BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Prawiharjo, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Dari survei demografi dan kesehatan indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik
(bps), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena
komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko
tinggi (krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).
Post matur merupakan kasus yang sering kali terjadi pada saat kehamilan yaitu yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan
perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus
uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1). Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan
postmatur lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku
panjang, kulit keriput,plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh
mekonium.(Varney Helen, 2007).
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu.
2
Namun kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan
menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan. Seringnya
kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk
menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika tapi telah ditentukan pada
trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. D ata yang terkumpul
sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan
lebih dari 40 minggu.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengerti dan memahami mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada resiko
tinggi persalinan post matur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengerti dan memahami tentang konsep persalinan normal
b. Mengerti dan memahami adaptasi Fisik dan Psikologis pada ibu selama
proses persalinan
c. Mengerti dan memahami penatalaksanaan nyeri non farmakologi
d. Mengerti dan memahami tindakan pembedahan pada persalinan
e. Mengerti dan memahami resiko tinggi pada persalinan post matur
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kala Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
a. Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 3 – 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu (Prawirohardjo, 2008) :
1) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai berjalan secara
progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm
atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi
mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
2) Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan
mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan
berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase , antara lain:
4
b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Menurut Depkes RI (2007), beberapa
tanda dan gejala persalinan kala II adalah :
1) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
5) Peningkatan pengeluaran lendir darah
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti
ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada
multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2003).
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Menurut Depkes (2007) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal dibawah ini :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
(diskoit) dan tinggi fundus biasanya turun sampai di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di
atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
5
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Prawiharjo,
2002).
d. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada tiap
individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan
kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tak dilakukan episiotomy/tidak
terjadi laserasi.
e. Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskoloskeletal mengalami stress selama persalinan. Diaforesis, keletihan,
proteinuria, (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas otot
yang mencolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)
terjadi sebagai akibat meregangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri
dan gerakan melurusnya jari-jari dapat menimbulkan kram tungkai.
7
f. Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman selama
persalinan. Mula-mula wanita bersalin mungkin merasa euphoria yang mana membuat
wanita menjadi serius, kemudian mengalami amnesia diantara fraksi selama tahap kedua.
Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endofrin
endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh secara alami) meningkatkan
ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Anastesi fisiologis jaringan perineum yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
g. Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat kering akibat wanita hamil bernapas melalui mulut, dehidrasi,
respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, mortilitas dan absorpsi saluran cerna
menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. WAnita hamil seringkali mual
dan memuntahkan makanannya yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa
juga terjadi sebagai respon reflex terhadap dilatasi servik lengkap. Ibu dapat mengalami
diare pada awal persalinan.
h. Perubahan Endokrin
Persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan (Bobak, 2005, hal. 248).
j. Tekanan Darah
Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25 mmHg selama kontraksi pada kala II. Rata-
rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg diantara kontraksi.
k. Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus-menerus berlanjut sampai kala II diawali upaya
mendorong pada ibu menambah otot-otot rangka sehingga memperbesar peningkatan
metabolisme.
l. Denyut Nadi
9
Frekwensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali upaya mendorong. Secara
keseluruhan, frekwensi nadi meningkat dan disertai takikardia yang nyata ketika mencapai
puncak pada kelahiran.
m. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan saat setelahnya.
Peningkatan N adalah 1-20F/0,5-10C.
n. Pernapasan
Kebutuhan O2 naik sampai 100%
o. Curah Jantung
Naik 80% di atas nilai sebelum proses persalinan.
2. Adaptasi Psikologis
a. Latar belakang budaya
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:
Persiapan persalinan
Upaya dukungan
o Partisipasi pasangan
o Partisipasi kakek-nenek
o Partisipasi saudara kandung
obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit
mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:
1. Relaksasi
Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukan
terbesar. Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri non farmakologis yang paling sering
digunakan. Bersamaan dengan pendidikan dan latihan pernapasan, relaksasi telah menjadi
landasan persalinan. Ibu dapat mengurangi nyeri dengan mengontrol intensitas reaksi
terhadap nyeri. Teknik yang dipelajari ibu dapat mencakup fokus atau relajsasi progresif
atau teknik relaksasinya lebih meditatif..
2. Psikoanalgesia
Pada dasarnya cara yang dilakukan adalah melatih ibu agar mempunyai respon yang
positif terhadap persalinan sehingga nyeri persalinan tidak menimbulkan hal-hal yang
mempersulit lahirnya bayi. Latihan yang diberikan dapat dengan
mengadakan latihan pernapasan ataupun dengan melakukan konsentrasi pada saat
persalinan.
3. Hipnoterapi
Adalah suatu penggunaan hiposis untuk membuat suatu kepatuhan dan kondisi seperti
tidur dalam terapi dalam kondisi-kondisi dengan komponen-komponen psikologis yang
besar.selama persalinan, hipnotis dianggap memungkinkan ibu untuk menginterpretasi
ulang nyeri kontraksi uterus sebagai sensasi lemah. Dengan cara ini gerbang pada
substansia gelatinosa dicegah oleh impuls yang turun untuk membuka dan menyebabkan
persepsi nyeri.seiring dengan relaksasi, respon stres otonom berkurang dan hormon stres
yang biasanya meningkatkan persepsi nyeri dalam persalinan tidak disekresi.
4. Imajinasi
Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk
mengontrol nyerinya.. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi
keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri.
5. Akupresur
11
Merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang paling efektif dalam manajemen
nyeri persalinan. Teknik ini menggunakan teknik penakanan, pemijatan, dan pengurutan
sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat menurunkan
nyeri dan mengefektifkan waktu persalinan. Akupresur merangsang produksi endorfin
lokal dan menutup gerbang terhadap rasa nyeri.
6. Masasse
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringanlunak, biasanya otot, atau liga
mentum, tanpa menyebabkangerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki sirkulasi. Massase adalah terapi nyeri yang
primitif dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok atau
meremas bagian tubuh yang nyeri.
2. Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter,
karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh
dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan.
Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap
rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998).
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada
kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi
juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan
nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta
berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi.
Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian
perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum, dan
15% postpartum.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
14
4. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali
pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
15
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh
terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan
distosia bahu.
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali
pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan
postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin.
Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh
terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan
distosia bahu.
5. Pemeriksaan Penunjang
USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
Pemeriksaan sitologi vagina.
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari
kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat janin bertambah,
tetap atau berkurang,
7. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah
matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin
post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan
onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum
lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan
letak janin.
8. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur
Hipoksia
Hipovolemia
Asidosis
Sindrom gawat nafas
Hipoglikemia
Hipofungsi adrenal.
17
9. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,
minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1
kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga
(di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1
bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan
seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui
dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang
berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal
hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya,
hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret 2011.
Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7
diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
2) Keluhan utama
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba dalam bukunya Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan (1998; hal 225)
Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Berat badan ibu mendatar atau menurun.
Air ketuban terasa berkurang.
Gerak janin menurun.
18
3) Riwayat Menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4) Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB
yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta penyulit yang dialami.
6) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.
Data Objektif:
1) Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat
penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan
tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-
tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan gizi pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
19
Mata : Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu anemia atau
tidak,
Muka : edema atau tidak
Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe
Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor,
tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum),
Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas
operasi,
Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta pengeluaran
pervaginam
Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem
Palpasi
Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali
(Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998; hal 225).
Dengan menggunakan cara Leopold:
Leopold I :
Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam cm) dan
kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada fundus teraba bulat,
tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong janin
Leopold II:
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada
dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung,
anggota gerak, bokong atau kepala.
Leopold III:
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah BTJ
sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.
Leopold IV:
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan
dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP.
20
Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau
tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka
DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak
teratur.
Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin
B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
3) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, Arif.. 2001; hal 275
a) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
b) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
c) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan,
dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin )
d) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
b. Diagnosa keperawatan
1) Dx. Post matur kehamilan
Ansietas b/d proses kelahiran lama
Nyeri b/d operasi sectio caesarea
2) Dx. Bayi Post matur
Kerusakan integritas kulit b/d maserasi
Gunakan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Setelah dilakukan asuhan selama pendekatan yang
……………klien kecemasan teratasi
Nyatakan dengan jelas harapan
Krisis menenangkan
Mengidentifikasi,
ancaman cemas
Temani pasien untuk memberikan
yang dirasakan selama prosedur
kematian,
21
perubahan mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
konsep diri, menunjukkan tehnik untuk Berikan informasi faktual mengenai
hospitalisasi mendampingi klien
bahasa tubuh dan tingkat Instruksikan pada pasien untuk
DO/DS: aktivitas menunjukkan
menggunakan tehnik relaksasi
- Insomnia berkurangnya kecemasan
Dengarkan dengan penuh perhatian
- Kontak mata
Identifikasi tingkat kecemasan
kurang Bantu pasien mengenal situasi yang
- Kurang
menimbulkan kecemasan
istirahat
Dorong pasien untuk
- Berfokus pada
mengungkapkan perasaan,
diri sendiri
ketakutan, persepsi
- Iritabilitas
Kelola pemberian obat anti
- Takut
cemas:........
- Nyeri perut
- Penurunan TD
dan denyut
nadi
- Diare, mual,
kelelahan
- Gangguan
tidur
- Gemetar
- Anoreksia,
mulut kering
- Peningkatan
TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan
bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit
berkonsentrasi
2
Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri akut NOC : NIC :
pain control,
berhubungan
comfort level
dengan: komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
DO: nyeri, mencari bantuan)
- Posisi untuk
Ajarkan
menahan nyeri dengan menggunakan manajemen menentukan intervensi
Tanda vital dalam rentang normal Berikan informasi tentang nyeri seperti
capek, sulit nyeri berkurang
- Perubahan
dalam nafsu
makan dan
minum
Integritas kulit yang baik bisa Oleskan lotion atau minyak/baby oil
- Substansi kriteria hasil:
kimia
Menunjukkan
alat yang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo,
2002).
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi
antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi
neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada faktor yang
diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal
yaitu kadar progesteron, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta. Bayi postmatur
menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar,
sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk
usia gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford meninggal dan sakit berat akibat asfiksia
lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
B. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang
cukup dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan
persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk
mengetahui kesehatan janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini
mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia
kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri sehingga tidak menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.