Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan

proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa disebut juga masa

puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaansebelum hamil. Setelah persalinan wanita akan mengalami masa

puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan

tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari. (Manuaba, 2014).

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama

6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan psikis ,yaitu :

1. Perubahan fisik

2. Involusi uterus dan pengeluaran lochia.

3. Laktasi / Pengeluaran ASI

4. Perubahan Psikis

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih

kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan- perubahan alat-alat genital ini dalam

keseluruhannya disebut involusi. (Prawirohardjo, 2016)

Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya

kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi. (Prawirohardjo, 2016)


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik bagi

ibu maupun bayinya. Diperkirakan insiden kematian ibu di Indonesia sebesar 60% terjadi pada

postpartum atau masa nifas, dan sebesar 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

Sehingga peran dan tanggung jawab bidan untuk mencegah kematian ibu pada masa kritis ini

adalah dengan memberikan asuhan kebidanan yang aman dan efektif (Pusdinakes 2018)

Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, angka kematian ibu

(AKI) sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih cukup tinggi dibandingkan

dengan negara-negara tetangga di kawasan Association of South East Asia Nation (ASEAN)

menempatkan upaya penurunan AKI sebagai priotitas program.

Setiap ibu hamil menghadapi resiko terjadinya kematian, sehingga salah satu upaya

menurunkan tingkat kematian ibu adalah meningkatkan status kesehatan ibu hamil sampai masa

nifas. (Riskedas, 2018)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis menggunakan pola pikir

ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan mendokumentasikannya

dalam bentuk catatan SOAP

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis


b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney.

c. Melaksanakan asuhan kebidanan pad ibu nifas fisiologis

d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dalam bentuk

dokumentasi SOAP

e. Melakukan pembahasan antara konsep teori dan kasus yang diambil / diasuh
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu (42 hari) (Prawirohardjo, 2016).

Kala puerpurium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan

waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal

(Manuaba, 2014).

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut Mochtar (2013), ada beberapa involusi alat-alat kandungan sebagai berikut :

a. Uterus, secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil. Adapun tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Proses Involusi Uterus

Waktu Involusi Tinggi fundus Uteri Berat uterus (gram)

Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram


Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber: Mochtar, 2013
b. Bekas inplantasi plasenta uri: plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke

kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi, pada minggu

keenam 2.4 cm, dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari

d. Rasa nyeri, yang disebut after pains, (merian atau mulas-mulas) disebabkan

kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan

pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat

diberikan obat-obat antinyeri dan

antimules.

e. Lokia, ada cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas. Ada beberapa macam lokia menurut Mochtar (2013), yaitu :

1) Lokia rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel- sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lokia sanguilenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7

paca persalinan.

3) Lokia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

4) Lokia alba : cairan putih, setelah 2 minggu pasca peralinan.

5) Lokia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan sepert nanah berbau busuk.

6) Lokiastasis : lokia tidak lancar keluarnya.

f. Seviks, setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan-

perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukka ke rongga rahim,
setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat di lalui 1

jari

g. Ligamen-ligamen : ligament, fascia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan

pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi

retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

3. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting pada ibu dalam masa

nifas. Ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-

keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting pada masa nifas untuk memberi pegarahan

pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada

ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologi yang patologis (Pusdiknakes, 2014).

a. Fase Taking In

Terjadi pada 1-2 hari setela persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung

pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman

melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan

meningkat (Pusdiknakes, 2014).

b. Fase Taking Hold

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasatanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan

gampang marah (Pusdiknakes, 2014) .


c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini. (Pusdiknakes, 2014).

4. Kebutuhan Pada Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Minum sedikitnya 3 liter air setiap

hari. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari

pasca persalinan (Pusdiknakes, 2014).

b. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU

Kapsul vitamin A 200.000 IU diberikan sebanyak dua kali, pertama segera setelah

melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A pertama

(Pusdiknakes, 2014). Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas adalah meningkatkan

kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI), bayi lebih kebal dan jarang kena

penyakit infeksi, kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2014).

Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A karena:

1) Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah

2) Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya

tahan tubuh

3) Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 IU warna merah pada ibu nifas hanya cukup

untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari sedangkan


dengan pemberian 2 kapsul dapat menambah kandungan vitamin A sampai bayi 6

bulan (Pusdiknakes, 2014).

c. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan

membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat

mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-48 jam postpartum. Early ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum

dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam dan sebagainya

(Pusdiknaskes, 2014).

d. Eliminasi

Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam belum dapat

berkemih atau sekali berkemih atau belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.

Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh tidak perlu menunggu 8 jam

untukkateterisasi. Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari ke-2

postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral

atau per rektal (Pusdiknaskes, 2014).

e. Personal Hygiene

Kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. Sarankan ibu untuk mengganti

pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya dan bagi ibu yang mempunyai luka episiotomi atau

laserasi, disarankan untuk mencuci luka tersebut dengan air dingin dan menghindari

menyentuh daerah tersebut (Pusdiknaskes, 2014).


f. Pola Istirahat dan Aktivitas Seksual

Sarankan ibu untuk istirahat cukup. Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas seksual kapan saja ibu siap dan secara fisik

aman serta tidak ada rasa nyeri (Pusdiknaskes, 2014).

5. Periode Masa Nifas

Menurut Mochtar (2013), nifas dibagi dalam 3 periode :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari

b. Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

6-8 minggu.

c. Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat

sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi.

Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau

tahunan.

6. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan

yang dilakukan selama kunjungan meliputi pemeriksaan untuk deteksi dini, pencegahan,

intervensi dan penanganan masalah-masalah yang terjadi pada saat nifas seperti dapat

dilhat berikut ini (KIA 2020).

a. Pertama : 6 jam – 2hari setelah persalinan

b. Kedua : 3- 7 hari setelah persalinan

c. Ketiga : 8 – 28 hari setelah persalinan

d. Keempat 29-42 hari setelah persalinan


7. Penanganan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo (2016), penanganan masa nifas, yaitu:

a. Kebersihan diri

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih

dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Nasihatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau

besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka

b. Istirahat

1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

2) Anjurkan kepada ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur

c. Ibu menyusui harus:

1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin

yang cukup.
3) Minum setidaknya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui)

4) Pil zat besi harus diminum untuk menamah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

bersalin.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI-nya.

d. Tanda ASI cukup

1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning

muda

2) Bayi sering buang air besar berawarna kekuningan “berbiji”

3) Bayi tampak puas sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang

selalu tidur bukan pertanda baik

4) Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui

6) Bayi bertambah berat badan.

7) Sebaiknya bayi menyusui setiap 2 jam dengan lama menyusui 10- 15 menit setiap

payudara, pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baim dan

dengarkan suara menelan yang aktif.

e. Perawatan payudara

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu

2) Menggunakan BH yang menyokong payudara3) Apabila putting susu lecet olekan

kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai

menyusui.
3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan

diminumkan dengan menggunakan sendok.

4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.

f. Sanggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri .

g. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil

kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin

merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu

merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu

metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah

terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2% kehamilan.

8. Tanda Bahaya Dalam Nifas

a. Perdarahan berlebihan pasca melahirkan, lebih dari 500 cc

b. Demam tinggi lebih dari 38ᴼ C

c. Sakit kepala hebat

d. Nyeri pada dada

e. Nyeri pada betis

f. Sesak nafas

g. Gangguan buang air kecil


h. Merasa sedih terus menerus

i. Darah nifas berbau menyengat

9. Asuhan Masa Nifas

a. Pengetian Asuhan Masa Nifas

Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara untuk memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi, meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan komplikasi dan penyakit

yang mungkin terjadi (Saifuddin, 2016).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

2) Tujuan Khusus

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.

b) Melaksanankan skirining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati dan

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberiaan imunisasi dan perawatan bayi sehat.

d) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2016)

c. Pelayanan Kesehatan Masa Nifas

Kontrol dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Pertama : 6 jam

– 2hari setelah persalinan, kedua : 3- 7 hari setelah persalinan, ketiga : 8 – 28 hari setelah

persalinan, keempat 29-42 hari setelah persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas

yang diberikan menurut buku KIA (2020) meliputi :

1) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum


2) Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi

3) Pemeriksaan lokia dan perdarahan

4) Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi

5) Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri

6) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif

7) Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul)

8) Konseling

9) Tata laksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi

10) Memberikan nasihat

10. Ketidaknyamanan Masa Nifas dan Cara Mengatasi

Menurut Varney (2008) terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas.

Meskipun dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres fisik

yang bermakna.

a. Nyeri setelah melahirkan

Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus yang

berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas

tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat pada wanita dengan

paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan

relaksasi intermiten. Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat

dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui, isapan

bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Pelepasan oksitosin tidak

hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI) pada payudara, tetapi juga

menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap
berkontraksi dengan baik saat kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh

mengubah posisi uterus ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih

nyeri.

b. Keringat berlebih

Ibu post partum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh menggunakan

rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan interstisial yang disebabkan

oleh peningkatan normal cairan intraselular selama kehamilan. Cara menguranginya

sangat sederhana yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan kering.

c. Pembesaran payudara

Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi akumulasi dan

stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi ini

mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi

saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari ketiga post partum baik pada ibu

menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.

d. Nyeri perineum

Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri akibat laserasi atau

luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi tersebut. Sebelum tindakan

dilakukan, penting untuk memeriksa perineum untuk menyingkirkan komplikasi

seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang

mungkin paling efektif.

e. Konstipasi

Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa hal tersebut dapat

merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan oleh ingatannya tentang tekanan
bowel pada saat persalinan. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan

longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat tiga

atau empat.

f. Hemoroid

Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat merasakan nyeri selama

beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama masa kehamilan dapat menimbulkan trauma

dan menjadi lebih edema selama kala dua persalinan.


BAB III

EVIDANCE BASED MIDWIFERY ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA

NIFAS DAN MENYUSUI

A. Pengertian Evidance Based

Pengertian evidence based jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka

evidence based dapat diartikan sebagai berikut evidence artinya bukti atau fakta dan

based artinya dasar. Jadi evidence based adalah: Praktik berdasarkan bukti.

Evidence Based Midwifery(Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk

membantu mengembangkan kuat professional dam ilmiah dasar untuk pertumbuhan

tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah

jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate,

Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang ‘untuk membantu bidan

dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama

meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi’ EBM mengakui nilai yang berbeda jenis

bukti harus berkontribusi pada praktik dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup

aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan

pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohor studi, terstruktur, logis dan transparan,

sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktik, pendidikan dan

penelitian lebih lanjut.Jadi pengertian Evidence Based-Midwifery dapat disimpulkan

sebaagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut

metodologi ilmiah yang sistematis.


Tabel 3.1

Perkembangan Evidence Based dalam Praktik Kebidanan Postnatal Care :

Kebiasaan Keterangan
Tampon vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menghentikan
perdarahan, bahkan perdarahan tetap terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan
gurita akan menyebabkan kesulitan pemantauan
involusio rahim
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah
kelahiran. Ini merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan kontak kulit ke kulitkulit ke kulit untuk
mempererat bounding attachment serta keberhasilan
pemberian ASI.

B. Based Practice Berdasarkan Kajian Jurnal

1. Melakukan Senam Nifas Jurnal

Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus dan Pengeluaran Lokia di

Wilayah Kerja Puskesmas Cilembang Kota Tasikmalaya Tahun 2015 oleh Etin

Rohmatin pada tahun 2015.

a) Apakah senam nifas perlu dilakukan? Senam nifas perlu dilakukan oleh ibu

pasca melahirkan karena memiliki manfaat untuk proses involusi uterus dan

pengeluaran lokia yang normal.

b) Manfaat senam nifas .

1) Membantu mencegah pembekuan (thrombus) pada pembuluh tungkai.

2) Membantu ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak

ketergantungan

3) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun

otot-otot dasar panggul.


4) Sirkulasi darah menjadi teratur dan optimalv.Mempercepat penyembuhan dan

mencegah terjadinya komplikas

5) Dapat menimbulkan kebugaran dan tenaga yang lebih baik sehingga mampu

meningkatkan mobilisasi pada diri ibu nifas

c) Mengapa harus dilakukan senam nifas?

Senam nifas harus dilakukan untuk menyadarkan ibu nifas yang

beranggapan bahwa setelah persalinan tidak boleh banyak melakukan

gerakan-gerakan karena akan mengganggu penyembuhan setelah

persalinan, padahal gerakan-gerakan yang dilakukan pasca melahirkan dapat

merangsang otot-otot untuk cepat kembali normal dan mobilisasi sangat

diperlukan untuk mengurangi ketergantungan ibu.

2. Konseling dan Pendampingan Suami Selama Pemberian ASI Pertama Kali Jurnal :

Pengaruh Pelaksanaan Konseling dan Pendampingan Suami Terhadap

Keberhasilan Ibu Menyusui dalam Pemberian Kolostrumoleh Nuraeni, Suryani

Soepardan, Bahiyatun, Ari Soewondopada tahun 2017.

a. Apakah pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian

kolostrum perlu dilakukan?

Perlu, karena ibu nifas dan suami perlu diberikan edukasi yang jelas dan tepat agar

mereka tahu pentingnya memberikan kolostrum pada bayinya.

b. Manfaat pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian

kolostrum

Manfaat dilakukan pemberian konseling agar ibu menyusui dapat memberikan

kolostrum pada bayinya sedini mungkin karena kolostrum mengandung


protein, antibody,dan immunoglobulin yang dapat berfungsi sebagai

perlindungan terhadap infeksi pada bayi karena zat antibody yang dimiliki dapat

mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit, serta untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare yang menduduki peringkat ke

3 penyebab kematian bayi. Pendampingan suami dalam pemberian kolostrum

ialah memberikan dukungan penuh pada ibu menyusui untuk memberikan

kolostrumnya dengan baik.

c. Mengapa harus dilakukan pelaksanaan konseling dan pendampingan suami

dalam pemberian kolostrum?

Pelaksanaan konseling dan pendampingan suami dalam pemberian kolostrum

harus dilakukan agar wanita hamil, ibu menyusui dan para suami mendapatkan

informasi yang jelas, lengkap dan berkelanjutan mengenai pemberian

kolostrum sedini mungkin sehingga dapat menurunkan AKB yang terjadi

dengan cara pemberian kolostrum yang memiliki banyak manfaat.

3. Pijat Oksitosin

Jurnal : Efektifitas Pijat untuk Merangsang Hormon Oksitosin Pada Ibu Nifas

Primi para oleh Murti Ani, Novita Ika Wardani, Septalia Isharyanti 2014.

1) Apakah pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas perlu

dilakukan?Perlu

2) Manfaat pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu nifas

a) Meminimalkan jumlah perdarahan post partum

b) Menstimulasi sekresi oksitosin yang merangsang sekresi ASI

c) Memperbanyak jumlah produksi kolostrum


d) Membuat ibu nifas lebih nyaman, rileks dan mengurangi kelelahan

setelah melahirkan

3) Mengapa harus dilakukan pijat untuk merangsang hormone oksitosin pada ibu

nifas?

Karena penyebab kematian ibu pada waktu nifas diantaranya adalah

perdarahan post partum. Upaya untuk mengendalikan terjdinya perdarahan di

tempat plasenta yaitu dengan memperbaiki kontraksi dan retraksi myometrium

yang kuat dengan pijatan yang merangsang pengeluaran oksitosin. Serta,

pemberian ASI saat ini masih terhalang dengan banyaknya kendala,

diantaranya adalah produksi ASI yang kurang lancer.


DAFTAR PUSTAKA

Ahman E, Zupan J. Neonatal and perinatal mortality: country, region and

global estimates 2004. World Healt Organization, Geneva. 2007.Asih, Yuri dan

Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui,

Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas.

Jakarta: TIM.Fort AL, Kothari MT, Abderrahim N. Postpartum Care:

Levels and determinants in developing countries: DHS Comparative Reports

15. Marylang USA2006.Make every mother and child count. World Healt

Organization, Geneva. 2005.Maternal mortality in 2005; Estimates developed by

UNICEF, UNFPA, and The World Bank. World Healt Organization, Geneva.

2008.Pitriani, Risa dan Rika Andriyani. 2014. Panduan Lengkap Asuhan

Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : Deepublish.Proportion

of births attended by skilled helath worker; 2008 Updated —Fact sheet. Geneva:

The World Health Organization; 2008.Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Repiblik Indonesia; 2012.WHO

Technical Consultation on Postpartum and Postnatal Care. World Healt

Organization, Geneva. 2010.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset


Kesehatan Dasar Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
_____. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita., dkk. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Kesehatan
Ibu Dan Anak. Jakarta: Pusdiklatnakes Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai