A. PENGERTIAN
fungsi tubuh.
Menurut Potter & Perry (2006), luka adalah rusaknya struktur dan
fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari
dan tulang atau organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon
dan kematian sel (Navy, 2009) . Sehingga dapat disimpulkan bahwa luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
A. Klasifikasi Luka
1. Menurut Stevens, P.J.M (2009), luka dibedakan berdasarkan :
a. Berdasarkan penyebab :
a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss
tusuk.
b) Luka Kronik
10% – 17%.
B. Derajat Luka
Yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
Yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
1) Trauma fisik
a) Benda tajam
c) Kecelakaan
d) Tembakan
e) Gigitan binatang
2) Trauma kimiawi
Trauma kimiawi ini biasanya terjadi karena tersiram oleh zat-
zat kimia.
3) Trauma termis
diantaranya:
a) Air panas
b) Uap air
c) Terbakar
4) Trauma elektris
Luka dengan suplai darah yang buruk akan mengakibatkan luka itu
yang baik.
2) Dehidrasi
3) Eksudat berlebihan
respon inflamasi.
4) Turunnya temperatur
2. Patofisiologi
penyembuhan.
dari pembuluh darah saling melekat dan bersama dengan jala fibrin
yang terbentuk akan bekukan darah yang keluar dari pembuluh darah
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
karena proses penyembuhan. Oedem dan sel radang diserap, sel muda
yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, luka kulit mampu menahan
regangan kira-kira 80% dari kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai
kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan (Sjamsuhidajat, R & Wim de
Jong, 2010).
3. Manifestasi klinis
A. Gejala lokal
B. Gejala umum
Gejala umum / tanda umum pada perlukaan dapat terjadi penyulit atau
hebat.
(Anonim, 2007)
4. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan serum: hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan
anemia.
yang rusak.
phosphate.
(Anonim, 2007)
5. Komplikasi
1. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
2. Kompartement sindrom
3. Infeksi
4. Syok
5. Kontraktur
6. Penatalaksaan medis
regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh
(Mansjoer, 2007).
c. Perawatan luka
sebagai berikut:
eksplorasi)
menit)
antiseptik borok.
tidak
berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dan
c. Oksidansia
3. Pembersihan luka
debris.
c. Berikan antibiotik
anastesi lokal.
4. Penjahitan luka
5. Penutupan luka
6. Pembalutan
hematom.
7. Pemberian antibiotik
Luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik sedangkan pada luka
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
cairan aktif
gangguan muskoloskeletal
D. Intervensi Keperawatan
nyeri)
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri secara 1. Lokasi karakteristik durasi frekuensi
komprehensif yang meliputi kualitas, factor presitipasi dan skala
lokasi, karakteristik, duransi, nyeri adalah data dasar yang
frekuensi, kualitas, intensitas digunakan dalam merumuskan
atau beratnya nyeri dan factor intervensi yang tepat
pencetus 2. Teknik nafas dalam merupakan
2. Ajarkan penggunaan teknik teknik non farmakologi untuk
nonfarmakologi (seperti mengurangi tingkat nyeri
teknik nafas dalam) 3. Suhu ruangan, pencahayaan, dan
3. Kontrol lingkungan yang kebisingan merupakan kontrol
dapat mempengaruhi nyeri lingkungan yang dapat mengurangi
seperti suhu ruangan, nyeri
pencahayaan, dan kebisingan. 4. Istirahat dapat mengurangi nyeri
4. Tingkatkan istirahat
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko invasif
Pada bekas jahitan tidak terdapat tanda- tanda infeksi ( kalor, dolor,
rubor, tumor )
infeksi
individu
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda- tanda vital dalam
batas normal
2. Observasi lokasi luka jahitan
ada tidaknya tanda infeksi 2. Mengetahui keadaan lokasi jahitan ada
atau tidaknya tanda dan gejala infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluarga
pasien cara mngetahui tanda dan 3. Meningkatkan pengetahuan tentang
gejala infeksi tanda-tanda infeksi untuk mengetahui
jika ada tanda infeksi agar segera lapor
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
kriteria hasil:
Turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
TD : 110 – 130 / 60 – 90
RR : 16 – 24 x/menit
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital 1. Membantu menentukan adanya tanda
infeksi
2. Pertahankan intake dan output 2. Membantu dalam menganalisa
yang adekuat keseimbangan cairan dan derajad
kekurangan cairan
3. Monitor status nutrisi 3. Agar tidak terjadi tanda dan gejala
malnutrisi
4. Dorong masukan oral 4. Memperbaiki volume cairan yang hilang
gangguan muskoloskeletal
Menunjukkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Menilai kemampuan mobilisasi
mobilisasi. mandiri klien.
2. Latih klien dalam pemenuhan 2. Membiasakan klien dalam
ADL secara mandiri. pemenuhan ADL secara
3. Bantu dan dampingi klien saat mandiri.
mobilisasi 3. Memenuhi kebutuhan
4. Ajarkanklien dan keluarga cara mobilisasi klien.
merubah posisi dan berikan 4. Memenuhi kenyamanan klien
bantuan jika diperlukan dalam ambulasi.
5. Kolaborasi dengan fisioterapi 5. Memenuhi kebutuhan ambulasi
tentang rencana ambulasi klien untuk pemulihan.
sesuai dengan kebutuhan
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan benda
Intervensi Rasional
1. Kaji integritas kulit 1. Mengetahui perkembangan
kerusakan integritas kulit apakah
ke arah lebih baik atau tidak.
2. Rawat luka dengan teknik aseptik 2. Perawatan luka dengan teknik
aseptik dapat meminimalkan
terjadinya infeksi.
3. Pantau tanda dan gejala infeksi 3. Salah satu tanda Kalor, Dolor,
pada area luka. Rubor, Tumor pada kulit
merupakan indikasi adanya
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
<https://www.scribd.com/doc/134343602/Laporan-Pendahuluan-Vulnus.>
EGC: Jakarta.
Evelyn C. Pearce. 2008. Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis. Penerbit: PT.
Gramedia, Jakarta.
EGC
JYC&pg=PA189&dq=definition+of+vulnus&hl=id&sa=X&ved=0ahUKE
wiuzO_2hezNAhXKo48KHccnCiUQ6AEIGTAA#v=snippet&q=wounds
Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2007. Perawatan Luka. Makalah
Mandiri: Jakarta.
Kozier,et al. 2006. Fundammentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
California: Addison-Weasley.
https://books.google.co.id/books?id=UxuyL5MNqyYC&pg=PA146&dq=
keperawatan+luka&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjp0srN_uvNAhWDrI8K
HbRaBgoQ6AEIOjAG#v=onepage&q=keperawatan%20luka&f=false>
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jilid1.
Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53570/4/Cha pter
28 Juni 2016].
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/27/01-gdl-jokosupriy-
R. Sjamsuhidajat, & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. EGC:
Jakarta.