Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam
setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggi-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil
(Marmi, 2012). Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum mengalami
perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses pengertutan pada
uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot plos uterus. Perubahan
adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
melahirkan. Hal ini akan berdampak pada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi
sensitif (Kirana, 2015).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang dikutip dalam
Priharyanti Wulandari dan Prasita Dwi Nur Hiba. Untuk AKI di negara-negara Asia
Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 215 per 100.000 kelahiran, Filipina 170
per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup dan Malasyia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2014)
Penyebab kematian ibu lebih sering terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, lebih
dari 35 tahun dan yang mempunyai anak lebih dari tiga orang dengan jarak
kehamilan pendek (RAN-AKI, 2013). Sejalan dengan Perauran Pemerintah Republik
Indonseia Nomor 87 tahun 2014 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembanguan Keluarga. Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga, program
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian
ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu mudah melahirkan (dibawah usia 20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat degan jarak melahirkan dan terlalu
tua melahirkan (diatas siua 35 tahun). Selain itu, program KB yang juga bertujan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesehjateraan lahir dan
kebahagian batin (Kemenkes RI, 2015).
Sebenarnya kejadian AKI dan AKB dapat ditekan melalui pelayanan asuhan secara
komprehensif yang berfokus pada asuhan ibu dan bayi. Melalui asuhan
komprehensif faktor risiko yang terdeteksi saat awal pemeriksaan kehamilan dapat
segera ditangani sehingga dapat mengurangi faktor risiko tersebut maka kematian
ibu dan bayi dapat dicegah.
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru
dan keluarga berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan
tuntutan menjadi orang tua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah
pada pengkajian dan modifikasi factor factor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari
masa nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post
partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), uterus (rahmi), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia
(lokia), Episiotomy (episiotomy/perineum), Lower Extremity (ektremitas bawah), dan
Emotion (emosi). Kemampuan untuk mengemban peran perawatan bayi batru lahir,
dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
“bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Spontan?”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Triger Case
Pada hari selasa tanggal 18 mei 2021 pukul 03.30 WIB, Ny. I mengeluh perut
mulai sakit dan mengencang, kemudian keluar cairan jam 04.15 subuh kemudian
dibawa oleh suaminya ke UGD RSUD Cipta Medika, sampai di UGD pukul 04.45 WIB
dengan pembukaan 4. Ny. I terlihat meringis menahan nyeri, kemudian Ny. I dibawa
ke Ruang bersalin. Riwayat persalinan: suami pasien mengatakan istrinya pernah
melahirkan anak ke 1 di rumah sakit ini dengan persalinan normal pada tahun 2016
dengan jenis kelamin laki-laki berat badan lahir 2900 gr, panjang badan 49 cm,
keadaan lahir hidup, sekarang berumur 5 tahun, Riwayat kesehatan keluarga: suami
pasien mengatakan tidak ada anggota kleuarga yang memiliki penyakit keturunan
dan menular. Setelah persalinan selesai jam 09.30 WIB, pasien dibawa ke ruang
pemulihan Flamboyan, dan dilakukan tindakan pengkajian pada hari selasa 18 mei
2021 jam 13.30, ditemukan keluhan pasien merasakan nyeri di luka jalan lahir,
ASInya tidak lancar hanya keluar sedikit, dan membuat bayinya menangis
TTV :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82×/menit
RR : 20×/menit
Suhu : 36, 6˚C

B. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dpaat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Kirana, 2015)
Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang berlangsung
tanpa menggunakan alat maupun ibta tertentu, baik itu induksi, vakum atau meode
lainnya. Jadi persalinan ini hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu mendorong
keluar bayinya.
C. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Puerperium dini
Waktu 0-24 jam post partum. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu btelat
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial
Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
3. Remote purperium
Waktu 1-6 minggu post partum, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bisa mberminggu-minggu,
bualannbahkan tahunan (Yetti Anggraini, 2010).

D. Perubahan Fisiologis
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat, mengunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk yaitu termasuk
Breast (payudara), uterus (rahmi), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomy/perineum), Lower Extremity (ektremitas
bawah), dan Emotion (emosi). Menurut Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat Rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000 gram pada saat kehamilan menjadi 50 gram pada sekitar 3 minggu
masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisisnya dan kemabli kaku seperti
sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret
Rahim (lochia) temapak merah (lochia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3
sampai 4 hari lochia menjadi pucat (lochia serosa) dan dihari ke sepeuluh lokea
tampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lochia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagai menjadi 4 jenis :
1. Lochia rubra
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai ke hari ketiga masa postpartum,
warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.
2. Lochia sanguilenta
Lochia ini berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat sampai
hari ke tujuh.
3. Lochia serosa
Lochia ini muculpada hari ketujuh sampai hari keempat belas dan berwarna
kuning kecoklatan.
4. Lochia alba
Lochia ini berwarna putug dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post partrum.
Munculnya kembali perdarahan segar setelah lokia menjadi alba tau serosa
menandakan adanya ionfeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama degan
bau darah mentruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk, khususnya jika
disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagia plasenta
yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang
waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam,
serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis
(Martin, et al, 2014).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1. Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi realtif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebgaai reaksi penghentian hormone
esterogen saat pelepasan plasenta
3. Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim pritelitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang teerjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormone esterogen dan progesterone.
4. Efek oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
iterus sehingga akan mnekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
b. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hamper
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang vtebal saling menutup, yang
menyebabkan romgga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah kelahiran, namun kemudian secara tepat
ukurannya berkurang oleh involusi (Martin et al, 2014).
c. Uterus tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meniggalkan parut, hal ini disebabkan
karena diikuti pertumbuhan endomentrium baru dibawah permukaan luka.
Regenerasi endomentrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endomentrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Oertunbuhan kelenjar ini mengikis pertumbuhan darah yang embeku
pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia (Martin, et al, 2014).
d. Afterpains
Merupakan kontraksi uterus yang interminten setelah melahirkan dnegan
berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui
saat kelenjar hipofisis posterior melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh
isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi slauran lacteal pada payudara,
yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan menyebabkan oto-otot uterus
berkontraksi. Sensai afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk
mengeluarkan bekuan darah dari rongga uterus (martin, et al, 2014).
e. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti sebelum hamil,
jaringan suportif pada lantai pelvus berangsur angsur kembali pada tonus
semula.
f. Perubahan system pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena
pada waktu melahirkan sisitem pencernaan mendapat tekanan menyebabakan
kolon menjadi kosong, kyuang makan, dan laserasi jalan lahir (Dessy, T, dkk,
2009).
g. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan resistensi yang jyata pada
pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
h. Perubahan system perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai
respon terhadap penurunan esterogen. Kemungkinan tedapat spasme sfingter
dan edema leher buli-buloi sesudah bagian ini mengalmai tekanan kepala janin
selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan
otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
i. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukkan sedikit depresi beberapa hari setelah
kelahiran “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat factor-faktor
emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari
keluarga dan dokter, persaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
j. Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali
pada 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan, meskipun ini sangat bervariasi.
Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu
yang menyusi bayi, penyluhan dan oenggunaan kontrasepsi harus ditekankan
selama masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak dikendalikan.
k. Perubahan system muskoloskeletal
Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada wkatu persalian
setelah bayi berangsur angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).
l. Perubahan tanda-tanda vital
Pada ibu masa nifas terjadi perubahan tanda-tanda vital meliputi :
1. Suhu tubuh : pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan naik sedikit (37,
5˚C-38˚C) sebagai dampak dari kerja keras saat meahirkan, kehilanga cairan
yang betrlebihan, dan kelelahan (Trisnawati, 2012).
2. Nadi : sehabis melahirkan biasanya tidak berubah, kemungkinan bial tekanan
darah tinggi atau rendah kaena kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia
3. Tekanan darah ; biasanya tidak beruhan, kemungkinan bila tekanan darah
tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan
preeklamsia.
4. Pernafasan : frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 1-24
kali/menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010).
m. Proses penyembuhan luka
Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3
fase yaitu :
1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada fase
inflamasi, terjadi proses :
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), dimana pada
proses ini terjadi: kontraksi pembuluh darah (vasokontriksi), agregasi
platelet dan pembentukan jala-jala fibrin, aktivisi serangkaian reaksi
pembekuan darah.
b. Inflamasi, dimana pada proses ini terjadi: peningkatan permeabilitas
kapiler dan vasodilatasi yang disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke
lokasi luka, proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh
neutofil dan makrofag.
2. Fase proliferasi
Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar 3 minggu. Fase
proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses :
a. Angiogenesis adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi
oleh TNF-a2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
b. Granulasi yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung
kapiler pada dasr luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam
luka berproliferasi dan membentuk kolagen.
c. Kontraksi pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka
yang disebabkan oleh kerja miofibrosis sehingga mengurangi luas luka.
Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-β.
d. Re-epitelisasi proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel
baru pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka
melintasi permukaan luka. EGF berperan utama dalam proses ini.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase poliferasi dan dapat berlangsung berbu;an-
bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut, penyerapan
kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru
serta pemecahan kolagen yang berlebihan. Selam proses ini jaringan parut
yang semula kemerahan dan tebal akan berubahan menjadi jaringan parut
yang pucat dan tipis.
Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut
pada luka yang sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal,
tetapi hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal. Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal, diperlukan keseimbangan antara koalgen yang
diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertriphicdcar,
sehingga produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan menutup dengan sempurna.

E. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas


Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, tanggung
jawab bertambah karena bertambahnya kehadiran anak. Ibu akan mengalami fase-
fase yaitu :
a. Fase taking in
Yaitu fase dimana pada saat ini ibu berharap segala sesuatu kebutuhannya dapat
terpenuhi oleh orang lain, dikarenakan ibu belum siap berperan menjadi seorang
ibu.
b. Fase taking told
Fase ini berlangsung selama 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan tanggu jawab dalam merawat bayi. Fase ini ibu meliki
perasaan sangat sensitive.
c. Fase letting go
Fase ini menerima mtanggung jawab akan peran barunya sebagai seorang ibu.
F. Manifestasi klinik
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut :
a. Ogan-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan)
c. Masa menyususi anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu
setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala
H. woc
POST PARTUM

Luka Episiotomi Perubahan Fisilogi Perubahan Psikologi

Proses Involusi Vagina dan Perineum Taking In Taking Hold Latting Go

Peningkatan kadar ocytosin, Ruptur jaringan (ketergantungan) (ketergantungan kemandirian) (kemandirian)

Peningkatan kontraksi uterus Personal hygiene Butuh perlindungan

kurang baik dan pelayanan Belajar mengenai Kondisi tubuh


Nyeri akut
perawatan diri&bayi mengalami perubahan

Takut mengejan Genetalia kotor Perdarahan Berfokus pd diri Kurang pengetahuan

sendiri dan lemas Perubahan menjadi orang tua


Konstipasi Resiko infeksi Resiko Resiko ggn.
kekurangan Proses
volume cairan Ggn. Pola Ketidakefektifan
tidur parenting menyusui

Takut akan lepas jaritan Tertahannya urine

Kantong urine penuh

Ggn. Eliminasi Urine


I. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Periode postpartum adalah wkatu penyembuhan dan peubahan yaitu waktu pada
keadaan tidak hamil. Untuk membantu mempercepat prises penyembuhan pada
masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan nprotein.
Membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan yang dibutuhkan ibu
nifas menurut (Bahiyatun, 2010) antara lain :
a. Nutrisi dan Cairan
Bagi ibu yang menyusui harus mendapatkan asupan gizi atau nutrisi yang baik
untuk tumbuh kemabng bayi. Untuk itu, ibu yang menyusui harus,
mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, muinum sedikitnya 3
liter air setiap hari, pil zat besi harus diminum untuk menambah gizi.
b. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijakan agar secepat mungkin ibu yang post partum
bangun dari tempat tidurnya dan secepat mungkin untuk berjalan. Ibu
postpartum sudah di[erbolehkan untuk bejalan-jalan dalam waktu 24-48 jam
pasca post partum.
c. Eliminasi
1) BAK
Ibu diminta untung buang air kecil, dipantau selama 6 jam post partum. Jika
dalam 8 jam postpartum ibu belum berkemih saat post partum melebihi
100cc, maka dilakukan katerisasi. Sebab terjadinya kesulitan berkemih :
a) Berkurangnya tekanan intra abdominal
b) Otot-otot perut masih lemah
c) Edema pada uretra
d) Dinding kandung kemih kurang sensitive
2) BAB
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB , maka perlu diberi obat
pencahar peroral atau prerektal.
3) Kebersihan diri dan Perinium
Bebrapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri postpartum yaitu :
a) Anjurkan kepada ibu untuk membersihkan daerah kelamin dengan
menggunakan sabun da air, kemudian keringkan menggunakan tissue.
b) Sarankan ibu mengganti pembalut selama 4 jam sekali
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kemalminnya.
d) Usahakan luka dan sekit perineum tetap bersih dan kering
d. Istirahat dan Tidur
Anjurkan ibu untuk :
1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
2) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
3) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
4) Mengatur kegiatan rumah sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
e. Aktifitas seksual
f. Melakukan senam nifas
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien dengan post partum menurut Masriroh (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi da mempromosikan perkembangan hubungan baik Antara
ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si ibu dan memungkinkannya
mengisi peran budaya sebagai seorang ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.
Sedangkan penatalaksanaan medis menurut Manuaba (2008) yaitu :
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri.
c. Hari 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar, perawatan
payudara, perubahan terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke 3 : laithan berdiri dan berjalan
f. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotic
2) Analgesic dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
3) Obat-obatan lain
g. Perawatan luka
Kondisi luka pada perineum
K. Komplikasi pada Post Partum
Adanya komplikasi yang mneyertai pada ibu postpartum menurut Nanny, 2011 yaitu:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginan yang melebihi 500cc setelah bersalin di definisikan sebagi
perdarahan pasca persalinan.
b. Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ reprosuksi yang
disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus kedalam organ reroduksi
tersebut selama proses persalinan atau nifas (Maritalia, 2012) dan menurut
(Nanny, 2011) tanda dan gejala adalah :
1) Nyeri pelvis
2) Demam 38,5˚C atau lebih
3) Cairan vagina yang abnormal
4) Cairan vagina yang berbau busuk.
c. Kelainan pada payudara yaitu :
1) Putting susu lecet
2) Payudara bengkak
3) Masititis
4) Abses payudara
d. Sakit kepala, epigastric dan penglihatan kabur
Biasanya ibu yang mengalami gangguan seperti ini, ibu yang mengalami
eklasmasi post partum, bila dengan tekanan darah yang tinggi.
e. Atonia uteri
Suatu keadaan dimana uterus tidak berkontraksi dan mengerutkan pembuluh
darah pada loksi bekas pelepasan plsenta (Handayani, 2016).

L. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegitan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai
tatanan pelayan kesehatan (Budiyono, 2015)
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental
sosial dan lingkungan. Pada tahap pengkajian, kegiatan yang dilakukan adalah
mengumpulkan data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
data sekunder lainnya (Catatan hasil pemeriksaan diagnostik dan literatur).
Setelah didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diganosis. Diagnosa
keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat profesional untuk
menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respon klien terhadap penyakit
atau kondosi klien (aktual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menvalidasi data,
menginterpretasikan dan mengidentifikasi masalah dari kelompok data dan
memasukkan diagnosa keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Usia : 28 Tahun
Tanggal lahir : 12 Maret 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawaninan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA/Sederajat
Alamat : Bantul
Diagnosa medis : Post partum spontan
No. RM : 002×××
Tanggal Masuk RS : 18 mei 2021
Tanggal Pengkajian : 18 mei 2021

2. Data Penanggung Jawab


Nama : Tn. M
Usia : 39 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA/sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bantul
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama/Alasan Masuk Alasan utama :
RS Nyeri pada luka jalan lahir atau saat
kontraksi uterus
Alasan Masuk RS :
Mengeluh perut mulai sakit dan
mengencang, kemudian keluar cairan
tanggal 18 mei 2021 jam 04.00 subuh lalu
dibawa ke UGD RSUD Cipta Medika jam
04.30 WIB dalam kondisi pembukuan 4
Riwayat Kesehatan Sekarang Setelah persalinan jam 09.30 WIB, dilakukan
tindakan pengkajian pada hari senin 18 mei
2021 jam 13.30 WIB di ruang Flamboyan,
ditemukan keluhan pasien nyeri luka pada
jalan lahir, kontraksi uterus, ASI tidak lancar
TTV :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82×/menit
RR : 20×/menit
Suhu : 36, 6˚C
Riwayat Kesehatan Dahulu Keluarga pasien mengatakan pernah
melahirkan anak 1 di rumah sakit
Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak ada
anggota kleuarga yang memilki penyakit
keturunan dan menular.
4. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Riwayat Obstretri pada pasien post partum spontan
Riwayat kehamilan
Para... Abostus G2P1A0
Umur kehamilan 38 minggu 12 hari
Tafsiran persalinan Tanggal 27 Mei 2021
ANC/Ante Natal Care Pasien mengatakan memeriksakan
kehamilannya setiap bulan di puskesmas
dan mengkonsumsi tablet penambah
darah
Masalah kesehatan Tidak ada masalah kesehatan
Riwayat kehamilan dan Anak ke-1 : 38 minggu, tahun 2016
persalinan Jenis persalinan normal dan ditolong
bidan RS
Riwayat Ginekologi 1. Mentruasi
Menarche : 11 tahun
Lamanya haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 1 hari ganti pembalut
3-4x
Sifat darah : warna merah segar,
bentuk cair dan nyeri
hari pertama
2. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak
menggunakan KB namun
menggunakan kondom sebagai
pengaman
Riwayat anak dan keadaan nifas Riwayat anak :
Jenis kelamin laki laki, berat badan lahir
2900 gr, oanjang badan 49 cm, keadaan
lahir hidup, umur 5 tahun
5. Pemeriksaan fisik pada pasien post partum spontan
Pemeriksaan
Keadaan umum Pasien terlihat meringis menahan nyeri
Kesadaran Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda-tanda vital TD : 100/80 mmHg
N : 82 ×/menit
RR : 20 ×/menit
S : 36, 6˚C
BB dan TB BB : 56 kg
TB : 157 cm
Kenyamanan Nyeri Nyeri akut
P : luka jalan lahir
Q : tertusuk tusuk
R : jalan lahir/perinium
S:5
T : hilang timbul
Status Fungsional/ aktivitas dan Dibantu orang lain
mobilisasi
Pemeriksaan kepala Kulit kepala : bersih
Rambut : hitam merata
Wajat : pucat
Mata : sklera putih, konjungtiva
pucat, palebra tidak edema, kornea
jernih, reflek cahaya (+), pupil isokor
Hidung : tidak ada pernafasan cuping
hidung, lubang hidung bersih
Rongga mulut : bibir warna merah muda,
gigi tidak ada karies
Lidah : merah muda keputuhan, mukosa
lembab
Pemeriksaan thirax (sistem Tidak ada keluhan sesak,
pernafasan) Inspeksi : bentuk dada simetris, payudara
simetris, putting susu meninjol, terdapat
hiperpigmentasi aerola, tidak ada
pembesaran pembuluh darah ilmfe,
kolostrum tidak keluar.
Palpasi : vocal premitus dada teraba
kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan, bunyi jantung
murmur
Pemeriksaan sistem pencernaan BB : 56 kg
dan nutrisi TB : 157 cm
IMT : 22,7
BAB lancar, nafsu makan baik, porsi
makan habis 3-4 kali sehari (lauk, sayur,
nasi, buah)
Pemeriksaan abdomen Inspeksi : membulat, linea terlihat, strie
tampak sedikit, tidak ada benjolan/massa
Auskultasi : TFU 2 jari di bawah pusat,
kandung kemih teraba, diastasis rektus
abdominis 2 jari saat kontraksi 5 jari saat
rileks
Perkusi : Hypertimpani
Pemeriksaan ekstremitas bawah Kaki : Tidak ada edema
Genetalia vulva : tidak ada edema, tidak
ada varises
Perineum : luka derajat II, terdapat
episiotomi, dan perimeu, tampak merah
Lokhia : jenis lokhia rubra, warna merah
darah segar, jumlah ± 3-4 kali ganti
pembalut
Anus : tidak ada hemoroid
Sistem perkemihan Bersih, kemampuan berkemih spontan,
produksi urine ± 900 ml/hari, warna
jernih, bau khas urine
Kandung kemih : tidak membesar

Sistem muskoloskeletal dan Pergerakan sendi bebas,


intergumen Kekuatan otot 5 5
5 5
Turgor baik, tidak ada tanda edema, akral
teraba dingin
Seksualitas dan reproduksi Tidak ada benjolan pada payudara
HPHT: 28-08-2020
Genetalia : tidak ada flour albus, tidak ada
porlpas uteri, tidak ada hemoroid dianus
Tidak ada masalah seksual

6. Pemeriksaan penunjang
Tanggal Pemeiksaan 10 Mei 2021
Ny. I (28 Tahun)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Laboratorium Eritrosit : 4.20 10ˆ6/uL 4.20-5.40
Leukosit : 13.56 4.80-10.80
10ˆ3/uL 12.0-16.0
Hb : 10.5 g/dL 37.0-54.0
Hematokrit : 37.3 % 150-450
PLT : 288 10ˆ3/uL 70-140
Glukosa sewaktu : 88 19.3-49.2
mg/dL
Ureum : 22.5 mg/dL
Creatinin : 0.6 mg/dL
Dari pemeriksaan Laboratorium Ny. I ditemukan hasil Leukosit : 13.56 10ˆ3/uL,
penurunan Hb : 10.5 g/dL

7. Penatalaksanaan/terapi obat yang diberikan

Nama Nama obat Kandungan kekuata dosi Sediaan Fungsi


Pasie obat n s /
n bentuk
Ny. I Asam Antinonsteroi 500 mg 3×1 Tablet Meredakan
mefenama d nyeri, sakit
t kepala
Cefadroxil Cefadroxil 500 mg 3×1 Tablet Meredakan
monohidrat infeksi
bakteri
tenggorokan
, saluran
kecing, kulit,
jantung

8. Diagnosa Keperawatan Post Partum Spontan


A. Analisa Data

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Agen cidera fisik Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri (luka episiotomi
pada luka jahitan atau post partum
kontraksi uterus spontan)
- P : luka jalan lahir
Q : tertusuk tusuk
R : jalan lahir/perinium
S:5
T : hilang timbul
Do :
TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 82 ×/menit
RR : 20 ×/menit
S : 36, 6˚C
- Wajah pasien terlihat
meringis letika nyeri
timbul (ketika
bergerak)
- Terdapat luka
episiotomi derajat 2
(Robekan mengenai
fascia dan otot
perineum, tetepi tidak
mengenai otot sfingter
anal).
2. Ds : Prosedure Invasif Resiko Infeksi
- Pasien mengatakan (Episiotomi)
terdapat luka episiotomi
dan masih terasa nyeri
Do :
- Tampak kemerahan pada
perinium
- Hasil laboratorium
- Leukosit : 13.56
10ˆ3/uL
Normalnya (4.80-
10.80)
- HB : 10.5 g/dL
Normalnya (12.0-16.0)
3. Ds : Ketidakadekuatan Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan air suplasi ASI pemberian ASI
susunya hanya keluar
sedikit
- Pasien mengatakan
bayi menangis dan
rewel
Do :
- ASI keluar sedikit
- Puting menonjol
- Tidak ada
pembengkakan pada
payudara
- Bayi terlihat menangis
saat menyusu
B. Rencana Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteri hasil Intervensi Rasional
o Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan NIC : 1. membantu dalam
agaen cidera keperawatan selama 3x24 1. Kaji nyeri dengan menentukan kebutuhan
fisik (luka jam, diharapkan masalah komprehensif meliputi P Q manajemen nyeri dan
episiotomi post keperawatan nyeri akut dapat RST keefektifan program
partum spontan teratasi dengan kriteria hasil 2. Observasi reaksi verbal 2. untuk mengetahui keadaan
NOC : dan non verbal pasien
Tingkat kenyamanan 3. Monitor tanda tanda vital 3. mengetahui keadaan
Kriteria Hasil : 4. Ajarkan teknik relaksasi umum dan ttv pasien
1. Pasien melaporkan nyeri nafas dalam dan Terapi Ice 4. membantu pasien dalam
berkurang Pack mengontrol nyeri
2. Skala nyeri 2-3 5. Tingkatkan waktu istirahat 5. agar pasien rileks dan
3. Pasien tampak rileks 6. Kolaborasi pemberian nyaman
4. Pasien dapat istirahat dan analgetik dengan 6. Analgetik dapat
tidur tepat menurunkan nyeri
5. Tanda tanda vital dalam
batas normal
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC : 1. Untuk mengetahui keadaan
b.d prosedur keperawatan selama 3x24 1. Kaji keadaan kulit, warna infeksi pasien
invasif jam, diharapkan masalah dan tekstur 2. Mencegah pasien terpapar
(episiotomi) keperawatan resiko infeksi 2. Bersihkan lingkungan oleh kuman patogen
dapat teratasi dengan kriteria setelah dipakai pasien lain 3. Agar mencegah
hasil 3. Instruksikan pada penyebaran bakteri
NOC : pengunjung untuk penyebab infeksi
Knowledge : Infection control mencuci tangan saat 4. Agar tidak adanya bakteri
Kriteria Hasil : berkunjung dan setelah penyebab penyakit (infeksi)
1. Klien bebas dari tanda berkunjung meninggalkan yang masuk
dan gejala infeksi pasien 5. Agar mencegah
2. Mendeskripsikan proses 4. Cuci tangan setiap penyebarabkuman/patogen
penularan penyakit, sebelum dan sesudah di lingkungan rumah sakit
factor yang tindakan keperawatan 6. Agar meningkatkan energi
mempengaruhi 5. Pertahankan lingkungan dan daya tahan tubuh
penularan serta aseptik selama 7. Antibiotik diberikan
penatalaksanaannya, pemasangan sehubungan dengan
3. Menunjukkan Alat. peningkatan risiko infeksi
kemampuan untuk 6. Tingkatkan intake nutrisi 8. Membantu
mencegah timbulnya 7. Berikan terapi antibiotik mengidentifikasi sumber
Infeksi bila perlu infeksi
4. Jumlah leukosit dalam 8. Pantu hasil laboratorium
batas normal
5. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan NIC :
pemberian ASI keperawatan selama 3x24 1. Kaji adanya faktor 1. Mengetahui penyebab
jam, diharapkan masalah penyebab kesulitan kesulitan menyusui
keperawatan ketidakefektifan menyusui 2. Merangsang pengeluaran
pemberian ASI dapat teratasi 2. Ajarkan bayi menghisap ASI
dengan kriteria hasil : putting susu ibu 3. Menghangatkan payudara
1. Menunjukkan aktivitas 3. Berika kompres hangat Sehingga peredaran darah
menyusui yang pada aerola lancar
memuaskan dan efektif 4. Ajarkan teknik Pijat 4. Merangsang kerja hormon
2. Memperlihatkan aktivitas Oksitosin oksitosin
menyusui setiap 2 jam 5. Ajarkan teknik pijat 5. Memperlancar aliran ASI
3. Pengakuan percaya diri marmed 6. Memperbanyak asupan
klien dalam menyusui 6. Ajarkan klien konsumsi nutrisi ibu untuk produksi
4. Klien dapat menyusui sayur dan buah segar ASI
mandiri post operasi post 7. Kolaborasi pemberian 7. Membantu menonjolkan
partum spontan hari ke3 pompa payudara putting susu
LAMPIRAN
EBP (EVIDANCE BASED PRACTICE)

Tahun/Nama Judul Hasil Implikasi


2018 Pengaruh Terapi Ice Berdasarkan hasil penelitian Dapatkan rata-rata penurunan skala nyeri
Wenniarti, Putri Pack Terhadap perlakuan terapi ice pack pada ibu post episiotomi sebesar 3,33. Hal ini didukung
Widita Muharyani, Jaji Perubahan Skala Nyeri yang mengalami nyeri post oleh penelitian yang dilakukan Steen, et al.
Pada Ibu Post yang menyebutkan bahwa terapi ice pack
episiotomi pada hari pertama
Episiotomi efektif dalam menurunkan >50% intensitas
sampai hari ke empat post
nyeri dengan nilai p value 0,0216. Menurut
episiotomi menunjukkan skala
peneliti, penurunan nyeri yang terjadi
nyeri post episiotomi tertinggi
disebabkan karena terapi ice pack yang
sebelum dilakukan terapi ice pack
dilakukan dapat memberikan anastesi lokal
adalah 9 dan setelah diberi dan kemudian membuat daerah disekitar
perlakuan skala nyeri pada perineum menjadi mati rasa. Hal ini juga
responden mengalami penurunan didukung oleh Kozier, et al., menyatakan
hingga skala 2. bahwa terapi ice pack dapat memperlambat
kecepatan konduksi saraf dan menghambat
impuls saraf sehingga menyebabkan mati
rasa7 .
2015 Hubungan Vulva Hasil analisa statistik menggunakan Dapat dikatakan bahwa ada hubungan
Sriani Timbawa Rina Hygiene Dengan uji chi-square pada tingkat vulva hygiene dengan pencegahan infeksi
Kundre Yolanda Pencegahan Infeksi kemaknaan α = 0,05 atau interval luka perineum pda ibu post partum di
Bataha Luka Perineum Pada kepercayaan p < 0,05. Hasil uji Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Ibu Post Partum Di statistik diperoleh nilai p = 0,001 < Manado. Kemudian didapatkan OR =
Rumah Sakit α (0,05), dengan demikian dapat 10,667 yang berarti bahwa peran vulva
Pancaran Kasih dikatakan bahwa ada hubungan hygiene baik berpeluang 10 kali lebih
Gmim Manado vulva hygiene dengan pencegahan besar terhadap pencegahan infeksi
infeksi luka perineum pda ibu post dibandingkan dengan vulva hygiene
partum di Rumah Sakit Pancaran kurang. Dari hasil penelitian yang
Kasih GMIM Manado. Kemudian dilakukan oleh Harijati (2012), terhadap
didapatkan OR = 10,667 yang 30 responden di RB/BKIA Ny. Harijati
berarti bahwa peran vulva hygiene didapatkan bahwa 26 responden (86,67%)
baik berpeluang 10 kali lebih besar berperilaku positif tentang vulva hygiene
terhadap pencegahan infeksi dan 4 responden (13,33%) berperilaku
dibandingkan dengan vulva negative tentang vulva hygiene. Hal ini
hygiene kurang. dipengaruhi oleh umur yang matang,
tingkat pendidikan dan informasi yang
didapat.
2019 Pengaruh Pijat penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ika Nur Saputri , Oksitosin Terhadap rerata produksi ASI sebelum pijat rerata produksi ASI sesudah dilakukan
Desideria Yosepha Produksi Asi Pada oksitosin adalah sebesar 0,00 pijat oksitosin adalah 13,50 dengan
Ginting , Ilusi Ceria Ibu Postpartum dengan jumlah rata-rata 0,00. standar deviasi 6,416. Hal ini
Zendato Sedangkan rata-rata produksi ASI menunjukkan bahwa ada peningkatan
sesudah pijat oksitosin adalah jumlah produksi ASI sesudah dilakukan
sebesar 5,00 dengan jumlah rata- pijat oksitosin. Menurut Kiftia (2015),
rata 45,00 sehingga dapat terlihat pemijatan adalah salah satu terapi
adanya peningkatan rata-rata nonfarmakologis untuk mengurangi
produksi ASI sebelum dan sesudah ketidaknyamanan pada pasien dan
pijat oksitosin dengan nilai Z adalah membantu pasien relaksasi. Ketika ibu
-2,673 dan nilai p-value adalah merasa rileks maka akan menurunkan
0,008 (p ≤ 0,05) maka dapat kadar epinefrin dan nonepinefrin dalam
disimpulkan bahwa ada pengaruh darah sehingga ada keseimbangan.
yang signifikan terhadap produksi
ASI sebelum dan sesudah dilakukan
pijat oksitosin.
2020 Pijat teknik marmet Hasil penelitian sebelum dan Berdasarkan uji t dependen didapatkan
pada post partum sesudah dilakukan metode nilai t hitung sebesar 11,398 dengan p-
Dewi Yustianti,
dan produksi ASI massase belakang (teknik Marmet), value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-
Susilawati, Dessy
produksi mengalami peningkatan. menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
Hermawan3
Peningkatan volume ASI tersebut signifikan produksi ASI sebelum dan
dapat dilihat dari rata-rata volume sesudah dilakukan masase belakang
ASI sebelum dilakukan masase (teknik Marmet) pada ibu menyusui 0-3
belakang (teknik Marmet) 8,20ml bulan. Hasil penelitian sebelum dan
menjadi 44,67 ml setelah sesudah dilakukan metode massase
dilakukan. belakang (teknik Marmet), produksi
mengalami peningkatan. Peningkatan
volume ASI tersebut dapat dilihat dari
rata-rata volume ASI sebelum dilakukan
masase belakang (teknik Marmet) 8,20ml
menjadi 44,67 ml setelah dilakukan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6
minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil.
Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu
baru dan keluarga berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak
dan tuntutan menjadi orang tua.

B. Saran
Saran yang diberikan penulis bagi :
a. Bagi masyarakat
Saran bagi masyarakat semoga masyarakat dapat memahami bagaimana
perawatan bagi ibu nifas dengan post partum.
b. Bagi institusi
Semoga Asuhan keperawatan inidapat menambah kepustakaan dan
memberikan wawasan kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi rujukan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien nifas post partum.
DAFTAR PUSTAKA

Aggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Pustaka


Rihana
Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika.
Buku Bobak. (2010) Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Handayani, Sri. 2015. Naskah Publikasi : Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio Cesarea di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Surakarta : Stikes Kusuma Husada
Kirana, 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Volume Iii, No. 1 April-2015.
Manuaba, Ayu Ida C.H Bagus, Ida G.F.Manuaba, Ida Bagus Manuaba .2008. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
Marmi, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2.
Jakarta:EGC
Masriroh, Siti. (2013). Keperawatan Obstetri. Jakarta : EGC
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti.(2010). Asuhan Kebidanan Patologi.
Jakarta:Trans Info Media
Saputri, et al. 2019. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu
Postpartum. Jurnal Kebidanan Kestra Vol. 2 No.1
Susilowati, D, Triwik S. M. 2018. Penggunaan Bebat Perineum (Kempitan) Untuk
Mengurangi Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Post Partum. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Volume 7, No 1,Mei 2018, hlm 01-100.
Timbawa, S, Rina Kundre. 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan Pencegahan
Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pancaran Kasih
Gmim Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2
Vivian Nanny Lia Dewi. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika. 2011. H. 72.
World Health Organization (WHO). (2014). WHO, UNICEF, UNFPA, The World
Bank. Trends in maternal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health
Organization
Yulianti, Dewi, et al. 2020. Pijat teknik marmet pada post partum dan produksi ASI.
Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.3, September 2020: 338-345

Anda mungkin juga menyukai