DISUSUN OLEH :
Wa Ode Ratniwati S.
14220230075
CI INTITUSI CI LAHAN
MAKASSAR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil. Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang
terjadi mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan
menjadi kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan
menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu Minggu
setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas
kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar.
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-
kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu.
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada
masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil.
D. Klasifikasi
Tahapan masa post partum, yaitu (Ayni, 2022) :
1) Puerperium Dini (Immediate Puerperium)
Pada waktu 0-24 jam post partum, yaitu masa kepulihan yang dimana
ibu diperbolehkan untuk berdiri dan juga berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial (Early Puerperium)
Pada waktu 1-7 hari post partum, yaitu masa dimana kepulihan secara
menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8
minggu.
3) Remote Puerperium (Later Puerperium)
Pada waktu 1-6 minggu post partum, yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna terutama
bila selama hamil atau pada waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,
tahunan
E. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Nilai Hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada
melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath). Selain itu catatan
prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus
dan kebutuhan therapy yang mungkin.
F. Komplikasi
1) Perdarahan
Perdarahan post partum adalah Kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria: kehilangan darah lebih dai 500 cc, tekanan
darah menurun sekitar 30 mmHg. Hb turun sampai 3 gram %.
2) Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post
partum.
3) Endometritis
Infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
4) Mastitis
infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post
partum
5) Post partum depresi
Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain,
kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya.
G. Penatalaksanaan
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan
cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan
jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya
dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak
baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotik yang cukup.Prinsip yang harus diperhatikan dalam
menangani ruptur perineum adalah :
1) Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,
segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta
atau plasenta lahir tidak lengkap.
2) Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan
lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
1) Monitor TTV : Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin
menandakan preeklamsi, suhu tubuh meningkat menandakan
terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar jangan
jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan
yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3) Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10
unit) ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara
intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan post partum.
4) Obat nyeri : Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk
Sedative, alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi
hilangnya sensori, obat ini diberikan secara Regional/ umum
2. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut (Nanda International, 2021), Pengkajian terdiri dari pengumpulan
data subjektif dan objektif dan peninjauan informasi riwayat kesehatan
pasien. Pengkajian untuk klien post partum antara lain:
1) Identitas klien
Perawat mengkaji nama, tempat lahir, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan pekerjaan, suku, tanggal masuk
rumah sakit, dan data lainnya yang berkaitan dengan identitas pasien.
2) Keluhan utama
Pewarat mengkaji keluhan yang dirasakan pasien saat ini seperti sakit
pada bagian perut, nyeri pada luka jahitan, takut untuk bergerak.
3) Riwayat kehamilan
Pada riwayat kehamilan perawat mengkaji usia kehamilan hingga
riwayat penyakit penyerta.
4) Riwayat persalinan
Perawat mengkaji terkait tempat persalinan, persalinan normal atau ada
komplikasi, kondisi bayi dan kondisi ibu.
5) Riwayat nifas
Perawat mengkaji produksi ASI apakah lancar atau tidak, berat badan
bayi, dan riwayat KB sebelumnya.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan pada keadaan
umum, kepala, mata, leher, thoraks, abdomen, genetalia, ekstermitas,
dan pemeriksaan psikososial pada pasien.
B. Diagnosis
Masalah keperawatan yang muncul pada ibu post partum normal primipara
dan bayi baru lahir normal menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017),
antara lain:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
3) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6) Resiko gangguan perlekatan berhubungan dengan kekhawatiran
menjalankan peran sebagai orang tua
C. Intervensi
N Diagnosa Luaran Intervensi
o Keperawatan Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri akut Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) menurun dengan Observasi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karekteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Sikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
menurun Terapeutik
4. Gelisah menurun 3. Berikan teknik non
5. Kesulitan tidur farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
6. Menarik diri (mis. TENS, hypnosis,
menurun akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
nafas dalam)
4. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
6. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko infeksi Diharapkan kontrol Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) resiko (L.14128) 1) Monitor tanda gejala
meningkat dengan infeksi lokal.
kriteria hasil: 2) Jelaskan tanda gejala
1) Kemampuan klien infeksi.
mengidentifikasi 3) Ajarkan klien cara cuci
faktor resiko tangan yang benar
meningkat. 4) Jelaskan tanda dan gejala
2) Kemampuan klien infeksi
memodifikasi gaya 5) Ajarkan cara memeriksa
hidup meningkat. kondisi luka operasi
D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu
tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya (PPNI,
2018).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi
asuhan keperawatan didasarkan pada Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), dimana dalam standar ini menjelaskan definisi dan
kriteria hasil keperawatan yang dituju sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang diangkat (PPNI, 2018).
Pathway
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, D., M. (2021) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal
Primipara Di Rsud Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.
Nanda International. (2017). NANDA nursing diagnosis: definitions and classification
2015-2017. In Journal of Nursing UFPE on line (Vol. 11, Issue 7).
https://doi.org/10.5205/1981-8963-v11i7a23458p2816-2817-2017
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPD PPNI.
PPNI. (2022). Standar luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPD PPNI.
Wibawati, D., A. (2020) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Primipara
Yang Di Rawat di Rumah Sakit. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. M DENGAN
ABORTUS INKOMPLIT POST KURETASE
DI RUANG SERUNI 3A RSUP Dr. TAJUDDIN
CHALID KOTA MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
Wa Ode Ratniwati S.
14220230075
CI INTITUSI CI LAHAN
MAKASSAR
2023
PENGKAJIAN
Riwayat ginekologi
Masalah ginekologi: Tidak ada
Riwayat KB : Suntik 3 Bulan
Riwayat kehamilan saat ini
1. Berapa kali periksa kehamilan: 1x pemeriksaan
2. Masalah kehamilan : pasien mengatakan sering sakit kepala
Riwayat Abortus
Pasien P1A1 dengan keluhan bayi dan plasenta lahir spontan di rumah tanggan
15/12/2023 pukul 03.00 WITA. Bayi mati dengan BBL 150 gram. Usia
kehamilan ± 16-17 minggu. Tanggal 15/12/2023 Pukul 09.00 WITA dilakukan
operasi kuretase dan dilatasi serviks.
Analisis Data
Masalah
DS DO
keperawatan
1. P: Pasien mengatakan nyeri, 1. Klien tampak Nyeri akut
nyeri semakin teras ajika menahan sakit berhubungan
bergerak 2. Skala nyeri ringan dengan agen
Q: nyeri perih 3. Kesadaran kompos cedera fisiologis
R: nyeri pada perut bagian mentis
bawah
S: Skala nyeri 4
T: nyeri terus menerus,
bertambah jika bergerak
1. Klien mengatakan adanya 1. TTV: Risiko infeksi
perdarahan pervaginan TD: 99/54 mmHg berhubungan
2. Riwayat post. Kuretase N: 94x/i, RR: 20x/m dengan efek
abortus inkomplit S: 36°C prosedur invasif
Klien mengatakan pusing dan 1. KU: lemah Intoleransi
lemas 2. klien tampak lemas, aktivitas
dan pucat berhubungan
3. ADL dibantu dengan
keluarga kelemahan
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Rasional
Intervensi
keperawatan
(D.0076) Nyeri Manajemen nyeri (I.08066) 1. Untuk mengetahui
akut Observasi keadaan umum pasien
berhubungan 1. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui lokasi,
dengan 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kehamilan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
intensitas nyeri 3. Untuk mengidentifikasi
3. Identifikasi skala nyeri tingkat intervensi yang
4. Identifikasi respon nyeri diperlukan
non verbal 4. Untuk mengetahui mimic
Terapeutik wajah yang diperlihatkan
5. Fasilitasi istirahat dan pasien saat nyeri muncul
tidur 5. Untuk mengurangi nyeri
Edukasi yang dirasakan pasien
6. Jelaskan strategi 6. Untuk menambah
meredakan nyeri wawasan pasien dalam
7. Ajarkan Teknik mengatasi nyeri
nonfarmakologis 7. Untuk mengurangi rasa
(relaksasi napas dalam) nyeri
Kolaborasi 8. Penggunaan analgetic
8. Kolaborasi pemberian yang tepat mengurangi
analgetic terjadinya efek samping
Asam mefenamat : 3x1 yang tidak diinginkan
(D.0142) Risiko Pencegahan infeksi 1. Membantu dalam
infeksi (I.14539) mengetahui tanda dan
berhubungan Observasi gejala infeksi
dengan efek 1. Monitor tanda dan gejala 2. Menghindari penyebaran
prosedur invasif infeksi local dan sistemik infeksi
Terapeutik 3. Meminimalkan
2. Batasi jumlah pengunjung penyebaran dan penularan
3. Cuci tangan sebelum dan agen infeksius
sesudah kontak dengan 4. Membantu pasien untuk
pasien dan lingkungan mengetahui bahaya dari
pasien infeksi
Edukasi 5. Untuk meminimalkan
4. Jelaskan tanda dan gejala risiko infeksi
infeksi 6. Untuk menghambat
5. Ajarkan cara memeriksa sintesis membrane sel
kondisi luka operasi yang menyebabkan
Kolaborasi kematian bakteri
6. Kolaborasi pemberian
antibiotik
(D.0056) Manajemen Energi 1. Untuk mengetahui pola
Intoleransi (I.05178) tidur pasien teratur atau
aktivitas Observasi tidak
berhubungan 1. Monitor pola dan jam 2. Untuk mengetahui lokasi
dengan tidur dan tingkat
kelemahan 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan pasien
ketidaknyaman selama 3. Untuk memberikan rasa
melakukan aktivitas nyaman pasien
Terapeutik 4. Untuk memberikan
3. Sediakan lingkungan kenyamanan pasien saat
nyaman dan rendah beristirahat
stimulus (mis. Cahaya, 5. Untuk menunjang proses
suara, kunjungan). kesembuhan pasien secara
Edukasi bertahap
4. Anjurkan titah baring
Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Desakan uterus Masa bdomen Progesterone
ke diagfragma meningkat meningkat
Kurang
pengetahuan
Rongga Penekanan Saliva dan asam
dada sempit syaraf lumbal lambung meningkat
Pergerakan
paru-paru Peningkatan Merangsang Peristaltic
terbatas frekuensi BAK reseptor nyeri menurun
Perubahan
pola napas
D.0071
Pola seksual
tidak efektif