002


BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Setelah persalinan, wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat


mengembalikan alat-alat genetalia ke keadaan normal. Pengembalian alat-alat
genetalia berlangsung-angsur selama 6 minggu. Dalam waktu 6 minggu tersebut
kemungkinan terjadi komplikasi atau kelainan-kelainan pada ibu nifas sangat besar.
Untuk itu perawatan ibu nifas harus dilakukan secara baik, intensif dan tepat. Karena
masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tingginya kematian pada ibu nifas di
Indonesia secara berurutan dari yang paling banyak adalah; perdarahan, infeksi,
preeklamsi, eklamsi.

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka


Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinis Jawa Tengah tahun 2012
sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi sebesar
12/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehjateraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam
tujuan pembangunan milenium Development Goals (MDGs) tujan ke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu di mana target yang akan dicapai sampai 2015 adalah
mengurangi sampai 3/4 resiko 2 jumlah kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran
hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus ( Kemenkes RI, 2013).

Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab


kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%) , eklampsia (24%), dan infeksi
( 11%).

Sebagai tenaga kesehatan, kita harus mengurangi morbiditas dan mortalitas


yang terjadi masa nifas dengan mengetahui tanda atau kompiasi lebih dini, sehingga
dapat mencegah terjadinya nifas patologi. Ibu nifas dan masyarakat pada umumnya
perlu diberi penjelasan mengenal keadaan perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
nifas. Sehingga ibu nifas juga dapat melakukan deteksi dini terhadap kompikasi
secara mandiri.
II. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal berdasarkan


metode manajemen Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan obyektif dalam


asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.

b. Mampu menginterpretasikan datayang ada sehingga mampu menyusun


diagnosa kebidanan, masalah, serta kebutuhan pada ibu nifas normal.

c. Mampu mengindentifikasi masalah atau diagnosa potensial pada ibu nifas


normal.

d. Mampu mengidentifikasi tidaka segera yang diperlukan pada ibu nifas


normal.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal

f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal

g. Mampu melaksaakan evaluasi terhadap penangan khusus ibu nifas nornal

III. MANFAAT

1. Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan kebidanan ibu nifas


normal.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan


kebidanan pada ibu nifas normal serta sebai penerapan ilmu yang didapat
selama perkulihan.

3. Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
masa nifas secara fisiologis maupun psikologis serta masalah pasa masa nifas
sehingga timbul kesadaraan bagi klien untuk memperhatikan masa nifasnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan sepeerti seblum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Masa nifas disebut juga puerperium adalah waktu mengenai perubahan besar
yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk
menerima kebahagian dan tanggung jawab dalam keluarga (Depkes, 2002). Periode
pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan
membran yang menandai berakhirnya perode intrapartum sampai waktu menuju
kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil ( Varney, H,
2007).

Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah melahirkan
bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan
( Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).

Secara tradisional, bagian pertama dari perode ini adalah masa istirahat. Yaitu
ketika ibu dipisahkan oleh orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat
darahnya dari vagina sehingga tidak bersih. Pada saat itu, tanpa di sadari zat darah
tersebut, lochea, yang merupakan campuran dari darah dan produk jaringan dari
dinding rahim secara perlahan-lahan luruh, ketika rahim mengalami pengecilan
kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi pemisahan selama
periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak pengaruh terhadap
sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini
( Jones, 2005).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksananaan yang kurang masksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kemantian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian
yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada
kesejahteraan bayi yang di lahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan
perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian angka morbiditas dan mortalitas
bayi pun akan semakin meningkat.

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan


kesejahtetaan fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan
pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila mana perlu,
mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta menyakinkan ibu mampu
melaksanakan perannya dalam institusi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi
ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara
ibu dan anak.

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan pada uterus

Perubahan pada uterus adalah involusi yaitu proses kembalinya uterus ke


dalam kedaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontaksi otot-otot polos uterus.

Involusi Tfu Berat Diameter Keadaan


uterus bekas lekat serviks
plasenta
setelah setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm lembek
plasenta
lahir
1 minggu pertengahan 500 gr 7,5 cm dapat
pusat dengan dilalui 2
simpisis jari
2 minggu 2 jari di atas 350 gr 5 cm dapat
simpisis dimasuki 1
jari
6 minggu tak teraba 50 gr 2,5 cm -

8 minggu Normal 30 gr - -

Involusi terjadi akibat terjadinya :

a. Autolysis

Yaitu penghancuran jaringan otot- otot uterus yang tumbuh karena


adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudia dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami besar kencing setelah melahirkan.

b. Aktifitas otot-otot

Yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak
berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jauringan otot menjadi lebih kecil.

c. Ischemia

Yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada


jaringan otor uterus.

d. Lochea

Pada masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya


discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lochea. Secara
mikroskopis, lochea terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan
bakteri.

Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan


pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahwa bila discharge diambil dari
rongga uterus.

Jenis-jenis lochea :

1) Lochea Rubra ( cruenta)

Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampai hari ke-3 masa post partum,
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan,
warnanya biasanya merah.

2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir , keluar pada hari ke-3
sampai ke-7 pascapersalinan.
3) Lochea serosa

Berwarna kuning, ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robrkan laserasi plsenta, keluar
pada hari ke-7 sampai ke -14 pascapersalinan.

4) Lochea Alba

Keluar setelah 2 minggu pascapersalinan, warnanya lebih pucat, putih


kekeuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir
servik, dan serabut jaringan yang mati.

5) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan sepeeti nanah dan berbau busuk.

e. Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua


berdiferensiasi menjadi 2 lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan
terkelupas bersama lokhia, stratum basal yang bersebelahan dengan
miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium
baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium
dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut. Proses regenerasi
endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya plaseta.
Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel
dan sekuruh endometrium pulih kembali dalam tiga minggu.

2. Perubahan pada vulva dan vagina

a. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perengangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur,
dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum, penurunan
hormon estrogen pada masa post partum berperan dalam penipisan mukosa
vagina.

b. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya


teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Ada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
3. Perubahan pada sistem pencernaan

a. Nafsu makan

Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan
usus bagian bawah sering kosong.

b. Konstipasi

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melhirkan disebabkan karena


makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Di samping itu
takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum jangan
sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri saat buang air besar.

4. Perubahan Perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khwatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan ( Anggraini, 2010)

Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu,


tergantung pada keadaan status kesehatan, lamanya partus kala dua dilalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

5. Perubahan Sistem Endokrin

a. Hormon Plasenta

Hormon plasenta (HCG) menurun dengan cepat setelah persalinan dan


menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai
onset pemenuhan mamae pada hari ke -3 postpartum.

b. Hormon pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat pada wanita tidak


menyususi prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan
meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu ke-3 dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi ).

6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil


berlangsung secara terbalik pada masa postpartum. Adaptasi ini mencakup
hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada
ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walapun
semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak
mengalami perubahan setelah melahirkan.

a. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama,


tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Tempat yang lemah ini
mmenonjol kalau berdiri dan mengejan.

b. Kulit abdomen

Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar


dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang
dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen
seharunya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

c. Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna


melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki
tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal
tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak
kehamilan yang dapat menentukan beberapa lama tonus otot kembali
normal.

d. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang


sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut
kembali seperti sebelumnya. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang
pula wanita mengeluh “kandungan turun” setelah melahirkan oleh karena
ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

e. Simpisis pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan
penyebab utama morbiditas meternal dan kadang-kadang penyebab
ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan
signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur
atau saat berjalan. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan.
Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa
minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga
diperlukan kursi roda.

7. Perubahan sistem kardiovaskular

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,


volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah
dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak
begitu mengundang cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat.
Pembekuan darah harus dicegah dengan penangan yaang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini.

8. Perubahan Tanda-Tanda Vital

a. Suhu Badan

Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 C- 38


C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan akan meningkat lagi karena
adanya pembetukan ASI. Payudara akan menjadi bengkak, dan berwarna
merah karna banyaknya ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan terjadi
infeksi.

b. Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi ibu
postpartum biasanya akan lebih cepat, bila melebihi 100 kali/ menit keadaan
ini termasuk abnormal dan keadaan ini menunjukkan adanya kemungkinan
infeksi.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih rendah


setekah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainya. Tekanan darah
akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi postpartum.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi,


bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali
bila ada gangguan khusus pada saluran cerna.
9. Perubahan Sistem Hematologi

a. Leukosit normal selama kehamilan rata-rata 12.000/mm. Selama 10-12


hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 15.000- 20.000/mm
merupakan hal umum.

b. Hemoglobin dan hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal
masa nifas sebagai akibat volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Perubahan komponen darah terjadi saat masa nias,
misalnya umlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah
merah berfluktusi namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semua
akan kembali kekadaan semula.

C. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Pada saat masa nifas ibu menjalani beberapa fase psikologis yang berhubungan
dengan adaptasi khusus pada keadaan psikologis ibu. Menurut Robbin, fase ini dibagi
menjadi 3 fase, yaitu

a. Taking in

Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2 setelah melahirkan.


Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendiri. Ibu cenderung pasif
terhadap dengan lingkungannya. Bersifat Dependet, ibu cenderung pasif dan
terlalu fokus pada diri sendriri dan perlu tidur dan makan.

b. Taking Hold

Berlangsung 3-10 hari postpartum. Ibu merasa khawatir akan


ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah. Ibu sudah melakukan perawatan diri sendiri. Dan saat fase ini waktu
yang sangat tepat untuk memberikan penyuluhan.

c. Letting Go

Fase menerima tanggung jawab barunya yang berlangsung 10 hari setelah


melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya,
serta kepercayaan diri sudah meningkat.

D. Kebutuhan Masa Nifas

1. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang


terpenting harus memenuhi sebagai berikut :
a. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik
adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal di perlukan oleh ibu untuk tiap 100
ml yang dihasilkan.

b. Memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika


menyusui, sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein
nabati

c. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari

d. Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat yang


cukup, protein dan vitamin yang tinggi disertai mineral yang cukup.

e. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu menganjurkan ibu untuk minum
air hangat kuku setiap kali hendak menyusui.

f. Konsumsi zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin

g. Konsumsi kapsul vitamin A( 200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1


jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melaui ASI.

h. Konsumsi Hemafort tablet meningkatkan kondisi pasien, meningkatkan


konsentrasi zat besi dalam hemaglobin, perbaikan penyakit, penyembuhan
luka.

2. Kebutuhan Ambulasi

Ambulasi dini disebut juga early ambulation yaitu kebijakan untuk selekas
mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24-48 jam postpartum. Kerena lelah sehabis bersalin,ibu harus beristirahat,
tidur terlentang selama 8 jam post partum kemudian boleh miring ke kiri/kanan
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua
dibolehkan duduk, hari ketiga diperbolehkan jalan-jalan. Mobilisasi diatas
punyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka.

3. Kebutuhan Eliminasi

a. Miksi

Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya dalam 6 jam pertama


post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Kadang- kadang
mengalami sulit BAK karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan
iritasi muskullo spingter ani selama persalinan juga oleh karena adanya oedema
kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan
sulit kencing sebaiknya dilakukan katerisasi. Peran bidan yakni memberi
dukungan mental pada paseien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka
jalan lahir akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berhasil berjuang
untuk melahirkan bayinya.

b. Defekasi

Dalam 24 jam pertama post partum, paseien harus sudah dapat buang air
besar karena semakin lama feses bertahan dalam usus, semakin sulit baginya
untuk bunag air besar secara lancar. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi
dapat diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa
dapat dilakukan klisma. Sebelum konstipasi terjadi pada ibu post partum,
sebagai bidan mengajurkan iu untuk makan-makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih agar dapat lancar buang air besar.

4. Kebutuhan Personal Hygiene

a. Perawatan Payudara

Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan cara pembalutan mammae sampai tertekan,
kedua pemberian obat esterogen untuk supresi LH.

b. Laktasi

Untuk menghadapi masalah laktasi sejak dari kehamilan terjadi


perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan pada
puting merupakan ranngsangan yang psikis. Produksi ASI akan lebih
banyak. Sebagai efek posistif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.
Disamping itu, ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada
bandingannya.

Tanda bayi mendapat cukup ASI :

1) Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam

2) Bayi ada BAB

3) Bayi tampak puas

4) Menyusui 10-12 kali dalam 24 jam


5) Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut

6) Bayi bertambah berat badan

7) Ibu merasakan aliran ASI

c. Kebersihan diri

1) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh/ personal hygiene

2) Menganjurkan kebersihan daerah genetalia

3) Sarankan untuk sering mengganti pembalut

4) Cuci tangan sebelum dan sesudah saat membersihkan alat genetalia

5) Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah luka,


kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setia pagi dan sore hari
untuk peringanan luka dan menghindari terjadinya infeksi.

5. Kebutuhan istirahat

a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

b. Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan

c. Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur

d. Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usaha untuk rifeks


dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur

e. Kurang istiraht dapat menyebabkan :

1) Kurang suplai ASI

2) Memperlambat proses involusi

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi sendiri

6. Kebutuhan seksual

Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu dua jari, disaat itulah ibu dan pasangan sudah bisa untuk melakukan
hubungan seksual. Banyak buadaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai waktu setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan, keputusan trgantung keada pasangan yang bersangkutan.

Namun dalam segi kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB. Pada
saat permulaun hubungan seksual harus di perhatikan jumlah waktu,
penggunaan kontrasepsi ( jika menggunakan) , kenikmatan dan kepuasan
wanita dan pasangan serta masih dalam hubungan seksual.

E. Kunjungan Ibu Nifas

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), kunjungan masa nifas dilakukan


paling sedikit empat kali, hal ini dilakukan unuk menilai status ibu dan bayi baru lahir
serta untuk mencegah terjadinya masalah.

1. Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan kunjungan pertama masa nifas antara lain ;

a. Mencegah perdarahan pada waktu nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk apabila


perdarahan lanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila
terjadi perdarahan banyak

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

2. Kunjungan kedua dilakukan ( 6 hari setelah persalinan)

a. Memastikan invokusi uteri berjalan dengan normal, uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan


tanda-tanda penyakit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan ke tiga ( 2-3 minggu setelah persalinan )

Tujuan kunjungan ketiga antara lain;

a. Memastikan invokusi uteri berjalan dengan normal, uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal


c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan


tanda-tanda penyakit

4. Kunjungan ke empat ( 4-6 minggu )

Tujuan kunjungan ke empat antara lain ;

a. Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ibu dan bayi alami

b. Memberikan konseling KB secara dini

c. Tali pusat harus kering, ibu perlu diberi tahu bahaya membubuhkan
sesuatu pada tali pusat bayi, misal minyak atau bahan lain, jika ada
kemeraha pada pusat, perdarahan tercium bau busuk, bayi segera di rujuk

d. Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau tidak

e. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan perhatikan apakah bayi menetek
dengan baik

F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

Deteksi dini komplikasi adalah upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi


selama masa nifas, meliputi :

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai


perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa permasalahan mengenai definisi
ini yaitu ;

a. Perkiraan kehilangan darah

Biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya


setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion
atau dengan urine, darah juga tersebaar pada spon, handuk dan kain di
dalam ember dan lantai.

b. Volume darah yang hilang

Setiap orang selalu bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin


ibu. Seseorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan
diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia.
Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan post partum

Perdarahan post partum dapat terjadi dengan lambat untuk jangka


waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadinya
syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan


terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penangan kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal tersebut dapat
menurunkan insiden perdarahan pasca prsalinan akibat antonia uteri.
Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mediagnosa
perdarahan fase persalinan.

2. Infeksi masa nifas

Infeksi alat genetalia merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas
ke saluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu
penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan
panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek,
kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Beberapa bakteri
juga dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, infeksi masa nifas masih
merupakan penyebab AKI tinggi.

3. Sakit kepala, nyeri epigastrik

Apabila terasa sakit kepala dan nyeri epigastrik ini merupakan tanda-tanda
terjadinya preeklamsia pada post partum dan apabila disertai dengan tekanan
darah tinggi serta pembengkakan diwajah atau eksremitas.

4. Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih

Rasa sakit waktu berkemih itu timbul akibat dari menurunya sensitifitas
kandung kemih terhadap tegangan air pada vesika, sehingga sensasi dari
peregangan kandung kemih inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau
juga ketidaknyamannya timbul karena masih diselimuti rasa takut akibat
episiotomy serta laserasi jalan lahir, dimana pola pikir ibu telah tertanam rasa
takut, rasa khawatir jika bagian jahitan terkena air kencing, maka timbullah rasa
tidak nyamanan itu.

5. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit

Disebabkan oleh payudara yang tidak disusui secara adekuat, puting susu
yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu yang diet jelek, kurang istirahat dan
anemia.
6. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu


makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya
setelah bersalin berikan ibu minum hangat, susu, kopi, atau teh yang bergula
untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya
ringan karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya
kembali.

7. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena maupun
di pelvis yang mengalami dilatasi.

8. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri

Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang


dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada wal masa
nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan,
kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan
Rumah Sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

B. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada


individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen
kebidanan. Manajemen kebidanan menurut Varney (1997) merupakan suatu
proses pemecahan masalah, digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan
berfokus pada klien. Langkah-langkah dari asuhan kebidanan yaitu :

a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)


Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien. (Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau
klien (anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnosa kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnosa kebidanan adalah diagnosa
yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari
bertanya dari pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang
dirumuskan dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
(Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan
dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan dokter dapat
dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-siap
bila masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi.
(Sudarti, 2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan
secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)

C. MODEL DOKUMENTASI
a) Catatan Pengertian SOAP
SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap dan
bermanfaat bagi bidan atau pemberian asuhan yang lain mulai dari data
subjektif, data objektif, analisa dan penatalaksanaan.
b) Tujuan catatan SOAP
1. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan yang diberikan
2. Memungkinkan berbagai informasi antara pemberian asuhan
3. Memfasilitasi asuhan yang berkesinambungan
4. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
5. Memberikan data untuk riset,catatan nasional dan
statistic,mortalitas dan morbiditas
c) Manfaat catatan SOAP
1. Sebagai kemajuan informasi yang sistematis dan mengorganisir
pertemuan data kesimpulan mbidan menjadi rencana asuhan.
2. Penyaringan intisari dari proses pelaksanaan untuk penyediaan
dokumentasi asuhan.
d) Tahap-tahap SOAP

S : Subyektif data

Adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang


disampaikan klien kepada bidan (ekspresi verbal dari pasien ).

O : Obyektif data

Adalah data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan (


pengamatan pada pasien meliputi tingkah laku dan hasil dari
pemeriksaan fisik dan penunjang ).

A : Analisa

Mengatakan masalah atau diagnosa dan kebutuhan yang terjadi


atas dasar subyektif dan obyektif (kesimpulan yang di dapat dari
kondisi pasien meliputi data dasar obyektif dan subyektif yang
selanjutnya ditulis dalam format diagnosa kebidanan)

P : Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sesuai dengan masalah dan diagnosa


(mengacu kepada permasalahanya) dan evaluasi sesuai hasil yang
telah dilakukan
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL

NY. D USIA 27 TAHUN P1A0 6 JAM POSTPARTUM

DI PMB HASTIN SRI WURYANDARI

NO/Kode ketrampilan : No. Dokumen:

I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Minggu, 21 Maret 2021
Pukul : 13.15 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
IBU
Nama Ibu : Ny. D
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gedangsari, Bejiharjo, Wonosari
SUAMI
Nama Suami : Tn. I
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan swasta
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Gedangsari, Bejiharjo, Wonosari
2. Alasan datang/dirawat
Ibu bersalin tanggal 21 Maret 2021 pukul 07.15 WIB
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan setelah melahirkan 6 jam yang lalu mengeluh
masih merasa mules dan nyeri pada bagian perut dan luka jahitan
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Banyaknya: ± 2 kali ganti pembalut
c. Warna : merah khas darah menstruasi
d. Lamanya : 7 hari
e. Siklus : 28 hari
f. Keteraturan: Teratur
g. Sifat darah : cair khas menstruasi
h. Keluhan : tidak ada
5. Status Pernikahan
a. Menikah/tidak : Menikah
b. Usia saat menikah : 25 tahun
c. Lama Pernikahan : 2 tahun
d. Menikah ke : pertama
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan persalinan yang pertama
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
8. Riwayat kesehatan
a. Data kesehatan sekarang
Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,menurun,
menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
(hepatitis, HIV, AIDS), menurun (DM, hipertensi), menahun
(TBC, jantung)
b. Data kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,
menurun, menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit
(Hepatitis, HIV, AIDS), menurun (DM, Hipertensi), menahun
(TBC,jantung)
c. Data kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular, menurun, dan menahun pada kesehatan yang lalu.
d. Riwayat penyakit keturunan
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit keturunan
e. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak mempunyai keturunan kembar baikdari
pihak ibu maupun pihak suami
f. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun
g. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat
9. Riwayat persalinan terakhir
a. Keadaan ibu
1) Masa kehamilan : 39+2 minggu
2) Tempat persalinan : ruang VK PMB Hastin Sri Wuryandari
3) Penolong : Bidan
4) Jenis persalinan : spontan
5) Komplikasi : tidak ada
6) Proses persalinan

Kala Lama Pengeluaran indikasi Tindakan Ket


persalinan (jam pervaginam oleh
1 8 jam 50 cc - Bidan -
2 15 80 cc - Bidan -
menit
3 10 100 cc - Bidan -
menit

b. Keadaan bayi
1) Tanggal lahir/jam : 21 Maret 2021/07.15 WIB
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Antropometri
Berat badan : 2500 gr
Panjang badan : 48 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 30 cm
4) Keadaan umum : baik
5) APGAR Score : 9/10/10
c. Keadaan plasenta
Plasenta utuh, tali pusat utuh, berat ±500gram, panjang tali
pusat ±40cm
10. Kebutuhan fisik
a. Nutrisi
Selama 6 jam postpartum ibu sudah mau makan. Ibu makan
dengan jenis nasi, sayur dan lauk sebanyak 1 porsi yaitu saat
makan siang
b. Eliminasi
1) BAB
Selama 6 jam postpartum ibu belum BAB
2) BAK
Selama 6 jam postpartum ibu sudah BAK sebanyak 2 kali
c. Istirahat
Ibu tidak ada masalah untuk istirahat/tidur.
d. Personal hygiene
Selama 6 jam postpartum ibu sudah mandi dan sudah
mengganti pembalut
e. Ambulasi/aktivitas
Ibu sudah bisa berjalan tanpa bantuan orang lain
11. Keadaan psiko, sosio, dan spiritual
a. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi
Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kelahiran bayinya
b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi
Ibu dan keluarga dapat menerima bayi dengan baik
c. Ibu mengatakan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
d. Ibu mengatakan akan merawat bayinya sendiri bersama keluarga
12. Pengetahuan ibu
a. Ibu sangat memahami karena ini adalah kelahiran anaknya yang
ke-3. Ibu sudah memiliki pengalaman yang sama
b. Ibu mengatakan memahami tentang perawatan diri dan ibu
mengatakan memahami mengenai perawatan bayi. Ibu mengatakan
akan merawat bayinya sendiri bersama keluarga.
c. Ibu mengatakan sudah memahami tentang ASI Eksklusif
d. Ibu mengatakan akan memberikan ASI Eksklusifnya kepada
bayinya

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda tanda vital
Suhu : 36,5ºC
Respirasi : 22 kali/menit
Nadi : 85 kali/menit
Tekanan darah : 100/70 mmHg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : bersih, hitam, lurus
Muka : tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : konjungtiva merah muda dan tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Hidung : simetris, tidak ada sumbatan jalan nafas
Telinga :simetris, tidak ada pengeluaran cairan, pendengaran
baik
Mulut : tidak ada karies gigi, keadaan mulut bersih, tidak ada
stomatitis, lidah bersih
b. Leher
Kelenjar limfe : normal tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : normal tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
c. Dada (payudara)
Mamae : simetris tidak ada pembengkakan
Puting susu : bersih, menonjol, hiperpigmentasi pada areola
ASI : ada tapi sedikit
d. Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Bekas parut : tidak terlihat parut bekas operasi
e. Genetalia
1) Pengeluaran pervaginam
Warna : lochea merah darah
Jenis : rubra
Banyaknya : ±50cc
Baunya : amis
2) Perinium dan anus
Luka jahitan : ada jahitan ruptur perineum
Kondisi luka :baik, tampak tertutup, tidak ada pembengkakan
Kondisi vulva : tidak oedema
Haemoroid : tidak ada
f. Ekstremitas
Atas : tidak ada varises kiri dan kanan
Bawah : tidak ada varises, tidak ada oedema kanan kiri
3. Pemeriksaan penunjang
-
C. ANALISIS DATA
Ny. D umur 27 tahun P1A0 dengan 6 jam postpartum.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberikan hasil pemeriksaan kepada ibu meliputi
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 36,5ºC
Respirasi : 22 kali/menit
Nadi : 85 kali/menit
d. TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Kontraksi : baik
f. Perdarahan : ±50cc
g. Jalan lahir : luka ruptur perineum, tidak ada oedema
h. Ibu sudah bisa jalan sendiri
2. Memberitahu ibu bahwa
a. Rasa nyeri pada daerah luka jahitan adalah normal
b. Rasa mules pada perut adalah normal pada ibu dalam masa nifas
karena rahim yang berkontraksi.
c. Memberitahukan kepada ibu untuk mobilisasi bertahap
3. Memberikan KIE tentang makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan
buah-buahan
Ibu bersedia untuk makan makanan yang disebutkan tersebut
4. Memberikan KIE tentang kebutuhan air minum pada ibu menyusui
pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua
adalah 12 gelas sehari
Ibu bersedia melakukan anjuran tersebut
5. Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar dan hanya
memberi ASI saja (eksklusif) selama 6 bulan
Ibu mengerti dan ingin menyusui anaknya dengan ASI eksklusif
6. Memberikan KIE tentang perawatan bayi, memandikan dan kebersihan
bayi dengan benar
Ibu mengerti dan mau melakukan KIE yang telah dijelaskan
7. Memberikan KIE tentang KB pada ibu, tentang manfaat KB, dan jenis
jenis KB. Ibu mengerti.
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan di daerah kemaluan dan
mengganti pembalut sesering mungkin
Ibu mengerti dan mau melakukannya
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Saat bayi tidur ibu
istirahat
Ibu mengerti dan mau melakukannya
10. Menganjurkan ibu untuk jangan membiarkan bayi menangis terlalu
lama, karena akan membuat bayi stress
Ibu mengerti dan mau melakukannya
11. Menganjurkan ibu untuk melakukan stimulasi. Komunikasi dengan
bayi sedini mungkin bersama suami dan keluarga
Ibu mengerti dan mau melakukannya
12. Menganjurkan ibu untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk
pelayanan KB setelah persalinan/setelah 6 bulan (setelah ASI
Eksklusif)
Ibu mengerti dan mau melakukannya
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan menguraikan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis pada Ny.
D umur 27 tahun P1Ah0 6 jam post partum. Dalam kasus ini penulis melakukan
asuhan pada tanggal 21 Maret 2021.

Ibu mengatakan perut masih terasa mulas dan mengeluh nyeri di jahitan
perenium. Dari hasil pemeriksaan keadaan ibu baik, kesadaran composmentis.
Menurut Sulistyawati, 2005 kepulihan menyeluruh ala-alat genetalia lamanya 8
minggu. Maka dari itu ibu dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan luka perenium
dengan cara setelah buang air besar atau buang air kecil dibersihkan dengan air
mengalir, keringkan dan beri bettadin agar jahitan cepat kering.

Memberikan Ny. D tablet penambah darah (fe) 60 mg 1X1/hari dan dianjurkan


untuk menyusui ASI eksklusif. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin dan pemberian ASI karena mengandung
semua bahan yang diperlukan oleh bayi,mudah dicerna, memberikan perlindungan
terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum
(Prawirohardjo,2006).Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik dengan
praktik,karna ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet zat besi setiap hari dan
menyusui ASI eksklusif.

Dalam 2 jam post partum pada Ny.D tinggi fundus uteri1 jari di bawah pusat,
kontraksinya keras.Menurut teori bahwa tinggi fundus uteri pada 2 jam sepusat (Sitti
Saleha,2010).Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. D yang dimulai pengkajian


ditemukan diagnosa kebidanan yaitu Ny. D berusia 27 tahun P 1A0h0 dengan 6 jam
post partum. Kemudian ibu ingin mengetahui keadaan dirinya dan bagaimana jahitan
pada daerah pereniumnya. Maka dilakukan pemeriksaan kontraksi kepada diri ibu dan
pemeriksaan pada jahitan ibu.

Selain dilakukan pemeriksaan pada ibu dan juga pada jahitannya berupa
pemeriksaan tanda-tanda vital serta pemeriksaan fisik ibu, dan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik di lapangan. Selain itu ibu diberikan KIE dan diberikan
motivasi. Pemberian KIE juga sudah dikembangkan semenarik mungkin agar ibu
mudah memahami KIE yang disampaikan, materi yang disampaikan juga tidak
menyimpang dari teori, jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan yang
dilakukan di lapangan praktik.

B. Saran

a. Bagi klien

Agar asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis lebih efektif dan tingkat
keberhasilannya optimal maka perlu adanya sikap kooperatif dari klien.
Sehingga tercipta komunikasi yang nyaman antara klien dan bidan. Selain itu
informasi yang telah diberikan oleh bidan diharapkan dapat diterpakan di
kehidupan sehari-hari

b. Bagi bidan

Bidan harus bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan


klien. Selain itu bidan harus memeriksa keadaan pasien dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Bukan hanya memeriksa sekilas saja dan bidan harus lebih
tegas dalam menyampaikan informasi kepada klien demi kebaikan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka


Varney,Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I.Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde.2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Rustam,Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC.
Wiknjosastro,Hanila. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai