Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Post partum

a. Definisi

Menurut (Sutanto, 2019), postpartum biasanya disebut

dengan masa nifas adalah masa dimulainya sesudah kelahiran

plasenta dan menutupnya kembali kandung kemih ke kondisi

normal seperti sebelum hamil dengan jangka waktu 40 hari. Secara

etimologi, peur merupakan bayi sedangkan parous berarti

melahirkan. Dalam Bahasa latin yang disebut puerperium

merupakan waktu tertentu setelah melahirkan seorang anak. Jadi,

puerperium merupakan masa pulih Kembali atau masa setelah

melahirkan seorang bayi.

Sedangkan menurut (Dewi, 2021), postpartum merupakan

masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan akan kembali seperti

semula selama sebelum hamil, selama masa pemulihan

berlangsung ibu akan mengalami perubahan fisik yang bersifat

fisiologis yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari

b. Etiologi

Menurut Solehati (Marmi, 2019), Etiologi terjadinya

persalinan belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor


yang kemungkinan dianggap berperan dalam proses terjadinya

persalinan. Beberapa teori dibawah ini akan menjelaskan

bagaimana terjadinya persalinan tersebut.

1) Faktor Hormonal

Teori penurunan hormonal mengatakan bahwa 1-2

minggu sebelum persalinan dimulai, akan terjadi penurunan

kadar hormon esterogen dan prosterogen yang bekerja

sebaga penenang otot – otot polos rahim dan akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul

kontraksi pada rahim bila kadar prosterogen turun.

2) Teori plaasenta dengan bertambahnya umur plasenta akan

menyebabkan turnnya kadar prosterogen dan esterogen

sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga akan menimbulkan kontraksi rahim.

3) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang akan

menjadi iskemia otot – otot sehingga dengan terjadinya

iskemia tersebut akan mengganggu sirkulasi darah dari

uterus ke plasenta.

4) Teori janin

Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal

yang akan diarahkan kepada maternal sebagai tanda bahawa

janin telah siap lahir.


c. Manifestasi klinis

Menurut (Ariana, 2016) tanda – tanda postpartum adalah sebagai

berikut :

1) Lightening atau pengosongan

Penurnan secara bertahap pada Wanita akan merasa

lebih lega dan lebih mudah bernafas. Akan tetapi akibat

dari pergeseran ini terjadi peningkatan tekanan pada

kandung keming sehingga lebih sering berkemih.

2) Persalinan palsu

Selama 4 - 8 minggu akhir masa kehamilah rahim

menjadi kontraksi tidak teratur dan sporadic. Pada bulan

terakhir kehamilan kadang – kadang setiap 10 sampai 20

menit mengeluh nyeri yang menetap pada punggung bagian

bawah dan tekanan pada sakrolialika.

3) Pembukaan servik

Pembukaan secara serentak, atau penipisan

sementara serviks melebar kedalam segmen bawah uterus.

Sehingga lender vagina yang keluar semakin banyak akibat

besarnya kongesti selaput lendir vagina. Lender servik

berwarna kecoklatan atau bercadarah keluar, serviks

menjadi lunak (matang) Sebagian menipis dan berdilatasi

ketuban pecah dengan spontan.


d. Klasifikasi

Menurut (Maritalia dalam Ariana, 2017), ada beberapa

tahapan pada masa nifas sebagai berikut :

a) Puerperineum dini

Puerperineum dini adalah masa pemulihan awal dimana

ibu melahirkan tanpa komplikasi dalam waktu 6 jam

pertama, setelah kala IV ibu dianjurkan untuk mobilisasi

dini dan akan diperbolehkan berdiri atau berjalan – jalan

selama 40 hari.

b) Puerperineum intermedial

Adalah masa pemulihan yang berlangsung selama

kurang lebih 6 minggu (42 hari), dimana organ – organ

reproduksi secara berangsur – angsur dan akan Kembali ke

keadaan sebelum hamil.

c) Remotte peurperineum

Adalah waktu yang diperbolehkan saat ibu Kembali

pulih terutama saat hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi. Pada tahap ini rentang waktu yang dialami

setiap ibu akan berbeda tergantung dari berat ringannya

komplikasi yang daialami selama hamil maupun persalinan.


e. Komplikasi

1) Perdarahan

Perderahan merupakan penyebab kematian terbanyak pada ibu

postpartum. Perdarahan postpartum yaitu kehilangan darah

lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan

didasarkan pada beberapa tanda – tanda sebagai berikut :

a) Kehilangan darah lebih dari 500 cc

b) Tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

c) Hb turun sampai 3 gram %.

2) Infeksi puerperalis

Diartikan sebaga inveksi saluran reproduksi selama masa

postpartum. Insiden infeksi puerperalis ini 1% hingga 8%

ditandai dengan adanya kenaikan suhu dalam 2 hari selama 10

hari pertama postpartum.

3) Endometritis

Merupakan infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh

infeksi puerperalis. Diantaranya bakteri vagina, pembedahan

caesaria, rupture membrane memiliki resiko tinggi terjadinya

endometritis.

4) Mastitis

Merupakan infeksi pada payudara. Terdapat bakteri masuk

melalui pecahnya puting susu akibat kesalahan theknik


menyusui yang diawali dengan pembengkakan, pada

umumnya mastitis diawali pada bulan postpartum.

5) Nyeri postpartum

Kasus ini kejadiannya berangsur – angsur, berkembang lambar

sampai beberapa minggu. Nyeri yang dirasakan kram

menstruasi saau uterus berkontraksi setelah masa melahirkan.

f. Patofisiologi

Pada postpartum ini proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontaksi otot polos uterus. Pada akhir ketiga tahap

persalinan, uterus berada digaris tengah, kira – kira 2 cm berada

dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Fundus akan turun

kira – kira 1 – 2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke enam postpartum

fundus akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis

pubis, berat uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali saat

sebelum hamil. Uterus akan mengalami involusi yang dimulai

setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot – otot polos.

Pada kasus postpartum akan terjadi perubahan fisiologis

dan perubahan psikologis akan terjadinya peningkatan kontaksi

uterus sehingga munculnya masalah keperawatan nyeri. (Volkers,

2019)
g. Pemeriksaan penunjang

1) Hemoglobin atau hematrocit digunakan pada hari pertama

untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan. (Ariana,

2016)

2) Leukosit mengidentifikasi adanya infeksi

3) Golongan darah

Beberapa uji laboratorium bisa segera dilakukan pada periode

pasca partum.

4) Pemeriksaan urine

Untuk dilakukan urinalis rutin atau kultur dan sensitivitas

terutama jika cateter indwelling dipakai selama pasca pasrtum.

h. Penatalaksanaan

Adapun penanganan rupture perineum diantaranya dapat

dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis,

dan diperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka

kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan – bekuan

darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.

Pada ibu postpartum akan dilakukan berbagai macam

penatalaksanaan diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90

mengakibatkan preeklamsia suhu tubuh meningkat

meningkat terjadinya infkesi, stress atau dehidrasi.

2) Pemberian cairan intravena

Digunakan untuk mencegah dehidrasi dan

meningkatkan kemampuan peredaran darah dan

menjaga agar jangan jatuh dalam kedaan syok, maka

Tindakan pengganti cairan seperti Ringer atau

Dextrose.

3) Pemberian Oksitosin

Dilakukan segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin

(10 unit) ditambahkan dengan cairan infus.

4) Obat nyeri obat – obatan yang mengontrol rasa sakit

termasuk antibiotic, analgesic, dan obat – obatan lain

2. Kebutuhan Aman dan Kenyamanan

Menurut Abraham Maslow teori hirarki mengemukakan bahwa

setiap manusia mempunyai lima kebutuhan berdasarkan tingkat

kepentingannya mulai dari yang rendah yaitu kebutuhan fisiologis,

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan social, kebutuhan ego, dan yang

paling tinggi yatu kebutuhan aktualisasi diri. (Bari & Hidayat, 2022)

Gambar 2.1 Hirarki Kebutuhan dan Kenyamanan Maslow


Sumber : (Muhibbin & Marfuatun, 2020)

Menurut (Bari & Hidayat, 2022), kebutuhan fisiologis merupakan

kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan tubuh manusia untuk

mempertahankan hidup serta kebutuhan tersebut meliputi makanan,

air, udara, rumah dan Kesehatan.

Berdasarkan teori abram Maslow tersebut, dengan pasien

postpartum mengalami masalah keperawatan nyeri serta perlu

dilakukan penanganan langsung pada pasien postpartum karena nyeri

yang dirasakan akan merasa tidak nyaman. Kebutuhan rasa aman dan

keselamatan terpenuhi untuk mendukung kebutuhan lain agar bisa

terus berjalan dengan baik karena nyeri merupakan gangguan rasa

nyaman.

3. Massage Efflurage

Massage Efflurage adalah salah satu metode non farmakologi

untuk mengurangi nyeri kontraksi uterus pada hari pertama pada ibu

postpartum. Massage efflurage merupakan pijatan ringan yang

menggunakan telapak tangan yang memberi tekanan lembut keatas

permukaan tubuh serta jari – jari tangan dengan arah sirkular secara

berulang. Massage efflurage ini biasanya sebagai meningkatkan


sirkulasi darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot abdomen

serta meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Teknik message ini

tidak memerlukan banyak alat dan dapat dilakukan sendiri atau

bantuan orang lain. (Putri, 2020)

Teknik massage efflurage dipercaya dapat menurunkan nyeri.

Stimulasi pada kulit dengan Teknik massage efflurage dapat

menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf besar yang

terletak pada permukaan kilut, serabut saraf besar ini yang akan

menutup gerbang sehingga otak tidak menerima rangsangan nyeri

karena sudah diblokir oleh stimulasi kulit dengan menggunakan teknik

efflurage ini maka presepsi nyeri akan berubah. Selain dapat

meredakan nyeri massage efflurage ini dapat mengurangi ketegangan

otot serta dapat meningkatkan sirkulasi darah pada area yang

menimbulkan nyeri (Yuliantun 2008 dalam Putri, 2020)

Prosedur Teknik massage efflurage menurut (Gadysa 2010 dalam

Putri, 2020) yaitu sebagai berikut :

1) Informasikan pada ibu tujuan serta waktu pelaksanaan

dilakukan massage efflurage.

2) Atur klien ke posisi dengan punggung menghadap kearah

terapis kemudian meminta ibu untuk rileks.

3) Kemudian tanyakan kualitas nyeri yang dirasakan berdasarkan

skla nyeri.
4) Sebelum melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu,

kemudian tuangkan baby oil pada tangan lalu letakkan di

punggung pasien.

5) Lalu mulai massage dengan kedua telapak tangan dengan

gerakan efflurage pada punggung pasien,gerakkan secara

perlahan berikan penekanan arhkan penekanan ke bawah

sehingga tidak mendorong pasien ke depan serta lengkapi

dengan gerakan efflurage beberapa kali.

6) Tindakan massage efflurage ini dilakukan selama kurang lebih

10 – 15 menit, setelah dilakukan Tindakan tersebut kaji respon

nyeri yang dirasaan berdasarkan skala nyeri setelah Tindakan

selesai dilakukan.

Gambar 2.2 Teknik Massage Efflurage

Sumber : (Anisa Nur Fitriana, 2020)

4. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum

Proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahapan yaitu

pengkajian keperawatan, identifikasi/analisis masalah, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Proses keperawatan merupakan pemecahan


suatu masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. (Rahmi, 2019)

a. Pengkajian Keperawatan

Merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematias dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data. Pengkajian yang akurat, lengkap

sesuai dengan kenyataan, serta kebenaran data sangat sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnose keperawatan dan

memeberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respons

individu. (Rahmi, 2019)

1) Identitas

Meliputi nama, umur agama, jenis kelamin, alamat,

suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan,

tanggal masuk rmah sakit, nomor registasi.

2) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit menurun dan menular seperti TBC, DM,

Hipertensi, jantung, dan lain – lain.

b. Riwayat Kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan ibu hari pertama saat ibu

merasakan nyeri karena adanya robekan pada

perineum, kaji persalinan yang dialami sekarang

pada pasien postpartum.


c. Riwayat Kesehatan keluarga

Merupakan penyakit keturunan dan menular dalam

keluarga seperti TBC, DM, Hipertensi, Jantung, dan

lain – lan.

d. Riwayat menstruasi pada ibu, yang pelu ditanyakan

adalah umur menarche, siklus haid, lama haid,

apakah ada keluhan saat haid, hari pertama had

yang terakhir serta HPT dan HPL

e. Riwayat persalinan sekarang

Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinandan

nifas perlu diketahui HPT untuk menentukan

tafsiran partus, tanggal persalinn tipe persalinan,

lama persalinan, jumlah persalinan, jenis kelamin

bayi, dan APGAR Score.

f. Riwayat obstretic

Yang perlu dikaji yatu GP, jenis kelamin bayi, BBL,

jenis persalinan, tempat bersalin, penyulit.

3) Pola – pola fungsi Kesehatan

a. Pola presepsi dan pemeliharaan Kesehatan

b. Pola nutrisi dan metabolisme, pada pasien

postpartum tanyakan berapa kali makan dan berapa

banyak minum selama sakit dan sebelum sakit.

c. Pola aktivitas
d. Pola eliminasi, pada pasien postpartum pasien

belum melakukan BAB, BAK sebelum dan selama

sakit

e. Pola istirahat dan tidur

f. Pola hubungan dan peran

g. Pola presepsi dan konsep diri

h. Pola social

i. Pola keyakinan dan spiritual

4) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan keadaan umum pasien dan tannda – tanda

vital.

5) Pemeriksaan Head to Toe sebagai berikut :

a. Kepala, meliputi bentuk wajah apakah simetris atau

tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit kepala

pada pasien.

b. Muka, terlihat tampak menahan sakit atau tidak

c. Mata, konjungtiva dan sklera mata normal atau

tidak, simetris atau tidak.

d. Hidung, terdapat polip atau tidak

e. Bibir, simetris atau tidak, lembab atau kering.

f. Telinga bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar

teroid tidak.
g. Abdomen, ada atau tidak distensi abdomen, adakah

nyeri tekan atau tidak

h. Thorax, ada tidaknya suara ronchi atau wheezing,

bunyi jantung.

i. Payudara, perlu dikaji bentu payudara, putting susu

menonjol atau tidak, terdapat pengeluaran ASI.

j. Genetalia, ada edema atau tidak, adakah

pengeluaran lochea dan bagaimana warnanya.

k. Terapi medis yang diperoleh

b. Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai

pengalaman/ respon individu, keluarga atau komunitas

terhadap masalah Kesehatan yang actual atau potensial.

Diagnosa keperawatan memberi dasar pemihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat

menjadi akutabel. (NANDA, 2016 dalam Rahmi, 2019)

1) Nyeri kakut berhubungan denga agen pencedera fisik

(D.0077)

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau

fungsial, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.


Kategori : psikologis

Subkategori : nyeri dan kenyamanan

2) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan tubuh primer : kerusakan integritas kulit

(D.0142)

Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik.

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan Proteksi

3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

(D.0080)

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik

akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Kategori : Psikologis

Subkategori : Integritas Ego

c. Intervensi keperawatan

Didefinisikan berbagai perawata, berdasarkan penilaian klinis,

dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang perawat untuk

meningkatkan hasil pasien. (Rahmi, 2019)


Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan Tindakan keperawatan (I.08238)
dengan agen selama 3 x 24 jam Observasi
pencedera fisik diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi,
(D. 0077) nyeri menurun dengan karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi,
a. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
meurun nyeri
b. Meringis - Identifikasi skala
menurun nyeri
c. Ketegangan - Identifikasi respons
otot menurun non verbal
d. Tekanan darah - Identifikasi factor
membaik yang memperberat
e. Pola tidur dan memperingan
membaik. nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup.
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgesic
Terapeutik
- Berikan Teknik
non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri.
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
- Ajarkan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetic secara
tepat
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangu
nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgesic, jika
perlu.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


berhubungan tindakan keperawatan (I.14539)
dengan selama 3x24 jam Observasi
ketidakadekuatan diharapkan tingkat - Monitor tanda dan
pertahanan tubuh infeksi menurun gejala Infeksi local
primer: dengan kriteria hasil : dan sistemik
kerusakan 1. Kebersihan Terapeutik
integritas kulit tangan - Batasi jumlah
(D.0142) meningkat (5) pengunjung
2. Nyeri menurn - Berikan perawatan
(5) kulit pada area
3. Bengkak edema
menurun (5) - Cuci tangan
4. Kontul sel sebelum dan
darah putih sesudah kontak
membaik (5) dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan
Teknik aseptic
pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara
memeriksa kondid
luka atau luka
operasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
3. Anisietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
berhubungan Tindakan keperawatan Observasi
dengan krisis selama 3x24 jam - Identifikasi saat
situasional diharapkan ansietas tingkat nasietas
(D.0080) berkurang dengan berubah
kriteria hasil : - Identifikasi
1. Tingkat mengambil
ansietas keputusan
menurun - Monitor tanda –
2. Klien tanda ansietas
menunjukkan Terapeutik
pengendalian - Ciptakan suasana
diri terhadap terapeutik untuk
kecemasan mengurangi
3. Tingkat kecemasan, jika
informasi memungkinkan
meningkat - Pahami situasi
yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan
pendekatan dengan
benar dan
meyakinkan
- Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
Edukasi
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
- latih kegiatan
untuk mengurangi
ketegangan
- latih Teknik
relaksasi
kolaborasi
- kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika perlu.
a. Implementasi keperawatan

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu pasien dari masalah status Kesehatan,

yang dihadapi ke status Kesehatan yang baik dan

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan

pasien. (Rahmi, 2019)

b. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari

rangkaian proses keperawatan yang berguna, apakah tujuan

dari Tindakan keperawatan yang dilakukan telah tercapai atau

perlu pendekatan lan. (Rahmi, 2019)

Hasil evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu sebagai

berikut :

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara

subjekti oleh pasien setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat didefinisikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan

objektif apakah telah teratasi, teratasi Sebagian atau belum

teratasi
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analysis. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,

mengintrepetasi data sesuai dengan keriteria evaluasiuntuk

memuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori Postpartum


C. Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep tersebut, peneliti ingin mengetahui

apakah penerapan teknik massage efflurage dapat berpengaruh

terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien postpartum.

Anda mungkin juga menyukai