PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang
biasa disebut juga masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat
mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang
waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari (Ilmu
Kebidanan, Sarwono,2010).
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa
nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lochia
3. Laktasi/pengeluaran ASI
4. Perubahan psiikis
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu
Kebidanan, Sarwono,2010).
Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi.(Ilmu
kebidanan, Sarwono, 2010)
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Hakim, 2020).
Pada tahun 2013 menurut WHO Angka Kematian Ibu ( AKI ) sebesar
109/100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2014 AKI kembali naik
menjadi 214/100.000 kelahiran hidup. Hal ini disebabkan banyaknya
kelompok kehamilan yang beresiko. Berdasarkan Survey Demografi dan
49
Kesehatan Indonesia (SDKI,2012), AKI Di Indonesia mencapai 109/100.000 ,
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak
tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih
maupun infeksi dari jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena
menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50%. Faktor penyebab
tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum.
Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%).
Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam melakukan
tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada ibu nifas, diharapkan dapat membantu ibu dalam
Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya, mendeteksi
masalah, serta membantu ibu dalam mengambil keputusan untuk ber KB.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam laporan ilmiah
ini adalah, asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. usia tahun post partum hari ke
tujuh dengan nyeri pada perineum di Puskesmas Poasia dengan menggunakan
asuhan SOAP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam laporan ilmiah
ini adalah, asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. usia tahun dengan nyeri pada
perineum di Puskesmas Poasia dengan menggunakan asuhan SOAP ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan
menurut varney dan mendokumentasikannya dalam bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas
fisiologis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
menurut varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis
50
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dalam
bentuk dokumentasi SOAP.
e. Melakukan pembahasan antara konsep teori dan kasus yang
diambil/diasuh.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Diri sendiri
Penulis dapat menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas fisiologis secara holistik.
2. Bagi Profesi
Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat,
cepat dan komprehensif pada Ibu Nifas fisiologis secara holistik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas fisiologis secara holistik.
51
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Pengertian
karena periode ini merupakan periode kritis baik ibu ataupun bayinya.
Perubahan yang terjadi pada masa nifas yaitu perubahan fisik, involusi uteri,
laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh ibu dan perubahan
(memasuki masa nifas). Karena itu sangat penting untuk mendidik para ibu
dan keluarganya mengenal tanda- tanda bahaya masa nifas sehingga ibu
52
8. Payudara yang berubah mennjadi merah, panas atau terasa sakit
9. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
10. Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan pada kaki
11. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan
diri sendiri
12. Merasa sangat letih atau nafas terengah- rengah (Bahiyatun, 2009).
Menurut Bahiyatun (2009) masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Peurperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk
mobilisasi segera.
2. Peurperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
53
berangsur-angsur dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan. Selain
1. Sistem reproduksi
perubahan fisik yang terjadi adalah: pada masa nifas, alat genetalia
uterus tetap edematosa tipis dan rapuh setelah beberapa hari ibu
54
melahirkan. Ekstroserviks (bagian serviks yang menonjol kevagina)
c. Lochea
asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/
mekonium.
postpartum.
55
Setelah melahirkan uterus/rahim akan berkontraksi untuk
terlihat pada
Tabel: 2.1 tabel tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi.
demikian faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal
(Sulistyawati, 2009).
56
urin yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
mengatasi hal tersebut. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
(Maritalia, 2017).
5. Perubahan Endokrin
a. Hormon Plasenta
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
b. Hormon Pituitary
57
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi
d. Kadar estrogen
(Sulistyawati, 2009).
tanda vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh yang
Maka nadi dan pernafasan juga akan meningkat, dan sebaliknya. Tanda-
a. Suhu tubuh
infeksi.
b. Nadi
58
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat
lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
c. Tekanan darah
d. Pernafasan
kembali pada proporsi normal, aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali
59
cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita
60
f. Tujuan Asuhan Masa Nifas
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun
bayi.
bayi sehat.
nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
61
Tabel 2.1. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
62
d. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
nyaman
63
7. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari
kebutuhan biasa.
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
pada masa nifas. Tablet tambah darah harus diminum setidaknya selama
64
40 hari pasca bersalin agar tidak terjadi anemia dan memberikan ASI
2. Ambulasi dini
menjadi sehat.
3. Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
65
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka
perlu diberi obat pencahar masih belum bisa BAB, maka digunakan
a) Mandi
perineum.
b) Perawatan perineum
daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang
setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan
secara rutin.
66
lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau
air kecil atau buang air besar. Dimulai dari simpisis sampai anal
tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali
sehari.
apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk
dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali
habis BAK/ BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru
5. Istirahat
terpenuhi. Bila ibu mengalami kesulitan untuk tidur pada malam hari,
satu atau dua pertama setelah melahirkan, dapat diberikan bantuan obat
Insomnia pada ibu nifas merupakan salah satu tanda peringatan untuk
psikosis nifas.
Masa nifas sangat erat kaitannya dengan gangguan pola tidur yang
dialami ibu, terutama segera setelah melahirkan. Pada tiga hari pertama
67
dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat menumpuknya
kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada luka
pada orang dewasa sekitar 7-8 jam per 24 jam. Semakin bertambahnya
usia, maka kebutuhan tidur juga akan semakin berkurang. Pada ibu
perdarahan.
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
7. Perawatan Payudara
supaya puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
68
melahirkan sangat penting sekali. Selain berguna bagi kesehatan kita
8. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada
apapun seperti susu formula, madu, air putih, sari buah, biscuit atau
bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya.
bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini
akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi
69
Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain : taurin, laktosa,
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
2019).
9. Keluarga Berencana
70
menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
pada ibu, meliputi :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
b) Kelebihan dan keuntungan
c) Efek samping
d) Kekurangannya
e) Bagaimana memakai metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan yang menyusui.
g) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah
ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat
apakah metode tersebut bekerja dengan baik(Rukiyah, 2011).
10. Infeksi Masa Nifas
71
Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
Kadang perih bila BAK
Demam dengan suhu badan 39-40
b. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan
penyebab terpenting dari kematian karna infeksi puerpuralis. Radang
vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena
golongan 2 disebut tromboflebitis femoralis.
1) Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvis yang sering
meradang adalah venaovarika karna mengalirkan darah dan luka
bekas plasenta didaerah fundus uteri.
2) Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femoralis dapat menjadi
Tromboflebitisvena safena magna atau peradangan vena femoralis
sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametritis.
3) Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat
menjalar keperitonium hinga terjadi peritonitis atau
keparametrium menyebabkan parametritis.
4) Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut
melalui robekan servik yang dalam.
penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui
saluran getah bening.
sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
c. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
Sisa plasenta dan polip plasenta
Endometritis purpuralis
Sebab-sebab pungsional
Perdarahan luka
d. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan
hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma
kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang
sering.
72
e. Putting susu lecet
kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai
aerola tertutup oleh mulut bayi.
monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu.
pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap.
rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang hati-hati
f. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini
sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan.
Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkanya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi segmen
pada payudaranya, sehingga takanan pada payudara meningkat.
Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang serta nyeri.
Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let
down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus (Saleha, 2013).
g. Saluran susu tersumbat
1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak
pada perabaan.
2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri
dan bengkak yang terlokalisir
h. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan
(Prawirohardjo, 2010).
i. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara, gejalanya :
73
Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
Panas badan dan rasa sakit umum.
j. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan
karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut
(Prawirohardjo, 2010).
senam antenatal. Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-
semakin lama semakin sering/ kuat. Senam yang pertama paling baik
atau kedua, anjurkan agar ibu tersebut tetap mencobanya. Senam kegel
Lakukan senam ini kapan saja. Lakukan sampai 100 kali dalam
anda sedang BAK dan lalu anda tiba-tiba menahannya atau bayangkan
Secara umum:
74
Pada minggu-minggu pertama para ibu sering mengalami
ketegangan ini, dan juga dengan menggunakan gerakan tubuh yang baik,
sikap yang baik serta posisi yang nyaman pada waktu memberi ASI.
a. Pernapasan perut
detik.
Gambar 2.1
75
Gambar 2.2
c. Sentuh lutut
Gambar 2.3
(Ambarwati 2010)
d. Angkat bokong
76
Berbaring dengan bantuan lengan lutut ditekuk, dan kaki mendatar.
Gambar 2.4
kaki diam. Dengan perlahan dan halus putar lutut kekiri sampai
Gambar 2.5
77
Berbaring diatas punggung dengan tungkai kanan diluruskan dan
tidur dan kembali keposisi semula. Ganti posisi tungkai putar lutut
semula.
Gambar 2.6
Sumber(Ambarwati,2010)
g. Putar tungkai
dan kedua tungkai lurus, dengan perlahan dan halus angkat tungkai
Gambar 2.7
Sumber(Ambarwati, 2010)
78
h. Angkat tangan
(Ambarwati, 2010).
Gambar 2.8
79
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
sebagai berikut:
1. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
2. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.
3. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan.
4. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
6. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
80
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.
c. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis.
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga
antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Siwi, 2015).
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau
tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Siwi, 2015).
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya
agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan
lain – lain (Siwi, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis,
dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya kepada klien (Siwi, 2015).
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan
klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Siwi, 2015).
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur (Siwi, 2015).
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
81
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan(Siwi,
2015).
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah
untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan
lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri(Siwi, 2015).
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
ke fasilitas kesehatan(Siwi, 2015).
j) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2011). Di isi dengan riwayat penyakit yang pernah
atau sedang di derita baik klien ataupun anggota keluarga, terutama
penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
seperti IMS, HIV/ AIDS, Hepatitis B, Malaria, peyakit tidak menular
(Diabetes, kanker, hipertensi), penyakit genetik, dan masalah
kesehatan jiwa(Siwi, 2015).
k) Riwayat Obstetri
1) Menarch: Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun
(Sulistyawati, 2015).
2) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji
teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari
(Siwi, 2015).
3) Lamanya: lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari.
Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi(Siwi, 2015).
4) Nyeri haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga
menjadi tanda kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid(Siwi, 2015).
82
5) Banyaknya: Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam
sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid(Siwi, 2015).
3) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan
menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2015).
4) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1–
2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam (Sulistyawati,
2015).
5) Pola Aktivitas dan Olahraga
83
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien (Sulistyawati, 2015).
6) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat
terlarang dan kebiasaan lainnya(Siwi, 2015).
o) Riwayat Psikososial Spiritual
1. Riwayat Perkawinan
a) Kaji usia ibu : saat pertama kali menikah, status perkawinan,
berapa kali menikah dan lama pernikahan. Usia pernikahan
diperlukan karena apabila klien mengatakan bahwa menikah di
usia muda sedangkan klien pada saat kunjungan awal ke tempat
bidan tersebut sudah tak lagi muda dan kehamilannya yang
pertama,ada kemungkinan bahwa kehamilannya saat ini adalah
kehamilan yang sangat diharapkan.hal ini berpengaruh
bagaimana asuhan kehamilan(Siwi, 2015).
b) Pernikahan yang ke berapa: penting untuk dikaji karena dari
data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (Sulistyawati, 2015).
c) Lama menikah (mengetahui berapa lama setelah menikah ibu
menuju rencana kehamilan) (Siwi, 2015).
2. Keinginan hamil ini diharapkan atau tidak
Dikaji untuk mengetahui apakah rencana kehamilan ini
diharapkan atau tidak oleh ibu, suami dan keluarga dan bagaimana
respon keluarga terhadap rencana kehamilan ibu(Siwi, 2015).
3. Mekanisme koping
4. Pengambil keputusan utama
Dikaji untuk mengetahui siapa pengambil keputusan utama dalam
keluarga saat terjadi masalah dalam keluarga, terutama apabila
terjadi kegawatdaruratan pada ibu selama hamil (Siwi, 2015).
5. Adat istiadat
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dan keluarga masih
menggunakan budaya setempat dalam rencana kehamilan.
Menurut (Sulistyawati, 2015)bahwa masih dijumpainya adat
84
istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil sehingga tenaga
kesehatan harus bisa menyikapi hal tersebut dengan bijaksana.
6. Penghasilan Perbulan
Dikaji untuk mengetahui berapa penghasilan ibu/ suami perbulan,
cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ibu selama kehamilan
nantinya(Siwi, 2015).
p) Tingkat Pengetahuan
85
(Siwi, 2015)tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80
– 120/80 mmHg.
4. Nadi
Tabel Klasifikasi Denyut Nadi
86
7. Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebnaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua
kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat berkembang
cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan harus selalu
dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan
intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi
kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang
tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun
status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan
dengan cara menimbang(Anggraeni, 2012).
8. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu.
Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu
singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
9. LILA
87
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum
hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka
status gizi ibu kurang (Sulistyawati, 2015).
b. Status Present
1. Kepala: Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak
rontok(Sulistyawati, 2015).
2. Mata: Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup
merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan
secret (Sulistyawati, 2015).
3. Hidung: Pada masa sebelum hamil pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui adanya gangguan pembentukan hipofisis yang
berhubungan dengan kemungkinan adanya gangguan fungsi
sistim reproduksi sekunder. Cara pemeriksaannya adalah dengan
merangsang indera penciuman menggunakan bahan yang berbau.
Normalnya fungsi penciuman baik, tidak ada polip, tidak ada
septum deviasi(Anggraeni, 2012).
4. Mulut: Normalnya bibir tidak kering, tidak terdapat stomatitis,
gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu.
5. Telinga: Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada
serumen berlebih(Sulistyawati, 2015).
6. Leher: Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis (Sulistyawati, 2015).
7. Ketiak: Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Sulistyawati, 2015).
8. Dada: Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2015).
9. Abdomen: Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak, terdapat nyeri tekan abdominal atau tidak, terdapat
pembesaran hepar/ limpa atau tidak (Sulistyawati, 2015).
88
10. Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih
atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal,
terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau
perdarahan(Siwi, 2015).
11. Punggung: Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
12. Anus: Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2015).
13. Ekstremitas: Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya
kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak
ada (Sulistyawati, 2015).
c. Pemeriksaan Penunjang
3. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
a) Diagnosa: Ny... umur... ibu nifas dengan kebutuhan.
b) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah .
c) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
d) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
4. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
89
Jurnal-jurnal yang terkait
90
BAB IV
PEMBAHASAN
91
payudara yang mengeras. Kolostrum sudah keluar.
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual dan
seperlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah
(Varney and Jan M.K, 2010). Diagnosis pada Ny.N adalah Ny.N usia 22 tahun P1A0
post partum hari ke lima.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Desember 2020
pukul 09.50 WITA, penatalaksanaan yang diberikan kepada NY.N yaitu:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan fisik bahwa ibu dalam keadaan sehat (TD :
100/70 mmHg, suhu : 36,5oC, Nadi : 80x/menit, RR : 21x/menit, TFU : ½ pusat
dan simphysis)
Hasil : Ibu mengerti bahwa ia dalam keadaan baik dan normal.
2. Menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang dari hidung kemudian
dikeluarkan perlahan lewat mulut untuk mengurangi mules yang dirasakan ibu
dan nyeri pada luka jahitan perineum.
Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi nafas panjang, mules pada perut dan nyeri
pada luka jahitan perineum yang dirasakannya berkurang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dita Amita, dkk pada
penelitiannya tahun 2018 dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Salin Normal Di Rumah Sakit
Bengkulu yaitu hasil penelitian menunjukkan dengan dilakukan relaksasi nafas
dalam dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien dengan dilakukan teknik
relaksasi dapat menurunkan intensitas nyeri. Saat dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam, pasien merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme
yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik. Kemudian juga mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin, yang mana opoiod
ini berfungsi sebagai (analgesik alami) untuk memblokir resptor pada sel-sel
93
a. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya post partum (setelah melahirkan), yaitu
adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang
kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami
depresi, payudara bengkak, dan memerah
Hasil: ibu mengerti bahwa tanda bahaya post partum (setelah melahirkan), yaitu
adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang
kunang, kontraksi tidak ada, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami
depresi, payudara bengkak, dan memerah
b. Mengajarkan dan membantu ibu untuk mobilisasi
Hasil : Ibu sudah bisa miring kiri dan kanan, duduk dan berdiri
Mobilisasi dini sangat penting dilakukan pada ibu nifas untuk mempercepat
penurunan uterus. Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu bersalin di Puskesmas
Mangunharjo setalah diberikan perlakukan selama mobilisasi dini diperoleh data
rata-rata penurunan involusi uteri pada ibu yang dilakukan mobilisasi dini lebih
cepat dari yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penurunan fundus uteri pada ibu
bersalin. Peran mobilisasi terhadap involusi uteri dijelaskan sebagai berikut,
mobilisasi meningkatkan kontraksi dan retraksi dari otot-otot uterus setelah bayi
lahir. Kontraksi dan retraksi ini diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang
pecah akibat pelepasan plasenta. Dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus
menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus
mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran
jaringan otot – otot tersebut menjadi kecil. Dengan demikian ibu yang melakukan
mobilisasi dini mempunyai penurunan fundus uteri lebih cepat(Absari and Riyani,
2018).
96
c. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering
mungkin, setiap 2 jam sekali (on demand), jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, setiap 2 jam sekali, jika bayi tidur >2 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
Breastfeeding dapat menghentikan pendarahan setelah melahirkan dengan
merangsang timbulnya kontraksi uterus, karena pada waktu bayi menghisap puting
susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan
oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar
alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi
rangsangan pada otot polos rahim sehingga rahim akan cepat kembali seperti
semula. Proses involusi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor yang
mempengaruhi involusi uterus, yaitu menyusui dini, status gizi, pendidikan, usia,
paritas, dan mobilisasi. Ibu yang melakukan breastfeeding akan mempercepat
involusi uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mulas
karena rahim yang berkontraksi. Pada proses menyusui ada reflek let down dari
isapan bayi yang merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin
yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus
berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. Hasil penelitian menyebutkan
ada hubungan antara breastfeeding dengan involusi uterus (Widyawaty and
Yuniarti, 2018).
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayinya selama 6 bulan. ASI
merupakan makanan ilmiah bagi bayi yang praktis, ekonomis, memiliki gizi yang
sesuai bagi bayi dan sesuai pencernaan bayi. Selain itu dengan menyusui ibu dapat
lebih dekat dengan sang bayi.
Hasil : ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran
e. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan
makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai
97
sumber pemulihan tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran
berwarna hijau serta ibu tidak ada pantangan dalam makan.
Hasil : Ibe bersedia memenuhi kebutuhan nutrisinya
f. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmas
sesuai anjuran tenaga kesehatan dan mengingatkan kembali untuk kontrol ke
puskesmas
Hasil : ibu bersedia mengkonsumsi obat dan vitamin dari puskesmasdengan rutin
berupa Asam mefenamat500 mg (3x1), Amoxilin 500 mg (3x1), vitamin A
200.000 IU(diminum 24 jam dari minum vitamin A yang pertama)dan tablet Sulfat
Ferosus 200 mg (1x1)dan ibu akan kontrol hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2020.
98
BAB VI
PEMBAHASAN
minggu dengan kunjungan nifas 2-6 jam, nifas 2-6 hari, nifas minggu ke-2 nifas, dan
nifas minggu ke-6. Data yang digunakan pada studi kasus ini didapatkan oleh peneliti
Berdasarkan pengkajian pada Ny “P” umur 23 tahun P 2A0 nifas 2-6 jam di
dapat data subjektif dari Ny “P” yaitu ibu mengatakan senang telah melahirkan anak
keduannya 2 jam yang lalu yang berjenis kelamin perempuan, dibantu oleh bidan
dengan persalinan normal. Ibu juga memiliki keluhan masih merasa mules dan nyeri
perut serta merasa lelah. Hal ini menunjukkan ada kesamaan antara kasus dan teori
yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (2008) bahwa setelah melahirkan rahim akan
kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mules pada ibu setelah melahirkan.
Berdasarkan data objektif pada Ny “P” nifas 2-6 jam adalah keadaan umum
baik, kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lochea rubra,
semua hasil pemantauan tidak ada kelainan, tidak terjadi perdarahan abnormal. Sesuai
dengan teori bahwa TFU saat plasenta lahir adalah 2 jari dibawah pusat, dan terjadi
pengeluaran lochea rubra hal ini sesuai dengan Ambarwati (2010) TFU plasenta lahir
adalah 2 jari dibawah pusat dan terjadi pengeluaran lochea rubra.Berdasarkan hasil
99
pemeriksaan tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosa Ny “P” umur 23 tahun normal
dengan kebutuhan yang diberikan yaitu informasi keadaan umum dan teknik massase
inform consen pada ibu, suami/ keluarga, jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, suami/
keluarga, ajarkan ibu massase uterus, pastikan ibu melakukan bounding attachment,
pastikan ibu memberikan ASI awal, pastikan ibu sudah mobilisasi dini miring kiri
menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan selama 6 minggu kepada ibu
dan keluarga bahwa akan dilakukannya tindakan terhadap ibu, menjelaskan hasil
pemeriksaan dan informasi keadaan umum dalam batas normal pada ibu dan
ibu bahwa pengeluaran darah dalam keadaan normal < 80 cc, memberikan konseling
tentang perdarahan., menganjurkan dan membantu ibu memberikan ASI awal serta
attachment dengan mendekatkan bayi dan ibu agar terciptanya hubungan baik antara
ibu dan bayi, menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi ke kiri dan ke kanan
untuk mempercepat proses pemulihan ibu dan memberikan penkes kepada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah hipotermi pada bayi dan perawatan tali pusat
100
(Saifuddin, 2014).Evaluasi yang telah dilakukan pada 2-6 jam nifas dengan hasil
keadaan ibu membaik, kontraksi uterus berjalan dengan normal, perdarahan < 80 cc.
Berdasarkan data subjektif pada hari ke-2 sampai hari ke-10 hari nifas. Hari
kedua ibu mengatakan ASI sudah keluar. Hari ketiga ibu mengatakan ASI sudah
keluar dan tidak ada masalah. Hari keempat ibu mengatakan ASI lancar, puting susu
tidak lecet, tidak ada masalah. Hari kelima ibu mengatakan tidak memiliki keluhan
dan produksi ASI lancar serta keadaan semakin membaik. Hari keenam ibu
mengatakan produksi ASI lancar, puting susu tidak lecet. Hari 7-10 ibu mengatakan
tidak ada keluhan. Hal ini sesuai dengan Sulistyawati (2009), bahwa ASI yang
pertama kali keluar berupa kolostrum, merupakan cairan dengan viskositas kental,
lengket, dan berwarna kekuningan. Ibu nifas dianjurkan untuk melakukan senam
nifas agar kekuatan otot perut dan panggul dapat kembali seperti semula sehingga
Dari hasil pengkajian terhadap Ny “P”, didapat TFU ibu nifas hari kedua
yaitu 2 jari dibawah pusat, hari ketiga 3 jari dibawah pusat, hari keempat pertengahan
pusat syimpisis, hari kelima 3 jari diatas syimpisis, hari keenam 1 jari diatas syimpisis
dan hari ketujuh tak teraba lagi . Hasil pengkajian yaitu invoulusi uterus tidak teraba
lagi pada hari ke 7 dan lebih cepat dari involusi uterus normal. Pada Ny “P”
didapatkan bahwa pada hari ke 1-3 pengeluaran darah berwarna merah segar, hari ke
4-7 berwarna merah kecoklatan, hari ke 7-10 berwarna kuning kecoklatan. Menurut
Saifuddin (2014) bahwa pengeluaran lochea hari pertama hingga keempat yaitu
lochea rubra berwarna merah segar, hari ke 4-7 yaitu lochea sanguinolenta berwarna
101
merah kecoklatan, hari ke7-14 yaitu lochea serosa berwarna kuning kecoklatan,
minggu ke 6 yaitu lochea alba berwarna putih/ tidak terdapat cairan. Pengkajian yang
“P” umur 23 tahun nifas 10 hari normal dengan kebutuhan yang diberikan pada ibu
yaitu pastikan keadaan umum baik, TTV normal, involusi uterus berjalan normal,
tidak terjadi infeksi dan perdarahan abnormal, penkes tentang nutrisi cairan dan
istirahat yang cukup, penkes tentang menyusui yang benar, penkes tentang perawatan
bayi, penkes tentang tanda bahaya masa nifas, ajarkan senam nifas (Saifuddin, 2014).
Intervensi yang direncanakan peneliti 2-10 hari pada kasus Ny “P” adalah
pastikan keadaan umum, TTV, involusi uterus, pastikan tidak terjadi tanda-tanda
infeksi dan perdarahan abnormal, pastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi,
cairan dan istirahat yang cukup, ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, ajarkan
tentang perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya masa nifas, dan ajarkan senam nifas.
hasil pemeriksaan dan informasi keadaan umum dalam batas normal pada ibu dan
ibu bahwa pengeluaran darah dalam keadaan normal <150 cc, memberikan konseling
tentang perdarahan., menganjurkan dan membantu ibu memberikan ASI awal serta
memberikan penkes kepada ibu dan keluarga tentang cara mencegah hipotermi pada
bayi dan perawatan tali pusat. Evaluasi yang telah dilakukan hasil keadaan ibu
102
membaik, kontraksi uterus berjalan dengan normal, perdarahan <150 cc, involusi
uterus berjalan normal dan uterus tidak teraba pada hari ke-7 (Saifuddin, 2014).
Berdasarkan data subjektif pada nifas minggu ke-2 adalah ibu tidak ada
keluhan, ibu masih mampu merawat bayinya, ibu sudah melakukan aktifitas seperti
biasa. Hal ini sesuai teori bahwa pada ibu nifas normal tidak terdapat masalah.
Berdasarkan asuhan yang telah diberikan yaitu senam nifas secara teratur selama 10
hari, ibu merasa terdapat perubahan yaitu ibu merasa tubuhnya lebih segar, otot-otot
Data objektif pada Ny “P” nifas minggu ke-2 yaitu keadaan umum baik,
semua hasil pemantauan tidak ada kelainan, dan tidak ada perdarahan abnormal. Pada
minggu ke-2 nifas TFU tidak teraba lagi dengan pengeluaran lochea serosa hal ini
sesuai dengan teori bahwa sekitar 10 hari setelah bayi lahir terjadi pengeluaran cairan
“P” umur 23 tahun nifas 23 tahun minggu ke-2 normal dengan kebutuhan yang
diberikan pada ibu yaitu pastikan keadaan umum baik, TTV normal, penkes tentang
nutrisi, cairan dan istirahat yang cukup, penkes teknik menyusui yang benar, penkes
tentang perawatan bayi baru lahir dan tanda bahaya masa nifas, pastikan tidak ada
keadaan umum baik, TTV normal, pastikan ibu mendapat makanan yang bergizi,
cairan dan istirahat yang cukup, penkes tentang nutrisi, anjurkan ibu tetapm
103
memberikan ASI, ajarkan tentang perawatan bayi baru lahir, pastikan tidak ada tanda
bahaya masa nifas dan penyulit yang dialami ibu maupun bayi. Implementasi yang
diberikan peneliti terhadap kasus Ny “P” adalah menjelaskan hasil pemeriksaan baik,
TTV dalam batas normal, mengingatkan ibu mendapat makanan yang bergizi,
mengingatkan ibu mendapatkan cairan dan istirahat yang cukup, mengingatkan ibu
tentang perawatan bayi baru lahir, memastikan tidak ada tanda bahaya masa nifas dan
Berdasarkan data subjektif pada nifas minggu ke-6 tidak ada masalah, nutrisi
terpenuhi, ibu ingin menggunakan KB.Data objektif pada Ny “P” nifas minggu ke-6
yaitu keadaan umum baik, semua hasil pemantauan tidak ada kelainan, tidak ada
tanda penyulit pada ibu dan bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut ditegakkan
diagnosa Ny “P” umur 23 tahun dengan nifas minggu ke-6 normal dengan kebutuhan
yang diberikan yaitu pastikan keadaan umum, TTV normal, observasi penyulit-
Saifuddin (2014) adalah pastikan keadaan umum baik, TTV normal, pastikan tidak
ada penyulit-penyulit masa nifas dan memastikan ibu telah memiliki pilihan
“P” adalah menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu dalam
keadaan baik, TTV dalam batas normal, memastikan tidak ada penyulit-penyulit pada
ibu dan bayi, ibu sudah memiliki pilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan.
104
Evaluasi keadaan ibu dan bayi baik dan ibu memilih alat kontrasepsi KB suntik 3
bulan.
output sesuai kriteria hasil yang ditunjukkan yaitu keadaan umum ibu baik,
kebutuhan dasar terpenuhi dengan baik, ibu dapat menyusui dengan benar, tidak ada
penyulit pada ibu maupun bayi, tidak terjadi perdarahan abnormal, involusi uterus
tidak teraba lagi pada hari ketujuh, ibu sudah memiliki pilihan alat kontrasepsi. Maka
dapat disimpulkan bahwa Ny “P” umur 23 tahun sesuai dengan kriteria ibu nifas
normal.
105
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny “P” umur 23 tahun P 2A0 di
BPM “P” tahun 2018 selama 6 minggu, maka dapat disimpulkan bahwa pengkajian
yang dilakukan pada Ny “P” sesuai dengan adaptasi fisiologis masa nifas. Interpretasi
data dilakukan dengan mengumpulkan data secara teliti dan akurat, sehingga didapat
diagnosa yaitu nifas normal. Diagnosa potensial pada kasus Ny “P” tidak ada.
ajarkan ibu cara massase uterus, anjurkan ibu mobilisasi dini, ajarkan teknik
menyusui, berikan penkes tentang tanda bahaya masa nifas, berikan penkes
perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas, berikan tentang ASI esklusif, ajarkan
senam nifas selama sepuluh hari, pantau tanda penyulit bagi ibu dan bayi. Kemudian
penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang dibuat dan kondisi
fisik ibu. Evaluasi pada kasus Ny “P” adalah kondisi ibu dalam batas normal dan
tidak ada masalah. Pembahasan pada asuhan kebidanan nifas terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek yaitu proses involusi uteri Ny “P” lebih cepat dari teori
dikarenakan dilakukan asuhan senam nifas selama sepuluh hari secara teratur.
106
B. Saran
1. Bagi Akademik
Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan
memantau kondisi ibu nifas supaya tidak terjadi komplikasi selama masa nifas
dan dapat mengajari ibu nifas melakukan senam nifas untuk mempercepat
3. Bagi mahasiswa