Anda di halaman 1dari 9

1.

DEFINISI
A.Pengertian post natal
Post-natal adalah masa sesudah kelahiran atau masa dimana bayi sudah keluar
dari dalam kandungan. Setelah bayi lahir keluar dari kandungan akan mengalami
perkembangan yang meliputi masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan
akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa dewasa, masa akhir dewasa,
dan sampai masa tua.
2. Periode masasa post natal/nifas
Menurut Wulandari (2020)Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita
selama masa nifas, yaitu sebagai berikut : a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24
jam setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan b. Early
puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan
menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu Later puerperium,
yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu
untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan
tahun.

3. Adaptasi fisiologi post natal


2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya: a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari
pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium. b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah
kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum. c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-
7 sampai hari ke14. 11 d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal
periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau
serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah
berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak
lancar disebut “lokhea statis”. 3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami
penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol. 4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil. 5) Perubahan Sistem
Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh. 12 6) Perubahan
Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. 7) Perubahan Sistem
Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. 8)
Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba.
Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum. 9) Perubahan
Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. 13
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu
(ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium. b)
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum. c) Tekanan
darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum. d) Pernafasan Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

4. Pada tahap pengkajian peneliti memakai model keperawatan Maternal Role


Attainment-Becoming a Mother pada post partum yakni: a. Identitas klien Meliputi
nama, tempat tanggal lahir, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan,
alamat, penghasilan per bulan. b. Antisipatori 1) Status Kesehatan : alasan kunjungan,
kunjungan, keluhan utama, riwayat kesehatan. 2) Riwayat obstetri dan ginekologi :
Riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat KB, riwayat kehamilan & persalinan yang
lalu, riwayat kehamilan & persalinan sekarang, 3) Pemenuhan kebutuhan dasar
manusia : nutrisi, eliminasi, oksigenasi, aktivitas dan istirahat. 40 4) Dukungan
sosial : dukungan emosi, dukungan informasi, dukungan fisik, dukungan
penghargaan. 5) Fungsi keluarga 6) Pengkajian budaya 7) Stress 8) Pemeriksaan fisik
ibu - Mata : konjungtiva normalnya berwana merah muda dan sklera normalnya
berwarna putih - Mammae : payudara simetris atau tidak, putting susu bersih dan
menonjol atau tidak. Hiperpigmentasi areolla atau tidak, kolostrum sudah keluar atau
belum. - Abdomen : terdapat luka bekas SC atau tidak, ada linea atau tidak, striae ada
atau tidak - Genetalia : bersih atau tidak, oedema atau tidak, kemerahan atau tidak,
perineum ada bekas luka epiostomi atau tidak - Ekstremitas : oedema atau tidak dan
varises atau tidak c. Formal 1) Riwayat persalinan saat ini 2) Bonding attachment
dengan skoring gray 3) Pengkajian bayi 4) Aspek psikososial ibu 5) Peran ayah
selama dan sesudah kelahiran 41 d. Informal 1) Orang yang terlibat dalam perawatan
bayi. 2) Peran dalam perawatan bayi. 3) Pengalaman dalam perawatan bayi. 4)
Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang. e. Personal 1) Pandangan ibu
terhadap perannya. 2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu. 3)
Percaya diri dalam menjalankan peran. 4) Pencapaian peran.

2. Diagnosa Keperawatan Menurut (Wayan, 2017), (Arma, 2015), dan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum adalah: ➢
Diagnosa Ibu : 1) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik. 2)
Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan Suplai ASI. 3)
Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya Kontrol Tidur. 4) Defisit
Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi.

A. MANAJEMEN NYERI (I. 08238)

1. Observasi

 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

3. Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

EDUKASI MENYUSUI

Observasi :

Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui

Terapeutik :

Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Berikan kesempatan untuk bertanya

Dukung Ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui

Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat

Edukasi :

Berikan konseling menyusui

Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi

Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan ( lacth on) dengan benar

Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan kapas yang


telah diberikan minyak kelapa

Ajarkan perawatan payudara postpartum (mis. memerah ASI, pijat payudara, pijat
oksitosin)

KONSEP EKLAMPSIA

.LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. D DENGAN DIAGNOSA


MEDIS EKLAMPSIA POST SC
A.
PENGERTIAN
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau
koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2010).
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu
kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma. (kamus istilah medis,
2011).
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan demam, pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas, disertai dengan hipertensi,
odema, proteinuria. (obstetrik patologi, 2014).
B.
ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis Pre-eklampsia dan Eklampsia saat ini masih
belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi,
itulah sebabnya
penyakit ini sering disebut “the disease of theories”.
Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat
menerangkan terjadinya Pre-eklampsia adalah sebagai berikut:
1.
Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita
pre eklamsia.
2.
Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami
secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh
ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila
janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistemimunologi
normal sehingga terjadi modifikasi responimunologi dan terjadilah adaptasi.
Pada eklamsia terjadipenurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik
yangtidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.3.Teori Iskhemia Regio Utero
PlacentalKejadian eklamsia pada kehamilan dimulai denganiskhemia
utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktoryang bila memakai sirkulasi,
menimbulkan bahan vasokonstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
peningkatanproduksi renin angiotensin dan aldosteron.Renin
angiotensinmenimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem padaarteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolaryang meningkatkan
sensitifitas terhadap angiotensinvasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksiakapiler dan peningkatan permeabilitas pada
membranglumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedemlebih
jauh.4.Teori Radikal BebasFaktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah
radikalbebas. Radikal bebas merupakan produk sampinganmetabolisme
oksigen yang sangat labil, sangat reaktif danberumur pendek. Ciri radikal
bebas ditandai dengan adanyasatu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas
akantimbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektronyang tidak
berpasangan akan mencari elektron lain dari atomlain dengan menimbulkan
kerusakan sel.Pada eklamsiasumber radikal bebas yang utama adalah
placenta, karenaplacenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikalbebas
akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yangbanyak dijumpai pada membran sel,
sehingga radikal bebk selPada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada
kehamilan

normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendalikarena kadar anti
oksidan juga menurun.5.Teori Kerusakan EndotelFungsi sel endotel adalah
melancarkan sirkulasi darah,melindungi pembuluh darah agar tidak banyak
terjaditimbunan trombosit dan menghindari pengaruhvasokonstriktor. Kerusakan
endotel merupakan kelanjutan dariterbentuknya radikal bebas yaitu
peroksidase lemakatau proses oksidase asam lemak tidak jenuh
yangmenghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsiadiduga bahwa sel
tubuh yang rusak akibat adanya peroksidaselemak adalah sel endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotelini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal
yaituberupa “glumerulus endotheliosis“. Gambaran kerusakanendotel pada
ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pastiadanya pre eklamsia.6.Teori
TrombositPlacenta pada kehamilan normal membentuk derivatprostaglandin
dari asam arakidonik secara seimbang yangaliran darah menuju janin.
Ishkemi regio utero placentamenimbulkan gangguan metabolisme yang
menghasilkanradikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh.
Keadaanishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkanpembentukan
derivat prostaglandin (tromboksan danprostasiklin), tetapi kerusakan trombosit
meningkatkanpengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 denganprostasiklin
yang menyebabkan tekanan darah meningkat danterjadi kerusakan pembuluh darah
karena gangguan sirkulasi.

D. MANIFESTASI KLINISEklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau


lebih, yaitu:kejang-kejang atau koma. Kejang dalam eklampsia ada 4
tingkat,meliputi :1.Tingkat awal atau aura (invasi)Berlangsung 30 – 35 detik, mata
terpaku dan terbuka tanpamelihat (pandangan kosong), kelopak mata dan tangan
bergetar,kepala diputar ke kanan dan ke kiri.2.Stadium kejang tonikSeluruh otot
menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggamdan kaki membengkok kedalam,
pernafasan berhenti, mukamulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsungkira – kira 20 – 30 detik.3.Stadium kejang klonikSemua otot
berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktuyang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa,dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan
kongestidan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonikberhenti
dan penderita tidak sadar, menarik nafas, sepertimendengkur.4.Stadium
komaLamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampaiberjam – jam.Kadang
antara kesadaran timbul serangan barudan akhirnya penderita tetap dalam
keadaan koma

Penatalaksanaan terapi untuk mencegah dan mengatasi terjadinya kejang pada


eklampsia yaitu MgSO4 sebagai first line (Maembe, 2012). Pada pasien
preeklampsia juga terdapat pengendalian hipertensi seperti nifedipin, nicardipin,
labetalol, hidralazin dan prazosin (Sibai, 2012). Pemberian obat antihipertensi pada
preeklampsia juga untuk mempertahankan tekanan darah sistol 130-150 mmHg dan
tekanan darah diastol 80-90 mmHg karena penurunan yang mendadak yang parah
di bawah 130/80 mmHg dapat menganggu perfusi uteroplasenta (Amro et al.,
2016). Pemberian glukokortikoid juga berfungsi untuk meningkatkan pematangan
paru pada janin (Amorim MMR et al., 1999). Pada preeklampsia juga terjadi edema
yang di terapi menggunakan furosemid (James M. Alexander, 2015).

Pemeriksaan penunjang

Tes darah, untuk memeriksa jumlah trombosit darah


Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine
Tes fungsi hati, untuk memeriksa kerusakan di organ hati
Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di
ginjal dan mendeteksi kerusakan ginjal
Ultrasonografi (USG), untuk memeriksa kondisi janin

Pathway

Anda mungkin juga menyukai