Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Panik. Tujuan penulisan tugas ini
adalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur STIKES
Notokusumo.
2. Ibu Novi Widyastuti S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J. selaku dosen mata ajar
Keperawatan Gerontik dan sebagai dosen pembimbing.
3. Serta semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi kami
namun juga bagi para pembaca.

Yogyakarta, Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I KONSEP DASAR ..............................................................................1

A. Konsep Dasar Lanjut Usia .................................................................1


B. Konsep Dasar Ansietas pada Lansia ..................................................3
C. Diagnosa ............................................................................................7
D. Intervensi ...........................................................................................8

BAB II KASUS ...........................................................................................11

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................14

A. Pengkajian ........................................................................................14
B. Diagnosa...........................................................................................22
C. Nursing Care Plan ............................................................................23

BAB IV PENUTUP .....................................................................................26

A. Kesimpulan ......................................................................................26
B. Saran ................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................27

ii
iii
BAB I
KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR LANJUT USIA


1. Pengertian Lanjut Usia

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan


manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososial,
akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun
kesehatan jiwa (Maryam dkk, 2011).
Lansia adalah seseorang laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60
tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial)
mampu karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam
pembangunan (tidak potensial). Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dengan
perubahan-perubahan baik fisiologis maupun psikologis (Sikhan 2009,
dalam Suparmi 2011).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan lansia adalah
seseorang yang usianya 60 tahun ke atas yang di tandai dengan penurunan
kemampuan tubuh beradaptasi dan memiliki tanda-tanda terjadinya
penurunan fungsi biologis, fisiologis, psikologis, sosial, dan ekonomi.

2. Perubahan Sistem Tubuh Pada Lansia


Menurut nugroho (2000) perubahan sistem tubuh pada lansia adalah
sebagai berikut :
a. Perubahan Fisik
1) Sel
2) Sistem Persarafan
3) Sistem Pendengaran
4) Sistem Penglihatan
5) Sistem Kardiovaskular
6) Sistem Pernapasan

1
7) Sistem Gastrointestinal
8) Sistem Endokrin
9) Sistem Integumen
10) Sistem Muskuloskeletal
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain
mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu dan
egois. Sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia
yaitu keinginan berumur panjang, ingin tetap berwibawa dan
dihormati (Bandiyah, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Kenangan (Memory)
2) IQ (Intellegentia Quantion)
c. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-
lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-
hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1) Tipe kepribadian konstruktif (construction personality),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan
mantap sampai sangat tua.
2) Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe
ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi

2
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang, dapat
inernberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe
ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4) Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe
ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puns dengan
kchiclupannya, banyak keingimin ywig kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia
tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

B. KONSEP DASAR ANSIETAS PADA LANSIA


1. Definisi Ansietas Pada Lansia
Lansia sangat rentan mengalami ansietas karena kondisi lansia
mengalami gangguan pada bio-psiko-sosial, perubahan konsep diri, dan
masalah lainnya yang memiliki dampak pada diri lansia yang mekanisme
kopingnya maladaptif. Kecemasan/anxiety dan kegelisahan/restlessness
merupakan salah satu masalah yang banyak mendapat perhatian dan
penelitian para sufi maupun para ahli psikologi. Cemas dan gelisah adalah
bentuk ketakutan diri terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan
cemas biasanya muncul manakala seseorang berada dalam suatu keadaan
yang ia duga akan merugikan dan mengancam diri, jabatan karier atau
usaha bisnisnya, di mana ia merasa tidak berdaya menghadapinya.
Sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi. Rasa cemas itu
pada dasarnya adalah ketakutan yang kita bangun sendiri yang kemudian
melahirkan perilaku gelisah. Duduk tak tenang, berdiri rasa mengambang,

3
tidur seperti di awang-awang, makanan dan minuman terasa hambar
(Purwaningtyas, 2013).

2. Penyebab Ansietas

Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau
konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun
dalam diri lansia, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang
mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut,
maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,
pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yang
demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan
sebab akibat :
a. Teori Biologis
1) Biokimia
Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari
kelainan-kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris
selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan
(Tawnsend, 1993)
2) Genetik
Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan
ansietas paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah
memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan
kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi
pertama dari populasi umum (DSM-III-R, 1987)
b. Teori psikososial
1) Psikodinamik
Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk kelainan
ansietas saat tugas-tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan
awal belum terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres, prilaku
dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada
seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
2) Interpersonal

4
Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam
hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak.
Lansia yang bersama dengan anaknya akan berbeda dengan yang
tinggal berpisah dengan anaknya.
3) Sosiokultural
Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu
kontradiksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang
mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan.

3. Jenis Ansietas
a. Ansietas ringan
Pada tahap ini respon fisik ditandai dengan ketegangan otot ringan,
sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian,
rajin. Respon kognitif yang ditemui berupa lapang persepsi luas,
terlihat tenang percaya diri, perasaan gagal sedikit waspada
memperhatikan banyak hal dengan mempertimbangkan informasi,
tingkat pembelajaran optimal. Respon emosional ditemui tanda
perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi, tenang.
b. Ansietas sedang
Respon fisik ditandai dengan ketegangan otot sedang, tanda-tanda
vital meningkat, pupil dilatai, mulai berkeringat, sering mondar-
mandir dan gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar
dengan nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat,
sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah dan punggung terasa
nyeri. Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun, perhatian
sudah mulai selektif dan fokus terhadap stimulus, rentang perhatian
menurun. Penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan
tanda dan gejala, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar dan masih bisa merasakan gembira.

5
c. Ansietas berat
Respon fisik ditemukan ketegangan otot yang sudah berat,
hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,
bicara cepat, nada suara tinggi, melakukan tindakan tanpa tujuan dan
serampangan, rahang menegang, mengerakan gigi, kebutuhan ruang
gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan,
gemetar. Pada respon kognitif ditemui lapang persepsi terbatas, sulit
berfikir dan proes berfikir pecah-pecah, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan
ancaman preokupasi dengen pikiran sendiri, egosentris. Pada respon
emosional ditemui tanda dan gejala sangat cemas, agitasi, takut,
bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, menyangkal dan ingin
bebas dari ancaman.
d. Panik
Pada tahap ini ditemui respon fisik berupa flight, fight, freeze,
ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi,
tanda-tanda vital meningkat dan kemudian menurun, tidak dapat
tidur, hormon stres dan neurotransmiter berkurang, wajah
menyeriangi, mulut ternganga. Respon kognitif ditemui tanda dan
gejala persepsi menyempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau,
tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak
rasional, sulit memahami stimulasi eksternal, halusinasi, waham,
ilusi, mungkin terjadi. Respon emosional ditemui perasaan terbebani,
merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus
asa, marah, sangat takut mengharapkan hasil yang buruk, kaget, dan
merasa kelelahan (Videbeck, 2008).

4. Penanganan Pada Lansia


Diagnosis medis gangguan kognitif ditetapkan dengan melakukan
skrining yang cermat untuk mengesampingkan penyebab lain gejala-
gejala tersebut. Skrining-skrining tersebut meliputi:

6
a. Pemeriksaan status kesehatan jiwa dan pemeriksaan
neuropsikologik.
b. pemeriksaan darah komprehensif, meliputi HDL, (Hitung Darah
Lengkap), kimia darah, vitamin B12, dan kadar folat, tiroid dan tes
fungsi hati serta ginjal.
c. Studi pencitraan otak, meliputi Computed Tomography (CT),
Positron Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
Gangguan depresi pada klien lansia dapat dimanifestasikan dengan gejala-
gejala yang serupa dengan gejala gangguan kognitif'. Oleh karena itu,
gangguan depresi harus dikesampingkan

C. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola Napas Tidak Efektif.
4. Koping Individu Tidak Efektif.
5. Diam.
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Perubahan Nutrisi.
11. Respon Pasca Trauma.
12. Ketidakberdayaan.
13. Gangguan Harga Diri.
14. Gangguan Pola Tidur.
15. Isolasi Sosial.
16. Perubahan Proses Berfikir.
17. Gangguan Eliminasi Urine.

7
D. Intervensi
1. Tujuan Umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
2. Tujuan Khusus :
Klien mampu untuk
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.

1. Ansietas Ringan.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas 1. Tidak nyaman. 1. Gerakan tidak


ringan 2. Gelisah. tenang
adalah 3. Insomnia ringan 2. Perhatikan tanda
ansietas 4. Perubahan nafsu makan ringan peningkatan
normal 5. Peka ansietas
dimana 6. Pengulangan pertanyaan 3. Bantu klien
motivasi 7. Perilaku mencari perhatian menyalurkan
individu 8. Peningkatan kewaspadaan energi secara
pada 9. Peningkatan persepsi konstruktif
keseharian pemecahan masalah 4. Gunakan obat bila
dalam batas 10. Mudah marah. perlu
kemampuan 5. Dorong pemecahan
untuk masalah
melakukan 6. Berikan informasi
dan akurat dan fuktual
memecahka 7. Sadari penggunaan
n masalah mekanisme
yang

8
meningkat. pertahanan
8. Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan
koping yang
berhasil
9. Pertahankan cara
yang tenang dan
tidak terburu
10. Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi

2. Ansietas Sedang.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang 1. Perkembangan dari 1. Pertahankan sikap tidak


adalah cemas ansietas ringan tergesa-gesa, tenang
yang 2. Perhatian terpilih bila berurusan dengan
mempengaruhi dari lingkungan klien
pengetahuan baru 3. Konsentrasi hanya 2. Bicara dengan sikap
dengan pada tugas-tugas tenang, tegas
penyempitan individu meyakinkan
lapangan persepsi 4. Suara bergetar 3. Gunakan kalimat yang
sehngga individu 5. Ketidaknyamanan pendek dan sederhana
kehilangan jumlah waktu yang 4. Hindari menjadi cemas,
pegangan tetapi digunakan marah, dan melawan
dapat mengikuti 6. Takipnea 5. Dengarkan klien
pengarahan orang 7. Takikardia 6. Berikan kontak fisik
lain. 8. Perubahan dalam dengan menyentuh
nada suara lengan dan tangan klien
9. Gemetaran 7. Anjurkan klien
10. Peningkatan menggunakan tehnik

9
ketegangan otot relaksasi
11. Menggigit kuku, 8. Ajak klien untuk
memukul-mukulkan mengungkapkan
jari, menggoyangkan perasaannya
kaki dan 9. Bantu klien mengenali
mengetukkan jari dan menamai
kaki ansietasnya

3. Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas 1. Perasaan terancam 1. Isolasi klien


berat lapangan 2. Ketegangan otot yang dalam
persepsi berlebihan lingkungan yang
menjadi sangat 3. Diaforesis aman dan tenang
menurun. 4. Perubahan pernapasan 2. Biarkan
Individu 5. Napas panjang perawatan dan
cenderung 6. Hiperventilasi kontak sering
memikirkan 7. Dispnea sampai konstan
hal yang 8. Pusing 3. Berikan obat-
sangat kecil 9. Perubahan gastrointestinalis obatan klien
saja dan 10. Mual muntah melakukan hal
mengabaikan 11. Rasa terbakar pada ulu hati untuk dirinya
hal yang lain. 12. Sendawa sendiri
Individu tidak 13. Anoreksia 4. Observasi adanya
mampu 14. Diare atau konstipasi tanda-tanda
berfikir 15. Perubahan kardivaskuler peningkatan
realistis dan 16. Takikardia agitasi.
membutuhkan 17. Palpitasi 5. Jangan
banyak 18. Rasa tidak nyaman pada mennyentuh
pengarahan, prekokardia klien tanpa
untuk dapat 19. Berkurangnya jarak persepsi permisi

10
memusatkan secara berat 6. Yakinkan klien
pada daerah 20. Ketidakmampuan untuk bahwa dia aman
lain. berkonsentrasi 7. Kaji keamanan
21. Rasa terbakar dalam
22. Kesulitan dan ketidaktepatan lingkungan
pengungkapan sekitarnya
23. Aktivitas yang tidak berguna
24. Bermusuhan

4. Panik.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Adalah tingkat 1. Hiperaktif / imobilitasi 1. Tetap bersama


dimana individu berat klien ; minta
berada pada 2. Rasa terisolasi yang bantuan
bahaya terhadap ekstrim 2. Jika mungkin
diri sendiri dan 3. Kehilangan desintegrasi hilangkan beberapa
orang lain serta kepribadian stressor fisik dan
dapat menjadi 4. Sangat goncang dan otot- psikologisdari
diam atau otot tegang lingkungan
menyerang 5. Ketidakmampuan untuk 3. Bicara dengan
dengan cara berkomunikasi dengan tenang, sikap
kacau. kalimat yang lengkap meyakinkan,
6. Distori persepsi dan menggunakan nada
penilaian yang tidak suara yang rendah
realistis terhadap 4. Katakan pada klien
lingkungan dan ancaman bahwa anda (staf)
7. Perilaku kacau dalam tidak akan
usaha melarikan diri membahayakan
8. Menyerang dirinya sendiri atau
orang lain
5. Isolasikan klien

11
pada daerah yang
aman dan nyaman
6. Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat

BAB II
KASUS

12
Ny. M umur 53 tahun Islam berpendidikan SD,Pekerjaan Berladang alamat
Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam. Klien mengatakan terkena stroke 2
tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD Soedarso . Klien melakukan terapi di RS
sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Klien mengatakan
tidak bisa melakukan aktivitasnya karena ekstremitas atas dan bawah sulit untuk
digerakkan. Klien mengatakna semua aktivitas dibantu keluarganya. Klien terkena
stroke sudah 4 kali. Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2019 klien
tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri
tubuh klien dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo. Klien
mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien tampak lemah dan hanya
berbaring di tempar tidur. Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena tidak
sampai seperti ini. Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti
ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan
kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu. Tanda-
Tanda Vital   TD : 220 / 100 mmHg  ,N : 88 x/mt ,S: 36.7 0C, P: 22 x/mnt

13
BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. M”


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien                                                                  

Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

2. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke
RSUD Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi
tidak ada perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali.
Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2019 klien tiba-tiba
terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri
tubuh klien dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi
pelo.

Saat Pengkajian   :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien
mengatakan sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga
mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara

14
perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan
karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
d. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.

4. Faktor Presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
b. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
c. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya

5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital   
TD : 220 / 100 mmHg     N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
b. Ukur                         

15
TB : 153 cm    BB : 46 kg     (*) turun    ( ) naik
c. Keluhan  Fisik        ( ) ya         (*) tidak 
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.

6. Psikososial
a. Genogram

Keterangan : 

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.

16
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung
kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
2) Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani,
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan suaminya
3) Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak
bisa memenuhi perannya.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
5) Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga
dan orang lain.
c. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami
dan anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan
kepada suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah
yang dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
d. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat
ini, dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.

17
7. Status Mental
a. Penampilan
Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya.  Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
b. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).
c. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
d. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
g. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
h. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.

18
i. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
j. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
k. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang 
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
m. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
n. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

8. Pola Makan dan Eliminasi


a. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
b. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.

19
c. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
d. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK
f. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
g. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
h. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

9. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.

10. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .

11. Aspek Medis


Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena
Stroke. Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny.

20
M , karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke
pelayanan kesehatan .

12. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

- Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
- Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri mati
rasa.
- Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Dan sekarang
kondisi klien seperti ini.

DO :

- Klien dan keluarga tampak cemas


- Klien tampak gelisah
- Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang
kondisi klien saat ini.

2. DS :

- Keluarga mengatakan bingung melihat


kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara
Kurang Pengetahuan
perawatannya dan sudah lama tidak kontrol
ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny.
M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
- Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol
kondisinya ke pelayanan kesehatan, hanya
meminum obat warung dan berjemur saat

21
pagi hari di teras rumah.

DO :

- Klien dan keluarga bertanya-tanya kepada


perawat

3. DS:

- Klien mengatakan tidak bisa melakukan


aktivitasnya karena ekstremitas atas dan bawah
Hambatan mobilitas fisik
susah digerakkan
- Klien mengatakan semua aktivitasnya dibantu
keluarganya

DO :

- Klien tampak lemah


- Klien hanya berbaring ditempat tidur

B. Diagnosa
1. Ansietas b.d Perubahan status kesehatan
2. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler

22
C. Nursing Care Plane

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Ansietas - Kontrol Kecemasan 1. Bina hubungan saling 1. Untuk membina saling
berhubungan - Koping percaya percaya antara perawat
dengan Perubahan Kriteria Hasil : 2. Bantu klien dan klien
Status Kesehatan 1. Klien mampu mengidentifikasi dan 2. Untuk membantu klien
mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya dalam mengutarakan
mengungkapkan gejala 3. Bantu klien memahami perasaan penyebab cemas
cemas perspektif pasien terhadap 3. Untuk membantu klien
2. Mampu mengontrol situasi stress dan kondisi memahami situasi saat
kecemasan yang dialaminya sekarang ini tetang penyakitnya
3. Ekspresi wajah tidak akan sembuh dalam 4. Untuk membantu klien
menunjukkan waktu singkat. merasa dihargai saat klie
berkurangnya kecemasan 4. Dengarkan dengan penuh bercerita dan merasa lega
perhatian dan mengurangi cemas
5. Ajarkan teknik relaksasi 5. Untuk membantu klien
nafas dalam dan distraksi mengurangi kecemasan

23
ansietas untuk mengurangi dengan teknik relaksasi
kecemasan yang dirasakan nafas dalam

2. Kurang - Knowledge : diases 1. Kaji tingkat 1. Untuk membantu


pengetahuan procces pengetahuan pasien dan keluarga dan klien
berhubungan - Knowledge : health keluarga dalam pengetahuan
dengan behavior 2. Jelaskan pada klien yang dipahami
keterbatasan Kriteria Hasil : tentang penyakitnya dan 2. Untuk membantu klien
kognitif 1. Pasien dan keluarga komplikasi yang bisa mengetahui penyakit
menyatakan terjadi. yang dideritanya.
pemahaman mengenai 3. Ajarkan klien 3. Untuk membantu klien
kondisi penyakitnya menggerakkan bagian penanganan dalam
2. Pasien dan keluarga tubuh yang mati rasa asuhan keperawatan
mampu melaksanakan (ROM) untuk dengan melakukan
prosedur yang membantu tindkan ROM
dijelaskan dengan benar memperlancar 4. Untuk membantu klien
3. Pasien dan keluarga peredaran darah agar mengontrol kesehatan
mampu menjelaskan tidak terjadi atrofi otot tubuh dengan kontrol
kembali mengenai yang 4. Anjurkan klien dan rutin ke pelayanan

24
dijelaskan oleh keluarga untuk check kesehatan
perawat/tim kesehatan up/kontrol kondisi klien
ke pelayanan kesehatan
untuk mengatasi kondisi
klien dan mencegah
terjadinya komplikasi
lain .

3. Hambatan - Mobility level 1. Kaji kemampuan pasien 1. Mengetahui kemampuan


mobilitas fisik b.d - Transfer performance dalam mobilisasi mobilisasai pasien
kerusakan Kriteria Hasil : 2. Ajarkan mengenai teknik 2. mengetahui teknik
neuromuskuler 1. Klien meningkatkan ambulasi ambulasi dengan benar
dalam aktivitasnya 3. Latih rentang gerak ROM 3. Melatih pergerakan otot
2. Klien dapat melakukan agar tidak kaku
ambulasi secara mandiri 4. Dampingi dan bantu pasien 4. Agar pasien tetap aman
saat mobilisasi

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang usianya 60 tahun ke atas yang di tandai
dengan penurunan kemampuan tubuh beradaptasi dan memiliki tanda-tanda
terjadinya penurunan fungsi biologis, fisiologis, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Perubahan sistem tubuh pada lansia pada lansia berupa perubahan
fisik, perubahan mental, dan perubahanpsikososial.
Lansia sangat rentan mengalami ansietas karena kondisi lansia mengalami
gangguan pada bio-psiko-sosial, perubahan konsep diri, dan masalah lainnya
yang memiliki dampak pada diri lansia yang mekanisme kopingnya
maladaptif. Jenis ansietas berupa ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas
berat, dan panik.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan
dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu menangani pasien dengan masalah kecemasan. Perawat juga
harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien.
2. Bagi Keluarga
Untuk perawatan pasien dengan ansietas harus ada kerjasama antara
perawat dan keluarga, perawat memberikan informasi kesehatan tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberikan informasi kesehatan
kepada keluarga. Keluarga agar lebih kooperatif selalu memperhatikan
pasien, bila dirumah dapat menjaga diri agar tidak terjadi komplikasi yang
lebih parah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai    Penerbit
FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta
: Penerbit MocoMedia

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.

Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

27

Anda mungkin juga menyukai