Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat di hindarkan.
Perubahan perubahan pada usia yang semakin lanjut, terkadang sulit di
bedakan dari kelainan patolgi yang terjadi akibat penyakit. Di tambah
dengan pola hidup saat ini yang semakin praktis, sehingga muncul
berbagai penyakit di masa tuanya. Salah satunya adalah penyakit
hipertensi. Penyakit ini banyak menyerang orang dengan usia lebih dari
40th.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia.Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan
dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang
disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit
ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai
penyebab berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit
infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab
kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit
ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan
satu milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di
negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena
Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3
populasinya menderita Hipertensi.
revalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar
25,8%, tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8%
orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3
tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis
tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi
ataupun mendapatkan pengobatan.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun
2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab
kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.dari data ini dapat di
simpulkan bahwa penderita hipertensi sangalah tinggi. Dengan ini maka
penulis tertarik untuk membahas tentang hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang hipertensi serta dapat memperoleh
pengalaman sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan dengan diagnosa medis hipertensi, dengan kriteria:
a. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit hipertensi
b. Untuk mengetahui pathofisiologi dari penyakit hipertensi
c. Untuk mengetahui etiologi penyakit hipertensi
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertensi
e. Untuk mengetahui komplikasi penyakit hipertensi
f. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
g. Untuk mengetahui rencana tindakan suhan keperawatan hipertensi
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah,
yang ckup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya
terjadi pada usia 40th keatas (Gunawan, 2001)
Kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO
tekanan sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolic >90 mmHg (untuk
usia <60 tahun) dan tekanan sistolik ≥160 mmHg dan atau tekanan
diastolic >95 mmHg (untuk usia >60 tahun) (Nugroho, 2011)
Hipertensi adalah penyakit yang semakin banyak di jumpai di
indonesia, terutama di kota besar. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena.
Tekanan darah berfluktasi pada batas batas tertentu, tergantung posisi
tubuh umur dan tingkat stress yang di alami (Tambayong, 2000)
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal ( tekanan systole diatas 140 mmHg
dan tekanan diastole diatas 90 mmHg) (Murwani, 2009)

B. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.

C. Tanda Gejala
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur,gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala,gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa
berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan,saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma
(Cahyono, 2008).
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita
hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :
1. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler

D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut soeparman, 2001, Hipertensi dapat di lakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan

E. Komplikasi
Menurut Elisabeth J Corwin,2005 komplikasi hipertensi terdiri dari:
1.Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut, lebih dari 24jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak
dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah.Stroke dengan
defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi 24fokal
pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan
glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003).
2.Infark miokardium
Infark miokarddapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbenuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Akibathipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,
maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga,hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,hipoksia
jantung dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin,2005)
3.Gagal ginjal
Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih
besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
4.Ensefalopati
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan
ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita hipertensi (Corwin, 2005)
F. Diagnosa
Menurut NANDA 2012-2014:
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload vasokontriksi.

G. Intervensi
Menurut NANDA, 2012-2014
1. Nyeri (akut/kronik) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular
serebral.
a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
b. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit
kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional: tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan
yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
c. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit
kepala (mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)
Rasional: aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
d. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesic
Rasional: menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
a. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
Rasional: kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi
karena disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah
jantung berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.
b. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
lemak, garam, gula sesuai indikasi
Rasional: kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk
hipertensi dan komplikasinya.
c. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan
Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern
individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar
program berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional:mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam
program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian atau penyuluhan.
Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional: memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
3. Resiko penurunan jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
vasokontriksi.
a. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional: perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang
keterlibatan atau bidang masalah vaskular.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional:denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap
terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
c. Catat edema umum atau tertentu
Rasional:mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskular.
d. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau
keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional:membantu menurunkan rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
Daftar Pustaka
Anindya. 2009. Hipertensi. Di akses pada tanggal 11 Juli 2018 tpada jam
19.05 WIB dalam http://rajawana.com/jurnal-artikel/32health/251-
hipertensi.pdf.
Arief, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modren. Jakarta: Kanisius
Corwin. 2009. Hipertensi. Jakarta :EGC
Depkes. 2017. Sebagian Besar Penderita Hipertensi. Di akses pada tanggal 11
Juli 2018 pada pukul 18.45 di
http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-
penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html
Gunawan. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius
Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kedokteran
EGC.
Nanda. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
North American Nursing Diagnosis Asspciation NIC NOC.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Murwani, A. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam.
Yogyakarta:Goshyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai