TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup
di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses persalinan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain fisik/tenaga ibu, jalan lahir,
janin, psikologi ibu danpenolong.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal
dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial
bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan
peranan keluarga adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu
ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan
tidak kalah pentingnya dalam proses persalinan, dalam memberikan
asuhan dan bantuan serta dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses
persalinan dapat berjalan lancar, bersih serta aman bagi ibu serta bayinya
yang telah lahir (Savitri dkk, 2015:84).
Pertolongan persalinan secara pervaginam baik dengan bantuan
tindakan maupun tanpa tindakan harus mengacu pada prinsip untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut World Health
Organization (WHO) Tahun 2011, saat ini AKI di Indonesia merupakan
angka tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesipa (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia
228/100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2012 naik menjadi
359/100.000 kelahiran hidup. Data ini menunjukan semakin jauhnya
Indonesia dari target MDG's 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran
hidup (Karningsih dkk, 2015:42).
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan
bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan
(SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Namun terdapat penurunan, persalinan oleh tenaga
kesehatan dari 90,88% pada tahun 2013 menjadi 88,55% pada tahun 2015
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015:112).
Faktor jalan lahir mempunyai peranan penting baik sebelum
maupun sesudah proses persalinan. Perineum merupakan salah satu jalur
yang dilalui pada saat proses persalinan dapat robek ketika melahirkan
atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluarnya bayi
(episiotomi). Persalinan pervaginam sering disertai dengan ruptur. Pada
beberapa kasus ruptur ini menjadi lebih berat, vagina mengalami laserasi
dan perineum sering robek terutama pada primigravida, ruptur dapat
terjadi secara spontan selama persalinan pervaginam (Savitri dkk,
2015:84)
Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu penyebabnya adalah pendarahan
masa nifas karena itu diperlukan penanganan yang tepat (Wulandari dkk.
2011, 2).
B. RUANG LINGKUP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal
dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir
sampai alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan
memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
2. Tahap Masa Nifas
Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan
(Anggraeni, 2010).
b) Lokhea sanguinolenta
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok.
B. RupturPerineum
1. Pengertian
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang
terletak dibawah dasar panggul. Batas–batasnya adalah:
a. Superior: Dasar panggul yang terdiri dari Musculus Levator dan
Musculus Coccygeus.
b. Lateral: tulang dan ligament yang membentuk pintu bawah pinggul
(exitus pelvis):yakni dari depan kebelakang angulus subpubius,
ramus ischiopubicus, tuber ischiadicum, ligamentum
Sacrotuberosum, oscoccygis.
c. Inferior: kulitdan fascia (Oxorn,2010).
Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus,
panjangnya rata- rata 4 cm (Winknjosatro,2007). Perineum merupakan
daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum meregang
pada saat persalinan kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan (Sumara,dkk,2002).
Ruptur perineum adalah robeknya perineum pada saat jalan lahir.
Berbeda dengan episiotomy, robekan ini bersifatnya traumatik karena
perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin
lewat(Siswosudarmo, Ova Emilia,2008)
2. Anatomiperineum
3. Klasifikasi RupturPerineum
a. Robekan derajatpertama
Robekan derajat pertama melitupi mukosa vagina, fourchetten dan
kulit perineum tepat dibawahnya (Oxorn,2010).Robekan perineum yang
melebihi derajat satu di jahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum plasaenta
lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara
manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai menunggu palasenta lahir.
Dengan penderita berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka
dengan cairan anti septik dan luas robekan ditentukan dengan
seksama(Sumarah,2009).
b. Robekan derajatkedua
Laserasi derajat dua merupakan luka robekan yang paling
dalam.Luka ini terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai
corpus perineum. Acapkali musculus perineus transverses turut terobek
dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai spinter recti. Biasanya
robekan meluas keatas disepanjang mukosa vaginadan jaringan
submukosa. Keadaan ini menimbulkanluka laserasi yang berbentuk
segitiga ganda dengan dasar pada fourchette, salah satu apexpada vagina
dan apex lainnya didekat rectum (Oxorn,2010).
Pada robekan perineumderajat dua, setelah diberi anastesi local otot-
otot difragma urogenetalis dihubungkan digaris tengah jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut
sertakan jaringan- jaringan dibawahnya (Sumarah,2009).
c. Robekan derajatketiga
4. Etiologi RupturPerineum
7. MempersiapkanPenjahitan
8. Penanganan Rupturperineum
• Robekan derajatpertama
Robekan ini kecil dan diperbaiki sesederhana mungkin.
Tujuannya adalah merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan
menghasilkan hemostatis. Pada rata-rata kasus beberapa jahitan
terputus lewat mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum sudah
memadai. Jika perdarahannya banyak dapat digunakan jahitan angka-
8, jahitan karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih
menyenagkan bagi pasiennya.
10. Komplikasi
b. FistulA
Fistula dapat terjadi tanda diketahui penyebabnya karena perlukaan
pada vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung
kencing luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina.
Fistula dapat menekan kandung kencing atau rektum yang lama antara
janin dan panggul,sehingga terjadi iskemia (Depkes,2006)
c. Hematoma
d. Infeksi
Infeksi pada masanifas adalahperadangan di sekitar alat genitalia
pada kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi.
Dengan ketentuan meningkat suhu tubuh melebihi 38℃, tanpa
menghitung pireksia nifas. Setiap wanita yang mengalami pireksia
nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan dilakukan inspeksi pada
traktus genetalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka
episiotomi (Liwellyin,2001).
Robekan jalan lahir selalu meyebabkan perdarahan yang berasal
dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptur uteri).
Penanganan yang dapat dilakukan dalamhal ini adalah dengan
melakukan evaluasi terhadap sumber dan jumlah perdarahan. Jenis
robekan perineum adalah mulai dari tingkatan ringan sampai dengan
robekan yang terjadi pada seluruh perineum yaitu mulai dari derajat
satu sampai dengan derajat empat. Ruptur perineum dapat diketahui
dari tanda dan gejala yang muncul serta penyebab terjadinya.
Dengan diketahuinya tanda dan gejala terjadinya rupture perineum,
maka tindakan dan penanganan selanjutnya dapatdilakukan.
Kaitan yang ditemukan dalam penulisan ini adalah penyebab
terjadinya ruptur perineum, hal-hal yang dapat dilakukan serta tanda
dan gejala yang terlihat serta upaya lanjutan yang berkaitan dengan
penangannya.
1. Subjektive(S)
2. Objektif(O)
4. Planning (P)
A. IDENTIFIKASI DATADASAR
1. Identifikasiistri/suami
B. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan pada daerah kemaluannya
Ibu mengatakan nyeri dirasakan lebih terasa jika bergerak atau bila
ditekan, sehingga ibu bergerak dengan hati-hati atau mengurangi
gerak untuk mengurangi timbulnya nyeri.
Ibu merasa lemas karna kurang istirahat/tidur akibat nyeri pada luka
yang hilang timbul. Ibu juga mengatakan bahwa ASI nya pun
belakangan ini sedikit berkurang.
Perlu kita cantukam pengkajian gak disujektif ??soalnya kita
menganalisa satu2 dsruh ibuk?yang kita merahkan itu berarti yang
masuk pendokumentasian SOAP…jadi seolah2 kita menganalisa soap
keseluruhan,…tapi data yang dimerahkan aja yg masuk dalam
pendokumentasian?
C. OBJEKTIF
1. Status Generalis
c. Kesadaran composmentis
e. Tanda-tandavital
Nadi : 85 kali/menit,teratur
Suhu : 36,6ºC
Pernapasan : 24
kali/menit, saatistirahat
2. Pemeriksaan fisik Head toToe
a. Wajah
Inspeksi : Pucat,
tampak meringis
Palpasi : Tidak
ada pittingoedem
b. Mata
c. Hidung
d. Mulut
i. Vulva danperineum
oedem
D. ASSESMENT (rina)
E. PLANING (novita dan adhika)
Tanggal 07 Mei 2020 pukul 08.10 WIB
1. Memberitahu kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan
baik
a. Mencuci tangan
d. Menggunakan handscoon
i. Membereskan alat
j. Melepas handscoon
k. Mencuci tangan
11. Kalau bisa ada 1 metode terbru semacam excersise yg diajarkan ke ibu…?
BAB IV
2. Faktor Infeksi
3. Striae
Judul : Prediction of perineal tear by striae gravidarum score
Peneliti : Prempati Mayanglambam, Rizu Negi
International Journal of Academic Research and Development 2019
Tanda-tanda peregangan perut yang ditemukan selama kehamilan
dapat menjadi indikasi elastisitas kulit yang buruk. Seseorang yang tidak
memiliki stretch mark mungkin memiliki elastisitas kulit yang lebih baik
dan lebih kecil kemungkinannya untuk merobek jaringan perineum dan
vagina selama persalinan pervaginam. Striae gravidarum (SG) adalah
fenomena umum tanda peregangan yang diamati selama kehamilan yang
mungkin menjadi indikator elastisitas kulit yang buruk.
Hasil : Skor striae harus menjadi bagian dari penilaian kebidanan pasien
pada trimester ketiga kehamilan karena skor tersebut dapat diperoleh
dengan observasi sederhana dan noninvasif. Staf paramedis di pusat
periferal juga dapat dilatih untuk menghitung skor striae total yang dapat
membantu mereka memutuskan apakah episiotomi diberikan atau tidak.
Episiotomi jelas bersifat preventif untuk robekan perineum tetapi
pemberian episiotomi untuk hal yang sama masih dapat diperdebatkan
karena episiotomi sendiri berhubungan dengan morbiditas. Tetapi
beberapa penelitian mengamati bahwa episiotomi yang diberikan pada
pasien dengan striae gravidarum sedang hingga berat jelas melindungi
terhadap robekan perineum.
4. TERKAIT ASSESMENT
5. TERKAITPLANING
BAB V
PENUTUP