Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di
mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee &
Ganong, 2010).Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal
jantung kiri, kanan, dan kombinasi atau kongestif.Pada gagal jantung kiri
terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.Gagal jantung kanan ditandai
dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena
jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari kedua gambaran
tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering
terjadi secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).
Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) (2012)
menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 57 juta kematian oleh semua
jenis penyakit dan 36 juta atau sekitar 63% di antaranya disebabkan oleh Non
Comunicable Disease (NCD) dan 17 juta atau sekitar 48% dari total kematian
disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular. Berdasarkan data American Heart
Association (AHA) (2012), pasien yang mengalami hospitalisasi akibat CHF
di seluruh dunia sebanyak 1.094.000 pasien.
Penyakit jantung saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di
Indonesia, sekitar 25 % dari seluruh kematian hampir disebabkan oleh
gangguan kelainan jantung. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Achmad Pekanbaru pada tahun 2009 memiliki 31.277 pasien dengan kasus
penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada ruangan rawat jantung RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru (ruangan khusus untuk penyakit jantung) jumlah
pasien jantung pada tahun 2009 adalah sebanyak 448 orang, tahun 2010
adalah sebanyak 494 orang, tahun 2011 adalah sebanyak 688 orang, tahun

1
2012 adalah sebanyak 470, dan tahun 2013 jumlah pasien jantung meningkat
kembali menjadi 522 orang. Jumlah pasien CHF pada tahun 2013 menempati
urutan pertama pada kasus penyakit jantung dengan jumlah sebanyak 110
orang dan lebih dari 75% pasien CHF tersebut mengalami rawat inap ulang
(Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2013). Gagal jantung menempati
urutan keempat dari 10 besar penyakit penyebab kematian di Daerah
Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 2013).
Oleh karena itu penulis ingin membuat laporan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
CHF di Ruang Bougenville RSUD Wates Kulonprogo”.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum mengenai gangguan sistem kardiovaskuler
CHF.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi CHF.
2. Untuk mengetahui etiologi CHF.
3. Untuk mengetahui Manifestasi klinik CHF.
4. Untuk mengetahui Patofisiologi CHF.
5. Untuk mengetahui Phatway CHF.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk klien dengan CHF.
7. Untuk mengetahui komplikasi pada klien dengan CHF.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan CHF.
9. Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang dapat muncul dan
intervensi yang diberikan.

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di
mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee &
Ganong, 2010).
Menurut Stillwell (2011), Congestive Heart Failure/ Gagal Jantung adalah
ketiadakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung yang
adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen pada
jaringan meskipun aliran balik vena adekuat.
Menurut Udjianti (2010) Congestive heart failure (CHF) adalah suatu
kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespon dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh
seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive).
Jadi gagal jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

B. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemiakronis/ berat.

3
2. Faktor interna (dari dalam jantung), meliputi:
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Def
ect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokar
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung adalah:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernapasan Gejala:
a. Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam
alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat
terjadi saat istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal
atau sedang.
b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring,
tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur
atau duduk di kursi, bahkan saat tidur.
c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan
dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi
yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernafasan dan batuk.

4
e. Ronkhi
f. Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan
baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik Gejala :
a. Oedem perifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual
3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstrimitas dingin

4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi


aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.
D. Patofisiologi

Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan

atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak dapat

memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah yang

beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium kanan dan

5
sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan edema pada

ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk memompa

darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan di atrium

kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan darah,

menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru. Meskipun, setiap jenis

menghasilkan perubahan arteri yang berbeda sistemik/paru, secara klinis

tidak biasa untuk mengamati kegagalan semata-mata gagal jantung kanan

ataugagal jantung kiri. Sejak kedua sisi jantung tergantung pada fungsi yang

memadai dari sisi lain, kegagalan satu ruang menyebabkan perubahan

timbal balik di ruang berlawanan. Misalnya, dalam peningkatan kegagalan

sisi kiri kemacetan vaskular paru akan menyebabkan tekanan meningkat pada

ventrikel kanan, sehingga benar hipertrofi ventrikel, penurunan efisiensi

miokard, dan akhirnya mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik

(Syaifuddin, 2011).

6
E. Phatway

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Udjianti (2010) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah:
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain

7
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia

G. Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak).

3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran

8
balik vena kejantung menuju tomponade jantung.

H. Penatalaksanaan
Menurut Kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol
atau menghilangkan oedema
2. Terapi farmakologi
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penuruna
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan
air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek
samping hiponatremia dan hipokalenia.
c. Terapi vasodilator: Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.

I. Asuhan Keperawatan Menurut Teori


Menurut Herdman (2014) diagnose keperawatan yang muncul dan
intervensi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Adalah Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

9
a. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2x24 jam,
diharapakan pola nafas menjadi efektif, dengan kriteria hasil:
1) Sinaosis, gelisah, dan keletihan tidak ada (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah).
2) Dispneu saat istirahat dan aktivitas tidak ada
3) Status neurologis dalam rentang yang di harapkan
b. Nursing Internation Classification(NIC)
1) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
2) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suktion nasotrakeal
3) Gubakan alat setril setiap melakukan tindakan
4) Anjurkan pasien untuk istirahat
5) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukan brakikardi, peningkatan saturasi O2, dll
6) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
7) Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau section
8) Auskultasi suara nafas catat adanya suara nafas tambahan
9) Monitor respirasi dan status O2

10
4) Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai
kebutuhan metabolisme tubuh.
a. Nursing outcomes classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan curah jantung pasien normal, dengan criteria hasil:
1) Tekanan darah sitolik dan diastolik dalam rata-rata dalam
rentang yang diharapkan
2) Melakukan aktivitas tanpa dispneu dan nyeri
b. Nursing Intervention classivication ( NIC ) Cardiac care :
1) Monitor gejala gagal jantung CO menurun termasuk nadi perifer
yang kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR,
dispneu, HR yang tinggi, distensi vena jungularis,penurunan
kesadaran dan adanya edema.
2) Auskultasi bunyi jantung, cacat frekuensi dan ritme
3) Observasi bingung, pusing dan kurang tidur
4) Observasi adanya nyeri dada
5) Jika ada nyeri dada, baringkan klien
6) Monitor intake dan output per 24 jam
7) Catat hasil EKG dan X-RAY
8) Posisikan klien dalam posisi semi fowler

5) Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologis


Adalah pengalaman sensorik atau emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa.
Menurut internationalassociation for the study of pain adalah awitan
yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat,
terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung >6 bulan.

11
a. Nursing Outcomes Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
bersihan jalan nafas dapat efektif, dengan kriteria hasil:
1) Melaporkan bahwa nyeri berkurang atau hilang
2) Pasien tampak lebih rileks
3) Melaporkan rasa nyaman setelah nyeri hilang
b. Nursing international classification (NIC)
1) Pain management:
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri sseperti
suhu ruangan dan kebisingan.
d) Kurangi faktor presipitasinyeri
e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f) Tingkatkan istirahat
2) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal)
a) Kolaborasikan dengan dokter tentang pemberian terapi yang
sesuai
2) Analgetik administration
a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
b) Berikan analgesik tepat waktu

12
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Adalah suatu keadaan seseorang individu yang tidak cukup
mempunyai energi fisiologi atau psikologi untuk bertahan atau
memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
a. Nursing outcomes classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam, diharapkan aktivitas
pada klien akan meningkat, criteria hasil:
1) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
2) Tanda vital normal
3) Level kelemahan
4) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekua
b. Nursing Intervensi Classification (NIC)
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
2) Bantu pasien untuk mengembangakn motivasi diri dan
penguatan
3) Monitor respon fisik, emosi. Dan spiritual
4) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi untuk merencakan
program yang tepat
5) Mengubah posisi pasien setiap 2 jam luang
6) Menentukan penyebab intoleransi aktivitas
7) Batasi aktivitas yang berlebih
8) Pantau dan dokumentasikan pola tidur dan lamanya wktu tidur
pasien
9) Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat klien

13
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2012. Hearth disease and stroke statistik.


Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2013. Profil Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta. Yogyakarta
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung, Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
McPhee & Ganong. 2010. Patofisiologi penyakit: Pengantar menuju kedokteran
klinis. Jakarta: EGC.
Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2014. Rekam medis pengolahan
data. Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Stillwell. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis Edisi 3. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Udjianti, Wajan.2012. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
World Health Organization. 2012. World health statistic.

Anda mungkin juga menyukai