PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam
setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggi-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil
(Marmi, 2012). Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum mengalami
perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses pengertutan pada
uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot plos uterus. Perubahan
adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
melahirkan. Hal ini akan berdampak pada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi
sensitif (Kirana, 2015).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam
Priharyanti Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba. Untuk AKI di negara-negara Asia
Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 215 per 100.000 kelahiran, Filipina 170
per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup dan Malasyia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2014)
Penyebab kematian ibu lebih sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, lebih
dari 35 tahun dan yang mempunyai anak lebih dari tiga orang dengan jarak
kehamilan pendek (RAN-AKI, 2013). Sejalan dengan Perauran Pemerintah Republik
Indonseia Nomor 87 tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembanguan Keluarga. Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga, program
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian
ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu mudah melahirkan (dibawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat degan jarak melahirkan dan terlalu
tua melahirkan (diatas siua 35 tahun). Selain itu, program KB yang juga bertujan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesehjateraan lahir dan
kebahagian batin (Kemenkes RI, 2015).
Sebenarnya kejadian AKI dan AKB dapat ditekan melalui pelayanan asuhan secara
komprehensif yang berfokus pada asuhan ibu dan bayi. Melalui asuhan
komprehensif faktor risiko yang terdeteksi saat awal pemeriksaan kehamilan dapat
segera ditangani sehingga dapat mengurangi faktor risiko tersebut maka kematian
ibu dan bayi dapat dicegah.
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru
dan keluarga berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan
tuntutan menjadi orang tua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah
pada pengkajian dan modifikasi factor factor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari
masa nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post
partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), uterus (rahmi), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia
(lokia), Episiotomy (episiotomy/perineum), Lower Extremity (ektremitas bawah), dan
Emotion (emosi). Kemampuan untuk mengemban peran perawatan bayi batru lahir,
dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
“bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Spontan?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Triger Case
Pada hari selasa tanggal 18 mei 2021 pukul 03.30 WIB, Ny. I mengeluh perut
mulai sakit dan mengencang, kemudian keluar cairan jam 04.15 subuh kemudian
dibawa oleh suaminya ke UGD RSUD Cipta Medika, sampai di UGD pukul 04.45 WIB
dengan pembukaan 4. Ny. I terlihat meringis menahan nyeri, kemudian Ny. I dibawa
ke Ruang bersalin. Riwayat persalinan: suami pasien mengatakan istrinya pernah
melahirkan anak ke 1 di rumah sakit ini dengan persalinan normal pada tahun 2016
dengan jenis kelamin laki-laki berat badan lahir 2900 gr, panjang badan 49 cm,
keadaan lahir hidup, sekarang berumur 5 tahun, Riwayat kesehatan keluarga: suami
pasien mengatakan tidak ada anggota kleuarga yang memiliki penyakit keturunan
dan menular. Setelah persalinan selesai jam 09.30 WIB, pasien dibawa ke ruang
pemulihan Flamboyan, dan dilakukan tindakan pengkajian pada hari selasa 18 mei
2021 jam 13.30, ditemukan keluhan pasien merasakan nyeri di luka jalan lahir,
ASInya tidak lancar hanya keluar sedikit, dan membuat bayinya menangis
TTV :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82×/menit
RR : 20×/menit
Suhu : 36, 6˚C
B. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dpaat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Kirana, 2015)
Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang berlangsung
tanpa menggunakan alat maupun ibta tertentu, baik itu induksi, vakum atau meode
lainnya. Jadi persalinan ini hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu mendorong
keluar bayinya.
C. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Puerperium dini
Waktu 0-24 jam post partum. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu btelat
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial
Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
3. Remote purperium
Waktu 1-6 minggu post partum, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa mberminggu-minggu,
bualannbahkan tahunan (Yetti Anggraini, 2010).
D. Perubahan Fisiologis
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat, mengunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk yaitu termasuk
Breast (payudara), uterus (rahmi), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomy/perineum), Lower Extremity (ektremitas
bawah), dan Emotion (emosi). Menurut Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat Rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000 gram pada saat kehamilan menjadi 50 gram pada sekitar 3 minggu
masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisisnya dan kemabli kaku seperti
sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret
Rahim (lochia) temapak merah (lochia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3
sampai 4 hari lochia menjadi pucat (lochia serosa) dan dihari ke sepeuluh lokea
tampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lochia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagai menjadi 4 jenis :
1. Lochia rubra
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai ke hari ketiga masa postpartum,
warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.
2. Lochia sanguilenta
Lochia ini berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat sampai
hari ke tujuh.
3. Lochia serosa
Lochia ini muculpada hari ketujuh sampai hari keempat belas dan berwarna
kuning kecoklatan.
4. Lochia alba
Lochia ini berwarna putug dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partrum.
Munculnya kembali perdarahan segar setelah lokia menjadi alba tau serosa
menandakan adanya ionfeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama degan
bau darah mentruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk, khususnya jika
disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagia plasenta
yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang
waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam,
serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis
(Martin, et al, 2014).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1. Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi realtif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebgaai reaksi penghentian hormone
esterogen saat pelepasan plasenta
3. Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim pritelitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang teerjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormone esterogen dan progesterone.
4. Efek oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
iterus sehingga akan mnekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
b. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hamper
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang vtebal saling menutup, yang
menyebabkan romgga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah kelahiran, namun kemudian secara tepat
ukurannya berkurang oleh involusi (Martin et al, 2014).
c. Uterus tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meniggalkan parut, hal ini disebabkan
karena diikuti pertumbuhan endomentrium baru dibawah permukaan luka.
Regenerasi endomentrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endomentrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Oertunbuhan kelenjar ini mengikis pertumbuhan darah yang embeku
pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia (Martin, et al, 2014).
d. Afterpains
Merupakan kontraksi uterus yang interminten setelah melahirkan dnegan
berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui
saat kelenjar hipofisis posterior melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh
isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi slauran lacteal pada payudara,
yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan oto-otot uterus
berkontraksi. Sensai afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk
mengeluarkan bekuan darah dari rongga uterus (martin, et al, 2014).
e. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti sebelum hamil,
jaringan suportif pada lantai pelvus berangsur angsur kembali pada tonus
semula.
f. Perubahan system pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena
pada waktu melahirkan sisitem pencernaan mendapat tekanan menyebabakan
kolon menjadi kosong, kyuang makan, dan laserasi jalan lahir (Dessy, T, dkk,
2009).
g. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan resistensi yang jyata pada
pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
h. Perubahan system perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan esterogen. Kemungkinan tedapat spasme sfingter
dan edema leher buli-buloi sesudah bagian ini mengalmai tekanan kepala janin
selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan
otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
i. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukkan sedikit depresi beberapa hari setelah
kelahiran “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat factor-faktor
emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari
keluarga dan dokter, persaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
j. Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali
pada 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan, meskipun ini sangat bervariasi.
Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu
yang menyusi bayi, penyluhan dan oenggunaan kontrasepsi harus ditekankan
selama masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak dikendalikan.
k. Perubahan system muskoloskeletal
Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada wkatu persalian
setelah bayi berangsur angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).
l. Perubahan tanda-tanda vital
Pada ibu masa nifas terjadi perubahan tanda-tanda vital meliputi :
1. Suhu tubuh : pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan naik sedikit (37,
5˚C-38˚C) sebagai dampak dari kerja keras saat meahirkan, kehilanga cairan
yang betrlebihan, dan kelelahan (Trisnawati, 2012).
2. Nadi : sehabis melahirkan biasanya tidak berubah, kemungkinan bial tekanan
darah tinggi atau rendah kaena kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia
3. Tekanan darah ; biasanya tidak beruhan, kemungkinan bila tekanan darah
tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan
preeklamsia.
4. Pernafasan : frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 1-24
kali/menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010).
m. Proses penyembuhan luka
Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3
fase yaitu :
1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada fase
inflamasi, terjadi proses :
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), dimana pada
proses ini terjadi: kontraksi pembuluh darah (vasokontriksi), agregasi
platelet dan pembentukan jala-jala fibrin, aktivisi serangkaian reaksi
pembekuan darah.
b. Inflamasi, dimana pada proses ini terjadi: peningkatan permeabilitas
kapiler dan vasodilatasi yang disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke
lokasi luka, proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh
neutofil dan makrofag.
2. Fase proliferasi
Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar 3 minggu. Fase
proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses :
a. Angiogenesis adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi
oleh TNF-a2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
b. Granulasi yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung
kapiler pada dasr luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam
luka berproliferasi dan membentuk kolagen.
c. Kontraksi pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka
yang disebabkan oleh kerja miofibrosis sehingga mengurangi luas luka.
Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-β.
d. Re-epitelisasi proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel
baru pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka
melintasi permukaan luka. EGF berperan utama dalam proses ini.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase poliferasi dan dapat berlangsung berbu;an-
bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut, penyerapan
kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru
serta pemecahan kolagen yang berlebihan. Selam proses ini jaringan parut
yang semula kemerahan dan tebal akan berubahan menjadi jaringan parut
yang pucat dan tipis.
Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut
pada luka yang sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal,
tetapi hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal. Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal, diperlukan keseimbangan antara koalgen yang
diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertriphicdcar,
sehingga produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan menutup dengan sempurna.
G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu
setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala
H. woc
POST PARTUM
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Usia : 28 Tahun
Tanggal lahir : 12 Maret 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawaninan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA/Sederajat
Alamat : Bantul
Diagnosa medis : Post partum spontan
No. RM : 002×××
Tanggal Masuk RS : 18 mei 2021
Tanggal Pengkajian : 18 mei 2021
6. Pemeriksaan penunjang
Tanggal Pemeiksaan 10 Mei 2021
Ny. I (28 Tahun)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Laboratorium Eritrosit : 4.20 10ˆ6/uL 4.20-5.40
Leukosit : 13.56 4.80-10.80
10ˆ3/uL 12.0-16.0
Hb : 10.5 g/dL 37.0-54.0
Hematokrit : 37.3 % 150-450
PLT : 288 10ˆ3/uL 70-140
Glukosa sewaktu : 88 19.3-49.2
mg/dL
Ureum : 22.5 mg/dL
Creatinin : 0.6 mg/dL
Dari pemeriksaan Laboratorium Ny. I ditemukan hasil Leukosit : 13.56 10ˆ3/uL,
penurunan Hb : 10.5 g/dL
A. Kesimpulan
Post partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil.
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu
baru dan keluarga berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak
dan tuntutan menjadi orang tua.
B. Saran
Saran yang diberikan penulis bagi :
a. Bagi masyarakat
Saran bagi masyarakat semoga masyarakat dapat memahami bagaimana
perawatan bagi ibu nifas dengan post partum.
b. Bagi institusi
Semoga Asuhan keperawatan inidapat menambah kepustakaan dan
memberikan wawasan kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi rujukan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien nifas post partum.
DAFTAR PUSTAKA